PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, dan
masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia.
Keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan
serta kurangnya kemauan individu dan kelompok dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
secara mandiri.
Keperawatan diakui sebagai suatu disiplin ilmu, karena memiliki body of knowledge yang
dikembangkan melalui proses ilmiah bersifat universal dan diakui kebenarannya secara ilmiah.
Suatu disiplin berkembang karena ilmu akan digunakan dan diaplikasikan dalam praktik.dasar
dari ilmu pengetahuan mengacu pada model konspetual. Model Konseptual ini mengacu pada
ide-ide global mengenai individu, kelompok, situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan
disiplin yang sifatnya spesifik.
Grand theory adalah paradigma umum tentang ilmu keperawatan ( Higgins & Moore
dalam Pamela G.Reed et.al . (2004). Teori ini bersifat formal, merupakan sistem teori yang
bersifat abstrak dari kerangka disiplin keilmuan. Grand theory memerlukan spesifikasi lebih
lanjut dalam banyak kasus, serta pemisahan pernyataan-pernyataan teoritisnya supaya bisa diuji
dan dibuktikan secara teoritis. Para ahli grand theory menyatakan rumusan-rumusan teoritis
mereka pada tingkat abstraksi yang sangat umum, dan sering dijumpai kesulitan-kesulitan
mengaitkan rumusan-rumusan itu dengan realitas.
Menurut Higgins & Moore dalam Pamela G.Reed et.al . (2004), grand theory mempunyai
kontribusi yang signifikan dalam keperawatan, antara lain memberikan batasan batasan
sehingga keperawatan dapat mempunyai identitas dalam keberadaannya, selain itu grand theory
juga mempunyai kontribusi untuk memberikan perspektif sejarah keperawatan, keadaan pada
waktu tersebut dan memberikan gambaran bagaimana para pencipta mengembangkan teori, juga
filosofi mereka mendasari ilmu keperawatan, pendidikan mereka serta prespektif terhadap
praktek keperawatan.
Berdasarkan uraian diatas, dalam makalah ini akan dibahas model adaptasi dari Sister
Callista Roy yang merupakan salah satu pakar conceptual models and grand theories
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum makalah ini adalah untuk mendapatkan gambaran model konseptual dari
Callista Roy
2. Tujuan Khusus
Diharapkan setelah membaca makalah ini, mahasiswa mampu :
a. Mengetahui riwayat Callista Roy
b. Mengetahui sumber teoritis dari Callista Roy
c. Menjelaskan model konsep adaptasi Callista Roy
d. Memahami konsep utama model adaptasi Callista Roy
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing
pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada
tahun 1966 di University of California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia
lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E.
Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep
adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan.
Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964)
seorang ahli fisiologis psikologis, untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen
mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat
adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus
yaitu : focal stimulus, konsektual stimulus dan residual stimulus.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap
manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi
nilai humanisme dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali
keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah
keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di area adaptasi
seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah
beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan
keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan
diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Marys
College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk
mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang
peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
B.
adalah individu, keluarga, kelompok , dan masyarakat yang dipandang sebagai Holistic adaptif
system dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan. System adalah satu kesatuan yang
dihubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling
ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. System terdiri dari proses input, output, kontrol,
dan umpan balik (Roy, 1991). System dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sister Callista Roy (1984, Introduction to Nursing: An Adaptation Model (2nd ed) dalam Saleeem, 2008)
1.
Input
Menurut Roy input adalah sebagai stimulus yang merupakan kesatuan informasi, bahan-
bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon. Selain itu sebagai suatu
sistem
yang dapat menyesuaikan diri dengan menerima masukan dari lingkungan dalam
individu itu sendiri, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual, dan
stimulus residual.
a.
Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik eksternal
maupun internal yang mempengaruhi situasi positif atau negatif dan dapat diobservasi
,diukur dan secara subjektif dilaporkan, seperti pada anemia.
c.
