Anda di halaman 1dari 21

2.

1 Definisi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang
abnormal rendahnya atau suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada salah satu tingkat
dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid dan organ, dengan akibat terjadinya defisiensi hormon
tiroid, serta gangguan respon jaringan terhadap hormon tiroid.
Hipotiroid bawaan atau kongenital merupakan penyakit pada bayi sejak lahir yang
disebabkan kekurangan hormon tiroid yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
pada bayi dan anak-anak. Kekurangan hormon tiroid pada bayi jika tidak cepat didiagnosi dan
diobati dapat menyebabkan keterbelakangan mental dan kretinisme (terhambatnya pertumbuhan
fisik dan mental).
2.2 Epidemiologi
Sejak pembentukan program berskala nasional skrining neonatus untuk hipotiroidisme
kongenital, berjuta-juta neonatus telah di skrining. Prevalensi hipotiroidisme Kongenital telah
ditemukan adalah 1 dalam 4.000 bayi diseluruh dunia, lebih rendah dari Negro Amerika ( 1
dalam 20.000 ) dan lebih tinggi pada keturunan Spanyol (hispanik) dan Amerika asli (1 dalam
2.000). Defek perkembangan (disgenesis tiroid) merupakan 90% dari bayi yang terdeteksi
hipotiroidisme. Pada sekitar sepertiga bahkan sken radionulkid sensitif tidak dapat menemukan
sisa jaringan tiroid (aplasia). Pada duapertiga bayi yang lain, jaringan tiroid tidak sempurna
ditemukan pada lokasi ektopik, dari dasar lidah (tiroid lidah) sampai posisi normal dileher. Kadar
T4 serum yang ini dan secara bersamaan kadar hormon perangsang tiroid (TSH) meningkat,
memungkinkan skrining dan mendeteksi kebanyakan neonatus hipotiroid.
Sedikit yang diketahui mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi normal dan
perkembangan kelenjar tiroid. Disgenesis tiroid terjadi secara sporadis, tetapi kasus keluarga
kadang-kadang di laporkan. Wanita yang terkena dua kali lebih sering dari pada laki-laki.
penemuan disgenesis tiroid yang sering terbatas hanya pada salah satu pasang kembar monozigot
menyarankan bekerjanya faktor yang merugikan selama kehidupan intrauterin.
2.3 Etiologi

2.3.1 Hipotiroid Kongenital


Selama bertahun-tahun, telah di usulkan bahwa antibodi antitiroid ibu dapat merupakan
faktor tersebut terutama karena antibodi pada penderita dengan penyakit tiroid autoimun
terutama termaksuk pada kelas IgG dan dapat melintasi plasenta. Meskipun antibodi
antimikrosom tiroid telah di deteksi pada beberapa pasangan ibu- bayi, dan sedikit bukti
patogenesitasnya. Peragaan penyekat pertumbuhan tiroid dan antibodi sitotoksik pada beberapa
bayi dengan disgenesis tiroid dan pada ibunya menunjukkan mekanisme patogenetik yang lebih
mungkin. Telah di yakini bahwa anti bodi pengikat TSH ibu sebagai penyebab hipotiroidisme
kongenital sementara dan penyakit Graves neonatus. Jaringan tiroid ektopik (lidah, bawah lidah,
subhiod) dapat memberikan jumlah hormon tiroid yang cukup selama bertahun-tahun atau dapat
gagal pada masa anak. Anak yang terkena datang ke poliklinik karena tumbuh massa pada dasar
lidah atau pada linea mediana leher, biasanya pada setinggi hyoid. Kadang-kadang ektopia
disertai dengan kista dengan kista duktus tiroglossus. Ektopia ini dapat terjadi pada saudarasaudara kandung. Pengambilan secara bedah jaringan tiroid ektopik dari individu eutiroid
biasanya mengakibatkan hipotiroidisme, karena kebanyakan penderita demikian tidak memiliki
jaringan tiroid lain. Program skrining bayi baru dapat mendeteksi penderita ini dan memperjelas
diagnosis yang terlambat.
Ada beberapa penyebab penyakit hipotiroid kongenital. Tergantung dari penyebabnya
hipotiroid kongenital dapat bersifat permanen (pada sebagian besar kasus, > 90%), dapat pula
bersifat sementara atau transient (pada sebagian kecil kasus, <20%).

Penyebab Hipotiroid bawaan permanen:


1. Disgenesis tiroid (80-85%): Perkembangan tiroid yang terganggu (33%) dan
pertumbuhan kelenjar tiroid pada tempat salah (66%)

2. Gangguan pada proses pembuatan hormon tiroid, walaupun pembentukan kelenjar tiroid
normal (10%)
3. Gangguan pada otak yang mengatur produksi hormon tiroid (<5%)
Penyebab Hipotiroid bawaan sementara:
1. Ibu menggunakan obat-obatan yang menekan produksi hormon tiroid (khususnya ibu
yang menderita hipertiroid) pada saat hamil.
2. Ibu memproduksi antibodi tiroid selama hamil yang memblokir produksi hormon tiroid
pada janin.
3. Kadar yodium yang berlebihan selama masa kehamilan atau menyusui akibat penggunaan
obat-obatan yang mengandung yodium pada ibu yang tidak menderita kekurangan
yodium.

