ABORTUS INKOMPLIT
Oleh:
Rozan Fikri
(1002005133)
Pembimbing:
dr. Kadek Fajar Marta, M.Biomed, Sp. OG
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tinjauan pustaka dan laporan
kasus yang berjudul Abortus Inkomplit tepat pada waktunya. Penulisan tugas
ini merupakan salah satu prasyarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya
di Bagian/SMF Obstetrik dan Ginekologi FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar.
Dalam penyusunan tugas ini, banyak pihak yang telah membantu dari
awal hingga akhir, baik moral maupun material. Oleh karena itu pada kesempatan
ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1) dr. Tjokorda Gde Agung Suwardewa, Sp.OG (K) selaku Ketua Bagian/SMF
Obstetrik dan Ginekologi FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar
2) dr. I Gede Ngurah Hary Wijaya Surya, Sp.OG selaku Koordinator Pendidikan
Bagian/SMF Obstetrik dan Ginekologi FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar
3) dr. Kadek Fajar Marta M.Biomed, Sp.OG selaku pembimbing dalam
penulisan tugas ini
4) Semua staf Bagian/SMF Obstetrik dan Ginekologi RSUP Sanglah Denpasar
5) Semua pihak yang telah turut membantu penyelesaian tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tinjauan pustaka dan laporan kasus ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik membangun, sangat penulis
harapkan demi perbaikan tugas serupa di waktu berikutnya. Semoga tugas ini juga
dapat memberi manfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Judul .................................................................................................................................
i
Kata Pengantar .................................................................................................................
ii
Daftar Isi ...........................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan ..........................................................................................................1
BAB II Tinjauan Pustaka...................................................................................................3
2.1 Definisi ...................................................................................................................3
2.2 Epidemiologi ..........................................................................................................3
2.3 Etiologi....................................................................................................................4
2.4 Patogenesis .............................................................................................................9
2.5 Gambaran Klinis.....................................................................................................10
2.6 Diagnosis.................................................................................................................10
2.7 Diagnosis Banding..................................................................................................13
2.8 Penatalaksaan .........................................................................................................16
2.9 Prognosis.................................................................................................................20
2.10 Komplikasi ...........................................................................................................20
BAB III Laporan Kasus ...................................................................................................21
BAB IV Pembahasan........................................................................................................26
BAB V Ringkasan............................................................................................................29
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Abortus merupakan suatu keadaan yang menunjukkan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, yaitu sebelum janin mencapai
berat 500 gram atau
mekanisme terjadinya, istilah abortus dibedakan menjadi abortus spontan dan abortus
buatan. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Abortus
buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan. Abortus
terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik.1
Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi beberapa
kelompok, yaitu abortus imminens (threatened abortion), abortus insipiens
(inevitable abortion), abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion, dan
abortus habitualis (recurrent abortion), abortus servikalis, abortus infeksiosus, dan
abortus septik.1,2 Fenomena yang terjadi terkait reproduksi manusia yang tidak
efisien, dan abortus adalah komplikasi tersering pada kehamilan, dengan kejadian
keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang ditemukan. 2,4 Namun angka kejadian
abortus sangat tergantung kapada riwayat obstetri terdahulu, dimana kejadiannya
lebih tinggi pada wanita yang sebelumnya mengalami keguguran daripada pada
wanita yang hamil dan berakhir dengan kelahiran hidup.4
Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada
wanita berusia 20 tahun adalah 14%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah 55%. 4
Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan.2 Penelitianpenelitian terdahulu menyebutkan bahwa angka kejadian abortus sangat tinggi.
Sebuah penelitian pada tahun 1993 memperkirakan total kejadian abortus di
Indonesia berkisar antara 750.000. dan dapat mencapai 1 juta per tahun dengan rasio
18 abortus per 100 konsepsi. Angka tersebut mencakup abortus spontan maupun
buatan.
Abortus inkomplit sendiri yang akan dibahas lebih lanjut dalam paper ini
merupakan salah satu bentuk klinis dari abortus spontan maupun sebagai komplikasi
1
dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Yang per definisi mempunyai
arti sebagai pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Insiden abortus inkompit sendiri
belum diketahui secara pasti namun yang penting diketahui adalah sekitar 60 % dari
wanita hamil yang mengalami abortus inkomplit memerlukan perawatan rumah sakit
akibat perdarahan yang terjadi2,3,4.