Stimulus residual yaitu faktor internal dan eksternal yang relevan dengan situasi yang ada
tetapi sulit diobservasi
berkembang sesuai pengalaman masa lalu, yang memberi proses belajar untuk toleransi.
Seperti pengalaman pada nyeri pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak.
2.
Kontrol
Menurut Roy proses kontrol seseorang adalah bentuk mekanisme koping yang digunakan.
Mekanisme kontrol ini terdiri dari regulator dan kognator yang merupakan subsistem.
a.
b.
Subsistem kognator, merupakan stimulus yang berupa ekternal maupun internal. Output
perilaku dari subsistem regulator dapat menjadi stimulus umpan balik untuk subsistem
kognator. Proses kontrol subsistem kognator berhubungan dengan fungsi otak dalam
memproses informasi, penilaian, dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan
dengan proses internal dalam memilih perhatian, mencatat dan mengingat.
3.
Effektor
Roy mengembangkan proses internal seseorang sebagai
menetapkan sistem efektor, yaitu empat model adaptasi meliputi fungsi fisiologis, konsep diri,
fungsi peran, dan interdependensi.
a. Fungsi fisiologis, berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi
sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas,
terdiri dari fungsi fisiologis tingkat dasar yang meliputi lima kebutuhan dasar dan fungsi
fisiologis komplek yang meliputi empat kebutuhan, yaitu sebagai berikut :
seseorang
berinteraksi
dengan
lingkungan.
Rasa
nyeri
perlu
berinisiatif
Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat diamati, diukur atau secara subjektif
dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar. Perilaku ini merupakan umpan balik
dari sistem. Roy mengidentifikasi output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang
mal adaptif. Respon adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan
dapat terlihat bila seseorang mampu memenuhi tujuan hidup, berupa kelangsungan hidup,
perkembangan, reproduksi, dan menjadi manusia yang berkualitas. Sedangkan respon yang mal
adaptif merupakan perilaku yang tidak mendukung tujuan seseorang.
Keseluruhan model adaptasi Roy tergambar dalam skema berikut ini :
MODEL ADAPTASI
FISIOLOGIS
Nutrisi
Memelihara
fungsi,
meningkatkan
Elimasi
Program Magister_Callista Roy
tubuh
melawan
infeksi,
lingkungan
melalui
pengelihatan,
10
Fungsi Neurologi
Mengkoordinasi dan mengontrol pergerakan
tubuh, kesadaran , dan proses kognisi dan
emosional
Fungsi Endokrin
Mengintegrasi dan mengkoordinasi fungsi
KOGNATOR
tubuh
PHYSICAL SELF
KONSEP DIRI
diri
dari
PERSONAL SELF
Konsistensi diri:
internal
danmenghindarkan disekuilibrium.
11
utama
sesuatu
,bagaimana
ekspektasi
dan
Spiritual
keamanan
melalui
pemeliharaan hubungan
FUNGSI PERAN
Kebutuhan dasar:
Integritas social
C.
yaitu manusia,lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan. Setiap teori keperawatan selalu menjelaskan empat konsep sentral
paradigma keperawatan tetapi dengan fokus berbeda yang disesuaikan dengan pengalaman
Program Magister_Callista Roy
12
masing-masing para ahli di bidang keperawatan. Setiap komponen dari paradigma keperawatan
selalu saling berintegrasi satu sama lain. Adapun paradigma keperawatan menurut Roy dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1.
Manusia
Pandangan tentang manusia adalah individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang
merupakan sebuah sistem dan dapat menyesuaikan diri (adaptif system). Sebagai sistem
yang dapat menyesuaikan diri melalui mekanisme koping manusia dapat digambarkan
secara holistik (bio-psiko-sosial). Dalam model adaptasi manusia ini juga dijelaskan
sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan dapat menyesuaikan diri dari perubahan suatu
unsur, zat, materi dan lingkungan. Menurut Roy dalam beradaptasi manusia menggunakan
empat model yaitu fungsi fisiologis, fungsi peran, konsep diri, dan interdependensi.
Manusia mempunyai dua sistem adaptasi yaitu sistem regulator dan kognator yang
diperoleh secara alamiah dan non alamiah.
