Anda di halaman 1dari 22

Anatomi Gingiva

Gingiva terdapat di sekeliling gigi maksila dan madibula di dalam alveoli dan
menutup prosessus alveolaris, mengandung mukosa berwarna pink.
Bagian-bagian anatomi gingiva:
Attached Gingiva, adalah bagian gingiva yang melekat rapat ke tulang di
sekeliling akar gigi, attached gingiva memiliki pigmentasi melanin.
Mucogingival junction, adalah pemisah antara attached gingiva yang rapat
dan berwarna merah muda, dengan mukosa alveolar yang dapat digerakkan
dan berwarna merah.
Marginal gingiva, adalah tepi gingiva pada setiap gigi.
Sulcus Gingiva, adalah permukaan dalam gingiva yang menghadap ruang
antar gigi.
Interdental Gingiva, adalah bagian gingiva di antara perbatasan gigi-gigi
yang merupakan perluasan dari attached gingiva.
Sumber: Mary Bath-Balogh. Dental Embriology,Histology, and Anatomy.

Struktur Jaringan Periodontal


Jaringan periodontal terdiri dari gingiva dan jaringan periradikuler.
Jaringan periradikular terdiri dari sementum, yang menutupi akar gigi,
prosesus alveolar yang membentuk saluran tulang yang berisi akar gigi,
dan ligament periodontal, yang serabut kolagennya, tertanam di dalam
sementum akar dan di dalam prosesus alveolar, mengikatkan akar pada
jaringan di sekelilingnya. Pada daerah ini terletak jalan masuk dan keluar
antara saluran akar dan jaringan disekitarnya dan muncul reaksi patologik
terhadap penyakit pulpa (Grossman, 1995).
Klasifikasi Anatomi Gingiva
Pada orang dewasa, gingiva normal menutupi tulang alveolar dan akar gigi kearah
koronal dari hubungan sementum enamel. Secara anatomis, gingiva dibagi menjadi
marginal, attached, dan area interdental. Meskipun masing-masing gingiva memiliki
perbedaan kekerasan dan struktur histologi, tetapi secara umum gingiva berperan
untuk melindungi kerusakan mekanik maupun bacterial. Karena itu, spesifisitas dari
struktur gingiva menunjukkan efektivitasnya untuk menjadi tameng dari penetrasi

mikroba maupun agen


dalam(Carranza, 2006).

berbahaya

untuk

masuk

ke

jaringan

yang

lebih

Marginal Gingiva. Marginal gingiva merupakan bagian tepi gingiva yang


menyelimuti gigi seperti kerah pada baju. Pada 50% kasus, Lapisan ini terletak pada
daerah koronal dari bagian gingiva yang lain, batas marginal gingiva dengan
attached gingiva ditandai dengan adanya cerukan dangkal yang disebut free
gingival groove. Marginal gingiva umumnya memiliki lebar 1mm, membentuk
dinding jaringan lunak dari sulkus gingiva. Marginal gingiva dapat dipisahkan
dengan permukaan gigi dengan menggunakan probe periodontal.
Marginal ginggiva berbatasan dengan gingiva cekat oleh suatu indentasi (lekukan)
yang dinamakan alur gusi bebas (free gingival groove). Alur gusi bebas berada pada
level yang setentang dengan tepi apikal epitel penyatu, tetapi tidak berarti bahwa
level-nya setentang dengan dasar sulkus gingiva. Alur gusi bebas hanya dijumpai
pada 50% individu, dan ada atau tidaknya alur tersebut pada individu tidak dapat
dikaitkan dengan terinflamasi atau tidaknya gingiva.(Carranza, 2006).
Attached gingiva. Attached gingiva merupakan kelanjutan dari marginal gingiva.
Jaringan padat ini terikat kuat dengan periosteum tulang alveolar dibawahnya.
Permukaan luar dari attached gingiva terus memanjang ke mukosa alveolar yang
lebih kendur dan dapat digerakkan, bagian tersebut disebut mucogingival
junction (Carranza, 2006).
Interdental gingiva. Interdental gingiva mewakili gingiva embrasure, dimana
terdapat ruang interproksimal dibawah tempat berkontaknya gigi. Interdental
gingiva dapat berbentuk piramidal atau berbentuk seperti lembah. Gingiva
interdental merupakan bagian gingival yang mengisi daerah interdental, umumnya
berbentuk konkaf, menghubungkan papilla fasial dan papilla lingual. Bila gigi geligi
berkontak, struktur ini akan menyesuaikan terhadap bentuk gigi geligi di apical
daerah kontak. Bila gigi gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada
terlihat bentukan konkaf / col dan gingival interdental kelihatan berbentuk datar
atau konveks. Epithelium col biasanya sangat tipis, tidak keratinisasi dan terbentuk
hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin merefleksikan posisinya yang
terlindung. Pertukaran sel sel epithelial sama seperti pada daerah gingival lainnya.
Region interdental berperan sangat penting karena merupakan daerah stagnasi
bakteri yang paling persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka.
Di daerah inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis(Carranza, 2006).
Struktur Mikroskopik Gingiva
a. Epitel gingiva

