Anda di halaman 1dari 8

PATOFISIOLOGI PADA PASIEN DENGAN

TUNA DAKSA EKSTREMITAS BAWAH

MAKALAH

Oleh:
KELOMPOK 3

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2015

PATOFISIOLOGI PADA PASIEN DENGAN


TUNA DAKSA EKSTREMITAS BAWAH

MAKALAH
diajukan sebagai pemenuhan tugas Kebutuhan Khusus
dengan dosen: Ns. Kushariyadi,M.Kep.

Oleh:
Eka Yuliana
Listya Pratiwi
Riska Umaroh
Tri Ayu Diah Anjani
Ary Januar Pranata P
Ananti Destiari Prasinta
Wahyu Dini Chandra S.
Alfun Hidayatulloh
Sandhi Indrayana
Robby Prihadi Aulia Erlando
Nikmatul Khoiriyah
Ambar Larasati

122310101013
122310101017
122310101023
122310101038
122310101039
122310101041
122310101043
122310101047
122310101060
122310101066
122310101075
122310101076

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2015

BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Persepsi masyarakat awam tentang anak berkelainan fungsi anggota tubuh

(anak tunadaksa) sebagai salah satu jenis anak berkelainan dalam konteks
Pendidikan Luar Biasa (PendidikanKhusus) masih dipermasalahkan. Munculnya
permasalahan tersebut terkait dengan asumsi bahwa anak tuna daksa (kehilangan
salah satu atau lebih fungsi anggota tubuh) pada kenyataannya banyak yang tidak
mengalami kesulitan dalam perkembangannya, tanpa harus masuk sekolah khusus
untuk anak tunadaksa (khususnya tunadaksa ringan).
Secara umum dikenal dua macam anak tuna daksa. Pertama, anak tuna
daksa yang disebabkan karena penyakit polio, yang mengakibatkan terganggunya
salah satu fungsi anggota badan. Anak tuna daksa kelompok ini sering disebut
orthopedically

handicapped,

tidak

mengalami

hambatan

perkembangan

kecerdasannya. Kedua, anak tuna daksa yang disebabkan oleh gangguan


neurologis. Anak tuna daksa kelompok ini mengalami gangguan gerak dan
kebanyakan dari mereka mengalami gannguan kecerdasan dan sering disebut
neurologically handicapped atau secara khusus mereka disebut penyandang
cerebral palsy. Anak tuna daksa kelompok ini membutuhkan layanan pendidikan
luar biasa. Anak yang mengalami gangguan gerakan pada taraf sedang dan berat,
umumnya dimasukkan ke sekolah luar biasa (SLB), sedangkan anak yang
mengalami gangguan gerakan dalam taraf ringan banyak ditemukan di sekolah
umum. Namun jika mereka tidak mendapatkan pelayanan khusus dapat
menyebabkan terjadinya kesulitan belajar yang serius.
Tuna daksa (cacat tubuh) adalah salah satu bentuk keterbatasan manusia
yang terjadi pada fisiknya, seperti pada system otot, tulang dan persendian akibat
dari adanya penyakit dari kecelakaan, bawaan sejak lahir atau kerusakan di otak.
Kelainan atau kecacatan yang disandang oleh seseorang memiliki dampak
langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder) baik terhadap diri anak yang
memiliki kecacatan itu sendiri maupun terhadap keluarga dan masyarakat. Karena

itu masalah tersebut perlu memperoleh penanganan sesuai dengan kebutuhan.


Pada dasarnya penyandang tuna daksa dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu,
kebutuhan untuk memperoleh pelayanan medis guna mengurangi permasalahan
yang dialami anak di bidang medis. Kebutuhan untuk memperoleh pelayanan
rehabilitasi dan habilitasi guna mengurangi gangguan fungsi sebagai dampak dari
adanya kecacatan tuna daksa dan kebutuhan untuk memperoleh pendidikan
khusus.
B.

Rumusan Masalah

1.

Bagaimana hambatan fisik dan motorik dapat terjadi?

2.

Apa saja ciri-ciri anak dengan hambatan fisik dan motorik?

3.

Apa yang menjadi faktor penyebab anak dengan hambatan fisik dan

motorik?
C.

Tujuan Penulisan

1.

Mengetahui pengertian hambatan fisik dan motorik.

2.

Menjelaskan ciri-ciri anak dengan hambatan fisik dan motorik.

3.

Mengetahui faktor penyebab anak dengan hambatan fisik dan motorik.

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Patofisiologi Tunadaksa
Tunadaksa merupakan sebutan halus bagi orang-orang yang memiliki
kelainan fisik, khususnya anggota badan, seperti kaki, tangan, atau bentuk tubuh.
Antara anak normal dan anak tunadaksa, memilki peluang yang sama untuk
melakukan aktualisasi diri, hanya saja banyak orang meragukan kemampuan anak
tunadaksa. Ada dua penggolongan anak tunadaksa yakni tunadaksa murni yang
tidak mengalami gangguan mental, sedangkan yang kedua adalah tunadaksa
kombinasi yang kebanyakan mengalami gangguan mental. tunadaksa adalah suatu
keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan
pada tulang, otot dan sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau dapat juga disebabkan oleh
pembawaan sejak lahir.
Secara umum, perkembangan manusia dapat dibedakan ke dalam aspek
psikologis dan fisik. Seperti juga kondisi ketunaan yang lain, kondisi kelainan
pada fungsi anggota tubuh atau tunadaksa dapat terjadi pada saat sebelum anak
lahir (prenatal), saat lahir (neonatal), dan setelah anak lahir (posnatal). Adapun
kelainan fungsi anggota tubuh atau ketunadaksaan yang terjadi pada masa setelah
anak lahir, diantaranya karena faktor penyakit, faktor kecelakaan, pertumbuhan
tubuh yang tidak sempurna. Pada anak tunadaksa, potensi anak tidak utuh karena
ada

bagian

tubuh

yang

tidak

sempurna.

