Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
( MATERI PERTEMUAN 10 )
Oleh :
NURHAYATI
NIM P07131214107
MATERI
1.
2.
3.
4.
Bentuk Keluarga
Perubahan-perubahan dalam hidup keluarga
Fungsi keluarga
Kebutuhan Keluarga
a. Sumber Daya Keluarga
b. Peranan Keluarga dalam Pembinaan Kebiasaan Makan anakanak dan menyusui
PEMBAHASAN:
1. Bentuk-Bentuk Keluarga
Pada dasarnya ada berbagai macam bentuk keluarga. Menurut pendapat Goldenberg
(1980) ada sembilan macam bentuk keluarga, antara lain :
1. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta anak-anak kandung.
2. Keluarga besar (extended family)
Keluarga yang disamping terdiri dari suami, istri, dan anak-anak kandung, juga
sanak saudara lainnya, baik menurut garis vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek,
mantu, cucu, cicit), maupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang
berasal dari pihak suami atau pihak isteri.
3. Keluarga campuran (blended family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung serta anak-anak tiri.
4. Keluarga menurut hukum umum (common law family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam perkawinan
sah serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.
5. Keluarga orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena bercerai, berpisah,
ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka
tinggal bersama.
6. Keluarga hidup bersama (commune family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama,
berbagi hak, dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama.
7. Keluarga serial (serial family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin telah
punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta
memiliki anak-anak dengan pasangan masing-masing, tetapi semuanya
menganggap sebagai satu keluarga.
8. Keluarga gabungan/komposit (composite family)
Keluarga terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anak-anaknya (poliandri)
atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya (poligini) yang hidup
bersama.
9. Keluarga tinggal bersama (cohabitation family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan
perkawinan yang sah.
2. Perubahan-perubahan dalam hidup keluarga
PERUBAHAN STRUKTUR DAN FUNGSI KELUARGA
Masyarakat Indonesia adalah amat majemuk. Untuk itu membahas tentang sosialisasi
setiap suku bangsa yang ada di masyarakat Indonesia secara detail tentu saja amatlah
kompleks. Di samping itu berbagai proses sedang terjadi dalam menempatkan Indonesia
pada suatu situasi yang sama, yakni berkembangnya industrialisasi dan teknologi yang
menyebabkan hubungan internasional yang semakin intensif serta proses urbanisasi yang
amat pesat sehingga terjadi suatu revolusi informasi terutama melalui media massa,
elektronik yang amat mudah ditangkap oleh seluruh lapisan masyarakat. Tambahan pula
lembaga sekolah (terutama sekolah dasar) yang telah menyebar di seluruh pelosok, sangat
mengubah pola sosialisasi di masyarakat Indonesia. Saat ini sosialisasi yang khas pada
suku-suku bangsa tertentu, sudah mulai pudar. Beberapa nilai dasar yang mencirikan
sosialisasi dari suatu suku bangsa tertentu mungkin masih tetap berusah dipertahankan,
tetapi sistem nilai baru yang dibawa oleh media massa seperti materialisme,
individualisme cenderung mulai diwarnai orientasi nilai seluruh masyarakat indonesia.
Lembaga keluarga memegang peran amat penting dalam setiap masyarakat. Para
antropolog mencatat bahwa secara universal lembaga ini memegang fungsi: pengaturan
seksual, penerus keturunan, sosialisasi, kasih sayang, penentuan status sosial seseorang,
perlindungan, dan ekonomi. James Coleman, seseorang peneliti pendidikan juga telah
menemukan bahwa keluarga merupakan faktor determinan paling berpengaruh terhadap
prestasi pendidikan anak dan status pekerjaannya di kemudian hari; kemudian menyusul
lingkungan pergaulan (peer group) dan ketiga baru sekolah. Dalam hubungan itu, Berger
dan Luckman juga mengatakan bahwa persepsi terhadap dunia dari Bapak, Ibu sebagai
significant others (orang yang amat penting dalam hidup anak) akan menjadi objective
reality bagi si anak. ... though them is filtered a view of the world as natural or
normal.