2.3.2 Hipotiroid Didapat


Tiroiditis limfositik menahun.
Bahan-bahan goitrogen (yodium, tiourasil, dsb).
Tiroidektomi.
Penyakit infiltratif (sistinosis, histiositosis-X).
Defisiensi yodium (gondok endemik).
Euthyroid sick syndrome
Hipopituitarisme
Penyebab yang paling lazim hipotiroidisme didapat adalah tiroiditis limfositik. Meskipun
secara khas ditemukan pada remaja, keadaan ini terjadi seawal pada usia 2 tahun. Beberapa
penderita dengan disgenesis tiroid kongenital atau defek genetic parsial pada sintesis hormon
tiroid tidak dapat menimbulkan manifestasi klinis sampai masa anak dan nampak seperti
menderita hipotiroidisme di dapat; kebanyakan penderita dengan keadaan ini kini terdeteksi pada
program skrining bayi baru lahir. Tiroidektomi subtotal pada tirotoksikosis atau kanker dapat
menyebabkan hipotiroidisme, seperti halnya pengambilan jaringan tiroid ektopik. Misalnya,
tiroid lidah, tiroid subhioid media, atau jaringan tiroid pada kista duktus tiroglossus merupakan

satu-satunya sumber hormon tiroid, dan pemotongan menyebabkan hipotiroidisme. Karena


kelenjar subhioid biasanya menyerupai kista duktus tiroglossus, sken radionuklid sebelum
pembedahan terindikasi pada penderita ini.
Anak dengan sistinosis nefropati, kelainan yang ditandai dengan penyimpanan sistin
intralisosom dalam jaringan tubuh, mengalami gangguan fungsi tiroid. Hipotiroidisme dapat
jelas, tetapi bentuk yang terkompensasi lebih lazim, dan penilaian berkala kadar TSH terindikasi.
Pada usia 13 tahun, duapertiga penderita ini memerlukan penggantian tiroksin.
Infiltrat histiosit tiroid pada anak dengan histiositosis sel Langerhans dapat menyebabkan
hipotiroidisme.
Iradiasi daerah tiroid yang merupakan kejadian pada pengobatan penyakit Hodgkin atau
malignansi lain atau yang di berikan sebelum transplantasi sumsum tulang sering menyebabkan
kerusakan tiroid. Pada sekitar sepertiga anak tersebut terjadi kenaikan kadar TSH dalam setahun
setelah terapi, dan 15-20 % menjadi hipotiroidisme dalam 5-7 tahun. Beberapa klinisi
menyarankan pengukuran TSH secara periodik, tetapi yang lain menyarankan pengobatan dari
semua penderita yang terpajan dengan dosis T4 untuk menekan TSH.
Penelanan obat-obatan yang mengandung yodium yang lama dapat menyebabkan
hipotiroidisme, biasanya disertai dengan gondok. Amiodaron, obat yang digunakan untuk aritmia
jantung, 37% beratnya terdiri dari yodium, menyebabkan hipotiroidisme pada sekitar 20% anak
yang di obati. Ini mempengaruhi fungsi tiroid secara langsung karena kandungan yodiumnya
yang tinggi juga karena hambatan 5-deiodinase, yang mengubah T 4 menjadi T3. Anak yang di
obati dengan obat ini harus dilakukan pengukuran T4, T3 dan TSH secara seri.1

Penyebab lain hipotiroidisme. Hipotiroidisme kongenital dapat akibat dari pajanan


janin terhadap yodium atau obat antitiroid yang berlebihan. Keadaan ini bersifat sementara dan
tidak boleh dikelirukan dengan bentuk-bentuk hipotiroidisme lain yang diuraikan. Pada neonatus,
penggunaan antiseptic mengandung yodium topical pada kamar perawatan anak dan oleh ahli
bedah juga dapat menyebabkan hipotiroidisme kongetal sementara, terutama pada bayi dengan
berat lahir rendah, dan dapat menimbulkan hasil abnormal pada uji krining neonatus. Pada anak

yang lebih tua, sumber yodium biasanya adalah sediaan paten yang digunakan untuk mengobati
dengan kandungan yodium yang tinggi.
2.5 Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada
respon jaringan terhadap hormon tiroid.
Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :
Hipotalamus membuat thyrotropin releasing hormone (TRH) yang merangsang hipofisis
anterior.
Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (thyroid stimulating hormone = TSH) yang
merangsang kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid mensintesis hormone tiroid (triiodothyronin = T3 dan tetraiodothyronin =
T4 = thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi: konsumsi oksigen,
produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan
vitamin-vitamin, serta kerja dari pada hormon-hormon lain.5

o jaringan kelenjar tiroid yang hilang menyebabkan berkurangnya produksi hormon


tiroid, akibatnya TSH meningkat dan menyebabkan goiter
o Pada aplasia kelenjar tiroid tidak akan ditemukan goiter
o TSH berkurang hipofisa gagal memproduksi TSH, sering karena nekrosis atau
tumor hipofisa.

igure 1. Hypothalamic-Pituitary Axis

Regulation of thyroid hormone levels is accomplished through a negative feedback


mechanism involving the hypothalamus gland secreting TRH which in turn
stimulates the pituitary gland to secrete TSH which stimulates the thyroid gland to
produce T3 and T4 thyroid hormones. The amounts of unbound thyroid hormone
further regulate the process by affecting the levels of TSH secreted by the pituitary.7
Clinical Signs

Antibodi penyekat-reseptor Tirotropin (Thyrotropin Reseptor-Blocking Antibodi


[TRBAb] ). TRBAb dahulu disebut penghambat imnoglobulin pengikat tiroid (Tyroid- binding
inhibitor immunoglobulin [TBII]. Penyebab hipotiroidisme congenital sementara yang tidak
biasa adalah antibodi ibu yang lewat secara transplasenta yang menghambat pengikatan TSH
pada reseptornya pada neonatus. Frekuensinya adalah sekitar 1 dalam 50.000-100.000 bayi.harus
dicurigai kapanpun ada riwayat penyakit tiroid autoimun ibu, termaksud tiroiditis Hashimoto,
penyakit Graves, hipotiroidisme kongenital berulang yang bersifat sementara pada saudara
kandung berikutnya. Pada keadaan ini, kadar TRBAb ibu harus diukur selama kehamilan. Bayi
yang terkena dan ibunya sering juga memiliki antibody perangsang reseptor tirotropin (tirotropin
receptor stimulating antibodies [TRSAb]) dan antibodi antiperoksidase (dahulu antimikrosom).

