1 Definisi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang
abnormal rendahnya atau suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada salah satu tingkat
dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid dan organ, dengan akibat terjadinya defisiensi hormon
tiroid, serta gangguan respon jaringan terhadap hormon tiroid.
Hipotiroid bawaan atau kongenital merupakan penyakit pada bayi sejak lahir yang
disebabkan kekurangan hormon tiroid yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
pada bayi dan anak-anak. Kekurangan hormon tiroid pada bayi jika tidak cepat didiagnosi dan
diobati dapat menyebabkan keterbelakangan mental dan kretinisme (terhambatnya pertumbuhan
fisik dan mental).
2.2 Epidemiologi
Sejak pembentukan program berskala nasional skrining neonatus untuk hipotiroidisme
kongenital, berjuta-juta neonatus telah di skrining. Prevalensi hipotiroidisme Kongenital telah
ditemukan adalah 1 dalam 4.000 bayi diseluruh dunia, lebih rendah dari Negro Amerika ( 1
dalam 20.000 ) dan lebih tinggi pada keturunan Spanyol (hispanik) dan Amerika asli (1 dalam
2.000). Defek perkembangan (disgenesis tiroid) merupakan 90% dari bayi yang terdeteksi
hipotiroidisme. Pada sekitar sepertiga bahkan sken radionulkid sensitif tidak dapat menemukan
sisa jaringan tiroid (aplasia). Pada duapertiga bayi yang lain, jaringan tiroid tidak sempurna
ditemukan pada lokasi ektopik, dari dasar lidah (tiroid lidah) sampai posisi normal dileher. Kadar
T4 serum yang ini dan secara bersamaan kadar hormon perangsang tiroid (TSH) meningkat,
memungkinkan skrining dan mendeteksi kebanyakan neonatus hipotiroid.
Sedikit yang diketahui mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi normal dan
perkembangan kelenjar tiroid. Disgenesis tiroid terjadi secara sporadis, tetapi kasus keluarga
kadang-kadang di laporkan. Wanita yang terkena dua kali lebih sering dari pada laki-laki.
penemuan disgenesis tiroid yang sering terbatas hanya pada salah satu pasang kembar monozigot
menyarankan bekerjanya faktor yang merugikan selama kehidupan intrauterin.
2.3 Etiologi
2. Gangguan pada proses pembuatan hormon tiroid, walaupun pembentukan kelenjar tiroid
normal (10%)
3. Gangguan pada otak yang mengatur produksi hormon tiroid (<5%)
Penyebab Hipotiroid bawaan sementara:
1. Ibu menggunakan obat-obatan yang menekan produksi hormon tiroid (khususnya ibu
yang menderita hipertiroid) pada saat hamil.
2. Ibu memproduksi antibodi tiroid selama hamil yang memblokir produksi hormon tiroid
pada janin.
3. Kadar yodium yang berlebihan selama masa kehamilan atau menyusui akibat penggunaan
obat-obatan yang mengandung yodium pada ibu yang tidak menderita kekurangan
yodium.
yang lebih tua, sumber yodium biasanya adalah sediaan paten yang digunakan untuk mengobati
dengan kandungan yodium yang tinggi.
2.5 Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada
respon jaringan terhadap hormon tiroid.
Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :
Hipotalamus membuat thyrotropin releasing hormone (TRH) yang merangsang hipofisis
anterior.
Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (thyroid stimulating hormone = TSH) yang
merangsang kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid mensintesis hormone tiroid (triiodothyronin = T3 dan tetraiodothyronin =
T4 = thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi: konsumsi oksigen,
produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan
vitamin-vitamin, serta kerja dari pada hormon-hormon lain.5
125
menyerupai agenesis tiroid tetapi setelah keadaannya membaik, kelenjar tiroid normal dapat
diperagakan setelah penghentian pengobatan penggantian. Waktu paruh antibodi adalah 7,5 hari
dan remisi hipotiroidisme terjadi pada sekitar 3 bulan. Diagnosis yang benar penyebab
hipotiroidisme kongenital ini mencegah pengobatan berkepanjangan yang tidak perlu,
mewaspadakan klinisi terhadap kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya, dan
memungkinkan menawarkan prognosis yang baik pada orang tuanya.
