Anda di halaman 1dari 17

EKONOMI 2 SEKTOR

OLEH:
NAMA

: SARI YANTI (7143342035)

NAMA

: SARTIKA EKA FITRI LUBIS (7143342036)

KELAS

: B EKSTENSI

PRODI

: PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
STAMBUK 2014

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Segala puji bagi Allah SWT yang telah banyak memberi kita nikmat selama ini juga
sholawat beserta salam tak lupa pula kami haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW yang telah banyak memberikan sauri teladan yag baik untuk kehidupan kita seraya
mengucapkan Allahumma salli ala saiyidina muhammad wa ala alihi siyidina muhammad.
Alhamdulillah makalah yang berjudul EKONOMI 2 SEKTOR yang ditugaskan
kepada kelompok kami akhirnya dapat diselesaikan juga.
Makalah kami ini sedikit banyak mengambarkan apa itu ekonomi 2 sektor
Semoga makalah ini bisa menjawab mengenai sedikit banyaknya tentang ekonomi 2
sektor. Kami menyadari makalah kami masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik
dan saran dari segala pihak sangat kami butuhkan demi untuk menyempurnakan karya tulis
ini.
Akhirnya atas segala perhatian kami berdua Sari yanti dan Sartika Eka Fitri Lubis
mengucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan ,

februari 2015

Hormat Kami

DAFTAR ISI

Kata pengantar...........................................................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................................3
A. Latar belakang................................................................................................................... 3
B.

Rumusan masalah...............................................................................................................3

C.

Tujuanpenulisan..................................................................................................................3

BAB II
ISI ..............................................................................................................................................4
A.HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI DAN
PENDAPATAN..................................................................5
B. FUNGSI KONSUMSI DAN
TABUNGAN...............................................................................................10
C.
INVESTASI................................................................................................................
.........................11
D. PENENTUAN TINGKAT KEGIATAN
EKONOMI...................................................................................12

E. PERUBAHAN KESEIMBANGAN DAN


MULTIPLIER................................................................14

BAB III
PENUTUP...............................................................................................................................15
Kesimpulan..............................................................................................................................16
Daftar Pustaka.........................................................................................................................17
.

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perekonomian dua sektor merupakan penyederhanaan dalam
mempelajari sistem perekonomian secara keseluruhan. Keseimbangan dalam
perekonomian dua sektor merupakan keseimbangan dari sisi pendapatan dan
sisi pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dan sektor swasta,
dengan mengabaikan sektor pemerintah dan sektor luar negeri.
Perilaku pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga bisa
dilakukan dengan membuat fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, untuk melihat
bagaimana perubahan pendapatan terhadap tingkat pengeluaran konsumsi dan
tabungan. Kecenderungan bagi sektor rumah tangga untuk melakukan konsumsi
disebut dengan Marginal Propensity to Consume (MPC). Sedangkan
kecenderungan bagi sektor rumah tangga untuk melakukan tabungan disebut
dengan Marginal Propensity to Save (MPS).
Uraian dalam makalah ini bertujuan untuk melihat dengan lebih
mendalam lagi dan membuktikan bahwa tingkat kegiatan ekonomi bergantung
kepada tingkat pengeluaran agregat yang dilakukan oleh seluruh golongan
masyarakat dan dibahas penentuan tingkat kegiatan ekonomi dalam suatu
perekonomian dua sector atau perekonomian sederhana. Tingkat kegiatan
ekonomi dalam perekonomian yang lebih maju dan lebih rumit corak
kegiatannya. Uraian ini menjelaskan mengenai bagaimana pengeluaran agregat
akan menentukan tingkat kegiatan ekonomi dinamakan : analisa tingkat
keseimbangan perekonomian Negara atau analisa penentuan tingkat
pendapatan Nasional.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah di atas maka ada beberapa rumusan masalah yang
akan dibahas lebih lanjut pada BAB berikutnya. Rumusan masalah yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
A. Hubungan antara konsumsi dan pendapatan
B. Fungsi konsumsi dan tabungan
C. Investasi
D. Penentuan tingkat kegiatan ekonomi

C. Tujuan Penulis
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas dari dosen mata
kuliah Ekonomi Macro juga sebagai tambahan referensi dan wacana bagi teman-teman yang ingin
mencari informasi tambahan mengenai materi ekonomi 2 sektor..