Technetium perteknatate dan sken

125

I dapat gagal mendeteksi jaringan tiroid apapun,

menyerupai agenesis tiroid tetapi setelah keadaannya membaik, kelenjar tiroid normal dapat
diperagakan setelah penghentian pengobatan penggantian. Waktu paruh antibodi adalah 7,5 hari
dan remisi hipotiroidisme terjadi pada sekitar 3 bulan. Diagnosis yang benar penyebab
hipotiroidisme kongenital ini mencegah pengobatan berkepanjangan yang tidak perlu,
mewaspadakan klinisi terhadap kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya, dan
memungkinkan menawarkan prognosis yang baik pada orang tuanya.
Sintesis tiroksin yang kurang sempurna. Berbagai defek pada biosintesis hormon tiroid
dapat mengakibatkan hipotiroidisme kongenital, bila defek nya tidak sempurna, kompensasi
terjadi, dan mulainya hipotiroidisme dapat terlambat selama beberapa tahun. Gondok hampir
selalu ada, dan defek terdeteksi pada 1 dalam 30.000-50.000 lahir hidup pada program skrining
neonatus. Defek ini ditentukan secara genetik dan dipindahkan dengan cara autosom resesif.
Defek pengangkutan iodium. Ini adalah defek yang jarang yang telah dilaporkan pada 9
bayi dari sekte Hutterite, dan separuh dari kasus adalah berasal dari jepang. Keturunan sedarah
terjadi pada sekitar sepertiga keluarga. Dahulu, hipotiroidisme klinis dengan atau tanpa gondok
sering berkembang pada umur beberapa bulan pertama, tetapi baru-baru ini, keadaan ini telah di
deteksi pada program skrining neonatus. Namun, di jepang, penderita yang tidak di obati
menderita gondok dan hipotiroidisme setelah umur 10 tahun, mungkin karena amat tingginya
kandungan iodium (seringkali 19 mg/ 24 jam) pada diet orang jepang.
Mekanisme tergantung-energi untuk mengkonsentrasikan iodium adalah kurang
sempurna pada tiroid dan kelenjar ludahnya. Berbeda dengan defek sintesis hormon tiroid lain,
ambilan radioyodium dan pertekhnetate rendah; rasio

123

I ludah : serum mungkin diperlukan

untuk menegakkan diagnosis. Keadaan ini merespon terhadap pengobatan dengan dosis besar
kalium iodida, tetapi pengobatan dengan tiroksin lebih diterima.
DEFEK ORGANIFIKASI DAN PASANGAN TIROID PEROKSIDASE. ini
merupakan defek sintesis tiroksin yang paling lazim. Setelah iodium terperangkap oleh tiroid, ia
segera diok-sidasi menjadi iodium reaktif, yang kemudian di gabung ke dalam unit tiroksin.
Proses ini memerlukan generasi H2O2, tiroid peroksidase, dan hematin (kofaktor enzim); defek
dapat melibatkan masing-masing komponen ini, dan ada heterogenitas klinis dan biokimia yang

besar. Pada program skrining neonatus belanda, 23 bayi ditemukan dengan defek organifikasi
total (1 dari 60.000), tetapi prevalensinya pada daerah lain belum diketahui. Temuan khas pada
semua penderita dengan defek ini adalah menurunnya radioaktifitas tiroid bila perkhlorat atau
thiosianat di berikan 2 jam setelah pemberian dosis uji radioiodium. Pada penderita ini
perkhlorate mengeluarkan 40-90 % radioiodium dibandingkan dengan kurang dari 10% pada
yang rendah hipotiroidisme congenital. Penderita dengan sindrom Pendred, gangguan meliputi
gondok dan tuli sensorineural, juga memiliki cairan perkhlorat yang positif, tetapi defek
biokimianya yang tepat pada orang-orang ini belum diketahui .
DEFEK SINTESIS TIROGLOBULIN. Kelompokan kelainan yang heterogen ini,
ditandai dengan gondok, TSH yang meningkat, kadar T4 yang rendah, dan kadar tiroglobulin
ternak Afrikander dan kambing Belanda yang bergondok. Analog defek molecular telah
diuraikan pada beberapa penderita.
DEFEK PADA DEYODINASI. Monoidotirosin dan diiodotirosin yang dilepaskan dari
tiroglibulin secara normal di-deiodinasi oleh deiodinase dalam tiroid atau jaringan perifer.
Yodium yang bebas digunakan kembali pada sintesis Tg. Pada penderita dengan defisiensi enzim
ini terjadi kehilangan banyak yodium karena ekskresi urin tirosin nondeiodinasi yang konstan
mengakibatkan defisiensi hormon dan gondok. Defek deiodinasi dapat terbatas pada jaringan
tiroid saja atau pada jaringan perifer saja, atau dapat universal.
RADIOYODIUM. Hipotiroidisme telah dilaporkan akibat dari pemberian radioyodium
secara tidak sengaja selama kehamilan untuk pengobatan kanker tiroid atau hipertiroidism.
Meskipun hanya sedikit bayi terkena yang telah dilaporkan, survey kecil ahli endokrinologi pada
tahun 1976 menemukan adanya 237 wanita yang telah mendapat dosis terapeutik 131I secara tidak
sengaja selama trimester pertama kehamilan. Tiroid janin mampu menangkap yodium pada 7075 hari. Kapanpun radioyodium diberikan pada wanita usia subur, uji kehamilan harus dilakukan
sebelum dosis terapeutik

131

I diberikan tanpa melihat riwayat menstruasi atau dugaan riwayat

konstrasepsi. Pemberian yodium radioaktif pada wanita yang sedang menyusui juga
terkontraindikasi karena dengan mudah diekskresikan dalam susu.
Defisiensi Tirotropin. Defisiensi TSH dan hipotiroidisme dapat terjadi pada keadaan
apapun yang terkait dengan defek perkembangan kelenjar pituitaria atau hipotalamus. Lebih

