DOKTER INTERNSIP
APPENDISITIS AKUT
Oleh:
dr. Irna Farah Nadiansyah
Pembimbing:
dr. Eddy, Sp.B
BAB I
PENDAHULUAN
Apendicitis merupakan kasus gawat bedah abdomen yang tersering dan
memerlukan tindakan bedah segera untuk menghindari komplikasi yang serius.
Apendicitis akut yang terlambat ditangani akan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas penderita. Untuk itu ketepatan diagnosa sangat dibutuhkan dalam
pengambilan
keputusan
tindakan.
Ketepatan
diagnosis
tergantung
dari
sederhana
mana
yang
berperan
secara
bermakna
dalam
mendiagnosis apendicitis akut, serta berapa akurasi, sensitifitas dan spesifitas dari
tanda, gejala dan pemeriksaan laboratorium sederhana tersebut dan untuk
memudahkan dokter dalam mengambil keputusan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
C.
Etiologi Appendicitis
a. Peranan Lingkungan diet dan higiene
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya
appendicitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal yang berakibat
sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan flora
normal kolon. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya appendicitis.
Diet memainkan peran utama pada pembentukan sifat feses, yang mana
penting pada pembentukan fekalit. Kejadian appendicitis jarang di negara
yang sedang berkembang, dimana diet dengan tinggi serat dan konsistensi
feses lebih lembek. Kolitis, divertikulitis dan karsinoma kolon adalah
penyakit yang sering terjadi di daerah dengan diet rendah serat dan
menghasilkan feses dengan konsistensi keras.6
b. Peranan Obstruksi
Obstruksi lumen merupakan faktor penyebab dominan dalam
appendicitis akut. Fekalit merupakan penyebab terjadinya obstruksi lumen
apendiks pada 20% anak-anak dengan appendicitis, terjadinya fekalit
berhubungan dengan diet rendah serat. Frekuensi obstruksi meningkat
sesuai dengan derajat proses inflamasi. Fekalit ditemukan 40% pada kasus
appendicitis sederhana (simpel), sedangkan pada appendicitis akut dengan
gangren tanpa ruptur terdapat 65% dan appendicitis akut dengan gangren
disertai ruptur terdapat 90% .6
Jaringan limfoid yang terdapat di submukosa apendiks akan
mengalami edema dan hipertrofi sebagai respon terhadap infeksi virus di
sistem gastrointestinal atau sistem respiratorius, yang akan menyebabkan
obstruksi lumen apendiks. Megakolon kongenital terjadi obstruksi pada
kolon bagian distal yang diteruskan ke dalam lumen apendiks dan hal ini
merupakan salah satu alasan terjadinya appendicitis pada neonatus.6
Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan appendicitis adalah
erosi mukosa apendiks karena parasit seperti Entamoeba hystolityca dan
perforasi.
Pada fase-fase awal dari apendicitis akut, apendiks vermiformis tampak
edema yang terjadi selain karena tekanan terhadap pembuluh-pembuluh
juga karena banyak terdapatnya cairan yang meninggalkan kapiler dan
masuk kedalam jaringan. Hal ini terjadi karena permeabilitas kapiler yang
meningkat. Cairan dari kapiler ini mengandung molekul-molekul protein
seperti albumin, globulin, dan fibrinogen. Selain edema, apendiks
vermiformis tampak tegang dan terdapat eksudasi netrofil pada mukosa,
submukosa. Biasanya keterlibatan mukosa yang paling menonjol. Pada
tahap ini pembuluh darah subserosa menjadi kongesti dan mengandung
netrofil matang. Kongesti ini terjadi karena vaskular-mikro jaringan
melebar yang berisi darah terbendung. Netrofil tersebut kemudian akan
migrasi ke perivaskular. Reaksi ini akan mengubah serosa yang mengkilat
E.
gejala
peradangan
apendiks
tergantung
dari
letak
F.