BAB II
ISI
Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor
perusahaan dan sektor rumah tangga. Dalam perekonomian tidak terdapata
pajak dan pengeluaran pemerintah. Perekonomian itu juga tidak melakukan
perdagangan luar negeri dan dengan demikian perekonomian itu tidak
melakukan kegiatan ekspor dan impor.
Dalam perekonomian dua sektor sumber pendapatan yang diperoleh
rumah tangga adalah dari perusahaan. Pendapatan ini meliputi gji, upah, sewa,
bunga dan keuntungan adalah sama nilainya dengan pendapatan nasional. Dan
oleh karena itu pemerintah tidak memungut pajak maka pendapatan nasional (Y)
adalah sama dengan pendapatan disposebel (Yd) atau Y = Yd.
Pendapatan yang digunakan rumah tangga akan digunakan untuk dua
tujuan yaitu untuk pengeluaran konsumsi dan ditabung. Tabungan ini akan
dipinjamkan kepada penanam modal atau nvestor dan akan digunakan untuk
memebeli barang barang modal seperti mesin mesin, peralatan produksi lain,
mendirikan bangunan pabrik dan bangunan kantor.
Ciri-ciri aliran pendapatan dalam perekonomian dua sektor
1. Sebagai balas jasa kepada penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki
sektor rumah tangga oleh sektor perusahaan, sektor rumah tangga akan
memperoleh aliran pendapatan berupa gaji, upah, sewa, bunga, dan
untung.
2. Sebahagian besar dari berbagai jenis pendapatan yang diterima oleh
sektor rumahtangga akan di gunakan untuk konsumsi, yaitu membeli
barang-barang dan jasa-jasa yang di hasilkan oleh sektor perusahaan.
3. Sisa dari berbagai jenis pendapatan rumahtangga yang tidak di gunakan
untuk pengeluaran konsumsi akan di tabung dala institusi-institusi
keuangan.
4. Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan
investasi akan meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh institusiinstitusi keuangan dari sektor rumahtangga.
A.Hubungan Antara konsumsi Dan Pendapatan

Terdapat beberapa faktor yang menentukan tingkat pengeluaran rumah tangga (secara
seunit kecil atau dalam keseluruhan ekonomi). Yang terpenting dalam perekonomian dua
sektor adalah pendapatan rumah tangga. Tabel yang menggambarkan hubungan di antara
konsumsi rumah tangga dan pendapatan dinamakan daftar (skedul) konsumsi. Daftar
konsumsi pada dasarnya menggambarkan besarnya konsumsi rumah tangga pada tingkat
pendapatannya yang berubah-ubah.
Misalnya, seperti dapat dilihat dalam tabel 1.1, pada waktu pendapatan seseorang
adalah Rp.500 ribu konsumsinya adalah Rp.500 ribu, pada waktu pendapatanya Rp.900 ribu
konsumsinya Rp. 800 ribu, tabel 1.1 secara terperincih menunjukan hubungan di antara
tingkat pendapatan disposebel dengan pengeluaran konsumsi dan tabungan rumah tangga.

TABEL 1.1
Daftar konsumsi dan tabungan rumah tangga(dalam ribuan rupiah)
PENDAPATAN
DISPOSIBLE (YD)
1
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000

PENGELUARAN KOMSUMSI
( C)
2
125
200
275
350
425
500
575
650
725
800
875

TABUNGAN (S)
3
-125
-100
-75
-50
-25
0
25
50
75
100
125

Ciri khas dari hubungan di antara pendapatan disposable, pengeluaran


konsumsi dan tabungan, yaitu ;

1) Pada pendapatan yang rendah rumahtangga mengorek tabungan.


Pada waktu pendapatan disposable adalah (Yd = 0), pengeluaran
konsumsi adalah Rp 125 ribu. Ini berarti rumahtangga harus menggunakan harta
atau tabungan masa lalu untuk membiayai pengeluaran konsumsinya. Tabungan
negative atau mengorek tabungan akan selalu dilakukan oleh rumahtangga
apabila pendapatannya masih di bawah Rp 500 ribu.

2) Kenaikan pendapatan menaikkan pengeluaran konsumsi.