Menggambarkan pola sosialisasi di dalam keluarga, dalam konteks masyarakat
Indonesia, yaitu industrialisasi dan urbanisasi. Saat ini masyarakat Indonesia telah mulai
dan ditandai oleh beberapa ciri masyarakat industri yaitu semakin meningkatnya proporsi
tenaga kerja (pria dan wanita) yang bekerja pada sektor industri. Berkembangnya norma
dan nilai kehidupan yang modern, mengakibatkan tingkat urbanisasi, dengan masuknya
gejala globalisasi dan revolusi informasi yang membuat dunia ini semakin transparan
bagi semua orang terkasuk keluarga. Hal ini memberikan kecenderungan perubahanperubahan bagi struktur maupun fungsi keluarga dalam masyarakat.
A. Munculnya Fenomena Keluarga Kecil
Perubahan dalam struktur keluarga di Indonesia yang paling mencolok saat ini adalah
berkurangnya jumlah anak di dalam keluarga muda. Gejala ini memang relatif masih
baru sehingga belum dapat melihat secara empiris apakah anak yang lebih sedikit
jumlahnya di tiap keluarga akan menghasilkan suatu proses pendidikan yang lebih
baik, artinya menghasilkan anak-anak yang lebih pandai, terampil dan memiliki
sikap-sikap, tindakan yang lebih positif.
Berkurangnya jumlah anak telah mendorong para orang tua untuk meningkatkan
investasi pada setiap anak, seperti: pendidikan formal, kursus ketrampilan, gizi,
kesehatan dan sebagainya. Pada masyarakat kelas bawah menyekolahkan anak saat
ini hampir selalu menjadi obsesi utama mereka. Namun, masalah yang dihadapi
kelompok ini adalah mahalnya dana pendidikan baik real cost maupun opportunity
cost . Orang tua kelas menengah cenderung melengkapi rumah mereka dengan
berbagai suplemen bahan serta alat pendidikan seperti buku pengetahuan umum,
kamus, ensiklopedia anak-anak, komputer, TV, serta alat audio visual lainnya.
Seringkali suplemen pendidikan di rumah-rumah kelas menengah ini melebihi apa
yang dapat disediakan di sekolah, sehingga peran keluarga menjadi semakin penting
dalam pengembangan pengetahuan umum serta intelegensa murid.
Di samping itu mereka juga cenderung mengirim anaknya ke berbagai kursus
keterampilan (komputer, bahasa Inggris, matematika, kesenian dan lain sebagainya).
Orang tua golongan Kelas Atas, cenderung melengkapi pendidikan anak mereka di
luar negeri. Kebutuhan ini rupanya telah merangsang industri pendidikan swasta di
Indonesia untuk menyediakan sekolah di dalam negeri yang bertaraf internasional;
bahkan bila perlu sekolah/universitas ini bekerja sama secara langsung dengan
lembaga-lembaga pendidikan di luar negeri. Dengan demikian, dalam waktu yang
relatif singkat akan terbentuk lapisan generasi muda Indonesia yang memiliki
pendidikan bertaraf internasional dan siap pula bersaing secara internasional.
Peningkatan aspirasi pendidikan ini rupanya tidak hanya semata-mata bersifat
profan, tetapi juga bermotivasi keagamaan. Misalnya kini muncul sekolah-sekolah
elit berasaskan keagamaan. Kelompok ini rupanya ingin menitipkan sebagian
pendidikan moral anak mereka pada lembaga pendidikan formal yang bermutu baik.
Peningkatan sumberdaya manusia pasti mengalami banyak kemajuan pesat karena
motivasi, bukan hanya ada pada pemerintah tetapi telah merata hampir disemua
keluarga.
Dari segi lain, perlu dicatat pula bahwa disamping dapat bersifat mendidik, peralatan
audiovisual di dalam rumah dapat juga menimbulkan dampak yang tidak diinginkan
pada proses sosialisasi anak. Walaupun pesan-pesan di media elektronik tidak serta
merta mengubah perilaku anak, tetapi dengan membanjirnya informasi membuat
orang tua di rumah tidak mampu untuk selalu memberikan pengarahan, bimbingan
yang memadai dan tidak mampu melakukan kontrol yang diperlukan.