Diagnosis Appendicitis
Diagnosis klinis dapat ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan
pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi). Bila diperlukan
dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium,
Foto polos abdomen, USG ataupun CT-Scan, dan sebagainya. 1,7
Pemeriksaan Fisik
11
1,7
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium masih merupakan bagian penting untuk
menilai awal keluhan nyeri kuadran kanan bawah dalam menegakkan
diagnosis apenddicitis akut. Pada pasien dengan apendicitis akut, 7090% hasil laboratorium nilai leukosit dan neutrofil akan meningkat,
walaupun hal ini bukan hasil yang karakteristik. Penyakit infeksi pada
pelvis terutama pada wanita akan memberikan gambaran laborotorium
yang terkadang sulit dibedakan dengan appendicitis akut Pemeriksaan
laboratorium merupakan alat bantu diagnosis. Pada dasarnya inflamasi
merupakan reaksi lokal dari jaringan hidup terhadap suatu jejas. Reaksi
tersebut meliputi reaksi vaskuler, neurologik, humoral dan seluler. Pada
anak dengan keluhan dan pemeriksaan fisik yang karakteristik
apenddicitis akut, akan ditemukan pada pemeriksaan darah adanya
lekositosis 11.000-14.000/mm3, dengan pemeriksaan hitung jenis
menunjukkan pergeseran kekiri hampir 75%. Jika jumlah lekosit lebih
dari 18.000/mm3 maka umumnya sudah terjadi perforasi dan peritonitis.
Pada metode lain dikatakan penderita appendicitis akut bila ditemukan
jumlah lekosit antara 12.000-20.000/mm3 dan bila terjadi perforasi atau
peritonitis jumlah lekosit antara 20.000-30.000/mm3. Ada juga metode
yang menyatakan bahwa kombinasi antara kenaikan angka lekosit dan
granulosit adalah yang dipakai untuk pedoman menentukan diagnosa
appendicitis akut. 6,7
Tes laboratorium untuk appendicitis bersifat kurang spesifik,
sehingga hasilnya juga kurang dapat dipakai sebagai konfirmasi
penegakkan diagnosa. Jumlah lekosit untuk appendisitis akut adalah
>10.000/mm3 dengan pergeseran kekiri pada hemogramnya (>70%
13
kuadran
kanan
bawah
perlu
diperiksa
untuk
mencari
sebagian
dengan
distorsi
bentuk
kalibernya
tanda
apendiks
tanda
abses
apendiks.
Barium
enema
juga
dapat
telah
banyak
digunakan
untuk
diagnosis
USG
juga
berguna
16
pada
wanita
sebab
dapat
17
5. Laparoskopi (Laparoscopy)
Meskipun laparoskopi mulai ada sejak awal abad 20, namun
penggunaanya untuk kelainan intraabdominal baru berkembang sejak
tahun 1970-an. Dibidang bedah, laparoskopi dapat berfungsi sebagai
alat diagnostik dan terapi. Disamping dapat mendiagnosis apendicitis
secara langsung, laparoskopi juga dapat digunakan untuk melihat
keadaan organ intraabdomen lainnya. Hal ini sangat bermanfaat
terutama pada pasien wanita. Pada appendicitis akut laparoskopi
diagnostik biasanya dilanjutkan dengan apendektomi laparoskopi.6,7
6. Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi adalah standar emas (gold standard)
untuk diagnosis appendicitis akut. Ada beberapa perbedaan pendapat
mengenai gambaran histopatologi appendicitis akut. Perbedaan ini
didasarkan pada kenyataan bahwa belum adanya kriteria gambaran
histopatologi appendicitis akut secara universal dan tidak ada
gambaran histopatologi apendicitis akut pada orang yang tidak
dilakukan operasi. Dari hasil penelitian variasi diagnosis histopatologi
appendisitis akut diperoleh kesimpulan bahwa diperlukan adanya
komunikasi antara ahli patologi dan antara ahli patologi dengan ahli
bedahnya. 6
Definisi histopatologi appendicitis akut:
1. Sel granulosit pada mukosa dengan ulserasi fokal atau difus di
lapisan epitel.