Abortus inkomplit memiliki komplikasi yang dapat mengancam keselamatan
ibu karena adanya perdarahan masif yang bisa menimbulkan kematian akibat adanya
syok hipovolemik apabila keadaan ini tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan
tepat. Seorang ibu hamil yang mengalami abortus inkomplit dapat mengalami
guncangan psikis. tidak hanya pada ibu namun juga pada keluarganya, terutama pada
keluarga yang sangat menginginkan anak. Oleh karena hal itulah, mengenal lebih
dekat tentang abortus inkomplit menjadi penting bagi para pelayan kesehatan agar
mampu menegakkan diagnosis kemudian memberikan penatalaksanaan yang sesuai
dan akurat, serta mencegah komplikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram dengan sebagian jaringan
hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus. Abortus inkomplit sendiri merupakan
salah satu bentuk klinis dari abortus spontan maupun sebagai komplikasi dari abortus
provokatus kriminalis ataupun medisinalis.1
2.2 Epidemiologi
Angka kejadian abortus sulit untuk diketahui secara pasti karena banyak kasus yang
tidak dilaporkan. Selain itu angka kejadian abortus bervariasi menurut ketekunan
dalam identifikasi kasus. Di Indonesia proporsi kejadian abortus spontan sebesar
17,75%. Angka terbesar terjadi di Riau yakni 35,96% dan angka terendah di papua
yakni 7,72%. Diperkirakan total kejadian abortus spontan di Indonesia mencapai 2,3
Juta per tahun. Diperkirakan terjadi 37 aborsi untuk setiap 1000 perempuan usia
reproduksi (15-49 tahun) di Indonesia.3,4
Lebih dari 80% aborsi spontan terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan dan
angka tersebut kemudian menurun secara cepat pada umur kehamilan selanjutnya.
Lima puluh persen kejadian abortus pada trimester pertama diakibatkan oleh
abnormalitas kromosom, kemudian menurun menjadi 20-30% pada trimester kedua
dan 5-10% pada trimester ketiga. Terdapat pula perbedaan antara jumlah janin lakilaki dan perempuan pada abortus awal, dimana ratio laki-laki : perempuan 1:5.5
Risiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas di
samping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. Frekuensi abortus yang
dikenali secara klinis bertambah dari 12% pada wanita yang berusia kurang dari 20
tahun, menjadi 26% pada wanita yang berumur di atas 40 tahun dan pada wanita
diatas 45 tahun adalah 50%. Untuk usia paternal yang sama, kenaikannya adalah dari
12% menjadi 20%. Insiden abortus bertambah pada kehamilan yang belum melebihi
3
umur 3 bulan.3,6,7
Angka kejadian abortus inkomplit tidak diketahui secara pasti. Kejadian
abortus berkisar antara 15-20% dari semua kehamilan dengan sekitar 60% dari wanita
hamil dirawat di rumah sakit dengan perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit.
Data dari Afrika Selatan menunjukan bahwa 44.686 perempuan dirawat di rumah
sakit pemerintah dengan abortus inkomplit setiap tahunnya. 15% dari semua pasien
tersebut datang dengan morbiditas berat sementara 19% datang dengan morbiditas
sedang.8
2.3 Etiologi
Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas peristiwa abortus tidak selalu tampak
jelas. Pada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspulsi hasil konsepsi yang terjadi
secara spontan hampir selalu didahului kematian embrio atau janin, namun pada
kehamilan beberapa bulan berikutnya, terkadang janin masih hidup dalam uterus
sebelum ekspulsi. Terjadinya abortus secara spontan dapat dipengaruhi oleh berbagai
etiologi yang saling terkait. Secara umum, etiologi terjadinya abortus spontan dapat
dibagi menjadi tiga yakni janin, maternal, dan paternal.5
2.3.1 Perkembangan Zigot yang Abnormal
Abortus spontan sering disebabkan oleh adanya abnormalitas dari perkembangan
zigot, embrio, fetus atau plasenta. Abnormalitas kromosom bertanggung jawab
terhadap 50-60% embrio yang gugur. Angka ini menurun seiring kemajuan dari umur
persalinan. Sembilan puluh lima persen dari abnormalitas kromosom disebabkan oleh
kesalahan gametogenesis maternal sementara 5% disebabkan oleh kesalahan paternal.