sering pada keadaan ini, defisiensi TSH akibat defisiensi hormon pelepas tirotropin ( thyrotropin
releasing hormone [TRH]). Hipotiroidisme kekurangan TSH ditemukan pada 1 dari 30.00050.000 bayi, tetapi hanya 30-40% dari bayi-bayi ini terdeteksi oleh skrining tiroid neonatus.
mayoritas bayi yang terkena memiliki defisiensi kelenjar pituitari multiple dan datang dengan
hipoglikemia, ikterus persisten, dan mikropenis bersama dengan displasi septo-optik, celah bibir
linea mediana, hipoplasi wajah tengah, dan anomaly wajah linea mediana yang lain.
Mutasi Pit-1 adalah penyebab resesif hipotiroidisme akibat defisiensi TSH. Anak yang
terkena juga memiliki defisiensi hormon pertumbuhan dan prolaktin. Pit-1, suatu faktor rekaman
jaringan, adalah sangat penting untuk diferensiasi, rumatan, dan proliferasi somatotrof, dan
thirotrof. Pemeriksaan prolaktin dan respon TSH terhadap stimulasi TRH dapat mendeteksi
penderita ini. Kegagalan respon terhadap TRH harus mempercepat pemeriksaan gen Pit-1.
Mutasi pada gen reseptor TSH (TSHR) telah dilaporkan pada tiga saudara kandung
dengan kadar TSH yang meningkat dan kadar T4 normal; dua diantaranya telah di deteksi selama
skrining neonatus. Walaupun resisten terus menerus terhadap TSH selama masa anak, tetapi tetap
eutiroid tanpa pengobatan. Penderita pada tiga laporan dugaan mutasi TSRH lain menderita
hipotiroidisme berat yang memerlukan pengobatan. Kelainan diwariskan secara autosom resesif.
Defisiensi TSH murni merupakan kelainan autosom resesif yang jarang dan telah
dilaporkan pada lima saudara kandung. Penelitian DNA pada dua anak jepang dan pada tiga anak
keturunan keluarga Yunani menunjukkan mutasi-mutasi titik yang berbeda pada gen TSH
subunit-.
Ketidaktanggapan Hormon Tirotropin. Hipotiroidisme kongenital ringan telah
dideteksi pada bayi baru lahir yang selanjutnya terbukti menderita pseudohipoparatiroidisme
tipe Ia. Penyebab molekular resistensi terhadap TSH pada penderita ini adalah gangguan
menyeluruh aktivasi cAMP yang disebabkan oleh defisiensi genetic subunit guanin nukleotid
pengatur protein.
Hanya lima keadaan ketidaktanggapan TSH murni yang telah dideteksi. Kadar T 4 serum
rendah, kadar TSH serum dengan radioimmunoassay dan bioassay meningkat, dan tidak ada
respons terhadap pemberian TSH eksogen.

Ketidaktanggapan Hormon Tiroid. semakin bertambah jumlah penderita yang


ditemukan yang menderita resistensi terhadap kerja endogen dan eksogen T 4 dan T3. Kebanyakan
penderita menderita gondok, dan kadar T4, T3, T4 bebas, dan T3 bebas meningkat. Penemuan ini
sering menyebabkan diagnosis penyakit Graves yang salah, meskipun kebanyakan penderita
yang terkena secara klinis eutiroid. Ketidaktanggapan ini dapat bervariasi di antara jaringan.
Mungkin ada tanda-tanda klinis hipotiroidisme yang tidak kentara, termasuk retardasi mental,
retardasi pertumbuhan, dan maturisasi skeleton terlambat ringan. Satu manifestasi neurologis
adalah peningkat hubungan gangguan hiperaktivitas deficit perhatian (attention deficit
hyperactivity disorder(ADHD); namun kebalikannya tidak benar, karena individu dengan ADHD
tidak mengalami peningkatan resiko resisten terhadap hormone tiroid. Diduga bahwa penderita
ini menderita resistensi tak sempurna terhadap hormon tiroid. Kadar TSH adalah diagnostik
dalam hal mereka tidak tertekan seperti pada penyakit graves tetapi malahan meningkat sedang
atau normal tetapi tidak sesuai untuk kadar T4 dan T3 bila diukur dengan pemeriksaan TSH
sensitif. Respon TSH terhadap TRH terjadi pada penderita ini, tidak seperti pada keadaan pada
penyakit graves. Kegagalan penekanan TSH menunjukkan bahwa resistensi adalah menyeluruh
dan mempengaruhi kelenjar pituitari juga jaringan perifer. Penyakit ini paling sering diwariskan
dalam autosom dominan. Lebih dari 40 mutasi titik yang berbeda pada domain pengikat hormon
pada reseptor tiroid yang telah diketahui. Fenotip yang berbeda tidak berkorelasi dengan
genotip. Mutasi yang sama telah diamati pada individu dengan resisten menyeluruh atau kelenjar
pituitaria, bahkan pada berbagai individu dengan resisten menyeluruh atau kelenjar pituitaria,
bahkan pada berbagai individu dari keluarga yang sama. Individu heterozigot pada penghapusan
total satu alel hTR adalah normal; anak homozigot pada mutasi reseptor biasanya tidak
menunjukkan resisten berat. Kasus-kasus ini mendukung pengaruh negatif dominan reseptor
mutan, dimana protein reseptor mutan menghambat kerja reseptor normal pada heterozigot.
Kadar T4 yang meningkat pada skrining tiroid neonatus akan menunjukkan kemungkinan
diagnosis ini. Biasanya tidak diperlukan pengobatan jika tidak ada retardasi pertumbuhan dan
skeleton.
Dua bayi hasil perkawinan sodara diketahui menderita bentuk resistensi tiroid autosom
resesif. Bayi ini memiliki manifestasi hipotiroidisme pada awal hidupnya, dan penelitian DNA
menunjukkan adanya penghapusan besar reseptor tiroid pada satu individu. Resistensinya
tampak lebih berat pada bentuk wujud ini.

Pada keadaan yang jarang, resistensi terhadap hormon tiroid mempengaruhi kelenjar-kelenjar
pituitaria secara selektif. Karena jaringan perifer tidak resisten terhadap hormon tiroid, penderita
datang dengan gondok dan manifestasi hipertiroidisme. Temuan laboratorium sama dengan
temuan-temuan yang ditemukan pada resistensi hormon tiroid menyeluruh. Keadaan ini harus
dibedakan dari tumor pengsekresi TSH kelenjar pituitari. Setidaknya seorang anak kecil telah
berhasil di obati dengan terapi D-tiroksin.1
2.6 Gejala klinis
Riwayat dan gejala pada neonatus dan bayi :

Fontanella mayor yang lebar dan fontanella posterior yang terbuka.