2. Abses pada kripte dengan sel granulosit di lapisan epitel.
3. Sel granulosit dalam lumen apendiks dengan infiltrasi ke dalam
lapisan epitel.
4. Sel granulosit di atas lapisan serosa apendiks dengan abses
apendikuler, dengan atau tanpa terlibatnya lapisan mukusa.
5. Sel granulosit pada lapisan serosa atau muskuler tanpa abses
mukosa dan keterlibatan lapisan mukosa, bukan appendicitis akut
tetapi periappendicitis.
18
mendiskripsikan keluhan yang dialami, suatu hal yang relatif lebih mudah
pada umur dewasa. Keadaan ini menghasilkan angka apendektomi negatif
sebesar 20% dan angka perforasi sebesar 20-30% (Ramachandran, 1996).
Salah satu upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan medis
ialah membuat diagnosis yang tepat. Telah banyak dikemukakan cara
untuk menurunkan insidensi apendektomi negatif, salah satunya adalah
dengan instrumen skor Alvarado. Skor Alvarado adalah sistem skoring
sederhana yang bisa dilakukan dengan mudah, cepat dan kurang invasif
(Seleem; Amri dan Bermansyah, 1997). Alfredo Alvarado tahun 1986
membuat sistem skor yang didasarkan pada tiga gejala , tiga tanda dan dua
temuan laboratorium. Klasifikasi ini berdasarkan pada temuan pra operasi
dan untuk menilai derajat keparahan apendisitis. Dalam sistem skor
Alvarado ini menggunakan faktor risiko meliputi migrasi nyeri, anoreksia,
nausea dan atau vomitus, nyeri tekan di abdomen kuadran kanan bawah,
nyeri lepas tekan, temperatur lebih dari 37,20C, lekositosis dan netrofil
lebih dari 75%. Nyeri tekan kuadran kanan bawah dan lekositosis
mempunyai nilai 2 dan keenam sisanya masing-masing mempunyai nilai
1, sehingga kedelapan faktor ini memberikan jumlah skor 10 (Alvarado,
1986; Rice, 1999).
Skor Alvarado
Faktor Risiko
Skoring
~ migrasi nyeri
~ anoreksia
Tanda
19
Laboratorium
Total Skor
10
Nilai :
<4
kronis
4 7 ragu-observasi
>7
akut
Penelitian yang dilakukan oleh Amri dan Bermansyah (1997)
20
dengan skor 7 atau lebih dan melakukan observasi untuk pasien dengan
skor 5 atau 6.
Andersson, dalam studi meta-analisis gejala klinis dan laboratorium
mendapatkan hasil bahwa riwayat nyeri berpindah (migration pain) dari
umbilikus dan reaksi peritoneal (nyeri tekan kanan bawah, nyeri
lepas/Rebounds sign, Rovsings sign) adalah informasi diagnostik
apendisitis akut yang penting (Andersson, 2004)
G.
ovulasi tanda radang tidak ada, dan nyeri biasanya menghilang kurang dari
dua hari.
5. Infeksi panggul
Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendicitis akut.
Temperatur biasanya lebih tinggi, dan nyeri lebih difus. Pada wanita
biasanya disertai dengan keputihan.
6. Kehamilan ektopik
Pada apendicitis tidak ditemukan tumor dan nyeri pada gerakan servik
uteri tidak seberapa nyata seperti yang ditemukan pada kehamilan
ektopik. Nyeri perut bagian bawah pada apendicitis terletak pada titik
McBurney.
7. Kista ovarium yang terpuntir
Nyeri timbul mendadak dengan intensitas yang tinggi serta teraba massa
dalam rongga pelvis, tidak ada demam.