2.
13
manusia yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan internal maupun eksternal
dikatakan berada pada status
asuhan keperawatan.
3.
Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang berasal dari stimulus internal dan eksternal
yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan perilaku individu atau
kelompok. Stimulus dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu stimulus vocal yang langsung
dapat menyebabkan keadaan sakit dan suatu ketidakseimbangan yang dialami. Stimulus
kontekstual yaitu stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit atau faktor presipitasi.
Stimulus residual yaitu sikap atau keyakinan dan pemahaman individu yang mempengaruhi
terjadinya keadaan tidak sehat atau faktor predisposisi sehingga terjadi kondisi vokal.
4.
Keperawatan
Keperawatan menurut Roy
14
adaptasi manusia. Maka menurut teori Roy keperawatan juga adalah disiplin humanistik
yang memberikan penekanan pada kemampuan seseorang untuk mengatasi masalahnya.
Peran perawat adalah memfasilitasi potensi klien untuk melakukan adaptasi dalam
menghadapi perubahan kebutuhan dasarnya.
arahan
untuk
latihan,
pendidikan,
dan
penelitian.
Model
ini
mempertimbangkan tujuan, nilai, pasien, dan intervensi praktisi. proses keperawatan Roy
dikembangkan dengan baik. Penilaian tingkat dua membantu dalam identifikasi tujuan
keperawatan dan diagnosa. (Brower dan Baker dalam (Andrew & Roy dalam Marriner,
Alligood, 2006).
Ini adalah teori yang bermanfaat bagi praktek keperawatan, karena di dalamnya terintegrasi
tujuan yang ditetapkan, intervensi kegiatan untuk mencapai tujuan (Dickoff, James dalam
Marriner, Alligood, 2006).
Tujuan dari keperawatan dan model itu adalah adaptasi orang dalam empat mode adaptif
dalam situasi sehat dan sakit. Intervensi adalah promosi, preventif, kuratif dan
rehabilitataif. Hal ini dapat diperoleh dengan melakukan hipotesis yang berhubungan
dengan praktek yang dihasilkan oleh model (Roy dalam Marriner, Alligood, 2006).
Program Magister_Callista Roy
15
Model adaptasi roy berguna dalam membimbing praktik keperawatan dalam pengaturan
kelembagaan. Ini telah diterapkan di unit perawatan intensif neonatal, bangsal bedah akut,
unit rehabilitasi, dua unit rumah sakit umum, rumah sakit ortopedi, sebuah unit bedah saraf,
dan 145 tempat tidur rumah sakit, antara lain (Roy dan Andrews 1999).
De Villers (1998) mendemonstrasikan cara speciailist perawat klinis bisa menggunakan
model adaptasi roy untuk membantu menggambarkan peran mereka sebagai praktisi ahli
dalam pengaturan kandungan dan gynecologycal. Dia menerapkan langkah-langkah roy
tentang proses keperawatan dan memberikan contoh-contoh spesifik atau perawatan ahli
dari masing-masing mode adaptif.
Newman (1997a) menerapkan model adaptasi roy untuk caregivers pandangan sakit kronis
anggota keluarga sakit kronis. Dengan tinjauan pustaka menyeluruh, Newman
menunjukkan bagaimana model adaptasi roy dapat digunakan untuk menyediakan
perawatan untuk populasi ini. Newman melihat anggota keluarga sakit kronis sebagai fokus
stimulus. Stimulus kontekstual termasuk orang yang merawat, jenis kelamin, dan hubungan
dengan anggota keluarga sakit kronis. Model adaptasi roy telah diterapkan untuk merawat
orang dengan gagal ginjal kronis yang memerlukan hemodialisis, perempuan di
menopause, dan penilaian orang tua mengalami kanan, amputasi bawah-lutut-. Model
adaptasi roy telah diterapkan pada perawatan remaja dengan asma dan penyakit radang
usus dan seorang anak berusia 10 bulan dengan tracheomalacia.
2.