Autosomal trisomi, monosomi X (45,X), dan autosomal trisomi merupakan kelainan
kromosom yang paling sering ditemui pada abortus.5 Sebuah penelitian meta-analisis
menemukan kasus abnormalitas kromosom sekitar 49% dari abortus spontan. Trisomi
autosomal merupakan anomali yang paling sering ditemukan (52%), kemudian diikuti
oleh poliploidi (21 %) dan monosomi X (13%).9
lebih banyak. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap.1,5,10
2.5 Gambaran Klinis
Gejala umum yang merupakan keluhan utama pada pasien dengan abortus inkomplit
adalah perdarahan pervaginam derajat sedang sampai berat disertai dengan kram pada
perut bagian bawah, bahkan sampai ke punggung. Perdarahan dapat berjumlah
banyak atau sedikit tergantung dari jaringan fetus/plasenta yang tersisa pada janin.
Perdarahan yang masif pada pasien akan menyebabkan pasien jatuh dalam kondisi
syok hipovolemi. Pasien abortus inkomplit datang dengan riwayat telat haid serta
hilangnya tanda-tanda kehamilan. Pada pemeriksaan fisik anogenital didapatkan
adanya perdarahan pada vagina yang dapat disertai dengan keluarnya jaringan. Pada
pemeriksaan tinggi fundus didapatkan tinggi fundus lebih rendah dari usia kehamilan.
Nyeri tekan dapat ditemukan pada daerah supra pubik. Pada pemeriksaan dalam
(vaginal toucher) dapat ditemukan porsio terbuka, perdarahan, dan ditemukannya sisa
jaringan.5,10
2.6 Diagnosis
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik serta dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang.
a.
Anamnesis
10
11
Gejala
- Perdarahan
banyak/sedang dari
Penunjang
- Tes kehamilan
umur kehamilan
- Dilatasi serviks (+)
kehamilan sebelum
- Teraba jaringan
urin masih
positif
- USG: terdapat
sisa hasil
atau masih
konsepsi (+)
- Keluar jaringan
menonjol pada
sebagian (+)
Iminens
Pemeriksaan
uterus pada
20 minggu
Abortus
Pemeriksaan Fisik
- Perdarahan dari
uterus pada
kehamilan sebelum
20 minggu berupa
flek-flek
osteum uteri
eksternum
- TFU sesuai dengan - Tes kehamilan
umur kehamilan
- Dilatasi serviks (-)
urin masih
positif
- USG:gestasion
al sac (+), fetal
movement (+),
13
fetal heart
movement (+)
Abortus
- Perdarahan banyak
insipient
20 minggu
urin masih
positif
- USG:gestasion
Abortus
- Perdarahan (-)
komplit
umur kehamilan
urin masih
- Keluar jaringan
positif bila
sebagian (+)
- Tes kehamilan
Missed
- Perdarahan (-)
abortion
umur kehamilan
- Biasanya tidak
konsepsi (-)
- Tes kehamilan
urin negative
setelah 1
merasakan keluhan
minggu dari
apapun kecuali
terhentinya
merasakan
pertumbuhan
pertumbuhan
kehamilan
kehamilannya tidak
- USG:gestasion
seperti yang
diharapkan. Bila
kehamilannya >14
movement (-),
14
minggu sampai 2o
fetal heart
minggu, penderita
movement (-)
merasakan
rahimnya
mengecil, tandatanda kehamilan
sekunder pada
payudara mulai
Mola
Hidatidosa
menghilang.