Suhu rektal < 35,5C dalam 0-45 jam pasca lahir.
Berat badan lahir > 3500 gram; masa kehamilan > 40 minggu.
Suara besar dan parau.
Hernia umbilikalis.
Riwayat ikterus lebih dari 3 hari.
Miksedema.
Makroglosi
Riwayat BAB pertama > 20 jam setelah lahir dan sembelit (< 1 kali/hari) Kulit kering,

dingin, dan motling (berbercak-bercak).


Letargi.
Sukar minum.
Bradikardia (< 100/menit).5

Diagnosis dan pengobatan dini penting untuk mencegah mental yang permanen pada penderita.
Klinisi semakin menjadi tergantung pada uji skrining neonatus untuk diagnosis
hipotiroidisme congenital. Namun, kesalahan laboraturium terjadi, dan menyadari tanda-tanda
dan gejala-gejala awal harus dipertahankan. Hipotiroidisme congenital dua kali lebih banyak
pada anak perempuan dari pada anak laki-laki. Sebelum program skrining neonatus,
hipotiroidisme congenital jarang dikenali pada bayi baru lahir karena tanda-tanda dan gejalagejalanya biasanya tidak cukup berkembang. Hipotiroidisme ini dapat dicurigai dan diagnosis
ditegakkan selama umur minggu-minggu awal jika terdapat manifestasi awal tetapi kurang khas
dikenali. Berat badan dan panjang lahir adalah normal, tetapi ukuran kepala dapat sedikit
meningkat karena miksedema otak. Ikterius fisiologis yang berkepanjangan, yang disebabkan

oleh maturasi konyugasi glukuronid yang terlambat, mungkan merupakan tanda paling awal.
Kesulitan memberi makan, terutama kelambanan, kurang minat, mengantuk, dan serangan
tersedak selama menyusui, sering muncul selama umur bulan pertama. Kesulitan pernapasan,
sebagian karena lidah yang besar, termasuk episode apnea, pernapasan berisik, dan hidung
tersumbat. Sindrom distress pernapasan khas juga dapat terjadi. Bayi yang terkena sedikit
biasanya tidak berespons terhadap pengobatan. Perut besar, dan hernia umbilikalis biasanya ada.
Suhu badan subnormal, sering dibawah 350C(950F), dan kulit, terutama tungkai, mungkin dingin
dan burik (mottled). Edema genital dan tungkai mungkin ada. Nadi lambat;bising jantung,
kardiomegali, dan efusi pericardium tidak bergejala adalah biasa. Anemia sering ada dan refrater
terhadap pengobatan dengan hematinik. Karena gejala-gejala muncul secara bertahap, diagnosis
sering kali terlambat.
Manifestasi ini berkembang; retardasi perkembangan fisik dan mental menjadi lebih
besar selama bulan-bulan berikutnya, dan pada usia 3-6 bulan, gembaran klinis berkembang
sepenuhnya. Bila hanya ada defisiensi hormone tiroid parsial, gejalanya dapat lebih ringan,
sindromnya tidak penuh, dan mulainya terlambat. Meskipun air susu ibu mengandung sejumlah
hormone tiroid, terutama T3,hormone ini tidak cukup melindungi bayi yang menyusui dengan
hipotiroidisme congenital, dan tidak mempunyai pengruh pada uji skrining tiroid neonatus.
Pertumbuhan anak tersendat, tungkai pendek, dan ukuran kepala normal atau bahkan
meningkat. Fontanella anterior dan posterior terbuka lebar; pengamatan tanda ini pada saat lahir
dapat berperan sebagai pedoman awal untuk mengenali awal hipotiroidisme congenital. Hanya
30% bayi baru lahir normal memiliki fontanella posterior yang lebih besar dari 0,5 cm. Matanya
Nampak terpisah lebar, dan jembatan hidung yang lebar adalah cekung. Fissure pabpebra sempit
dan kelopak mata membengkak. Mulut terbuka, dan lidah yang tebal serta lebar terjulur keluar.
Tumbuh gigi terlambat. Leher pendek dan tebal, dan dapat ada endapan lemak di atas klavikula
dan di antara leher dan bahu. Tangan lebar dan jari pendek. Kulit kering dan bersisik,dan sedikit
keringat. Miksedema Nampak, terutama pada kulit kelopak mata, punggung tangan, dan genitalia
eksterna. Karotenemia dapat menyebabkan perubahan warna kulit kuning, tetapi skleranya tetap
putih. Kulit kepala tebal dan rambut kasar,mudah patah, dan sedikit. Garis rambut menurun jauh
ke bagian bawah dahi, yang biasanya tampak mengerut, terutama ketika bayi menangis.

Perkembangan biasanya terlambat. Bayi hipotiroid tampak lesu dan lamban dalam belajar
duduk dan sendiri. Suaranya serak dan bayi ini tidak belajar berbicara. Tingkat retardasi fisik dan
mental meningkat sejalan dengan usianya. Maturasi seksual dapat terlambat atau tidak terjadi
sama sekali.
Otot biasanya hipotonik, tetapi pada keadaan yang jarang, terjadi hipertrofi otot
menyeluruh (sindrom Kocher-Debre-Semelaigne sindrom). Anak yang terkena dapat memiliki
penampakan atletis karena pseudohipertropi, terutama pada otot betis. Patogenesisnya belum
diketahui; perubahan ultrastruktural dan histokimia yang tidak spesifik nampak pada biopsi otot
yang kembali normal dengan pengobatan. Pada anak laki-laki lebih cenderung berkembang
sindrom, yang telah diamati pada saudara kandung yang lahir dari perkawinan sedarah. Penderita
yang terkena menderita hipotiroidisme yang lebih lama dan lebih berat.
Gejala pada anak :
Dengan goiter maupun tanpa goiter.
Gangguan pertumbuhan (kerdil).
Gangguan perkembangan motorik, mental, gigi, tulang, dan pubertas.
Ganguan perkembangan mental permanen terutama bila onset terjadi sebelum umur 3
tahun.
Aktivitas berkurang, lambat.
Kulit kering.
Miksedema.5
Perlambatan pertumbuhan biasa nya merupakan manifestasi klinis pertama, tetapi tanda
ini sering lewat tanpa diketahui. Perubahan miksedematosa kulit, konstipasi, intoleransi dingin,
energi menurun, bertambahnya kebutuhan untuk tidur berkembang secara diam-diam. Yang
menarik, tugas sekolah dan nilai biasanya tidak terpengaruh, bahkan pada anak yang menderita
hipotiroid berat sekalipun. Maturasi tulang terlambat, sering secara mencolok, yang merupakan
petunjuk lamanya hipotiroidisme.
Beberapa anak datang dengan nyeri kepala, masalah penglihatan, pubertas prekoks, atau
galaktorrea. Anak-anak ini biasanya mengalami pembesaran hiperplastik kelenjar pituitaria,
seringkali dengan perluasan suprasella, setelah hipotiroidisme yang lama; keadaan ini dapat
terkelirukan dengan tumor kelenjar pituitaria.

