PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis, namun merupakan
sindrom klinis yang kompleks yang mencakup sekelompok keadaan
dengan manifestasi hemodinamik yang bervariasi, namun secara garis
besar disebabkan oleh karena perfusi jaringan yang menurun. Setiap
keadaan yang mengakibatkan tidak tercukupinya kebutuhan oksigen
jaringan, baik karena suplainya yang kurang atau kebutuhannya yang
meningkat, menimbulkan tanda-tanda syok (Muhiman et al., 2004).
Syok merupakan suatu proses progresif yang ditandai dengan
tiga fase, dan tergantung pada faktor-faktor penyebab, respon dari
kompensasi seluler, dan kelainan reperfusi maupun iskemik. Pada
tahap awal kompensasi, sejumlah mekanisme fisiologis kompensasi
neurohormonal berfungsi untuk menjaga tekanan darah dan menjaga
perfusi jaringan yang mencukupi kebutuhan tubuh. Pada tahap ini,
syok mungkin dapat terjadi reversibel, bahkan tanpa intervensi
terapeutik. Namun, ketika mekanisme kompensasi gagal, syok dapat
berkembang ke tahap tidak terkompensasi hingga membutuhkan
intervensi terapeutik. Jika masuk kedalam tahap ireversibel, syok dapat
berkembang sehingga terjadi cedera jaringan, hingga tidak responsif
terhadap terapi konvensional dan dapat menyebabkan kematian
pasien (Kathula et al., 2002).
Syok terjadi pada sekitar 2% dari total jumlah pasien bayi, anakanak, maupun orang dewasa di negara maju, dan tingkat kematian
bervariasi tergantung pada etiologi dan keadaan klinis. Kebanyakan
pasien yang tidak bertahan hidup, tidak mati pada fase akut hipotensi
syok, melainkan sebagai akibat dari komplikasi terkait dan multiple
organ dysfunction syndrome (MODS). Multiple organ dysfunction
syndrome
didefinisikan
sebagai
perubahan
fungsi
organ
yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Syok
Menurut Kobayashi et al (2012), syok adalah ketidakmampuan
tubuh untuk mempertahankan perfusi organ akhir secara adekuat
(Kobayashi et al., 2012). Syok adalah suatu kondisi dimana tidak
adekuatnya
aliran
darah
ke
jaringan
dan
sel-sel
tubuh
yang
pengiriman
oksigen
ke
jaringan
dengan
yang disertai
dengan hipotensi
dan
pengiriman
oksigen.
Termasuk
efek
kardiovaskular
berupa
dalam batas
normal.
perubahan
denyut
jantung,
preload,
afterload,
dan
dampak
negatif
terhadap
miokardium,
menyebabkan
depresi
miokardium,
penurunan
SVR.
dan
Setiap
syok
pasien
distributif
merupakan
menunjukkan
hasil
manifestasi
dari
yang
infeksi
dan
respon
inflamasi.
Dalam
keadaan
normal,
inflamasi
yang
disebabkan
oleh
respon
host
terhadap
rangsangan infeksi baik yang menular atau tidak. Proses inflamasi ini
dipicu ketika sistem pertahanan tubuh tidak cukup kuat untuk
6
jaringan.
TNF
dan
interleukin
(IL)
-1
merangsang
target
menyebabkan
jaringan
kerusakan
dan
lebih
sumber
lanjut.
mediator
Respon
yang
biokimia
dapat
meliputi
tersebut
untuk
berpengaruh
terhadap
perkembangan
berusaha
untuk
menjaga
tekanan
darah.
Hipotensi
syok
hipovolemik
sering
bermanifestasi
sebagai
tejadinya
syok
kardiogenik
adalah
takipnea,
Terlepas
dari
etiologi,
syok
tidak
terkompensasi,
dengan
fungemia,
viremia)
atau
lokal
(misalnya,
meningitis,
adalah
diagnosis
klinis
berdasarkan
anamnesis
dan
10
yang
berada
dalam
kondisi
syok
memerlukan
utamanya
tatalaksana
syok
adalah
membantu
stabilisasi
jalan
napas,
pernapasan,
dan
sirkulasi.
11
terdapat
kondisi
khusus
seperti
syok
kardiogenik
yang
12
dengan
insiden
meningkatanya
edema
paru.
harapan
Resusitasi
hidup
cairan
tanpa
dengan
dengan
tujuan
untuk
menormalkan
nadi
(sesuai
nadi
(norepinephrin
atau
epinephrine)
harus
diberikan
Tabel 6. Target terapi pada masing-masing organ (Turner dan Cheifetz, 2015)
13
faktor resiko dan keadaan klinis pasien. Selain itu, karakteristik bakteri
pada suatu komunitas dan rumah sakit menjadi hal yang harus ikut
dipertimbangkan. Pada neonatus direkomendasikan untuk diberikan
ampisilin disertai cefotaksim atau gentamisin, atau keduanya. Pada
bayi dan anak-anak dengan kasus infeksi komunitas oleh karena
Neisseria meningitidis dapat diterapi secara empiris menggunakan
antibiotik golongan sefalosporin generasi ke-3 (ceftriaxone atau
cefotaxime). Jika didapatkan kejadian infeksi yang tinggi oleh karena
Streptococcus pneumonia yang resisten, pemberian vancomycin dapat
dipertimbangkan.