Sel epitel gingiva bersifat aktif secara metabolik dan dapat bereaksi terhadap
rangsangan eksternal dengan mensintesis sejumlah sitokin, molekul adhesi, faktor
pertumbuhan, dan enzim. Sel epitel juga bereaksi terhadap bakteri dengan
meningkatkan proliferasi, perubahan signal sel, perubahan dalam diferensiasi, dan
kematian sel yang merubah homeostasis jaringan. Guna mempertahankan
integritas fungsional jaringan gingiva dari infeksi bakteri, epitel gingiva dapat
menebal dengan cara menambah kecepatan pembelahan selnya atau disebut
keratinisasi. Keratin mempunyai insolubilitas yang tinggi dan resisten terhadap
enzim. Terdapat cornified envelope (CE) pada setiap sel yang mengalami
keratinisasi, CE memiliki ketebalan 15 nm, tersusun dari ikatan silang protein dan
lipid yang bertemu saat diferensiasi terminal. Gabungan protein-lipid dalam struktur
CE menggantikan membrane plasma dan integritasnya sangat vital dalam fungsi
pertahanan (Carranza, 2006).
Gusi memiliki lapisan epitel yang merupakan epitel skuama berlapis (stratified
squamous epithelium) dinamakan lamina propria. Bagian tengah berupa jaringan
ikat, yang dinamakan lamina propria(Carranza, 2006).
Berdasarkan aspek morfologis dan fungsionalnya dibedakan atas tiga bagian, epitel
oral/luar (oral/outer epithelium), epitel sulkular/krevikular (sulcular/crevicular
epithelium), epitel penyatu/jungsional (junctional ephitelium) (Carranza, 2006).
Fungsi utama epitel gingival adalah melindungi struktur yang berada dibawahnya,
serta
memungkinkanterjadinya
perubahan
selektif
dengan
lingkungan
oral.Perubahan tersebut dimungkinkan oleh adanya proses proliferasi dan
diferensiasi(Carranza, 2006).
Epitel gingiva disatukan ke jaringan ikat oleh lamina basal. Lamina basal terdiri atas
lamina lamina basal. Lamina basal terdiri atas lamina lamina basal. Lamina basal
terdiri atas lamina lusida dan lamina densa. Hemidesmosom dari sel-sel epitel basal
mengikat lamina lusida. Komposisi utama dari lamina lusida adalah laminin
glikoprotein, sedangkan lamina densa adalah berupa kolagen tipe IV. Lamina basal
berhubungan dengan fibril-fibril jaringan ikat dengan bantuan fibril-fibril penjangkar
(anchoring fibrils)(Carranza, 2006).
Epitel oral. Epitel oral merupakan epitel skuama berlapis yang berkeratin
(keratinized) atau berparakeratin (parakeratinized) yang membalut permukaan
vestibular dan oral gingiva. Meluas dari batas mukogingival ke krista tepi gingiva
(crest gingival margin), kecuali pada permukaan palatal dimana epitel ini menyatu
dengan epitel palatum.Lamina basal yang menyatukan epitel gingiva ke jaringan
ikat gingiva bersifat permeabel terhadap cairan, namun dapat menjadi penghalang
bagi bahan partikel tertentu. Mempunyai rete peg yang menonjol ke arah lamina
propria. (Carranza, 2006).