Di samping hal tersebut, didalam keluarga kecil, sifat individualistis secara built-in
akan berkembang pada pribadi anak. mereka tidak lagi harus berbagi rata dan
bertenggang rasa dengan 7 atau 8 saudaranya seperti pada keluarga di masa lalu.
Selain itu memang tampak adanya nila-nilai baru yang dikembangkan di dalam
keluarga terutama dari kelas menengah ke atas, yaitu sikap yang lebih memandang ke
depan, lebih kompetitif, menghargai prestasi yang tinggi, keinginan untuk berbuat
baik, menyadari nilai-nilai pelestarian alam dan sebagainya. Perubahan lain dalam
lembaga keluarga sebagai akibat industrialisasi adalah gejala munculnya
kepincangan struktur yaitu yang berupa: single parent family dan single person
household.
menonjol di masyarakat kita saat ini (bahkan angka untuk wanita kepala rumah
tangga justru menunjukkan sedikit penurunan, namun tampaknya gejala ini akan
meningkat dimasa datang mengingat akar gejala dari segala gejala yang ada yakni
perceraian, urbanisasi, dan wanita yang tidak menikah menunjukkan gejala
peningkatan.
2. Gejala Single Person Household
Dalam masyarakat industri, mobilitas masyarakat sangat tinggi, banyak orang
meninggalkan sanak saudara, keluarga dan hidup sendiri di daerah lain (di luar negeri,
biasanya di daerah perkotaan), terutama pada anak remaja. Hal ini terutama pada
anak-anak muda dari desa yang datang ke kota-kota untuk menjadi buruh industri.
Golongan buruh yang berpenghasilan rendah, mungkin tidak hidup sendiri di dalam
suatu rumah, tetapi pada kenyataannya mereka juga merupakan suatu single person
household karena mereka hidup sendiri dan menentukan pengeluarannya sendiri.
Kelompok kaum muda desa yang bermigrasi ke kota telah mengalami suatu
interupsi dalam proses sosialisasinya sebagai orang desa. Kini mereka
diperhadapkan dengan suatu kehidupan kota yang jauh lebih berbeda dengan latar
belakang kehidupan mereka sebelumnya. Penyesuaian diri mereka pada pola atau
norma-norma kota berjalan kurang baik karena mereka tidak hidup dalam keluarga
yang lengkap dan stabil. Mereka memperoleh sosialisasi dengan kelompok sebaya.
Perkembangan lebih lanjut dari cara hidup dan kebudayaan kaum muda buruh
dikota masih belum dapat diantisipasi, karena hal ini merupakan suatu fenomena
baru. Tetapi dapat diduga bahwa mereka akan menjadi kelompok yang kehilangan
kepribadian desa. Karena tidak mampu mengadopsi budaya kota secara sempurna,
diduga mereka akan bersikap agresif dan pesimistik dalam berbagai hal. Pemantauan
sosial perlu dilakukan karena gejala ini akan memiliki dampak penting baik terhadap
keluarga yang akan terbentuk dari kaum muda buruh ini, maupun terhadap kehidupan
kota itu sendiri di masa depan.
Perubahan yang paling mencolok di dalam keluarga pada masa kini adalah dalam hal
jumlah wanita yang bekerja. Trend ini akan terus berkembang karena sekarang
tampak adanya gejala gaya hidup yang mulai membutuhkan double income
sehingga mungkin akan banyak suami yang terpaksa mengizinkan istrinya untuk
bekerja, baik di kantor-kantor pemerintah, perusahaan-perusahaan swasta maupun
milik pemerintah, di pabrik sebagai buruh atau karyawan dan sebagainya, pokoknya
yang penting dapat bekerja untuk mendapatkan penghasilan memenuhi kebutuhan
pribadi maupun kebutuhan keluarga.
B. Perubahan Struktur Keluarga
Seperti semua lembaga, keluarga adalh suatu sistem norma dan tata cara yang
diterima untuk menyelesaikan sejumlah tugas penting. Mendefinisikan keluarga
tidaklah begitu mudah, namun telah diupayakan sebelumnya. Dan dapat diungkapkan
disini adalah bahwa keluarga adalah (1) suatu kelompok yang mempunyai nenek
moyang yang sama ; (2) suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah atau
perkawinan ; (3) pesangan perkawinan dengan atau tanpa anak ; (4) pasangan tanpa
nikah yang mempunyai anak ; (5) satu orang dengan beberapa anak, begitu yang
dikatakan Paul B. Horton & Chester L. Hunt, dari Western Michigan University.