Semua perubahan ini kembali menjadi normal dengan pergantian T 4 yang cukup, tetapi
pada anak dengan hipotiroidisme yang berlangsung lama, pertumbuhan susulan mungkin tidak
sempurna. Selama 18 bulan pertama pengobatan, maturasi skeleton sering melebihi pertumbuhan
linier yang diharapkan, yang menyebabkan hilangnya sekitar 7 cm ketinggian dewasa yang
diharapkan. Penyebab hal ini belum diketahui.
Pemeriksaan diagnostik dan pengobatan adalah sama seperti yang diuraikan pada
hipotiroidisme kongenital. Pengukuran antibodi antitiroglobulin dan antiperoksidase (dahulu anti
kromosom) dapat mengarah pada tiroiditis autoimun sebagai penyebab. Selama tahun pertama
pengobatan, penjelekkan tugas sekolah, kebiasaan tidur yang buruk, kegelisahan, waktu
perhatian yang pendek, dan masalah-masalah perilaku dapat terjadi, tetapi hal ini terjadi
sementara; mengingatkan keluarga tentang manifestasi ini meningkatkan manajemen yang tepat.

2.7 Pemeriksaan dan Diagnosis


-

Anamnesis :
o

Apakah berasal dari daerah gondok endemik?

Struma pada ibu. Apakah ibu diberi KI, PTU waktu hamil?

Adakah keluarga yang struma?

Perkembangan anak.

Gejala klinis :
Dicurigai adanya hipotiroid bila skor Apgar hipotiroid kongenital > 5; tetapi tidak adanya
gejala atau tanda yang tampak, tidak menyingkirkan kemungkinan hipotiroid kongenital.

Tabel : Skor Apgar pada hipotiroid kongenital

Gejala klinis

Skore

Hernia umbilicalis

Kromosom Y tidak ada (wanita)

Pucat, dingin, hipotermi

Tipe wajah khas edematus

Makroglosi

Hipotoni

Ikterus lebih dari 3 hari

Kulit kasar, kering

Fontanella posterior terbuka (>3cm)

Konstipasi

Berat badan lahir > 3,5 kg

Kehamilan > 40 minggu

Total

15

Laboratorium :
o

Darah, air kemih, tinja, kolesterol serum.

T3, T4, TSH.

Nilai normal hormon tiroid T4 sebesar 18,0 ug/dl. Nilai FTI sebesar 21,4 ug/dl; kadar
normal, 3,9-14,0 ug/dl. Sedangkan T3 sebesar 567 ng/dl; normal 80-220 ng/dl nilai
TSH hanya 0,03 uIU/ml; kadar normal, 0,50-4,00 uIU/ml.
-

Radiologis :
o

USG atau CT scan tiroid.

Tiroid scintigrafi.

Umur tulang (bone age).

X-foto tengkorak .

Diagnosis hipotiroid dapat dilakukan :


-

In utero :
o

Pemeriksaan USG (ada tidaknya goiter).

Post natal :
o

Uji tapis tiroid pada bayi baru lahir (setelah hari ketiga) :

Pelaksanaan bisa dilakukan dengan 3 cara:


Pemeriksaan primer TSH.
Pemeriksaan T4 ditambah dengan pemeriksaan TSH dari sampel darah yang sama, bila
hasil T4 rendah.
Pemeriksaan TSH dan T4 sekaligus pada satu sampel darah.
Nilai cut-off adalah 25U/ml. Bila nilai TSH <25U/ml dianggap normal; kadar TSH >50
U/ml dianggap abnormal dan perlu pemeriksaan klinis dan pemeriksaan TSH dan T4
plasma. Bila kadar TSH tinggi > 40 U/ml dan T4 rendah, < 6 g/ml, bayi diberi terapi
tiroksin dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Bayi dengan kadar TSH diantara 25-50
U/ml, dilakukan pemeriksaan ulang 2-3 minggu kemudian.
o Skor Apgar Hipotiroid Kongenital.