Sintesis tiroksin yang kurang sempurna. Berbagai defek pada biosintesis hormon tiroid
dapat mengakibatkan hipotiroidisme kongenital, bila defek nya tidak sempurna, kompensasi
terjadi, dan mulainya hipotiroidisme dapat terlambat selama beberapa tahun. Gondok hampir
selalu ada, dan defek terdeteksi pada 1 dalam 30.000-50.000 lahir hidup pada program skrining
neonatus. Defek ini ditentukan secara genetik dan dipindahkan dengan cara autosom resesif.
Defek pengangkutan iodium. Ini adalah defek yang jarang yang telah dilaporkan pada 9
bayi dari sekte Hutterite, dan separuh dari kasus adalah berasal dari jepang. Keturunan sedarah
terjadi pada sekitar sepertiga keluarga. Dahulu, hipotiroidisme klinis dengan atau tanpa gondok
sering berkembang pada umur beberapa bulan pertama, tetapi baru-baru ini, keadaan ini telah di
deteksi pada program skrining neonatus. Namun, di jepang, penderita yang tidak di obati
menderita gondok dan hipotiroidisme setelah umur 10 tahun, mungkin karena amat tingginya
kandungan iodium (seringkali 19 mg/ 24 jam) pada diet orang jepang.
Mekanisme tergantung-energi untuk mengkonsentrasikan iodium adalah kurang
sempurna pada tiroid dan kelenjar ludahnya. Berbeda dengan defek sintesis hormon tiroid lain,
ambilan radioyodium dan pertekhnetate rendah; rasio
123
untuk menegakkan diagnosis. Keadaan ini merespon terhadap pengobatan dengan dosis besar
kalium iodida, tetapi pengobatan dengan tiroksin lebih diterima.
DEFEK ORGANIFIKASI DAN PASANGAN TIROID PEROKSIDASE. ini
merupakan defek sintesis tiroksin yang paling lazim. Setelah iodium terperangkap oleh tiroid, ia
segera diok-sidasi menjadi iodium reaktif, yang kemudian di gabung ke dalam unit tiroksin.
Proses ini memerlukan generasi H2O2, tiroid peroksidase, dan hematin (kofaktor enzim); defek
dapat melibatkan masing-masing komponen ini, dan ada heterogenitas klinis dan biokimia yang
besar. Pada program skrining neonatus belanda, 23 bayi ditemukan dengan defek organifikasi
total (1 dari 60.000), tetapi prevalensinya pada daerah lain belum diketahui. Temuan khas pada
semua penderita dengan defek ini adalah menurunnya radioaktifitas tiroid bila perkhlorat atau
thiosianat di berikan 2 jam setelah pemberian dosis uji radioiodium. Pada penderita ini
perkhlorate mengeluarkan 40-90 % radioiodium dibandingkan dengan kurang dari 10% pada
yang rendah hipotiroidisme congenital. Penderita dengan sindrom Pendred, gangguan meliputi
gondok dan tuli sensorineural, juga memiliki cairan perkhlorat yang positif, tetapi defek
biokimianya yang tepat pada orang-orang ini belum diketahui .
DEFEK SINTESIS TIROGLOBULIN. Kelompokan kelainan yang heterogen ini,
ditandai dengan gondok, TSH yang meningkat, kadar T4 yang rendah, dan kadar tiroglobulin
ternak Afrikander dan kambing Belanda yang bergondok. Analog defek molecular telah
diuraikan pada beberapa penderita.
DEFEK PADA DEYODINASI. Monoidotirosin dan diiodotirosin yang dilepaskan dari
tiroglibulin secara normal di-deiodinasi oleh deiodinase dalam tiroid atau jaringan perifer.
Yodium yang bebas digunakan kembali pada sintesis Tg. Pada penderita dengan defisiensi enzim
ini terjadi kehilangan banyak yodium karena ekskresi urin tirosin nondeiodinasi yang konstan
mengakibatkan defisiensi hormon dan gondok. Defek deiodinasi dapat terbatas pada jaringan
tiroid saja atau pada jaringan perifer saja, atau dapat universal.
RADIOYODIUM. Hipotiroidisme telah dilaporkan akibat dari pemberian radioyodium
secara tidak sengaja selama kehamilan untuk pengobatan kanker tiroid atau hipertiroidism.
