Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita
masyarakat, baik anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang
tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena perdarahan,
kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik.
Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan
pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah,
dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb)
dalam darah dari harga normal.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien
dengan anemia
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia.
b. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia.
c. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa- diagnosa yang mungkin
d.

muncul pada pasien anemia.


Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien
dengan anemia

C. Rumusan Masalah
1. Apa itu anemia ?
2. Bagaimana etiologi, manisfestasi klinis, komplikasi dan
pemeriksaan diagnostik ?
3. Bagaimana patofisiologi anemia ?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien anemia ?
5. Bagaimana diagnosa dan interverensi dari anemia tersebut ?

BAB II
PEMBAHASAN
ANEMIA

A. DEFINISI
Anemia biasanya didefinisikan sebagai penurunan jumlah korpuskala sel
darah merah atau hemoglobin. Diagnosis laboratorium diawali dengan penentu
volume sel darah merah/ hematokrit dan konsentrasi hemoglobin dalam darah
perifer. (hematokrit normal untuk laki laki adalah 39,8 52,2 ml/dl dan untuk
wanita 38,9 46,9 ml/dl sedangkan hemoglobin normal untuk laki laki adalah
13, 3 17,7gram / dl dan wanita 11,7 17 gram/dl). Kondisi yang mengubah
volume plasma bisa menegaskan atau menutupi keparahan anemianya,
misalnyadehidrasi meningkatkan hematokrit dengan melalui penurunan volume
plasma dan protein serum yang abnormal seperti yang terlihat pada mieloma
multipel dapat menaikkan volume plasma dan menimbulkan efek berlawanan.
Apabila akan melakukan anastesi umum, batas pra bedah mininum untuk kasus
kedaruratan adalah : hematokrit 30 ml/dl, sedangkan untuk bedah elektif
hematoktrit adalah 35 45 ml/dl dan hemoglobin 12 15 gram/dl
B. ETIOLOGI
Etiologi anemia terjadi sebagai akibat gangguan atau rusaknya mekanisme
produksi sel darah mera.penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel sel
darah merah karena kegagalan dari sumsum tulang, meningkatnya penghancuran
sel sel darah merah, perdarahan, dan rendahnya kadar eritrosit, misalnya pada
gagal ginjal yang parah. Gejala yang timbul adalah kelelahan, berat badan
menurun, letargi, dan membran mukosa menjadi pucat. Apabila timbulnya anemia
perlahan (kronis), mungkin hanya timbul sedikit gejala, sedangkan pada anemia
akut yang terjadi adlah sebaliknya. Pasien menderita anemia kronis lebih dapat
mentolerir tindakan bedah dibandingkan dengan penderita anemiaakut. Faktor
penatalaksanaan yang patut dipertimbangkan untuk penderita anemia terpusat
pada penurunan kemampuan darah untuk mengangkut oksigen, dan pada beberapa
kasus, mengenai kecenderungan rusaknya mekanisme pertahanan seluler.
C. PATOFISIOLOGI
Timbunya anemia mencerminkan adanya kegagalan susmsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang

dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui pendarahan
atau hemolisis. Lisis sel darah terjadi dalam sel fagostik atau dalam sistem
retikulo endotelia, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil sampingan dari
proses tersebut, bilirubin yang bterbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran
darah. Apabila sel darahmengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka
hemoglobin akan muncul dalamplasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi
kapasitas hemoglobin plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan ke dalam urine.
Pada dasarnya anemia timbul karena dua hal berikut ini
1. anoreksia organ target karenaberkurangnya jumlah oksigen yang dapat
dibawa oleh darah ke jaringan
2. mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia
kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan gejala yang disebut sindrom
anemia
D. MANISFESTASI KLINIS
Gejala anemia sangat bervariasi, tetapi pada umumnya dapat dibagi menjadi
golongan besar, yaitu sebagai berikut :
1. gejala umum anemia
gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau anemic
syndrome. Gejala umum anemia atau sindrome anemia adalah gejala yang
timbul pada semua jeis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah
menurun sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena
anoreksia organ targn dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap
penurunan hemoglobin. Gejala gejala tersebutapabila diklafisikasikan
menurut organ yang terkena.
a. Sistem kardiovaskuler, lesu ; cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak
napas beraktivitas, angina pektoris dan gagal jantung
b. Sistem saraf sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang, kunag, kelemahan otot, iritabiltas, lesu, serta perasaan
dingin pada ekstremitas
3

c. Sistem urogenital ; gangguan haid dan libido menurun


d. Epitel ; warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,
serta rambut tipis dan halus
2. Gejala khas masing masing anemia
Gejala khas menjadi ciri dari masing masing anemia adalah sebagi
berikut :
a.
b.
c.
d.

Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis


Anemia defisiensi asam folat : lidah merah ( buffy tongue)
Anemia hemolitik : ikterus dan hepatosplenomegali
Anemia aplastik : perdarahan kulit atau mukosa dan tanda tanda

infeksi
3. Gejala akibat penyakit dasar
Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemi. Gejala ini timbul
karena penyakit penyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya
anemia desifiensi besi yang timbulkan gejala seperti pembesaran parotis
dan telapak tangan berwarna kuning seperti jerami
E. KOMPLIKASI
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang
flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi
gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu
hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat
menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat
badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ
tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium hematologis
Pemerksaan laboratorium hematologis dilakukan secara bertahap
sebagai berikut.
a. Tes pnyaring tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Degan pemeriksaan ini, dpat dipastikan adanya anemia
dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi
pengkajian pada komponen komponen berikut ini.
Kadar hemoglobin
Indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC)
Apusan darah tepi
4

b. Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahui


kelainan pad sistem leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang
dikerjakan meliputi laju endap darah (LED), hitung diferensial, dan
hitung retikulosit
c. Pemeriksaan sumsum tulang pemeriksaan ii harus dikerjakan pada
sebagian besar kasus anemia untuk mendapatkan diagnosis
definitif meskipun ada beberapa kasus yang diagnosisnya tidak
memerlukan pemeriksaan sumsusm tulang.
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus : pemeriksaan ini akan
dikerjakan jika telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga
fungsinya adalah untuk mengkonfirmasi dugaan diagnosis tersebut.
Pemeriksaan tersebut meliputi komponen berikut ini.
Anemia desifiensi besi : serum iron,TIBC, saturasi

transferin, dan feritin serum


Anemia megaloblastik asam folat darah/ eritrosit, vitamin

B12
Anemia hemolitik : hitung rtikulasi, tes Coombs, dan

elektroforesis Hb
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
pemeriksaan laboratorium nonhematologis meliputi :
Faal ginjal
Faal endokrin
Asam urat
Faal hati
Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
Pada beberapa kasus anemia diperlukan pemeriksaan penunjang
sebagai berikut :
Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histologi
Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan biologi molekler PCR
G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I.
Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
a. Aktivitas / istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan


produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi
terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih

banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau
istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik
pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan

lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.


b. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI
kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi

(takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan
tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas
EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang
T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas
(warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit
hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti
berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera
: biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat
(penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi)
kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB).
Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara

premature (AP).
c. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
d. Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom
malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar,
melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine
6

Tanda : distensi abdomen.


e. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas
mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat,

tanah liat, dan sebagainya (DB).


Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam
folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor
kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB).
Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya

inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).


f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak
mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan
bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah

; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.


Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.
Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik :
hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubanglubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa

getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).


g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
h. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan
aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat
terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan.
Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan
panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam,

limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).


j. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau

II.

amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.


Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien
yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan
(Boedihartono, 1994).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges,

1999) meliputi :
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan
granulosit (respons inflamasi tertekan)).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan
/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan sirkulasi dan neurologist.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet;
perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.
7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ;
salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
III.
Intervensi/Implementasi keperawatan
1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan.
Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda
vital stabil.
INTERVENSI
Mandiri

a. Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/ membran mukosa,
dasar kuku. Rasional : memberikan informasi tentang derajat/ keadekuat
perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervesi
b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
Rasional : meningkatkan ekspansi par dan memaksimalkan oksigenisasi
untuk kebutuhan seluler.
c. Awasi upaya prnapasan : auskultasi bunyi napas perhatian bunyi
adventisius
Rasional : dispnea, gemerici menunjukkan GIK karena regangan jantung
lama/ penigkatan kompensasi curah jantung
d. Selidiki keluhan nyeri dada palpitasi
Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokrdial/ protein
risiko infark
e. Kaji untuk respons vebal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan
memori, bingung.
rasional : dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia
atau desifiensi vitamin B12
Kolaborasi
a. Awasi pemeriksaan laboratorium. Mis. Hb/ Ht dan jumlah SD, GDA
Rasional : mengidentifikai desifiensi dan kebutuhan pengobatan/
respon terhadap terapi
b. Berikan SDM darah lengkap/ packed, produk darah sesuai indikasi.
Awasi ketat untuk komplikasi transfusi
Rasional : meningkatkan jumlah sel oksigen ke jaringan
c. Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi
Rasonal : transplantasi sumsum tulang dilakukanpada kegagalan
sumsum tulang/ anemia aplastik.
2) Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil :
Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas

sehari-hari)
Menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi,
pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.

INTERVENSI
Mandiri

a. Kaji kemampuan pasien unruk melakukan tugas/ AKS normal, catat


laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyesuaikan tugas
Rasional : mempengaruhi pilihan interverensi/ bantuan
b. Kaji kehilangan / gangguan keseimbangan gaya jaln, kelemahan otot
Rasioanal : menunjukkan perubahan neurologi karena desifiensi
vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/ resiko cidera
c. Awasi TD, nadi, pernapasan, selama dan aktivitas, catat respon
terhadap aktivitas
Rasional : menisfestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru
untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan
d. Ubah posisi pasien dengan perlahan dn pantau terhadap pusing
Rasional : hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat
menyebabkan pusing, berdenyut, dan peningkatan risiko cidera.
e. Gunakan teknik penghematan energi. Mis : mandi dengan duduk,
duduk utuk melakukan uga tugas
Rasional : mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi
penimpangan energi dan mencegah kelemahan
3) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi berhubungan dengan kekurangan
kebutuhan nutrisi dari tubuh.
Tujuan : menunjukkan peningkatan nutrisi dan berat badan
Kriteria hasil :
Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat bdan stabil

dengan laboratorium normal


Tidak mengalami tanda malnutrisi
Menunjukkan perilaku pertambahan

pola

hidup

untuk

meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang sesuai


INTERVENSI
Mandiri
a. Kaji riwayat nutrisi, terhadap makanan yang disukai
Rasional : mengidentifikasi desifiensi, menduga kemungkinan
intervensi
b. Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional : mengawwasi makanan kalori badan dan elektifitas
intervensi nutrisi
c. Berikan makanan sedikit dan ferkuensi sering dan atau makanan
diantar waktu makan
Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.

10

d. Observasi dan catat kejadian mual/ muntah. Flatus, dan gejala lain
yang berhubungan
Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia ( hipoksia ) pada
organ
e. Berikan dan bantu hiegene mulut yang baik ; sebelum dan
sesudahmakan. Gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang
lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka.
Rasional : meningkatkan napsu makan dan pemasukan oral.
Menurunkan pertumbuhan bakteri. Meminimalkan kemungkinan
infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan rapuh/ pendarahan dan nyeri berat.
Kolaborasi
a. Konsul pada ahli gigi
Rasional : membantudalam membuat rencana diet untuk memenuhi
kebutuhan individual.
b. Berikan obat sesuai indikasi, mis :
Vitamin dan suplemen mineral, mis sianokobalamin ( vitamin B12 ),
asam folat ( flovite ) ; asam askorbat ( vitamin c)
Rasional : kebutuhan penggantiian tergantung pada tipe anemia dan
atau adanya oral yang buruk dan defisiensi yang didesifikasi.
c. Tambahkan besi oral,mis ; fero sulfat (Feosol) ; fero glukonat (Furgon)
Rasional : mungkin berguna pada beberapa tipe anemia desifiensi besi
d. Asam hidoklorida
Rasional : mempunyai sifat absorbsi viamin B12 selama minggu
pertama terapi
e. Anti jamur atau pencuci mulut anestetik jika diindikasi
Rasional : mugkin diperlukan pada adanyastomatis/ glostitis untuk
meningkatkan penyembuhan jaringan mulut dan memudahkan
masukan
f. Berikan diet halus, rendah serat, menghindari makaman panas, pedas,
atau terlalu sam sesuai indikasi
Rasional : bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi tipe makanan yang
dapat ditoleransi pasien
g. Berikan suplemen nutrisi mis : ensure, isocal
Rasional : meningkatkan masukan protein dan kalori
4) Resiko tinggi terhadap integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi neologis.
Tujuan : meningkatkan integrasi kulit pada perubahan sirkulasi neologis
Kriteria hasil :