Biasanya pertambahan pendapatan adalah lebih tinggi daripada
pertambahan konsumsi. Contoh dalam table 4.1 menunjukkan apabila

pendapatan bertambah sebanyak Rp 100 ribu, konsumsi bertambah sebanyak


Rp 75 ribu. Sisa pertambahan pendapatan itu (Rp 25 ribu) ditabung.
3) Pada pendapatan yang tinggi rumahtangga menabung.
Disebabkan pertambahan pendapatan selalu lebih besar dari
pertambahan konsumsi, maka pada akhirnya rumahtangga tidak mengorek
tabungan. Ia akan mampu menabung, sebahagian dari pendapatannya. Table
4.1 menunjukkan apabila pendapatan rumahtangga lebih dari Rp 500 ribu,
konsumsinya lebih rendah dari pendapatannya. Sebagai contoh, pada
pendapatan Rp 900 ribu, konsumsinya adalah Rp 800 ribu dan ini menunjukkan
rumah tangga sudah menabung sebanyak Rp 100 ribu.
Kecondongan Mengkonsumsi dan Menabung
Untuk memahami dengan baik sifat hubungan di antara pendapatan
disposibel dengan konsumsi, dan pendapatan disposebel dengan tabungan
perlulah di terangkan dua konsep penting beikut
a. MPC ( Marginal Propensity to Consume )
: perbandingan di antara pertambahan konsumsi (C) yang dilakukan dengan
pertambahan pendapatan disposebel (Yd) yang diperoleh.
MPC = C
Yd
b. APC ( Average Propensity to Consume )
: perbandingan diantara tingkat konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan
disposebel ketika konsumsi tersebut dilakukan (Yd).
APC = C
Yd
c. Contoh Menghitung MPC dan APC
Pendapatan
disposble (Yd)
1

Pengeluaran
konsumsi (C)
2

Contoh 1 : MPC Tetap


RP 200 ribu
Rp 300 ribu
Rp 400 ribu
Rp 450 ribu
Rp 600 ribu
Rp 600 ribu
Rp 800 ribu
Rp 750 ribu
Contoh 2 : MPC Makin Kecil

Kecondongan
konsumsi marjinal
(MPC)
3

Kecondongan
mengkomsumsi
rata-rata (APC)
4

150/200 = 0,75
150/200 = 0,75
150/200 = 0.75

300/200
450/400
600/600
750/800

=
=
=
=

1,5
1,125
1,00
0,937

RP 200 ribu
Rp 400 ribu
Rp 600 ribu
Rp 800 ribu

Rp 300 ribu
Rp 450 ribu
Rp 600 ribu
Rp 750 ribu

160/200 = 0,8
150/200 = 0,75
140/200 = 0,70

300/200
450/400
600/600
750/800

=
=
=
=

1,5
1,125
1,00
0,937

Dalam contoh 1 digambarkan pendapatan disposebel dalam kolom (1)


selalu bertambah sebanyak Rp 200 ribu dan ini mengekibatkan konsumsi , yang
ditunjukkan dalam kolom (2) , juga senantiasa bertambah sebnyak Rp 150 ribu.
Maka MPC , yang ditunjukkan kolom (3) adalah 0,75 dan dibuktikan dengan
penghitungan berikut :
MPC = C = 150 ribu = 0,75
Yd 200 ribu
Dalam contoh 2 digambarkan pendapatan disposebel juga selalu
bertambah sebanyak Rp 200 ribu, tetapi kenaikan konsumsi rumah tangga makin
kecil pertambahannya. Sifat hubungan diantara pertambahan pendapatan
disposebel dan konsumsi adalah :
a. Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 200 ribu menjadi Rp 400
ribu, konsumsi naik dari Rp 300 ribu menjadi Rp 460 ribu. Pada perubahan
pendapatan dan konsumsi ini MPC adalah :
( 460 300 ) / ( 400 200 ) = 0,8

b. Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 400 ribu menjadi Rp 600


ribu, konsumsi bertambah dari Rp 460 ribu menjadi Rp 610 ribu. Maka MPC :
( 610 460 ) / ( 600 400 ) = 0,75
c. Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 600 ribu menjadi Rp 800
ribu, konsumsi bertambah dari Rp 610 ribu menjadi Rp 750 ribu. Maka MPC :
( 750 610 ) / ( 800 600 ) = 0,70
Untuk penhitungan APC dapat dilihat pada kolom (4). Dari contoh 1 dan 2 dapat
dilihat bahwa APC berubah-rubah nilainya, dan nilainya makin lama makin
rendah. Apabila Yd lebih kecil dari C, maka APC lebih besar dari 1 (sebagai
contoh pada Yd = Rp 200 ribu , C = Rp 300 ribu, maka APC = 300 / 200 = 1,5 ) ;
dan apabila Yd lebih besar dari C, maka APC lebih kecil dari 1 (sebagai contoh
pada Yd = Rp 800 ribu, C = Rp 750 ribu, maka APC = 750 / 800 = 0,9375).
Kecondongan Menabung Marjinal
1. MPS ( Marginal propensity to save ) atau Kecondongan menabung marginal