8. Endometriosis eksterna
Nyeri didapatkan ditempat endometriosis berlangsung, nyeri pada saat
menstruasi karena darah tidak dapat keluar.
9. Gangguan traktus urinarius
Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan
merupakan gambaran yang khas pada batu ureter atau batu ginjal kanan,
juga ditemukan eritrosuria. Pada pielonefritis sering disertai demam tinggi
menggigil, nyeri kostovertebral disebelah kanan dan piuria.
10. Penyakit lain
Penyakit lain yang perlu dipikirkan adalah peradangan diperut seperti
divertikulitis
Meckel,
perforasi tukak
duodenum atau
lambung,
22
H.
Terapi Appendicitis
Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah
apendektomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik. Penundaan
apendektomi sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau
perforasi. Insidensi apendiks normal yang dilakukan pembedahan sekitar
20%. Pada apendicitis akut tanpa komplikasi tidak banyak masalah.
380C pada saat masuk rumah sakit, kompres alkohol dan sedasi diindikasikan
untuk mengontrol demam. 6
Antibiotika sebelum pembedahan diberikan pada semua anak dengan
appendicitis, antibiotika profilaksis mengurangi insidensi komplikasi infeksi
appendicitis. Pemberian antibiotika dihentikan setelah 24 jam selesai
pembedahan. Antibiotika berspektrum luas diberikan secepatnya sebelum ada
biakan kuman. Pemberian antibiotika untuk infeksi anaerob sangat berguna
untuk kasus-kasus perforasi appendicitis. Antibiotika diberikan selama 5 hari
setelah pembedahan atau melihat kondisi klinis penderita. Kombinasi
antibiotika yang efektif melawan bakteri aerob dan anaerob spektrum luas
diberikan
sebelum
dan
sesudah
pembedahan.
Kombinasi
ampisilin
Metronidazol aktif
terhadap bakteri gram negatif dan didistribusikan dengan baik ke cairan tubuh
dan jaringan. Obat ini lebih murah dan dapat dijadikan pengganti
klindamisin.6
Open appendektomi ini merupakan prosedur yang sudah lama menjadi
standar untuk operasi apendicitis. Pada metode ini, ahli bedah melakukan
tindakan operasi dengan melakukan insisi pada perut kanan bawah, dengan
panjang luka kurang lebih 5 cm. Belakangan ini metode open appendektomi
yang menggunakan insisi Mc Burney ini sudah banyak ditinggalkan karena
luasnya insisi sehingga akan menimbulkan jaringan parut yang cukup luas
penyembuhan luka yang lama sehingga tidak baik untuk kosmetik. Pada
teknik laparoskopi appendektomi beberapa incisi kecil dibuat di abdomen
(biasanya 3 irisan). Pada salah satu incisi, laparoskopi dimasukkan.
Laparoskopi mempunyai lensa kecil (sebagai kamera) yang berhubungan
dengan monitor TV. Appendektomi dilakukan oleh ahli bedah sambil melihat
ke monitor TV. Instrumen kecil dimasukkan ke dalam incisi lainnya dan
digunakan untuk mengambil appendiks. 3,5,6,7
24
Komplikasi Appendicitis
Luka infeksi
Abses abdominal/pelvis
Peritonitis
J.
Prognosis Appendicitis
Dengan diagnosis dan pembedahan yang cepat, tingkat mortalitas dan
morbiditas penyakit ini sangat kecil. Angka kematian lebih tinggi pada anak
dan orang tua. Apabila appendiks tidak diangkat, dapat terjadi serangan
berulang.5,9
26
KASUS
1. IDENTITAS
Nama
: An. YI
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 7 tahun
Alamat
: Nguwin, Mangunharjo
Pekerjaan
: Pelajar
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
No. RM
: 205120
2. KELUHAN UTAMA
Nyeri perut kanan bawah.