Meskipun hanya sedikit bayi terkena yang telah dilaporkan, survey kecil ahli endokrinologi pada
tahun 1976 menemukan adanya 237 wanita yang telah mendapat dosis terapeutik 131I secara tidak
sengaja selama trimester pertama kehamilan. Tiroid janin mampu menangkap yodium pada 7075 hari. Kapanpun radioyodium diberikan pada wanita usia subur, uji kehamilan harus dilakukan
sebelum dosis terapeutik
131
konstrasepsi. Pemberian yodium radioaktif pada wanita yang sedang menyusui juga
terkontraindikasi karena dengan mudah diekskresikan dalam susu.
Defisiensi Tirotropin. Defisiensi TSH dan hipotiroidisme dapat terjadi pada keadaan
apapun yang terkait dengan defek perkembangan kelenjar pituitaria atau hipotalamus. Lebih
sering pada keadaan ini, defisiensi TSH akibat defisiensi hormon pelepas tirotropin ( thyrotropin
releasing hormone [TRH]). Hipotiroidisme kekurangan TSH ditemukan pada 1 dari 30.00050.000 bayi, tetapi hanya 30-40% dari bayi-bayi ini terdeteksi oleh skrining tiroid neonatus.
mayoritas bayi yang terkena memiliki defisiensi kelenjar pituitari multiple dan datang dengan
hipoglikemia, ikterus persisten, dan mikropenis bersama dengan displasi septo-optik, celah bibir
linea mediana, hipoplasi wajah tengah, dan anomaly wajah linea mediana yang lain.
Mutasi Pit-1 adalah penyebab resesif hipotiroidisme akibat defisiensi TSH. Anak yang
terkena juga memiliki defisiensi hormon pertumbuhan dan prolaktin. Pit-1, suatu faktor rekaman
jaringan, adalah sangat penting untuk diferensiasi, rumatan, dan proliferasi somatotrof, dan
thirotrof. Pemeriksaan prolaktin dan respon TSH terhadap stimulasi TRH dapat mendeteksi
penderita ini. Kegagalan respon terhadap TRH harus mempercepat pemeriksaan gen Pit-1.
Mutasi pada gen reseptor TSH (TSHR) telah dilaporkan pada tiga saudara kandung
dengan kadar TSH yang meningkat dan kadar T4 normal; dua diantaranya telah di deteksi selama
skrining neonatus. Walaupun resisten terus menerus terhadap TSH selama masa anak, tetapi tetap
eutiroid tanpa pengobatan. Penderita pada tiga laporan dugaan mutasi TSRH lain menderita
hipotiroidisme berat yang memerlukan pengobatan. Kelainan diwariskan secara autosom resesif.
Defisiensi TSH murni merupakan kelainan autosom resesif yang jarang dan telah
dilaporkan pada lima saudara kandung. Penelitian DNA pada dua anak jepang dan pada tiga anak
keturunan keluarga Yunani menunjukkan mutasi-mutasi titik yang berbeda pada gen TSH
subunit-.
Ketidaktanggapan Hormon Tirotropin. Hipotiroidisme kongenital ringan telah
dideteksi pada bayi baru lahir yang selanjutnya terbukti menderita pseudohipoparatiroidisme
tipe Ia. Penyebab molekular resistensi terhadap TSH pada penderita ini adalah gangguan
menyeluruh aktivasi cAMP yang disebabkan oleh defisiensi genetic subunit guanin nukleotid
pengatur protein.
Hanya lima keadaan ketidaktanggapan TSH murni yang telah dideteksi. Kadar T 4 serum
rendah, kadar TSH serum dengan radioimmunoassay dan bioassay meningkat, dan tidak ada
respons terhadap pemberian TSH eksogen.
Pada keadaan yang jarang, resistensi terhadap hormon tiroid mempengaruhi kelenjar-kelenjar
pituitaria secara selektif. Karena jaringan perifer tidak resisten terhadap hormon tiroid, penderita
datang dengan gondok dan manifestasi hipertiroidisme. Temuan laboratorium sama dengan
temuan-temuan yang ditemukan pada resistensi hormon tiroid menyeluruh. Keadaan ini harus
dibedakan dari tumor pengsekresi TSH kelenjar pituitari. Setidaknya seorang anak kecil telah
berhasil di obati dengan terapi D-tiroksin.1
2.6 Gejala klinis
Riwayat dan gejala pada neonatus dan bayi :
Diagnosis dan pengobatan dini penting untuk mencegah mental yang permanen pada penderita.