Adalah perbandingan diantara perubahan tabungan ( S ) dengan pertambahan


pendapatan disposebel ( Yd ).
Nilai MPS dihitung dengan menggunakan rumus :
MPS = ( S )( Yd )
2. APS ( Average propensity to save ) atau Kecondongan menabung rata-rata
Adalah perbandingan di antara tabungan ( S ) dengan pendapatan
diposebel ( Yd )
Nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan rumus
APS = S Yd
Contoh 1 : MPS Tetap
Pendapatan
diposible (Yd)
1.Rp 200 ribu

Konsumsi
(C)
Rp 300 ribu

tabungan

MPS

Rp -100 ribu

2.Rp 400 ribu

Rp 450 ribu

Rp -50 ribu

3.Rp 600 ribu

Rp 600 ribu

Rp 0 ribu

4.Rp 800 ribu

Rp 750 ribu

Rp 50 ribu

50/200 =
0,25
50/200 =
0,25
50/200 =
0,25

APS
-100/200 =
0.50
-50/400 =
0,25
0/600 = 0
50/800 =
0,0625

Contoh 2 : MPS Makin Besar


Pendapatan
disposebel
(Yd)
1.Rp 200 ribu

Konsumsi
(C)

Tabungan (S)

Rp 300 ribu

Rp -100 ribu

2.Rp 400 ribu

Rp 450 ribu

Rp -60 ribu

3. Rp 600 ribu

Rp 600 ribu

Rp -10 ribu

4.Rp 800 ribu

Rp 750 ribu

Rp 50 ribu

MPS

40/200 =
0,20
50/200 =
0,25
60/200 =
0,30

APS

-100/200 =
-0,50
-60/400 =
-0,15
-10/600 =
-0,017
50/800 =
0,0625

Berdasarkan pada data tersebut MPS adalah seperti yang ditunjukan


dalam perhitungan di bawah ini :

a. Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 200 ribu menjadi Rp


400 ribu, tabungan berubah dari Rp -100 ribu menjadi Rp -60, maka MPS
= { (-60 ) (-100)/(400-200)} = 0,20
b. Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 400 ribu menjadi Rp
600 ribu, tabungan berubah dari Rp -60 ribu menjadiRp -10, maka MPS =
{ (-10 ) (-60)/(600-400)} = 0,25
c. Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 800 ribu menjadi Rp
600 ribu, tabungan berubah dari Rp -10 ribu menjadiRp 50, maka MPS =
{ (50 ) (-10)/800-600} = 0,30
Dari tabel contoh 1 dam 2 ini dapat kita lihat bahwa nilai APS semakin
besar apabila pendapatan disposebel bertambah. Pada mulanya nilainya
negative, karena rumah tangga masih melakukan mengorek tabungan atau
dissaving .
Dibawah ini ditunjukan dua contoh perhitungan APS
a. Dalam contoh 1, apabila pendapatan disposebel adalah Rp 200 ribu,
tabungan adalah Rp -100, maka APS adalah S/Y = -100/200 = -0,5
b. Dalam Contoh 2, apabila pendapatan disposebel adalah Rp 400 ribu,
tabungan adalah Rp -60, maka APS adalah S/Y = -60/400 = -0,15
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Pendapatan disposebel sangat
mempengaruhi jumlah Kosumsi dan Tabungan sehingga MPS dan APS juga akan
mengalami perubahan.
Hubungan diantara Kecondongan mengkonsumsi dan Menabung Bukti MPS +
MPC = 1 dan APC + APS = 1
Pembuktian dengan aljabar dapat kita lihat dari bahwa pendapatan
disposebel sama dengan konsumsi rumah tangga ditambah dengan tabungan
rumah tangga. Dalam persamaan :
Yd = C + S
Apa bila persaman tersebut kita bagi dengan Yd, maka :
Yd = C + S
Yd Yd Yd
1 = APC+APS terbukti
Karena C/Yd = APC
S/Yd = APS
Hal ini juga terjadi apabila rumah tangga mengalami kenaikan
pendapatan maka konsumsi dan tabungan akan bertambah. Hubungan diantara
pertambahan pendapatan, pertambahan konsumsi dan pertambahan tabungan
dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan berikut :