Para anggota suatu komunitas mungkin bisa menyebut dirinya sebagai suatu keluarga,
akan tetapi, pada umumnya tidak mampu tinggal dalam suatu rumah di suatu daerah
tempat tinggal keluarga tunggal. Pasangan kumpul kebo yang hidup bersama tanpa
nikah tidaklah diakui sebagai suatu keluarga (Bdk. Biro Snsus Amerika Serikat) .
Menurut biro ini, sebuah keluarga adalah dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan darah, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama dalam suatu rumah
tangga , bukan sebagai posseiq (orang-orang yang berlawanan jenis yang hidup
secara bersama-sama).
Kalau dilihat dari susunan keluarga maka pertalian darah antara suami istri dan anakanak menjadi perhatian utama. Keluarga sedarah terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi di mana hubungan itu digambarkan melalui garis lelaki
(patrilinial) atau melalui garis perempuan (matrilinial). Keluarga yang didasarkan
atas pertalian perkawinan atau kehidupan suami istri, maka disebut keluarga suami
istri (conjugal family), Keluarga hubungan kerabat sedarah (consanguine family),
tidak didasarkan pada pertalian kehidupan suami istri melainkan pada darah dari
sejumlah kerabat.
C. Perubahan Fungsi Keluarga
Dahulu keluarga merupakan kesatuan ekonomi dalam arti kesatuan produksi dan
konsumsi. Proses perubahan ekonomi pada masyarakat industri telah mengubah sifat
keluarga dari institusi pedesaan ke agraria, dan dari agraria ke industri kekotaan.
Dengan demikian, peran anggota-anggota keluarga juga mengalami perubahan.
Misalnya, fungsi-fungsi produksi hilang, keluarga menjadi kesatuan konsumsi
semata-mata. Keluarga-keluarga di kota tidak lagi melakukan fungsi produksi secara
langsung.
Anggota-angota keluarga bekerja di luar untuk mendapatkan upah atau gaji, dengan
mana mereka membeli keperluan-keperluan bagi keperluannya, dan keluarganya
(kebutuhan primer maupun sekunder). Pergeseran fungsi produksi keluarga tersebut
nampak pada dan berkembangnya industri pakaian jadi, alat-alat rumah tangga,
makanan, tokoh makanan, pasar swalayan, supermarket, restoran, dan sebagainya.
Dalam masyarakat pedesaan yang bersifat agraria, fungsi keluarga sebagai suatu
kesatuan produksi dan konsumsi masih saja nampak, seperti keluarga menanam,
mengolah dan juga menjual hasil pertaniannya ke pasar dan sebagainya.
Perubahan fungsi-fungsi ekonomi keluarga di kota seperti yang telah disebutkan di
atas, mempengaruhi perubahan pembagian tugas anggota-anggota keluarga. Fungsifungsi seperti pengawasan, perbaikan rumah, membayar sewa listrik, dan lain
sebagainya yang semula menjadi tugas utama sang suami, sekarang ini banyak
diambil alih oleh sang istri. Dan sebaliknya, sang suami menolong membersihkan
rumah, memberi makan anak-anaknya, memandikan anak-anaknya, sebagaimana
dilakukan oleh isteri tercinta, atau yang menjadi tugas sang istri tercinta.
Perubahan fungsi-fungsi yang ada dalam suatu keluarga ataupun masyarakat secara
keseluruhan turut mempengaruhi perubahan fungsi-fungsi sosial keluarga. Fungsifungsi sosial yang mengalami perubahan adalah:
1. Fungsi Pendidikan:
Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi pendidikan. Fungsi pendidikan
keluarga ini telah mengalami banyak perubahan. Secara informal fungsi pendidikan
keluarga masih tetap penting, namun secara formal fungsi pendidikan itu telah
diambil alih oleh sekolah. Dalam hubungan dengan hal itu, Nasution (1983),
menyebutkan fungsi sekolah antara lain: (a) sekolah mempersiapkan anak untuk suatu
pekerjaan; (b) sekolah memberikan ketrampilan dasar; (c) sekolah membuka
kesempatan memperbaiki nasib; (d) sekolah menyediakan tenaga pembangunan; (e)
sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial; (f) sekolah mentransmisi
kebudayaan; (g) sekolah membentuk manusia yang sosial; (h) sekolah merupakan alat
mentransformasi kebudayaan.