DATA LABORATORIUM. Kebanyakan program skrining bayi lahir di Amerika utara


mengukur kadar T4 ditambah dengan pengukuran TSH bila T4 rendah. Pendekatan ini mengenali
bayi dengan hipotiroidisme primer, penderita dengan globulin pengikat tiroksin (thyroxinebinding globulin [TBG]) yang rendah dan beberapa dengan hipotiroidisme hipotalamus atau
pituitaria, dan bayi yang hipertiroksinemia. Program skrining neonatus di jepang dan eropa
didasarkan pada pengukuran TSH primer; pendekatan ini gagal mengenai bayi dengan
hipertiroksinemia, TBG rendah, dan hipotiroidisme hipotalamus atau pituitaria tetapi dapat
mendeteksi bayi-bayi dengan hipotiroidisme terkompensasi (T 4 normal, TSH meningkat).
Dengan salah satu dari pemeriksaan ini, perawatan khusus perlu diberikan dengan kisaran nilai
normal menurut usia penderita, terutama pada umur minggu-minggu pertama. Tanpa melihat
pendekatan yang digunakan pada skrining, beberapa bayi lolos dari deteksi karena kesalahan
teknis; klinis harus tetap waspada pada manifestasi klinis hipotiroidisme.
Kadar T4 serum rendah; kadar T3 serum dapat normal dan tidak bermanfaat pada
diagnosis. Jika defeknya terutama pada tiroid , kadar TSH meningkat, sering diatas 100U/ml.
Kadar prolaktin serum meningkat berkolerasi dengan kadar TSH serum. Kadar Tg serum
biasanya rendah pada bayi dengan disgenesis tiroid atau defek sintesis atau sekresi Tg. Kadar Tg
yang tidak dapat di deteksi biasanya menunjukkan aplasia tiroid. Perhatian yang khusus harus
diberikan pada kembar monoamnion, karena setidaknya pada 4 kasus skrining neonatus gagal
mendeteksi kembar yang tidak serasi (discordant) dengan hipotiroidisme, dan diagnosisnya
tideutiak dilakukan sampai bayi berusia 4-5 bulan. Nampaknya, transfuse darah eutiroid dari
bayi kembar yang tidak terkena, kadar T4 dan TSH serum bayi kembar yang terkena dinormalisasi
pada skrining awal.
Retardasi perkembangan tulang dapat ditunjukkan dengan rontgenografi pada saat lahir
pada sekitar 60% hipotiroid dengan congenital dan menunjukkan beberapa kehilangan hormone
tiroid selama kehidupan intrauterine. Misalnya, epifisis femoris distal, yang normalnya ada pada
saat lahir, seringkali tidak ada. Pada penderita yang tidak diobati, ketidaksesuaian antara usia
kronologis dan perkembangan tulang bertambah. Epifisis sering memiliki banyak fokus
penulangan (disgenesis epifisis); deformitas (retak) vertebrae torakalis 12 atau lumbalis 1 atau 2
adalah biasa. Rontgenogram tengkorak menunjukkan fontanella besar dan sutura lebar; tulang
antara sutura biasanya ada. Sella tursika sering membesar dan bulat ; pada keadaan yang jarang

mungkin ada erosi dan penipisan. Keterlambatan pada pembentukan dan erupsi gigi dapat terjadi.
Pembesaran jantung atau efusi perikardium dapat ada.
Skintigrafi dapat membantu memperjelas penyebab yang mendasari pada bayi dengan
hipotiroidisme congenital, tetapi pengobatan tidak boleh terlalu lambat karena penelitian ini.
125

I- natrium yodida lebih unggul daripada

99m

Tc-natrium pertekhnetat untuk tujuan ini.

Pemeriksaan ultrasuara tiroid atau kadar Tg serum bukan alternative yang dapat dipercaya untuk
skenning radionuklida. Peragaan jaringan tiroid ektopik dignostik disgenesis tiroid dan
membutuhkan pengobatan seumur hidup dengan T4. Kegagalan memperagakan suatu jaringan
tiroid menunjukkan adanya aplasia tiroid tetapi juga terjadi pada neonatus dengan TRBAb dan
pada bayi dengan defek penangkapan yodium.Kelenjar tiroid yang terletak normal dengan
ambilan radionuklid kuat atau normal menunjukkan defek pada biosintesis hormone tiroid.
Penderita hipotiroidisme gondok mungkin memerlukan evaluasi yang luas. Termaksud
pemeriksaan radioyodium, uji cairan perklorat, penelitian kinetic, khromatografi, dan
pemeriksaan jaringan tiroid, bila harus ditentukan sifat biokimia defek.
Elektrokardiogram dapat menunjukkan gelombang P dan T voltase rendah dengan
amplitudo kompleks QRS yang menurun dan menunjukkan fungsi ventrikel kiri jelek dan adanya
efusi pericardium. Elektroensefalogram sering menunjukkan voltase yang rendah. Pada anak
diatas usia umur 2 tahun , kadar kolesterol serum biasanya meningkat.1
2.9 Penatalaksanaan
Hormon tiroid
Obat pilihan adalah Sodium L-Thyroxine, diberikan sedini mungkin.
Mekanisme kerja obat:
Percepatan proses metabolisme oksidatif peningkatan perputaran energi pada seluruh
organism (efek kalorigenik) peningkatan metabolisme karbohidrat, protein, lemak; pemakaian
oksigen (misalnya peningkatan tekanan darah, penurunan kadar kolesterol darah, perpendekan
masa reflex, sinergisme dengan katekolamin, kenaikan frekuensi jantung, pengurangan resistensi
pembuluh darah perifer), peningkatan pertumbuhan, kematangan jasmani dan rohani (fungsi
kelenjar tiroid yang kurang pada wanita hamil mengakibatkan kretinismus pada anaknya).
1.

Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid ada, diberikan dosis seperti tabel berikut :

Umur

Dosis g/kg BB/hari

0-3 bulan

10-15

3-6 bulan

8-10

6-12 bulan

6-8

1-5 tahun

5-6

2-12 tahun

4-5

> 12 tahun

2-3

Kemudian, konfirmasi diagnosis mungkin diperlukan untuk beberapa bayi untuk


mengesampingkan kemungkinan hipotiroidisme sementara. Ini tidak diperlukan pada bayi
dengan ektopia tiroid yang terbukti atau pada mereka yang menampakkan peningkatan kadar
TSH setelah 6-12 bulan terapi karena buruknya ketaatan atau dosis T4 yang tidak cukup.
Penghentian terapi pada usia sekitar 3 tahun selama 3-4 minggu menyebabkan kenaikan tajam
kadar TSH pada anak dengan hipotiroidisme permanen.
Satu-satunya pengaruh natrium - L-tiroksin yang berbahaya adalah terkait dengan
dosisnya. Kadang-kadang anak yang lebih tua (8-13 tahun) dengan hipotiroidisme didapat dapat
menjadi pseudotumor otak dalam 4 bulan pertama pengobatan. Pada anak yang lebih tua, setelah
kejar pertumbuhan berakhir, angka pertumbuhan menunjukkan indeks kecukupan terapi yang
sangat baik. Orang tua harus di ingatkan lebih dahulu mengenai perubahan pada perilaku dan
aktivitas yang diharapkan selama terapi, dan perhatian khusus harus diberikan pada tiap defisit
perkembangan atau neurologis.
PEMANTAUAN
Kemungkinan terjadinya hipertiroidisme perlu diwaspadai. Dosis yang berlebihan dapat
mengakibatkan takikardia, kecemasan berlebihan, gangguan tidur, dan gejala tirotoksikosis yang
lain. Pemberian tiroksin berlebihan jangka lama mengakibatkan terjadinya kraniosinostosis.
Pemeriksaan fungsi tiroid.