Pendidikan
Model adaptasi Roy mendefinisikan tujuan nyata siswa-siswa perawat, yaitu untuk
meningkatkan adaptasi individu pada tiap-tiap bentuk situasi sehat dan sakit. Model juga
membedakan ilmu keperawatan dari ilmu medical yang mempunyai area pembelajaran
16
yang terpisah. Dia menekankan bahwa kerjasama yang menggambarkan pemisahan tujuan
bagi perawat dan dokter. Adaptasi ini adalah tujuan perawat untuk membantu pasien
sebagai tenaga kesehatan yang memberikan yang terbaik, dimana siswa berfokus pada
masalah pasien pada rentang sehat sakit dengan tujuan mengubah penyebab. Dia
memandang bahwa model sebagai alat penialai untuk menganalisis perbedaan antara 2
profesi keperwatan dan kedokteran. Roy dalam Marriner, Alligood (2006) meyakini bahwa
kurikulum dasar pada model ini membantu dalam pengembangan teori oleh siswa juga
mampelajari bagaimana menguji teori dan mengenal teori yang baru. Roy menyarankan
bahwa mengklarifikasi pembelajaran, mengidentifikasi isi, dan pola spesifik untuk
mengajar dan belajar.
Model adaptasi telah digunakan pada pengaturan pendidikan dan memandu pendidikan
keperawatan di Mount saint Marys College department of Nursing los Angeles sejak 1970.
Diawal 1987, lebih dari 100,000 siswa perawat telah mempelajari program keperawatab
yang berdasarkan Model Adaptasi Roy di USA dan sekitarnya. Model Adaptasi Roy
membentuk pendidik secara sistematis untuk mengajarkan siswa dengan konten daur hidup
dan korban akibat penyakit.
Dobratz dalam Marriner, Alligood (2006) melakukan evaluasi hasil pembelajaran pada
penelitian keperawatan dengan desain perspective sesuai Model Adaptasi Roy. Penulis
menggambarkan beberapa isi teori yang sudah dipelajari untuk siswa senior dalam
menjalankan penelitian. Alat evaluasi dengan skala likert yang terdiri dari tujuh pernyataan.
Siswa diberikan pilihan tidak setuju, setuju, atau ragu-ragu dengan 7 pernyataan tersbeut. 4
pertanyaan terbuka yang bertujuan meperoleh informasi dari siswa tentang activitas yang
paling banyak membantu pembelajaran, paling sedikit membantu pembelajaran. Metode
17
yang digunakan dengan perintah yang meningkatkan pembelajaran dan penelitian, dan apa
yang dapat memingkatkan pembelajaran. Peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran
penelitian berdasarkan model adaptasi Roy sangat membantu siswa untuk ambil bagian
dalam bidang penelitian bersama. Pembelajaran ke depan sebaiknya lebih ditekankan
termasuk pada control atau group pembanding.
3.
Penelitian
Roy menyatakan bahwa pengembangan dan pengujian teori adalah prioritas utama dalam
keperawatan. Model Adaptasi Roy telah digunakan secara luas untuk memberi panduan
bagi pengembangan ilmu keperawatan melalui penelitian. Roy telah mengidentifikasi
kumpulan-kumpulan konsep yang membentuk sebuah model dari hasil observasi dan
klasifikasi fakta-fakta. Roy dan koleganya telah membuat tipologi dari masalah-masalah
adaptasi dan diagnose keperawatan. Penelitian dan pengujian dibutuhkan dalam lingkup
tipologi dan kategorisasi dari intervensi yang berasal dari model tersebut. Proposisi umum
juga perlu untuk diuji untuk dapat dikembangkan.
Banyak penelitian yang telah dilakukan dengan memakai Model Adaptasi Roy ini. Salah
satunya adalah Young-McCaughan dalam Marriner, Alligood (2006) dalam studinya
tentang efek program latihan aerobic terstruktur terhadap toleransi latihan, pola tidur, dan
kualitas hidup dari pasien kanker. Subjek penelitian menjalani latihan selama 20 menit, 2
kali seminggu, selama 12 minggu. Hasilnya adalah perkembangan yang signifikan dalam
toleransi latihan, kualitas tidur, dan peningkatan kualitas hidup psikologis dan fisiologis.