Proses pendidikan di sekolah menjadi makin lama (dari tingkat TK sampai Perguruan
Tinggi) dan pengaruhnya menjadi semakin penting. Apabila dahulu fungsi sekolah
terbatas, pada pandidikan intelek, maka kecenderungan sekarang pendidikan sekolah
diarahkan kepada anak sebagai pribadi. Guru dengan bantuan counselor, school
psychologist, ataupun clinical psychologist, dan social worker bersama sama
membantu anak agar berhasil menyesuaikan diri dalam masyarakat di mana dia
hidup/berada.
2. Fungsi Rekreasi.
Dahulu keluarga merupakan medan rekreasi bagi anggota-anggotanya. Sekarang
pusat-pusat rekreasi di luar keluarga, seperti : bioskop, panggung sirkus, lapangan
olah raga, kebun binatang, teman-teman, night club dan sebagainya lebih menarik
minat dan perhatian bagi keluarga. Demikian pula rekreasi dalam kelompok sebaya
menjadi semakin penting terutama bagi anak-anak dalam suatu keluarga. Perubahan
tersebut menimbulkan kurang lebih dua akibat, yaitu: (a) jenis-jenis rekreasi yang
dialami anggota-anggota keluarga menjadi lebih bervariasi, dan (b) anggota keluarga
lebih cenderung untuk mencari hiburan di luar keluarga.
3. Fungsi Keagamaan
Dahulu keluarga merupakan pusat pendidikan upacara (ritus-ritus keagamaan) ,
ataupun ibadah bagi para anggota-anggotanya di samping peranan yang dilakukan
oleh institusi agama. Proses sekularisasi dalam masyarakat dan merosotnya pengaruh
institusi agama menimbulkan, kemunduran fungsi keagamaan dalam keluarga.
4. Fungsi Perlindungan.
Dahulu keluarga berfungsi sebagai perlindungan atau memberikan perlindungan, baik
fisik maupun sosial, kepada para anggotanya. Sekarang ini, banyak fungsi
perlindungan dan perawatan telah diambil alih oleh badan-badan sosial, seperti:
tempat perawatan bagi anak-anak cacat tubuh dan mental, anak yatim piatu, anakanak jalanan/anak nakal, lansia, dan sebagainya.
Selain itu juga, ada lagi fungsi-fungsi sosial lain seperti:
(1) Fungsi Pengaturan Seksual :
Keluarga adalah lembaga pokok, yang merupakan wahana bagi masyarakat untuk
mengatur dan mengorganisasikan kepuasan seksual. Sebagian besar masyarakat
menyediakan berbagai macam cara untuk menyalurkan nafsu seksualnya. Dengan
tingkat toleransi yang berbeda-beda, setiap orang dalam masyarakat juga
mentoleransikan sejumlah perilaku yang memperkosa norma-norma seksual. Dengan
kata lain, dalam setiap masyarakat terdapat beberapa penyimpangan kebudayaan yang
nyata daripada kebudayaan yang dicita-citakan dalam perilaku seksual.
Sebagian besar masyarakat mempunyai sejumlah norma penghindaran yang
menetapkan bagaimana menyadarkan kegiatan seks yang tidak disetujui secara
bijaksana (misalnya tempat-tempat hiburan) . Namun demikian, semua masyarakat
mengharapkan bahwa sebagian besar hubungan seksual akan terjadi antara orangorang yang oleh norma-norma mereka ditentukansebagai boleh berhubungan satu
sama lain secarah sah. Norma-norma itu, sering kali mengijinkan variasi seksual yang
sangat luas dengan siapa saja. Setiap orang mempunyai tata kelakuan (mores) yang
melarang orang-orang tertentu berhubungan seseorang tertentu pula.