Yd = C + S
Apabila masing masing komponen dari persamaan di atas di bagi oleh
Yd, maka akan diperoleh :
Yd = C + S
Yd Yd Yd
1 = MPC + MPS..terbukti
Karena C/Yd = MPC
B. FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN
Fungsi komsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat
hubungan di antara tingkat komsumsi rumah tangga dalam perekonomian
dengan pendapatan nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut.
Fungsi tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat
hubungan di antara tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian
dengan pendapatan nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut.
Pendapatan Nasional Dalam Keseimbangan
Y=C+S
Pendapatan nasional

Konsumsi

Tabungan

0
120
240
360
480
600
720
840
960
1080
1200

90
180
270
360
450
540
630
720
810
900
990

-90
-60
-30
0
30
60
90
120
150
180
210

Persamaan Matematis
Fungsi komsumsi ialah C = a + bY
Fungsi tabungan ialah S = -a + (1 - b)Y

Penentu-Penentu Lain Konsumsi dan Tabungan


a)

Kekayaan yang telah terkumpul.

b) Suku bunga.

c)

Sikap berhemat.

d) Keadaan perekonomian.
e)

Distribusi pendapatan.

f)

Tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi.

C.

INVESTASI

Investasi (investment) adalah bagian dari tabungan yang digunakan


untuk kegiatan ekonomi menghasilkan barang dan jasa (produksi) yang
bertujuan mendapatkan keuntungan. Jika tabungan besar, maka akan digunakan
untuk kegiatan menghasilkan kembali barang dan jasa (produksi). Tabungan
akan digunakan untuk investasi.
Demikianlah, dari ketentuan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
jika investasi neto positif (investasi bruto lebih besar daripada penyusutan),
perekonomian itu mengalami kemajuan. Jika investasi neto bernilai nol (investasi
bruto sama dengan penyusutan), dikatakan bahwa perekonomian yang
bersangkutan berada dalam keadaan stasioner. Sementara itu, jika investasi neto
bernilai negative (investasi bruto lebih kecil daripada penyusutan),
perekonomian itu mengalami kemunduran.
Investasi mempunyai dampak sangat besar terhadap bertambahnya
pendapatan nasional. Bila dirumuskan :
Y=C+S
Y=C+I
Sehingga I = S
Keterangan:
Y (yield)

C (consumption)
S (saving)

pendapatan
:

konsumsi
tabungan

Penentu-penentu tingkat investasi :


a. Tingkat keuntungan yang di ramalkan akan di peroleh.
b. Suku bunga.
c. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
d. Kemajuan teknologi.
e. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
f. Keuntungan yang di peroleh perusahaan-perusahaan.

D.

PENENTUAN TINGKAT KEGIATAN EKONOMI

Analisa makro ekonomi biasanya tidak memberikan gambaran yang


sangat rumit mengenai aliran-aliran pendapatan yang sebenarnya berlaku di
dalam kenyataan. Gambaran semacam itu tidak diperlukan dalam analisa
ekonomi, karena dengan menyederhanakan gambaran itu telah dapat
ditunjukkan corak kegiatan yang terjadi dalam suatu perekonomian. Gambaran
yang paling sederhana dari kegiatan dalam sesuatu perekonomian ditunjukkan
oleh aliran-aliran pendapatan diantara dua faktor ekonomi yang pertama, yaitu
sektor rumah tangga dan sektor perusahaan.
Oleh karena dalam perekonomian tidak terdapat kekurangan permintaan,
menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik dimana tingkat kegiatan ekonomi
akan di capai tergantung kepada kemampuan sector perusahaan untuk
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Kesanggupan ini dibatasi oleh
banyaknya faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian itu. Oleh sebab itu
menurut ahli-ahli ekonomi klasik sampai dimana sesuatu perekonomian dapat
memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus berikut :
Y = f (K,L,Q,T)
Keterangan :
Y

: Pendapatan nasional

: Jumlah seluruh barang modal

: Jumlahseluruh tenaga kerja

: Jumlah kekayaan alam yang di gunakan

: Tingkat teknologi yang digunakan


Keseimbangan perekonomian Negara

Keseimbangan Perekonomian Negara adalah suatu keadaan dimana


perekonomian menjadi seimbang jika pendapatan nasiolanal sama dengan
pengeluaran agrerat dan investasi sama dengan tabungan.
Y=C+I
I=S
Untuk menentukan tingkat kesimbangan perekonomian Negara dapat
digunakan 3 cara yaitu :
1. Menggunakan contoh angka pedapatan nasional dan perbelanjaan agregat
2. Menggunakan grafik yang menunjukan :

a. Kesamaan perbelanjaan agregat dengan penawaran agregat.