18
19
BAB III
PEMBAHASAN
A. CONTOH KASUS
An. M umur 7 tahun, jenis kelamin laki-laki, beragama Islam, masuk rumah sakit dengan.
Keluhan utama saat masuk rumah sakit adalah badan bengkak dan perut membuncit sejak kirakira satu bulan yang lalu. Klien mengeluh rasa sakit pada skrotum, ada luka kira-kira 1 cm 2
berwarna kemerahan. Sakit bertambah bila daerah scrotum diangkat dan berkurang bila lokasi
luka tidak dipegang. Klien pernah dirawat di rumah sakit lain sebanyak 3 kali dengan kasus yang
sama dan jarak waktu sekitar 6 bulan, dan selanjutnya kontrol teratur setiap 2 minggu. Klien di
diagnosa medis sindroma nefrotik. Dalam keluarga tidak ditemukan riwayat penyakit alergi atau
penyakit lain dengan gejala yang sama dengan klien. Hasil pengkajian secara lengkap dijelaskan
berikut ini :
B. Asuhan Keperawatan Berdasar Teori Roy
1. Pengkajian perilaku
Pengkajian keperawatan terhadap kasus diatas adalah :
a. Kebutuhan fisiologis, yaitu :
1) Oksigenasi : Bentuk dada simetris, frekuensi napas 24 x / menit, suara nafas vesikuler
pada seluruh area paru, suara jantung S1, S2 tunggal, tak ada mur-mur, tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 108 x /menit.
b. Nutrisi : Klien biasa makan tiga kali sehari dengan porsi cukup. Keluarga mengetahui diit
rendah garam untuk anaknya. Minum air putih dan susu sejumlah sekitar 3-4 gelas/hari.
Berat badan 18 kg, Panjang Badan 102 Cm, lingkar lengan atas 17 Cm, turgor kulit
tegang pada abdomen, oedema relatif (grade I) ekstremitas bawah. Mukosa mulut
Program Magister_Callista Roy
20
lembab, tidak terjadi hipersalivasi, tidak terdapat stoma, bising usus (+) tidak meningkat.
Warna kulit agak pucat, konjungtiva anemis.
Pemeriksaan darah : BUN
16 mg/dl
(10-20)
(0,6-1,3)
Na
130 mmol/l
(135-146)
3,0 mmol/l
(3,5-5,2)
Albumin
2,0 gr/dl
(3,2 3,5)
Cholesterol
681 mgr/dl
( 150-250)
c. Eliminasi : Klien berak 1- 2 x/hari, konsistensi lunak, warna feces kuning. Kencing 3-5
x / sehari, jumlah sedikit, warna urine kekuningan agak keruh, Jumlah 1450 ml/24 jam,
tidak ada keluhan saat kencing.
Pemeriksaan fisik : bladder kosong, tidak ada skibala. Scrotum membesar simetris dan
terdapat luka.
Pemeriksaan urine :
Albumin
++++
Eritrosit
34
Leukosit
34
Bakteri gram d. Aktivitas dan istirahat : Klien biasanya sekolah dan bermain dengan teman-temannya
pada siang hari dan tidak tidur siang. Tidur malam jam 21.00 05.30 WIB. Saat di rumah
sakit klien bermain di tempat tidur sendirian.Tidur malam jam 21.00 05.30 WIB. Tak
ada kebiasaan khusus saat tidur dan tidak ada keluhan saat tidur.
e. Proteksi : Klien telah mendapat imunisasi lengkap saat bayi. Terdapat luka dan bengkak
pada skrotum kira-kira 1 cm2 berwarna kemerahan.