Sebagian masyarakat ataupun seluruhnya, tidak ingin ataupun memperbolehkan
hubungan seks sebelum menkah tetapi juga melembagakan nya. Merka
menganggapnya sebagai kegiatan yang pantas dan berguna dan telah
mengembangkan seperangkat peraturan kelembagaan pendukung yang membuatnya
aman dan tidak membahayakan.
(2) Fungsi Reproduksi:
Untuk urusan memproduksi anak disetiap masyarakat terutama tergantung pada
keluarganya. Cara-cara lain hanyalah kemungkinan teroritis saja, dan sebagian besar
masyarakat mengatur untuk memproduksi anak diluar pernikahan. Namun, tidak ada
masyarakat yang memperbolehkan anak-anaknya untuk tidak memproduksi anak
(melahirkan anak), kecuali sebahagian dari keluarga secara khusus (cfr. panggilan
rohaniwan/rohaniwati).
pertumbuhan penduduk,
penemuan-penemuan dan penerapan teknologi baru,
Senada
dengan
itu,
ahli
lain
mengemukakan bahwa
perubahan-perubahan sosial yang terjadi akibat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan berbagai faktor lainnya itu telah membawa dampak
tertentu terhadap perubahan struktur sosial, interaksi sosial, ekspektasi masyarakat,
peranan dan status serta mobilitas dari warga masyarakat (Aziz Saleh, 1992).
begitu saja membuang sampah seenaknya di sembarang tempat. Contoh lain dari
ketimpangan budaya adalah, dahulu setiap berjumpa dengan orang lain di jalan akan
dianggap sopan kalau bertegur safa, bersufaha atau bersalaman dengan orang
tersebut dan menyempatkan waktu untuk berbincang-bincang. dengan mereka. Tetapi
kebiasaan baik ini tampaknya sukar dilakukan pada saat sekarang,
karena orang telah banyak memakai kendaraan, dan kalau itu akan dilakukan juga
maka di samping menghabiskan waktu juga akan mengakibatkan kemacetan lalu
lintas.
Berbagai perubahan sosial di atas juga terjadi dalam kehidupan keluarga, dan
menuntut
penyesuaian-penyesuaian perilaku anggota yang ada di dalamnya. Kalau dahulu
orang tua ada lah orang yang sangat dihormati karena berbagai pengalaman dan
pengetahuan yang dimilikinya, pada saat sekarang orang tua perlu juga dihormati
tetapi bukan atas dasar bahwa ia banyak tahu dan kaya pengalaman. Pada saat
sekarang orang tua tidak banyak tahu lagi dengan anak-anaknya. Hal itu disebabkan
karena pendidikan anak tidak sama lagi dengan orang tua. Anak telah mengikuti
pendidikan keahlian
teknik,
kedokteran,
telekomunikasi dan sebagainya dimana orang tua tidak memahaminya, atau mereka
telah mengetahui berbagai informasi dari berbagai media yang mana hal itu tidak
sempat dilakukan oleh orang tuanya. Bila perubahan-perubahan seperti contoh di atas
tidak diantisipasi secara baik oleh orang tua maka dikhawatirkan akan terjadi masalah
"cultural lag" seperti yang dikemukakan terdahulu.
Fungsi Perlindungan
Keluarga menjadi pelindung yang pertama, utama dan kokoh dalam memberikan
kebenaran dan keteladanan kepada anak-anak dan keturunannya
Fungsi Reproduksi
Keluarga menjadi pengatur reproduksi keturunan secara sehar dan berencana,
sehingga anak-anak yang dilahirkan menjadi generasi penerus yang berkualitas
Fungsi Ekonomi
Keluarga menyiapkan dirinya untuk menjadi suatu unit yang mandiri dan sanggup
untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batinnya dengan penuh kemandirian
Fungsi Lingkungan
Keluarga siap dan sanggup untuk memelihara kelestarian lingkungan untuk
memberikan yang terbaik kepada anak cucunya dimasa yang akan datang
4. Kebutuhan Keluarga
a. Sumber Daya Keluarga
Kosep Dasar Sumber Daya Keluarga
Sumber daya adalah alat atau bahan yang tersedia dan diketahui potensinya untuk
memenuhi keinginan. Terdapat 3 asumsi dasar memepelajari Sumber Daya Keluarga
yaitu:
1. SDK tidak hanya terdapat di dalam keluarga sendiri tetapi juga terdapat di
berbagai lingkungan sekitar keluarga.