11

Mempertahankan integritas kukit


Mengidentifikasi faktor resiko/ perilaku individu untuk mencegah
cidera dermal

INTERVENSI
Mandiri
a. Kaji integritas kulit, catat perubahan pad turgor, gangguan warna hangat
lokal, eritema, ekskolariasi
Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan imobilisasi,
jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak
b. Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila pasien tidak
bergerak atau bergerak atau di tempat tidur
Rasional : meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit membatasi iskemia
jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler
c. Ajarkan permukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun
Rasional : area lembab, terkontaminasi memberikan media yang sangat
baik untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan
kulit secara berlebbihan kulit secar berlebihan dan meningkatkan iritasi
d. Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif
Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah statis
Kolaborasi
a. Gunakan alat pelindung. Mis ; kulit domba, keranjang, kasur tekanan
udara/ air, pelinddung tumit/ siku, dan bantal sesuai indikasi
Rasional : menghindari kerusakan kulit denganmencegah/ menurunkan
tekanan terhadappermukaan kulit.
5) Resiko penurunan masukan diet berhubungan dengan perubahan proses
pencernaan dan efek samping obat
Tujuan : penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan dan efek
samping terapi obat
Kriteria hasil :
Membuat / kembali pola normal dan fungsi usus
Menunjukkan peubahan perilaku/ pola hidup yang dipelukan
sebagai penyebab faktor pemberat
INTERVENSI
Mandiri
a. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi, dan jumlah
Rasional : membantu mengindentifikasi penyebab/ faktor pemberat
dan intervensi yang tepat
12

b. Auskultasi bunyi usus


Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun
pada konstipasi
c. Awasi masukam cairan 2500 3000 ml/ hri dalam toleran si jantung
Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila
konstipasi. Akan membantu mempertahankanstatus hidrasi pada diare
d. Hindari makanan yang membentuk gas
Rasional : menurunkan distres gastrik dan distensi abdomen
e. Kaji kondisi peinial dengan sering, catat perubahan dalam kondisi kulit
; atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perinial setiap defekasi
bila terjadi diare
Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan
Kolaborasi
a. Konsul dengan ahli gizi untuk memberikn diet seimbang dengan tinggi
serat dan bulk.
Rasional :serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorbsi air
dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan dmikian
meghasilakan bulk, yang berkerja sebagai perangsang untuk defekasi
b. Berikan pelembek feses, stimulan ringan, laksatif pembentuuk bulk,
atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan
Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi
c. Berikan obat antidiare mis ; difenoklorida dengan atropin ( lamotil )
dan obat pengaobsorbsi air mis: matamucil
Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi
6) Infeksi, resiko tinggi terhadap pertahanan sekunder tidak adekuat
berhubungan dengan penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan
granulasit ( respon inflamasi tertekan)
Tujuan : untuk mencegah kulit terhadap resiko infeksi
Kriteria hasil :
Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/ menurunkan risiko

infeksi
Menigkatkan penyembuhan luka bebas drainase purulen atau
entema dan demam

INTERVENSI
Mandiri
a. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawat dan pasien

13

Rasional

mencegah

kontaminasi

silang

kolonisasi

bakterial.catatan :pasien dengan anemia berat atau aplastik dpat


beresiko akibat floranormal kulit
b. Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur / perawat luka
Rasional : menurunkan resiko konisasi / infeksi bakteri
c. Berikan perawat kulit, perinial dan oral dengan cermat
Rasional : menurunkan resiko kerusakan kulit atau jaringan dan nfeksi
d. Dorong perubahan posisi atau ambulasi yang sering. Latihan batuk,
dan napas dalam
Rasional : meningkatkan ventilasi semua sekmen paru dan membantu
memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia
e. Tingkatkan masukan cairan adekuat
Rasional : membantu dalam pengenceran sekret pernapasan untuk
mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh ( mis:
pernapasan dan ginjal )
f. Pantau atau batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
Batasi tumbuhan hidup atau bunga potong.
Rasional : membatasi pemanjangan pada bakteri atau infeksi.
Perlindungan isolasi dapat dibutuhkan pada anemia aplastik, bila
respons imun sangat terganggu.
g. Pantau suhu. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa
demam.
Rasional : adanya proses inflamasi atau infeksi membutuhkan evaluasi
atau pengobatan
h. Amati eritema atau cairan luka
Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin
tidak ada bila granulosit tertekan.
Kolaborasi
a. Ambil spesimen untuk kultur / sensitivitas sesuai indikasi
Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen
khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan
b. Berikan antiseptik topikal : antibiotik sistemik
Rasional ; mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan
kolonisasi/ untuk pengobatan proses infeksi luka
7) Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya mengingat / salah interprestasi informasi
Tujuan : mencegah adanya komplikasi/ konsepsi informasi
Kriteria hasil :