- Tanda kehamilan
(+)
- Terdapat banyak
urin masih
positif (Kadar
atau sedikit
atau sedikit
gelembung mola
gelembung mola
100.000
- Perdarahan
- DJJ (-)
banyak/sedikit
ringan
- Mual muntah (+)
- Perdarahan berupa
flek-flek
- Nyeri perut ringan
mIU/mL
- USG:adanya
Blighted ovum
- Tes kehamilan
(snow storm)
- TFU kurang dari
- Tes kehamilan
usia kehamilan
urin positif
- OUE menutup
- Tanda kehamilan
- USG:
gestasional sac
(+)
(+), namun
kosong (tidak
Kehamilan
terisi janin)
- Nyeri abdomen (+) - Lab darah : Hb
ektopik
- Tanda kehamilan
- Tanda-tanda syok
terganggu
(KET)
(+)
- Perdarahan
peraginam (+/-)
rendah, eritrosit
(+/-) : hipotensi,
dapat
pucat, ekstremitas
meningkat,
dingin
leukosit dapat
15
- Tanda-tanda akut
meningkat
positif
- USG:
gestasional sac
dinding abdomen
di luar cavum
uteri
pergerakan servik
- Uterus dapat
teraba agak
membesar dan
teraba benjolan di
samping uterus
yang batasnya
sukar ditentukan
- Cavum douglas
menonjol berisi
darah dan nyeri
bila diraba
2.8 Penatalaksanaan
Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien dan diperiksa apakah
ada tanda-tanda syok. Penatalaksanaan abortus spontan dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik pembedahan maupun medis. Teknik pembedahan dapat terdiri
dari dilatasi serviks yang diikuti dengan pengosongan isi uterus baik dengan cara
kuretase, aspirasi vakum, dilatasi dan evakuasi, maupun dilatasi dan ekstrasi, teknik
induksi haid, dan laparotomi yang dapat dilakukan dengan histerotomi maupun
histerektomi. Induksi abortus dengan tindakan medis menggunakan preparat antara
lain : oksitosin intravenus, larutan hiperosmotik intraamnion seperti larutan salin 20%
atau urea 30%, prostaglandin Ez, F2a dan analog prostaglandin yang dapat berupa
16
perforasi uterus, laserasi serviks, perdarahan, evakuasi jaringan sisa yang tidak
lengkap dan infeksi. Komplikasi ini meningkat pada umur kehamilan setelah
trimester pertama, dengan demikian, tindakan evakuasi yang dilakukan pada
kehamilan diatas trimester pertama berupa dilatasi dan evakuasi. Panas bukan
merupakan kontraindikasi untuk kuretase apabila pengobatan dengan antibiolik yang
memadai segera dimulai.6
Penatalaksanaaan abortus dengan teknik medis dibuktikan aman dan efektif.
Efikasi terapi mifepriston dengan misoprostol dilaporkan sebesar 98% pada
kehamilan trimester pertama awal. Namun demikian, pada abortus inkomplit, metode
ini tidak memberikan keuntungan yang signifikan. Untuk mencapai ekspuisi spontan
yang lengkap dengan terapi prostaglandin (misoprostol) diperlukan waktu rata-rata
selama 9 hari. Regimen mefepriston, antiprogesteron digunakan secara luas, bekeria
dengan cara mengikat reseptor prigesteron, sehingga terjadi inhibisi efek progesteron
untuk menjaga kehamilan. Dosis yang digunakan 200 mg. Kombinasi selanjutnya (36
- 48 jam) dengan pemberian prostaglandin 800 g insersi vagina mengakibatkan
kontraksi uterus lebih lanjut yang kemudian diikuti dengan ekspuisi jaringan
konsepsi.
Efek yang terjadi pada terapi dengan obat-obatan ini berupa kram pada perut
yang disertai dengan perdarahan yang menyerupai menstruasi namun dengan fase
yang memanjang, selama 9hari bahkan dapat terjadi selama 45 hari. Kontraindikasi
penggunaan obat-obat tersebut adalah pada keadaan dengan gagal ginjal akut,
kelainan fimgsi hati, perdarahan abnormal, perokok berat dan alergi.2
2.9 Prognosis
Abortus inkomplit yang dievakuasi dini tanpa infeksi memberikan prognosis yang
baik terhadap ibu. Pada wanita dengan riwayat pernah mengalami abortus sebanyak
satu kali, maka kemungkinan untuk mengalami abortus kembali pada kehamilan
selanjutnya adalah sekitar 15%. Sedangkan jika ia pernah mengalami abortus
sebanyak dua atau tiga kali, maka kemungkinannya meningkat, yaitu berturut-turut
sekitar 25% dan 30-45%.1
19
2.10 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh abortusnya sendiri maupun akibat dari
tindakan penanganan yang dilakukan. Abortus inkomplit yang tidak ditangani dengan
baik dapat mengakibatkan syok akibat perdarahan hebat dan infeksi akibat retensi sisa
hasil konsepsi yang lama di dalam kavum uteri. Tindakan kuretase pada abortus
inkomplit juga dapat menimbulkan komplikasi antara lain:14
a.
Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntahmuntah, bradikardia, dan cardiac arrest.
b.
c.
d.
: NKS
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 34 tahun
20
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Suku
: Bali
Agama
: Hindu
Status Perkawinan
: Menikah
Alamat
Nama Suami
: IKA
Pekerjaan
: Security
No. CM
: 15046538
Tgl MRS
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Perdarahan pervaginam
Perjalanan Penyakit :
Pasien datang sadar diantar oleh suami dengan keluhan perdarahan
pervaginam sejak pukul 09.00 WITA (15 September 2015). Darah yang
keluar bewarna merah kehitaman dan bergumpal. Keluarnya darah disertai
jaringan yang berbentuk seperti cicak. Diceritakan pada awalnya perdarahan
terjadi saat pasien sedang bekerja. Darah yang keluar awal mulanya sedikit.
Kemudian pada malam harinya darah kembali keluar melalui vaginanya
dengan jumlah yang lebih banyak dan disertai dengan gumpalan. Suami
pasien kemudian membawa pasien ke bidan sekitar pukul 22.00 untuk
diperiksa. Lalu bidan memberikan surat rujukan untuk dirawat di RSUP
Sanglah. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah. Riwayat
tes kencing positif sekitar 1 bulan lalu.
Riwayat menstruasi:
Menarche dikatakan pada usia 14 tahun, siklus teratur setiap 28 hari, teratur,
lama menstruasi 5-7 hari. Keluhan saat haid (-). Frekuensi ganti pembalut
saat haid adalah 3x sehari.
21
Riwayat Perkawinan:
Menikah satu kali selama 7 tahun, saat usia 27 tahun.
Riwayat Persalinan:
1. Tahun 2009, laki-laki, persalinan spontan belakang kepala, bidan, 3100
gram, aterm, 6 tahun.
2. Tahun 2012, perempuan, persalinan spontan belakang kepala, bidan,
3400 gram, aterm, 3 tahun.
3. Hamil ini
Riwayat Hamil Ini :
HPHT
: 23 Juni 2015
Tafsiran partus
: 30 Maret 2016
ANC
:-
USG
:-
Vaksinasi TT
:-
: Compos mentis
TD
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Respirasi
: 20x/menit
Suhu axilla
: 36,5oC
Tinggi badan
: 151 cm
Berat badan
: 50 kg
Status General
Mata : Anemia (-/-), ikterus(-/-)
THT : Kesan Tenang
Thorax : Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Po : Vesikular (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen : sesuai status ginekologi
Ekstremitas : Akral hangat + +
Edema - -
+ +
- -
Status Ginekologi
Abdomen : Tinggi fundus uteri tidak teraba
nyeri tekan tidak ada
tanda cairan bebas tidak ada
massa tidak ada
23
: 7,38 x 103/L
HGB
: 13,6 g/dL
HCT
: 39,8%
PLT
: 253 x 103/L
BT : 1 00
CT : 7 30
3.5 Diagnosis Kerja :
G3P2002 12-13 minggu dengan abortus inkomplit
3.6 Diagnosis Banding
1.
Abortus iminens
2.
Abortus insipien
3.
Abortus inkomplit
4.
Missed abortion
5.
Mola hidatidosa
6.
Blighted ovum
7.
24
3.7 Penatalaksanaan :
Terapi
Monitoring
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Diagnosis
Seorang pasien 34 tahun, Hindu, Bali, datang dengan keluhan perdarahan pervaginam
sejak satu hari yang lalu (15-9-2015), dikatakan bahwa darah yang keluar bewarna
merah kehitaman dan bergumpal disertai jaringan. Pasien juga mengeluhkan nyeri
pada perut bagian bawah dengan riwayat tes kencing positif sekitar 1 bulan lalu.