2. Kondisi dari sumber daya merupakan elemen dari sistem yang dapat mendorong
ASI mengandung protein dan lemak yang paling cocok untuk bayi dalam jumlah yang
tepat.
ASI mengandung lebih banyak laktosa (gula susu) daripada susu lainnya dan laktosa
merupakan zat yang diperlukan bagi manusia.
ASI mengandung vitamin yang cukup bagi bayi. Bayi selama 6 bulan tidak
memerlukan vitamin tambahan
ASI mengandung zat besi yang cukup untuk bayi. Tidak terlalu banyak zat besi yang
dikandung, tetapi zat besi ini diserap usus bayi dengan baik. Bayi yang disusui tidak
akan menderita anemia kekurangan zat besi.
ASI mengandung cukup air bagi bayi bahkan pada iklim yang panas.
ASI mengandung garam, kalsium dan fosfat dalam jumlah yang tepat
Keuntungan Menyusui
ASI mengandung enzim khusus (lipase) yang mencerna lemak. ASI lebih cepat dan
mudah dicerna dan bayi yang diberi ASI mungkin ingin makan lagi lebih cepat
daripada bayi yang diberi makanan buatan
ASI selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak memerlukan persiapan.
ASI tidak pemah basi atau menjadi jelek dalam payudara, walau ibu tidak menyusui
bayinya selama beberapa hari. Beberapa hari ibu percaya bahwa ASI dalam payudara
bisa basi, padahal hal ini tidak akan terjadi.
Menyusui akan membantu menghentikan pendarahan setelah melahirkan.
Menyusui berdasarkan permintaan membantu mencegah kehamilan berikutnya.
Menyusui baik secara kejiwaan bagi ibu dan bayi. Hal ini membantu terjadinya ikatan
diantara keduanya, sehingga menjadi tak terpisahkan dan mencintai satu sarna lain.
Dekat secara emosional dengan ibunya pada saat dini mungkin meningkatkan
penampilan pendidikan anak kelak dikemudian hari.
ASI murah, tidak perlu dibeli.
Semua ASI khusus untuk bayi, sedangkan susu buatan lainnya dapat digunakan untuk
keluarga lain dan tamu.
ASI akan melindungi bayi terhadap penyakit dan mempercepat penyembuhan anak
sampai tahun kedua kehidupan.
Pencemaran
Makanan buatan sering tercemar bakteria, terlebih bila ibu menggunakan botol dan tidak
merebusnya setiap selesai memberi makan. Bakteria tumbuh sangat cepat pada makanan
buatan. Bakteria dapat berbahaya bagi bayi sebelum susu tercium basi.
Infeksi
Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibodi, untuk melindungi tubuh
terhadap infeksi. Bayi yang diberi makanan buatan lebih sering sakit diare dan infeksi saluran
pernafasan.
Pemborosan
Ibu dari keluarga ekonomi lemah mungkin tidak mempu membeli cukup susu untuk bayinya.
Mereka mungkin memberikan dalam jumlah lebih sedikit dan rnungkin menaruh sedikit susu
atau bubuk susu ke dalam botol. Sebagai akibatnya, bayi yang diberi susu botol sering
kelaparan.
Kekurangan vitamin
Zat besi dari susu sapi tidak diserap sempurna seperti zat besi dari ASI. Bayi yang diberi
makanan buatan bisa terkena anemia karena kekurangan zat besi.
Hal ini menyebabkan tetani yaitu kedutan dan kaku otot (kejang-kejang).
Susu sapi mengandung lebih banyak asam lemak jenuh dibandingkan ASI, untuk
pertumbuhan bayi yang sehat, diperlukan asam lemak tidak jenuh yang lebih banyak. Susu
sapi tidak mengandung asam lenak esensial dan asam linoleat yang cukup, dan mungkin juga
tidak mengandung kolesterol yang