3. ANAMNESIS (HETEROANAMNESIS)
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah dirasakan sejak 3 hari
yang lalu. Nyeri dirasakan awalnya hilang timbul namun sekarang menjadi
semakin sering. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan panas. Pasien
mengaku nyeri perut bertambah berat jika berjalan sehingga harus
membungkuk jika berjalan. Pasien mengaku nyeri perut dari awal hanya
dirasakan dikanan bawah, nyeri ulu hati (-). Pasien juga mengaku badanya
sumer-sumer sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh mual (+) namun
tidak muntah. Nafsu makan menurun (+). Tidak ada keluhan pada BAK
dan BAB. BAB terakhir 1 hari yang lalu, kentut (+). Nyeri kepala (-),
batuk (-), pilek (-). Tidak ada keluhan lain.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Belum pernah sakit
Riwayat Penyakit Keluarga
27
: Lemah
Kesadaran
: Compos mentis
Tek.darah
: 100/70 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu axiler
: 37, 8C (axiler)
Kepala Leher
Anemia -, Ikterus -, Cyanosis -, Dyspnea Thorax
Bentuk : normal
Paru
Inspeksi : Simetris, retraksi sela iga
Palpasi : Simetris
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi: Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Bentuk: flat
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Timpani
Defence muscular (+), nyeri tekan McBurney (+), nyeri
tekan lepas (+), rovsing sign (+), psoas sign (+)
Hepar: tidak teraba
Lien: Tidak teraba
RT (-) pasien menolak
Atas
Akral hangat
Tidak didapat deformitas
Sendi: tidak didapatkan nyeri sendi
Edema: tidak didapatkan
Bawah
Akral hangat
Deformitas (+) pada ankle D
Sendi: kaku pada ankle D
Edema: tidak didapatkan
Ekstremitas
5. Pemeriksaan Penunjang
- Darah Lengkap:
o Leukosit
: 9100/L
o Hb
: 11,0 g/dl
o HCT
: 34,8%
o Trombosit : 287.000/L
6. Assesment
Appendisitis akut
7. Planning
Planning Diagnosis :
- Serum Elektrolit,
- faal hemostasis (persiapan operasi)
Planning Terapi:
- KIE MRS (Pro Op)
- Puasa
- IVFD RL 500cc/24 jam
- Inj Ceftriaksone 2x 500 mg
- Appendiktomi
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R dan de Jong, Wim. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:
EGC
2. Heller, Jacob L. 2008. Appendectomy - series: Normal anatomy. Retrieved
May
22,
2010,
from
Medline
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/presentations/100001_1.htm
30
Plus:
3. Hackam, David. 2008. Appendicitis. Retrieved May 22, 2010, from Knol A
Unit
of
Knowledge
http://knol.google.com/k/dr-david-
hackam/appendicitis/RNKGbbtd/Z1o0Yg
4. Craig, Sandy. 2008. Appendicitis, Acute. Retrieved May 22, 2010, from
eMedicine : http://emedicine.medscape.com/article/773895-overview
5. Brunicardi, F.C., et al. 2007. Schwartz`s Principle of Surgery. USA : The Mc
Graw Hill Company.
6. Bedah Digestif. 2008. Apendicitis akut. Retrieved May 22, 2010, from Ilmu
Bedah UGM: http://bedahugm.net/Bedah-Digesti/Apendicitis-akut.html
7. Hardin, Mike. 1999. Acute Appendicitis Review and Update. Retrieved May
22,
2009,
from
American
Academy
of
Family
Physicians.:
http://www.aafp.org/afp/991101ap/2027.htm
8. Craig, Sandy. 2008. Appendicitis, Acut Differential Diagnoses & Workup.
Retrieved
May
22,
2010,
from
eMedicine
http://emedicine.medscape.com/article/773895-diagnosis
9. Craig, Sandy. 2008. Appendicitis, Acut - Follow-up. Retrieved May 22, 2010,
from eMedicine : http://emedicine.medscape.com/article/773895-followup
31