Klinisi semakin menjadi tergantung pada uji skrining neonatus untuk diagnosis
hipotiroidisme congenital. Namun, kesalahan laboraturium terjadi, dan menyadari tanda-tanda
dan gejala-gejala awal harus dipertahankan. Hipotiroidisme congenital dua kali lebih banyak
pada anak perempuan dari pada anak laki-laki. Sebelum program skrining neonatus,
hipotiroidisme congenital jarang dikenali pada bayi baru lahir karena tanda-tanda dan gejalagejalanya biasanya tidak cukup berkembang. Hipotiroidisme ini dapat dicurigai dan diagnosis
ditegakkan selama umur minggu-minggu awal jika terdapat manifestasi awal tetapi kurang khas
dikenali. Berat badan dan panjang lahir adalah normal, tetapi ukuran kepala dapat sedikit
meningkat karena miksedema otak. Ikterius fisiologis yang berkepanjangan, yang disebabkan
oleh maturasi konyugasi glukuronid yang terlambat, mungkan merupakan tanda paling awal.
Kesulitan memberi makan, terutama kelambanan, kurang minat, mengantuk, dan serangan
tersedak selama menyusui, sering muncul selama umur bulan pertama. Kesulitan pernapasan,
sebagian karena lidah yang besar, termasuk episode apnea, pernapasan berisik, dan hidung
tersumbat. Sindrom distress pernapasan khas juga dapat terjadi. Bayi yang terkena sedikit
biasanya tidak berespons terhadap pengobatan. Perut besar, dan hernia umbilikalis biasanya ada.
Suhu badan subnormal, sering dibawah 350C(950F), dan kulit, terutama tungkai, mungkin dingin
dan burik (mottled). Edema genital dan tungkai mungkin ada. Nadi lambat;bising jantung,
kardiomegali, dan efusi pericardium tidak bergejala adalah biasa. Anemia sering ada dan refrater
terhadap pengobatan dengan hematinik. Karena gejala-gejala muncul secara bertahap, diagnosis
sering kali terlambat.
Manifestasi ini berkembang; retardasi perkembangan fisik dan mental menjadi lebih
besar selama bulan-bulan berikutnya, dan pada usia 3-6 bulan, gembaran klinis berkembang
sepenuhnya. Bila hanya ada defisiensi hormone tiroid parsial, gejalanya dapat lebih ringan,
sindromnya tidak penuh, dan mulainya terlambat. Meskipun air susu ibu mengandung sejumlah
hormone tiroid, terutama T3,hormone ini tidak cukup melindungi bayi yang menyusui dengan
hipotiroidisme congenital, dan tidak mempunyai pengruh pada uji skrining tiroid neonatus.
Pertumbuhan anak tersendat, tungkai pendek, dan ukuran kepala normal atau bahkan
meningkat. Fontanella anterior dan posterior terbuka lebar; pengamatan tanda ini pada saat lahir
dapat berperan sebagai pedoman awal untuk mengenali awal hipotiroidisme congenital. Hanya
30% bayi baru lahir normal memiliki fontanella posterior yang lebih besar dari 0,5 cm. Matanya
Nampak terpisah lebar, dan jembatan hidung yang lebar adalah cekung. Fissure pabpebra sempit
dan kelopak mata membengkak. Mulut terbuka, dan lidah yang tebal serta lebar terjulur keluar.
Tumbuh gigi terlambat. Leher pendek dan tebal, dan dapat ada endapan lemak di atas klavikula
dan di antara leher dan bahu. Tangan lebar dan jari pendek. Kulit kering dan bersisik,dan sedikit
keringat. Miksedema Nampak, terutama pada kulit kelopak mata, punggung tangan, dan genitalia
eksterna. Karotenemia dapat menyebabkan perubahan warna kulit kuning, tetapi skleranya tetap
putih. Kulit kepala tebal dan rambut kasar,mudah patah, dan sedikit. Garis rambut menurun jauh
ke bagian bawah dahi, yang biasanya tampak mengerut, terutama ketika bayi menangis.
Perkembangan biasanya terlambat. Bayi hipotiroid tampak lesu dan lamban dalam belajar
duduk dan sendiri. Suaranya serak dan bayi ini tidak belajar berbicara. Tingkat retardasi fisik dan
mental meningkat sejalan dengan usianya. Maturasi seksual dapat terlambat atau tidak terjadi
sama sekali.