21
f. Penginderaan : Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik, perabaan baik,
pengecap dan penghidu baik. Disorientasi tidak ada. Klien merasa nyeri pada lokasi
pemasangan infus dan pada scrotum saat digerakkan atau dipegang.
g. Cairan dan elektrolit : Terdapat asites sejak 1 bulan yang lalu, oedema pada ektremitas
grade I, pada wajah dan palpebra dan scrotum.
h. Fungsi neurologis : Kontrol terhadap pergerakan tubuh baik, kesadaran composmentis,
klien takut jika akan dilakukan tindakan keperawatan terutama yang menimbulkan sakit.
i. Fungsi endokrin : tidak ada gangguan pada fungsi endokrin.
Pemeriksaan fisik : tidak pembesaran kelenjar tiroid.
b. Kebutuhan konsep diri : Klien malu bertemu dengan temannya jika sedang sakit, karena
badannya bengkak dan jelek.
c. Kebutuhan fungsi peran : Klien tidak bisa sekolah dan tidak dapat bermain dengan temannya
seperti biasanya.
d. Kebutuhan interdependen : Klien tidak dapat beraktivitas mandiri seperti mandi, makan,
berpakaian. Semua aktivitas dibantu ibunya. Klien menunjukan kesedihan karena tak dapat
bermain sepeda seperti biasanya.
2. Pengkajian stimuli
a. Kultur : Klien dari suku Jawa, beragama Islam, penghasilan orang tua cukup, biaya
perawatan rumah sakit ditanggung askes.
b. Keluarga : Klien masih sekolah, peran sebagai anak dengan tugas belajar.
c. Tahap perkembangan : Klien berusia 7 tahun, jenis kelamin laki-laki, riwayat keluarga tidak
ada yang menderita nefrotik sindrome.
22
d. Integritas modes adaptif fisiologis. Sindroma nefrotik belum jelas diketahui penyebabnya,
tetapi diduga akibat autoimun. Sindrom ini ditandai dengan peningkatan permiabilitas
glomerulus yang mengakibatkan proteinuria masif sehingga terjadi hipoproteinemia.
Akibatnya tekanan onkotik plasma menurun dan terjadi pergeseran cairan dari intravaskuler
ke intestisial yang ditandai dengan edema pada seluruh tubuh yang tergantung pada derajat
permeabilitas tersebut. Volume plasma, curah jantung dan kecepatan filtrasi glomerulus
berkurang mengakibatkan retensi natrium. Hipoalbuminemia merangsang sintesa protein di
hepar, sehingga terjadi peningkatan sintesa lipid, lipoprotein dan trigliserida yang ditandai
pula dengan peningkatan cholesterol.
Klien sudah 4 kali dirawat di rumah sakit dengan kasus yang sama. Saat masuk rumah sakit
badan bengkak dan terdapat luka pada srotum dengan warna kemerahan. Klien mengeluh
nyeri pada daerah tersebut. Keluarga tidak mengetahui awal dari penyakit ini. Jika badannya
bengkak klien malu bermain dengan temannya karena merasa dirinya sangat jelek. Klien
tidak dapat sekolah dan tidak dapat bermain seperti biasanya.
e. Efektivitas Kognator : Keluarga tahu penyakit yang diderita anaknya adalah ginjal dan harus
diit rendah garam. Penyakit ini sudah kambuh sebanyak 3 kali ini, dan segera dibawa ke
rumah sakit untuk pengobatan. Keluarga selalu menyiapkan makanan rendah garam, tetapi
saat anak jajan di sekolah tidak dapat dikontrol.
f. Kondisi lingkungan : Anak sekarang dipasang infus dan mendapatkan injeksi. Anak sering
menangis jika didekati perawat, karena takut disuntik.
2. Diagnosa keperawatan
23
24
e. Jaga kulit tetap dalam kondisi kering, jika perlu beri talk.
b. Menunjukkan proses yag efektif terhadap kekebalan.
1) Tempatkan dengan klien lain yang tidak terinfeksi.
2) Batasi pengunjung yang masuk dan ajarkan teknik cuci tangan yang benar.
3) Gunakan teknik aseptis dalam setiap melakukan tindakan pada klien.
4) Pantau suhu tubuh
5) Jaga anak tetap dalam kondisi hangat dan kering.