b. Kesamaan diantara investasi dan tabungan
3. Menggunakan cara pembuktian secara aljabar
Contoh angka keseimbangan Pendapatan Nasional
Pendapat
an
nasional
(Y)
(1)
0
120
240
360
480
600
720
840

Konsumsi
(C)
(2)

960
1080
1200

810
900
990

Tabungan
(S)
(3)

90
180
270
360
450
540
630
720

Investasi
(I)
(4)

-90
-60
-30
0
30
60
90
120
150
180
210

120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120

Pengeluara
n agregat
(AE)
(5)
210
300
390
480
570
660
750
840
930
1020
1110

Keadaan
perekonomi
an
(6)

EXSPANSI

SEIMBANG
KONTRAKSI

Ekspansi yaitu dalam tabel dapat dilihat pada waktu pendapatan nasional
lebih rendah dari Rp 840 triliun, pengeluaran agregat adalah lebih besar dari
pada pendapatan nasional. Keadaan ini akan mendorong para pengusaha untuk
mendorong para pengusaha untuk menambah produksi mereka.
Kontraksi yaitu pada saat pendapatan nasional lebih besar dari 840 triliun
pengeluaran agregat lebih kecil dari pendapatan nasional.Artinya banyak barang
yang diproduksi oleh perusahaan tidak terjual.keadaan ini mendorong
perusahaan untuk mengurangi kegiatan mereka.

E. Perubahan keseimbangan dan multiplier


Dari satu periode ke periode lainnya keseimbangan pendapatan nasional akan selalu
mengalami perubahan. Dalam perekonomian dua sektor perubahan tersebut disebabkan oleh
perubahan dalam investasi. Perkembangan teknologi, misalnya akan menambah investasi dan
investasi yang bertambah akan memindahkan pengeluaran agregat ke atas.
Analisis mengenai multiplier bertujuan untuk menerangkan pengaruh dari kenaikan
atau kemerosotan dalam pengeluaran agregat keatas tingkat keseimbangan dan terutama
keatas tingkat pendapatan nasional.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Perekonomian dua sektor atau perekonomian sederhana adalah suatu
perekonomian yang hanya terdiri dari sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan. Tingkat kegiatan ekonomi ditentukan oleh jumlah dan mutu
daripada faktor-faktor produksi. Menurut Keyness tingkat kegiatan ekonomi
ditentukan oleh besarnya pengeluaran agregat yang dilakukan masyarakat.
Pengeluaran agregat tersebut akan menentukan sampai dimana sektor
perusahaan harus melakukan kegiatannya untuk memproduksikan barangbarang dan jasa-jasa.
Dari sifat perputaran aliran pendapatan yang terdapat dalam gambar itu
dapat diambil kesimpulan bahwa aliran-aliran pendapatannya mempunyai ciriciri sebagai berikut :
1.
Sebagai balas jasa kepada penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki
sektor rumah tangga oleh sektor perusahaan, sektor rumah tangga akan
memperoleh aliran pendapatan berupa gaji dan upah, sewa, bunga dan untung.
2.
Sebagian besar dari berbagai jenis pendapatan yang diterima oleh sektor
rumah tangga akan digunakan untuk konsumsi, yaitu membeli barang-barang
dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.
3.
Sisa dari berbagai jenis rumah tangga yang tidak digunakan untuk
pengeluaran konsumsi akan ditabung dalam badan-badan keuangan.
4.
Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan investasi
akan meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh badan-badan keuangan dari
sektor rumah tangga.

DAFTAR PUSTAKA

Sukirno, Sadono. 1987. Pengantar Teori Makro Ekonomi, Lembaga Penerbit


FEUI.

Sukirno, Sadono. 2010. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta. Rajawali Pers.


Rosyidi, Suherman. 2002. Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan
Makro. Rajawali Pers.
Boediono. 2009. Ekonomi Makro. BPFE Yogyakarta.
Rahardja, Prathama. 2005. Pengantar Ilmu Ekonomi. Lembaga Penerbit
FEUI.
Dombusch, Rudiger. 1997. Ekonomi Makro. Rineka Cipta.

.
.

Anda mungkin juga menyukai