Otot biasanya hipotonik, tetapi pada keadaan yang jarang, terjadi hipertrofi otot
menyeluruh (sindrom Kocher-Debre-Semelaigne sindrom). Anak yang terkena dapat memiliki
penampakan atletis karena pseudohipertropi, terutama pada otot betis. Patogenesisnya belum
diketahui; perubahan ultrastruktural dan histokimia yang tidak spesifik nampak pada biopsi otot
yang kembali normal dengan pengobatan. Pada anak laki-laki lebih cenderung berkembang
sindrom, yang telah diamati pada saudara kandung yang lahir dari perkawinan sedarah. Penderita
yang terkena menderita hipotiroidisme yang lebih lama dan lebih berat.
Gejala pada anak :
Dengan goiter maupun tanpa goiter.
Gangguan pertumbuhan (kerdil).
Gangguan perkembangan motorik, mental, gigi, tulang, dan pubertas.
Ganguan perkembangan mental permanen terutama bila onset terjadi sebelum umur 3
tahun.
Aktivitas berkurang, lambat.
Kulit kering.
Miksedema.5
Perlambatan pertumbuhan biasa nya merupakan manifestasi klinis pertama, tetapi tanda
ini sering lewat tanpa diketahui. Perubahan miksedematosa kulit, konstipasi, intoleransi dingin,
energi menurun, bertambahnya kebutuhan untuk tidur berkembang secara diam-diam. Yang
menarik, tugas sekolah dan nilai biasanya tidak terpengaruh, bahkan pada anak yang menderita
hipotiroid berat sekalipun. Maturasi tulang terlambat, sering secara mencolok, yang merupakan
petunjuk lamanya hipotiroidisme.
Beberapa anak datang dengan nyeri kepala, masalah penglihatan, pubertas prekoks, atau
galaktorrea. Anak-anak ini biasanya mengalami pembesaran hiperplastik kelenjar pituitaria,
seringkali dengan perluasan suprasella, setelah hipotiroidisme yang lama; keadaan ini dapat
terkelirukan dengan tumor kelenjar pituitaria.
Semua perubahan ini kembali menjadi normal dengan pergantian T 4 yang cukup, tetapi
pada anak dengan hipotiroidisme yang berlangsung lama, pertumbuhan susulan mungkin tidak
sempurna. Selama 18 bulan pertama pengobatan, maturasi skeleton sering melebihi pertumbuhan
linier yang diharapkan, yang menyebabkan hilangnya sekitar 7 cm ketinggian dewasa yang
diharapkan. Penyebab hal ini belum diketahui.
Pemeriksaan diagnostik dan pengobatan adalah sama seperti yang diuraikan pada
hipotiroidisme kongenital. Pengukuran antibodi antitiroglobulin dan antiperoksidase (dahulu anti
kromosom) dapat mengarah pada tiroiditis autoimun sebagai penyebab. Selama tahun pertama
pengobatan, penjelekkan tugas sekolah, kebiasaan tidur yang buruk, kegelisahan, waktu
perhatian yang pendek, dan masalah-masalah perilaku dapat terjadi, tetapi hal ini terjadi
sementara; mengingatkan keluarga tentang manifestasi ini meningkatkan manajemen yang tepat.
Anamnesis :
o
Struma pada ibu. Apakah ibu diberi KI, PTU waktu hamil?
Perkembangan anak.
Gejala klinis :
Dicurigai adanya hipotiroid bila skor Apgar hipotiroid kongenital > 5; tetapi tidak adanya
gejala atau tanda yang tampak, tidak menyingkirkan kemungkinan hipotiroid kongenital.
Gejala klinis
Skore
Hernia umbilicalis
Makroglosi
Hipotoni
Konstipasi
Total
15
Laboratorium :
o
Nilai normal hormon tiroid T4 sebesar 18,0 ug/dl. Nilai FTI sebesar 21,4 ug/dl; kadar
normal, 3,9-14,0 ug/dl. Sedangkan T3 sebesar 567 ng/dl; normal 80-220 ng/dl nilai
TSH hanya 0,03 uIU/ml; kadar normal, 0,50-4,00 uIU/ml.
-
Radiologis :
o
Tiroid scintigrafi.
X-foto tengkorak .
In utero :
o
Post natal :
o
Uji tapis tiroid pada bayi baru lahir (setelah hari ketiga) :
mungkin ada erosi dan penipisan. Keterlambatan pada pembentukan dan erupsi gigi dapat terjadi.
Pembesaran jantung atau efusi perikardium dapat ada.