6) Ajari orang tua mengenal tanda-tanda awal infeksi
c. Klien mampu menunjukkan strategi koping yang efektif terhadap nyeri.
a. Bentuk hubungan saling percaya dengan anak keluarga dengan mengekspresikan
kekhawatiran tentang laporan nyeri.
b. Siapkan anak sebelum prosedur yang menyebabkan nyeri dan biarkan anak memilih
posisi nyaman saat melakukan tindakan yang menimbulkan nyeri.
c. Libatkan orang tua untuk mendampingi dalam setiap prosedur.
d. Ajari anak tentang nyeri, pastikan bahwa nyeri bukan sebagai hukuman.
e. Berikan mainan / radio dan ajak anak untuk ikut bernyanyi/ bermain.
f. Gunakan cerita lucu untuk mengurangi rasa nyeri.
g. Bantu anak untuk berkonsentrasi tentang hal yang menyenangkan saat nyeri
d. Cairan tubuh dalam kondisi seimbang.
a. Kaji dan ukur cairan yang masuk dan keluar.
b. Kaji perubahan status edema, ukur lingkar abdomen.
c. Uji urine untuk berat jenis dan albumin.
d. Batasi / atur cairan yang masuk selama edema masif.
25
26
c. Klien mampu menunjukkan koping yang efektif terhadap nyeri dengan melakukan teknik
distraksi dan relaksasi secara terbimbing atau mandiri.
d. Cairan tubuh dalam kondisi seimbang yang ditandai dengan tidak adanya edema dan tidak
terdapatnya albumin dalam urine.
e. Klien mampu menunjukkan koping efektif terhadap rasa cemas/takut, dan melakukan
aktivitas secara mandiri sesuai dengan toleransinya.
f. Klien menunjukkan respon positif terhadap citra tubuh yang ditunjukkan dengan hilangnya
rasa malu dan keyakinan bahwa edemanya akan sembuh setelah pengobatan.
C. PEMBAHASAN
Penerapan teori model adaptasi Roy dalam praktek keperawatan, perawat melakukan dua
tahap pengkajian, yaitu pengkajian perilaku dan pengkajian stimulus. Pada kasus anak dengan
diagnosa medis sindroma nefrotik yang mengalami hospitalisasi, pengkajian fisiologi terutama
yang berhubungan dengan perubahan status keseimbangan cairan dan elektrolit yang
mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Dalam hal ini anak menunjukkan tanda edema pada
ekstremitas, palpebra, perut dan scrotum, serta hipoalbuminemia dan peningkatan cholesterol.
Pengkajian konsep diri menunjukkan perasaan malu karena badannya bengkak. Pengkajian
fungsi peran klien tidak bisa sekolah dan bermain dengan temannya seperti biasanya. Pengkajian
interdependensi yaitu klien tidak dapat beraktivitas secara mandiri.
Pada pengkajian terhadap stimulus klien adalah anak usia sekolah yang mulai
mengembangkan rasa industri dan mengembangkan aktivitas fisik untuk kebutuhan pertumbuhan
dan perkembangnnya. Klien mengalami peningkatan permeabilitas membran glomerulus
terhadap protein yang mengakibatkan proteinuria secara masif. sehingga terjadi hipoproteinemia.
Kondisi ini menyebabkan beberapa tanda seperti pada pengkajian perilaku. Sementara keluarga
Program Magister_Callista Roy
27
hanya tahu penyakit yang diderita anaknya adalah ginjal dan menjalankan diit rendah garam.
Adapun akibat hospitalisasi anak sering menangis jika didekati perawat, karena takut disuntik
dan tidak dapat menjalankan peran untuk membentuk kemandirian.
Berdasar hasil pengkajian perilaku dan stimuli maka dirumuskan diagnosa keperawatan
yaitu dari model fisiologis meliputi : 1) Gangguan integritas kulit : scrotum akibat edema dan
penekanan, 2) Resiko infeksi akibat penurunan daya tahan tubuh (hipoalbumin, edema), 3) Nyeri
akut scrotum akibat luka dan edema pada area scrotum, dan 4) Edema akibat peningkatan
permeabilitas vaskuler akibat hipoalbumin.