Dalam

usahanya

untuk

mengaktualisasikan dirinya secara utuh, ketunadaksaan yang dialami anak


tunadaksa biasanya dikompensasikan oleh bagian tubuh yang lain. Maka dari itu
secara umum perkembangan fisik anak tunadaksa dapat dikatakan hampir sama
dengan orang-orang normal pada umumnya kecuali pada anggota tubuh yang
mengalami kegagalan fungsi.
Seperti kondisi ketunaan yang lain, kondisi kelainan pada fungsi anggota
tubuh atau tuna daksa dapat terjadi sebelum anak lahir (prenatal),saat kelahiran
(neonatal), dan setelah anak lahir (postnatal). Kelainan fungsi anggota tubuh atau
ketunadaksaan yang terjadi sebelum bayi lahir atau ketika dalam kandungan

diantaranya dikarenakan faktor genetik dan kerusakan pada system syaraf pusat,
faktor lain yang menyebabkan kelainan pada bayi selama dalam kandungan
adalah: Anoxia Prenatal hal in disebabkan pemisahan bayi di plasenta, penyakit
anemia, kondisi jantung yang gawat, shock, percobaan abortus, gangguan
metabolisme pada ibu, faktorrhesus. Sedangkan kondisi ketunadaksaan yang
terjadi pada masa kelahiran bayi antara lain: Kesulitan saat persalinan karena letak
bayi sungsang atau pinggul ibu terlalu kecil, pendarahan pada otak saat kelahiran,
kelahiran premature, gangguan pada plasenta yang dapat mengurangi oksigen
sehingga mengakibatkan terjadinya anoxia. Kelainan fungsi aggota tubuh atau
ketuna daksaan yang terjadi pada masa setelah lahir, diantaranya:(1) Faktor
penyakit seperti meningitis (radang selaput otak), enchepalis (radang otak),
influenza, dhiptheria, partusis dan lain-lain.(2) Faktor kecelakaan, pertumbuhan
tubuh atau tulang yang tidak sempurna.
Penyandang tuna daksa rata-rata mengalami gangguan psikologis yang
cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif serta memisahkan diri dari
lingkungannya. Disamping karakteristik tersebut terdapat problem lain, gangguan
taktil dan knestetik serta gangguan emosi.

BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tunadaksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat
gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam fungsinya
yang normal.Tunadaksa merupakan sebutan halus bagi orang-orang yang
memiliki kelainan fisik, khususnya anggota badan, seperti kaki, tangan, atau
bentuk tubuh.Ada dua penggolongan anak tunadaksa yakni tunadaksa murni
yang tidak mengalami gangguan mental, yang kedua adalah tunadaksa
kombinasi yang kebanyakan mengalami gangguan mental.
Kondisi kelainan pada fungsi anggota tubuh atau tuna daksa dapat terjadi
sebelum anak lahir (prenatal),saat kelahiran (neonatal), dan setelah anak lahir
(postnatal).Kelainan fungsi anggota tubuh atau ketunadaksaan yang terjadi
sebelum bayi lahir atau ketika dalam kandungan diantaranya dikarenakan
faktor genetik dan kerusakan pada system syaraf pusat, faktor lain yang
menyebabkan kelainan pada bayi selama dalam kandungan adalah anoxia
prenatal. Adapun kelainan fungsi anggota tubuh atau ketunadaksaan yang
terjadi pada masa setelah anak lahir, diantaranya karena faktor penyakit, faktor
kecelakaan, pertumbuhan tubuh yang tidak sempurna.
Penyandang tuna daksa rata-rata mengalami gangguan psikologis yang
cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif serta memisahkan diri dari
lingkungannya. Disamping karakteristik tersebut terdapat problem lain,
gangguan taktil dan kinestetik serta gangguan emosi.
3.2 Saran
Seorang anak dengan kebutuhan khusus seperti tuna daksa memerlukan
berbagai macam strategi yang dapat digunakan untuk melakukan perawatan
dan memberikan pelajaran. Seorang perawat hendaknya menumbuhkan sifat
empati kepada setiap pasiennya, termasuk pada anak dengan tuna daksa, untuk
dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.uinsby.ac.id/223/5/Bab%202.pdf diakses pada tanggal 25 September


2015 pada pukul 16.15.
http://digilib.uinsby.ac.id/9262/5/bab2.pdf diakses pada tanggal 25 September
2015 pada pukul 16.15.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195310141987032
SRI_WIDATI/MK_ATD_2/PENDIDIKAN_BAGI_ANAK_TUNA
DAKSAfix.pdf diakses pada tanggal 25 September 2015 pada
pukul 16.30.

Anda mungkin juga menyukai