Jika
didapatkan
kecurigaan
terhadap
infeksi
vancomycin
sebagai
agen
profilaksis,
namun
dipertimbangkan dengan pola resisten bakteri di daerah masingmasing. Pada pasien dengna suspek keterlibatan infeksi intraabdomen,
perlindungan terhadap bakteri anaerob harus dipertimbangkan. Pada
kasus tersebut dapat diberikan antibiotik seperti metronidazole,
klindamisin, atau piperasilin-tazobaktam. Sepsis oleh karena infeksi
nosoklomial harus diterapi dengan antibiotik paling tidak dengan
golongan sefalosporin generasi 3/4 atau penisilin disertai spektrum
gram negative yang luas (piperasilin-tazobaktam). Aminoglikosida
dapat ditambahkan dengan pertimbangan status klinis pasien (Turner
dan Cheifetz, 2015).
Pasien dengan kardiogenik syok memiliiki output jantung yang
tidak adekuat yang disebabkan depresi miokardium baik sistol maupun
diastol, biasanya disertai dengan kompensasi berupa peningkatan SVR.
Pada kasus ini pasien akan menunjukkan respon yang kurang baik
terhadap respon terapi resusitasi cairan dan dapat terjari syok yang
tidak terkompensasi jika cairan tetap diberikan. Bolus dengan dosis
minimal (5-10 mL/kg) harus diberikan pada kasus syok kardiogenik
dengan
tujuan
untuk
menggantikan
defisit
cairan
dan
14
tujuan
untuk
mempertahankan
output
jantung
masih
penyebab
dari
syok
ini
lebih
disarankan,
seperti
pada
pasien
dengan
emboli
paru,
dan
Darah
3-20
pemberian
gr/kg/menit.
dopamin,
Apabila
tambahkan
syok
epinefrin
resisten
dengan
(dosis
0,05-0,3
15
dipergunakan
curah
apabila
jantung
yang
setelah
rendah
resusitasi
dengan
cairan
resistensi
tetapi
perbaikan
rasio antara
frekuensi
denyut
16
respon imun dari host, dan waktu recognition dan terapi (Turner dan
Cheifetz, 2015).
17
BAB III
KESIMPULAN
1. Syok adalah suatu kondisi dimana tidak adekuatnya aliran darah
ke jaringan dan sel-sel tubuh yang mengakibatkan tidak
adekuatnya oksigen dan nutrisi ke sel.
2. Syok terbagi menjadi 5 tipe yaitu, syok hipovolemik,
kardiogenik, distributive, septik, dan obstruktif.
3. Pada fase awal terjadi mekanisme kompensasi, hal tersebut
bertujuan untuk menjaga tekanan darah dengan meningkatkan
curah jantung, systemic vascular resistance (SVR), dan
meningkatkan pengambilan dan distribusi oksigen aliran darah
ke organ penting. Jika pengobatan tidak dimulai atau tidak
memadai selama periode ini, maka akan berkembang menjadi
syok yang tidak terkompensasi, dandapat mengakibatkan MODS
hingga kematian.
4. Keadaan klinis syok sebagian bergantung pada etiologi yang
mendasari, tapi jika tidak diketahui dan tidak diobati, semua
bentuk syok dapat berkembang sehingga muncul tanda-tanda
klinis yang tidak diinginkan dan terjadi perubahan patofisiologis
yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan organ yang
ireversibel dan kematian.
5. Syok ditegakkan berdasarkan diagnosis klinis berdasarkan
anamnesis dan Pemeriksaan fisik. Dalam kasus yang diduga
sebagai syok septik etiologi infeksi harus dicari.
6. Tujuan utamanya tatalaksana syok adalah
membantu
penghantaran oksigen melalui sistem sirkulasi dengan
memastikan volum plasma intravaskular efektif, kapasitas
pembawa oksigen yang optimal, tekanan darah yang adekuat.
7. Dengan pengenalan dini dan terapi, tingkat mortalitas untuk
syok anak terus membaik, tapi syok dan MODS tetap salah satu
penyebab utama kematian pada bayi dan anak-anak.
18
Daftar Pustaka
Muhiman, Muhardi, dkk. Anestesiologi. 2004. Jakarta: Bagian
anestesiologi dan terapi intensif FKUI.
Kobayashi L, Costantini TW, Coimbra R. 2012. Hypovolemic Shock
Resuscitation. Division of Trauma, Surgical Critical Care, and Burns,
Department of Surgery, University of California San Diego School of
Medicine: USA. 1404-1416
American Heart Association. 2005 American Heart Association
guidelines for cardiopulmonary resuscitation and emergency
cardiovascular care of pediatric and neonatal patients: Pediatric
advanced life support. Pediatrics 2006;117:E100S-28.
Kathula, Bolla, Magann. Shock and management of shock. Southern
Medical Journal. November 18, 2002
Turner DA, Cheifetz IM. Shock dalam: Kliegman RM, Stanton, Geme JS,
Schor NF. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-20. Philadelpia:
Saunders; 2015:516-528.
19