2-4 minggu setelah terapi dimulai dan 2 minggu setelah setiap perubahan dosis.

Secara berkala dianjurkan tiap 1-2 bulan dalam 1 tahun pertama kehidupan, selanjutnya
tiap 3 bulan pada tahun kedua sampai ketiga.

Apabila fase perkembangan otak sudah dilalui, pemantauan dapat dilakukan 3 bulan sampai 6
bulan sekali dengan mengevaluasi pertumbuhan linear, berat badan, perkembangan motorik dan
bahasa serta kemampuan akademis untuk yang sudah bersekolah. Umur tulang dipantau tiap
tahun.
2.10 Prognosis
Makin muda dimulai pemberian hormon tiroid, makin baik prognosisnya. Prognosis jelek
pada kasus yang terlambat diobati, terutama defisit IQ. Sebaliknya penderita yang diobati dengan
hormon tiroid sebelum umur 3 bulan, dapat mencapai pertumbuhan dan IQ yang mendekati
normal. Oleh karena itu diagnosa dini sangat penting, namun sangat sulit ditegakkan secara
klinis karena seringkali pada waktu lahir bayi tampak normal, kalaupun memperlihatkan gejala
sangat samar dan tidak spesifik. Gejala khas hipotiroid biasanya tampak jelas pada saat bayi
berumur beberapa bulan.
2.11 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi bila hipotiroid ini tak ditangani segera, anak pasti
mengalami gangguan pendengaran, karena saraf pendengarannya terganggu. Demikian pula
pertumbuhannya terganggu alias bertubuh pendek. Selain itu, anak menderita anemia karena
hormon tiroid juga digunakan untuk proses pembentukan darah. Untuk mencegah semua itu,
lakukan skrining. Terlebih untuk bayi lahir prematur yang berisiko, juga bila ibunya mengalami
gangguan tiroid.

Anda mungkin juga menyukai

  • VISUM
    VISUM
    Dokumen4 halaman
    VISUM
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Paket 5
    Paket 5
    Dokumen18 halaman
    Paket 5
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • 3086 3055 Refrat Dokter Deni
    3086 3055 Refrat Dokter Deni
    Dokumen19 halaman
    3086 3055 Refrat Dokter Deni
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • KDRT 23 Jan 1
    KDRT 23 Jan 1
    Dokumen4 halaman
    KDRT 23 Jan 1
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Lapjag 26 Okt 17
    Lapjag 26 Okt 17
    Dokumen10 halaman
    Lapjag 26 Okt 17
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Kekerasan FISIK 23 Jan
    Kekerasan FISIK 23 Jan
    Dokumen4 halaman
    Kekerasan FISIK 23 Jan
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Haid Gangguan
    Haid Gangguan
    Dokumen49 halaman
    Haid Gangguan
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Kelainan Tuba
    Kelainan Tuba
    Dokumen39 halaman
    Kelainan Tuba
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • KNF
    KNF
    Dokumen32 halaman
    KNF
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Lapkas IGD 19 Desember 2016 - Kekerasan Tumpul Jari Putus
    Lapkas IGD 19 Desember 2016 - Kekerasan Tumpul Jari Putus
    Dokumen4 halaman
    Lapkas IGD 19 Desember 2016 - Kekerasan Tumpul Jari Putus
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen1 halaman
    1
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • KARSINOMA_NASOFARING
    KARSINOMA_NASOFARING
    Dokumen17 halaman
    KARSINOMA_NASOFARING
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Pema4210 TM 1
    Pema4210 TM 1
    Dokumen3 halaman
    Pema4210 TM 1
    Dian Ayu Ningsih
    100% (1)
  • VISBAY Kekerasan Tajam Hans-Adel
    VISBAY Kekerasan Tajam Hans-Adel
    Dokumen9 halaman
    VISBAY Kekerasan Tajam Hans-Adel
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Laporan Ujian Arif
    Laporan Ujian Arif
    Dokumen6 halaman
    Laporan Ujian Arif
    Raisa Desti Ardianty
    Belum ada peringkat
  • Kasus Dispepsia 2
    Kasus Dispepsia 2
    Dokumen14 halaman
    Kasus Dispepsia 2
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Garap
    Garap
    Dokumen3 halaman
    Garap
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Artikel Pipit
    Artikel Pipit
    Dokumen2 halaman
    Artikel Pipit
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Trauma Kepala Fix
    Trauma Kepala Fix
    Dokumen31 halaman
    Trauma Kepala Fix
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Materi Buku Odum Bagian A, B Dan C
    Materi Buku Odum Bagian A, B Dan C
    Dokumen7 halaman
    Materi Buku Odum Bagian A, B Dan C
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Referat Luka
    Referat Luka
    Dokumen20 halaman
    Referat Luka
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Cover MPB
    Cover MPB
    Dokumen1 halaman
    Cover MPB
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Bab 10
    Bab 10
    Dokumen2 halaman
    Bab 10
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Tifoid
    Laporan Kasus Tifoid
    Dokumen14 halaman
    Laporan Kasus Tifoid
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • CEDERA MEDULA
    CEDERA MEDULA
    Dokumen42 halaman
    CEDERA MEDULA
    Dian Ayu Ningsih
    100% (1)
  • Rhematoid Atritis
    Rhematoid Atritis
    Dokumen20 halaman
    Rhematoid Atritis
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Cedera Kepala
    Cedera Kepala
    Dokumen43 halaman
    Cedera Kepala
    Dian Ayu Ningsih
    Belum ada peringkat