Terdapat riwayat telat haid dimana hari pertama haid terakhir pada tanggal 23 Juni
2015.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status present dan general dalam batas
normal, pemeriksaan abdomen fundus uteri tidak teraba, nyeri tekan tidak ada, tanda
cairan bebas tidak ada, massa tidak ada. Inspeksi vagina menggunakan spekulum
ditemukan adanya fluksus (+), flour (-), p (+), jaringan (+). Dari pemeriksaan dalam
(vaginal toucher) didapatkan fluksus (+), flour (-), p (+), teraba jaringan, korpus
uteri antefleksi dengan besar dan bentuk setara dengan umur kehamilan, dan adneksa
parametrium dan cavum Douglasi dalam batas normal.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan tersebut pasien
ini didiagnosa sebagai abortus inkomplit dengan keadaan umum penderita masih
25
4.4 Prognosis
Prognosis pada pasien ini adalah dubius ad bonam mengingat tidak ada faktor
resiko yang berat pada pasien yang mungkin menyebabkan terjadinya abortus
berulang serta tidak ditemukannya komplikasi pasca tindakan kuretase.
27
BAB V
RINGKASAN
Telah dilaporkan kasus wanita 34 tahun, hamil muda 12-13 minggu yang
mengalami perdarahan pervaginam. Dari hasil pemeriksaan klinis didiagnosa dengan
abortus inkomplit. Penatalaksanaan awal pada kasus abortus adalah melakukan
penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien dan selanjutnya diperiksa
apakah ada tanda-tanda syok. Untuk mengurangi resiko perdarahan dan komplikasi
lain yang mungkin timbul, maka pada kasus abortus inkomplit ini dilakukan
pengeluaran sisa jaringan dengan kuretase, kemudian diberikan medikamentosa
seperti golongan uterotonika, antibiotika dan analgetik. Dari hasil pemeriksaan klinis
didiagnosa dengan abortus inkomplit. Setelah dilakukan kuretase dan post kuretase
keadaan penderita baik dan dipulangkan 2 jam setelah kuretase. Penderita diberikan
obat oral yaitu Amoxicillin 3 x 500mg, Asam mefenamat 3 x 500mg, Metilergometrin
3 x 5mg. Penderita disarankan untuk kontrol ke poliklinik satu minggu kemudian
untuk mengetahui perkembangan penderita. Abortus inkomplit yang di evakuasi lebih
dini tanpa disertai infeksi memberikan prognosis yang baik.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
7. Stovall TG. Early Pregnancy Loss and Ectopic Pregnancy. In : Berek JS, et
all. Novak's Gynaecology. 13th ed. Philadelphia; 2002 : p. 507 - 9
8. Rees H. 1997. The Epidemiology of Incomplete Abortion South Africa. SA tr
Med J 1997;87:432-437
9. Griebel CP, Vorsen JH, Golemon TB, Day AA. Management of Spontaneus
Abortion. AAFP American Family Physician. October 01,2005;72;1.
10. Morton A, Stenchever MD, William, Droegemueller MD, Herbst Arthur L
MD, Daniel R Mishell. MD, Arthur L. H. Spontaneous and Recurrent
Abortion, Etiology, Diagnosis, Treatment in Comprehensive Gynecology 5th
eds. Mosby: 2002, p.157-16
11. Garmel SH. Early Pregnancy Risk. In: De Cherney AH, Nathan L, editors.
Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment 9th ed. New York,
NY: McGraw Hill; 2003
12. Sagili H. 2007. Review Modern Management of Miscarriage. The
Obstetrician & Gynaecologist 2007;9:102108.
13. Valley.V.T. Early Pregnancy Loss. In:Emedicine.
http://reference.medscape.com/article/266317-overview last updated: 29
September 2014
14. Safe Abortion: Technical & Policy Guidance for Health System. Geneva:
WHO, 2003
15. Wiknjosastro GH, Saifflidin AB, Rachimadhi T. Ilmu Bedah Kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, 2000.
30