14

Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostik dan

rencana pengobatan
Mengidentifikasi faktor penyebab
Melakukan tindakan yang perlu/ perubahan pola hidup

INTERVENSI
Mandiri
a. Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan
bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat
membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat
meningkatkan kerjasama dalam program terpi.
b. Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik
Rasional : tentang ketidaktahuan meningkatan tingkat stres, yang
selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan tentang apa
yang dipekirakan menurunka ansietas
c. Jelaskan bahwa darah diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak
akan memperburuk anemia
Rasional : ia sering merupakan kekuatiran yang tidak diungkapkan
yang dapat memperkuat ansietas pasien
d. Kaji sumber sumber (mis, keuangan dan memasak)
Rasional : sumber tidak adekuat dapat mempengaruhi kemampuan
untuk membuat/ menyiapkan makanan yang tepat
e. Dorong untuk menghentikan merokok
Rasioanl : menurunkan ketersediaan oksigen dan menyebabkan
vasodilatasi
Instruksikan psien/ orang terdekat tentang pemberian besi parenteral
f. Pemberian obat dengan Z- track
Rasioanal : mencegah ekstravasasi (kebocoran) dengan nyeri yang
menyertai
g. Gunakan jarum terpisah untuk mengambil obat dan injeksi
Rasioanl : obat dapat mewarnai kulit
h. Peringatan tentang kemungkunan reaksi sistemik, (mis, kemrahan pada
wajah, muntah, mual, mialgia) dan diskusikan pentingnya melaporkan
gejala
Rasional : kemungkinan efek samping terapi memerlukan evaluasi
ulang untuk pilihan dan dosi obat
i. Diskusikan peningkatan kerentanan terhadap infeksi, tanda/ gejala
yang

memerlukan

interverensi

medis,

mis

demam,

sakit

15

tenggorokan ; eritmia/ luka basah ; urine berkbut, rasa terbakar saat


defekasi
Rasional : penurunan produksi leukosit potensial risiko untuk infeksi.
Catatan : cairan purulen bukan bentuk abses granulasit
j. Identifikasi masalah keamanan, mis : bukti meniup hidung dengan
keras, olahraga kontak, konstipasi/ feses keras ; penggunaan pencukur
elektrik, sikat gigi halus.
Rasional : menurunkan risiko perdarahan dari jaringan yang rapuh
k. Telaah kebersihan.pentingnya perawatan gigi teratur
Rasional : efek anemia (lesi oral) dan/ atau suplemen besi
meningkatkan risiko infksi/ bakterimia
l. Instruksikan untuk menghindari produk aspirin
Rasional : meningkatkan kecenderungan perdarahan
m. Rujuk ke sumber komunitas yang tepat bila indikasi, mis, kupon
makanan dari pelayanan sosial, medis on wheels
Raional : mungkin memerlukan bantuan dengan persiapan makanan/
penjual makanan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita
masyarakat, baik anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang
tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena perdarahan,
kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B 12, sampai kelainan hemolitik.
Komplikasi yang mungkin terjadi dari anemia adalah gagal jantung,
kejang, gastitis. Bahaya anemia yang sangat parah dapat mengakibatkan
kerusakan jantung, otak dan organ tubuh lain. Bahkan dapat menyebabkan
kematian.
.
B. SARAN
dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang
anemia dan bagaiman proses perjalananpenyakitnya. Serta mampu
mengaplikasikan bagaimana tindakan keperawatan yang seharusnya
diberikan pada penderita anemiadalam menjalankan profesinya.

16

17

Anda mungkin juga menyukai