Pada model konsep diri terdapat gangguan citra tubuh akibat edema pada seluruh tubuh Pada
modes interdependen terdapat cemas/takut akibat tindakan pengobatan/perawatan
Tujuan dan intervensi keperawatan menurut adalah untuk meningkatkan kemampuan
klien dalam mengelola stimuli sehingga mencapai kondisi yang adaptif pada seluruh modes
adaptif. Tindakan keperawatan untuk mengelola stimuli pada kasus anak dengan sindrome
nefrotik tindakan adalah :
1. Berhubungan dengan stimulus fokal / penyebab langsung sakit, adalah :
a. Mengukur dan mengatur cairan yang masuk dan keluar.
b. Melibatkan keluarga dalam melakukan prosedur dengan menjelaskan setiap prosedur
yang asing bagi anak serta melakukan aktivitas pengalihan/bermain untuk mengurangi
cemas dan nyeri.
c. Menunjukkan aspek positif dari penampilan dan bukti penurunan edema dan menjelaskan
gejala edema akan hilang setelah pengobatan.
d. Menjauhkan anak dari sumber infeksi, baik pengunjung, alat atau klien lain.
e. Melakukan perawatan luka secara hati-hati.
28
29
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Model Adaptasi Roy sangat mempengaruhi profesi keperawatan. Model ini adalah salah
satu model yang paling sering kali digunakan untuk memandu penelitian perawatan, pendidikan,
dan praktek. Model Adaptasi Roy telah memberikan inspirasi pengembangan middle range
theory dan pengembangan dari penelitian. Sister Callista Roy terus menyempurnakan model
adaptasi untuk penelitian, pendidikan dan praktek keperawatan.
Menurut Roy, individu merupakan sistem adaptif yg holistik dan fokus dari keperawatan.
Lingkungan internal dan eksternal keperawatan terdiri dari semua phenomenona yang
mengelilingi sistem adaptif manusia dan mempengaruhi perkembangan mereka dan prilakunya.
Individu berada dalam interaksi yang konstan dengan lingkungan dan adanya pertukaran
informasi, materi, dan energi: yaitu, individu yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungan. Lingkungan adalah sumber stimulasi yang baik dapat mempromosikan mengancam
atau mendukung kelangsungan hidup. Untuk bertahan hidup, sistem adaptif manusia harus
merespon positif stimulasi lingkungan.
Ada tiga jenis stimulus lingkungan yang dijelaskan dalam Model Adaptasi Roy. Fokal
stimulus adalah yang paling awal kontak dengan individu dan menuntut perhatian serta energy
yang lebih untuk melakukan adpatasi. Stimulus konstekstual terjadi dalam situasi yang
berkontribusi secara positif atau negative terhadap kekuatan dari kekuatan stimulus fokal.
Stimulus residual memepengaruhi stimulus fokal tetapi efeknya tidak diketahui. Tiga jenis dari
stimulus ini bersama-sama membentuk level adapatasi.
DAFTAR PUSTAKA
Program Magister_Callista Roy
30
Fitzpatrick, Joyce. J. & Ann, L.Whall. (1989). Conceptual Models of Nursing Analysis and
Application. USA : Appleton & Lange
George, Julia.B. (1995). Nursing Theories The Base for Profesional Nursing Practice. ( 4rd
Edition). USA : Appleton & Lange
Marriner, A. (2001). Nursing Theories and Their Work. Indiana : Mosby Company
Meleis, Afaf.I. (1997). Theoretical Nursing : Development and Progress. 3rd Edition.
Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher
Pamela G.Reed et.al . (2004). Perspective on nursing theory: Level of theoretical thinking. 4th
ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Reed, Shearer.& Nicol (2003). Perspectives on Nursing Theory. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Roy, S.C. and Heather, A. A. (1991). The Roy Adaptation Model the Definitive Statement.
USA: Appleton & Lange
Tomey, Marriner dan Alligood (1998) Nursing Theorists and their Work, Philadelphia
31