Skintigrafi dapat membantu memperjelas penyebab yang mendasari pada bayi dengan
hipotiroidisme congenital, tetapi pengobatan tidak boleh terlalu lambat karena penelitian ini.
125
99m
Pemeriksaan ultrasuara tiroid atau kadar Tg serum bukan alternative yang dapat dipercaya untuk
skenning radionuklida. Peragaan jaringan tiroid ektopik dignostik disgenesis tiroid dan
membutuhkan pengobatan seumur hidup dengan T4. Kegagalan memperagakan suatu jaringan
tiroid menunjukkan adanya aplasia tiroid tetapi juga terjadi pada neonatus dengan TRBAb dan
pada bayi dengan defek penangkapan yodium.Kelenjar tiroid yang terletak normal dengan
ambilan radionuklid kuat atau normal menunjukkan defek pada biosintesis hormone tiroid.
Penderita hipotiroidisme gondok mungkin memerlukan evaluasi yang luas. Termaksud
pemeriksaan radioyodium, uji cairan perklorat, penelitian kinetic, khromatografi, dan
pemeriksaan jaringan tiroid, bila harus ditentukan sifat biokimia defek.
Elektrokardiogram dapat menunjukkan gelombang P dan T voltase rendah dengan
amplitudo kompleks QRS yang menurun dan menunjukkan fungsi ventrikel kiri jelek dan adanya
efusi pericardium. Elektroensefalogram sering menunjukkan voltase yang rendah. Pada anak
diatas usia umur 2 tahun , kadar kolesterol serum biasanya meningkat.1
2.9 Penatalaksanaan
Hormon tiroid
Obat pilihan adalah Sodium L-Thyroxine, diberikan sedini mungkin.
Mekanisme kerja obat:
Percepatan proses metabolisme oksidatif peningkatan perputaran energi pada seluruh
organism (efek kalorigenik) peningkatan metabolisme karbohidrat, protein, lemak; pemakaian
oksigen (misalnya peningkatan tekanan darah, penurunan kadar kolesterol darah, perpendekan
masa reflex, sinergisme dengan katekolamin, kenaikan frekuensi jantung, pengurangan resistensi
pembuluh darah perifer), peningkatan pertumbuhan, kematangan jasmani dan rohani (fungsi
kelenjar tiroid yang kurang pada wanita hamil mengakibatkan kretinismus pada anaknya).
1.
Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid ada, diberikan dosis seperti tabel berikut :
Umur
0-3 bulan
10-15
3-6 bulan
8-10
6-12 bulan
6-8
1-5 tahun
5-6
2-12 tahun
4-5
> 12 tahun
2-3
2-4 minggu setelah terapi dimulai dan 2 minggu setelah setiap perubahan dosis.
Secara berkala dianjurkan tiap 1-2 bulan dalam 1 tahun pertama kehidupan, selanjutnya
tiap 3 bulan pada tahun kedua sampai ketiga.
Apabila fase perkembangan otak sudah dilalui, pemantauan dapat dilakukan 3 bulan sampai 6
bulan sekali dengan mengevaluasi pertumbuhan linear, berat badan, perkembangan motorik dan
bahasa serta kemampuan akademis untuk yang sudah bersekolah. Umur tulang dipantau tiap
tahun.
2.10 Prognosis
Makin muda dimulai pemberian hormon tiroid, makin baik prognosisnya. Prognosis jelek
pada kasus yang terlambat diobati, terutama defisit IQ. Sebaliknya penderita yang diobati dengan
hormon tiroid sebelum umur 3 bulan, dapat mencapai pertumbuhan dan IQ yang mendekati
normal. Oleh karena itu diagnosa dini sangat penting, namun sangat sulit ditegakkan secara
klinis karena seringkali pada waktu lahir bayi tampak normal, kalaupun memperlihatkan gejala
sangat samar dan tidak spesifik. Gejala khas hipotiroid biasanya tampak jelas pada saat bayi
berumur beberapa bulan.
2.11 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi bila hipotiroid ini tak ditangani segera, anak pasti
mengalami gangguan pendengaran, karena saraf pendengarannya terganggu. Demikian pula
pertumbuhannya terganggu alias bertubuh pendek. Selain itu, anak menderita anemia karena
hormon tiroid juga digunakan untuk proses pembentukan darah. Untuk mencegah semua itu,
lakukan skrining. Terlebih untuk bayi lahir prematur yang berisiko, juga bila ibunya mengalami
gangguan tiroid.