Epitel sulkular. Epitel sulkular mendindingi sulkus gingiva dan menghadap ke


permukaan
gigi
tanpa
melekat
padanya.
Epitel
ini merupakan
epitel
skuama berlapis yang tipis,tidak berkeratin, tanpa rete peg dan perluasannya mulai
dari batas koronal epitel penyatu sampai ke krista tepi gingival. Selain itu juga
memiliki peran penting karena bertindak sebagai membran semipermeabel yang
dapat dirembesi oleh produk bakteri masuk ke gingiva, dan oleh cairan gingiva yang
keluar ke sulkus gingival. (Carranza, 2006).
Epitel penyatu. Epitel penyatu membentuk perlekatan antara gingiva dengan
permukaan gigi dan berupa epitel skuama berlapis tidak berkeratin. Pada usia muda
epitel penyatu terdiri atas 3 4 lapis, namun dengan bertambahnya usia
lapisan epitelnya bertambah menjadi 10 - 20 lapis melekat ke permukaan gigi
dengan bantuan lamina basal.panjang epitel penyatu ini bervariasi antara 0,25 1,35 mm merentang dari dasar sulkus gingiva sampai 1,0 mm koronal dari batas
semento-enamel pada gigi yang belum mengalami resesi(Carranza, 2006).
Bila gigi telah mengalami resesi, epitel penyatu berada pada sementum.
Karena perlekatannya ke permukaan gigi, epitel penyatu dan serat-serat gingiva
dianggap
sebagai
suatu
unit
fungsional
yang
dinamakan
unit
dentogingival(Carranza, 2006).
Pembaharuan gingiva. Epitel oral memgalami pembaharuan secara terus
menerus. Ketebalan epitel terpelihara oleh adanya keseimbangan antara
pembentukan sel baru pada lapisan basal dan lapisan spinosa dengan
pengelupasan sel-sel tua pada permukaan. Laju aktivitas mitotik tersebut paling
tinggi pada pagi hari dan paling rendah pada sore hari (Carranza, 2006).
b. Sulcus Gingiva
Sulkus ginggiva merupakan suatu celah dangkal disekeliling gigi dengan dinding
sebelah dalam adalah permukaan gigi dan dinding sebelah luar adalah epitel
sebelah dalam dari gingiva bebas. Sulkus ini membetuk seperti huruf V, dan
kedalamnya dapat diselipkan alat prob periodontal dalam keadaan yang sangat
normal dan bebas kuman (eksperimental) kedalamannya bisa 0 atau mendekati 0,
namun secara klinis biasanya dijumpai sulkus gingiva.
Dengan kedalaman tertentu. Secara histologis kedalamannya adalah 1,5 - 1,8 mm.
Kedalaman klinis diukur dengan alat prob (dinamakan kedalaman probing) adalah
2,0 - 3,0 mm.
c. Cairan sulcus gingiva
Cairan sulkus gingiva (CSG) adalah suatu produk filtrasi fisiologis dari pembuluh
darah yang termodifikasi. Cairan sulkus gingiva dapat berasal dari jaringan gingiva
yang sehat. Cairan sulkus gingiva berasal dari serum darah yang terdapat dalam

sulkus gingiva baik gingiva dalam keadaan sehat maupun meradang. Pada CSG dari
gingival yang meradang jumlah polimorfonuklear leukosit, makrofag, limfosit,
monosit, ion elektrolit, protein plasma dan endotoksin bakteri bertambah banyak,
sedangkan jumlah urea menurun. Komponen seluler dan humoral dari darah dapat
melewati epitel perlekatan yang terdapat pada celah gusi dalam bentuk CSG. Pada
keadaan normal, CSG yang banyak mengandung leukosit ini akan melewati epitel
perlekatan menuju ke permukaan gigi. Aliran cairan ini akan meningkat bila terjadi
gingivitis atau periodontitis. Cairan sulkus gingiva bersifat alkali sehingga dapat
mencegah terjadinya karies pada permukaan enamel dan sementum yang halus.
Keadaan ini menunjang netralisasi asam yang dapat ditemukan dalam proses karies
di area tepi gingiva. Cairan sulkus gingiva juga dapat digunakan sebagai indikator
untuk menilai keadaan jaringan periodontal secara objektif sebab aliran CSG sudah
lebih banyak sebelum terlihatnya perubahan klinis radang gingiva bila dibandingkan
dengan keadaan normal (Carranza, 2006).
d. Jaringan konektif gingiva
1. Lapisan papillary
Berada dekat dengan epitel diantara rete pegs.
2. Lapisan Reticular
Berbatasan dengan periosteum tulang, terdiri dari bagian seluler
dan interselular. Bagian interseluler mengandung proteoglycan dan
glicoprotein (terutama fibronectin yang mengikat fibroblastfiber) (Carranza, 2006).
e. Serat gingiva /serat kolagen
Jaringan ikat margin gusi dipadati oleh kolagen tebal disebut serat-serat gingival.
Jaringan ikat ini berfungsi menahan margin gusi dengan kuat pada gigi, menahan
daya kunyah, menyatukan margin gusi dengan sementum dan dengan gusi
cekat. (Carranza, 2006).
Serat gingival dapat dikelompokkan sebagai kelompok gingivodental, kelompok
sirkular, dan kelompok transeptal (Carranza, 2006).
f. Vaskularisasi gingiva
Suplai darah pada gingiva melalui 3 jalan yaitu:
a. Arteri yang terletak lebih superfisial dari periosteum, mencapai
gingiva pada daerah yang berbeda di rongga mulut dari cabang
arteri alveolar yaitu arteri infra orbital, nasopalatina, palatal, bukal,
mental dan lingual (Grossman, 1995).

b. Pada daerah interdental percabangan arteri intraseptal (Grossman,


1995).
c. Pembuluh darah pada ligamen periodontal bercabang ke luar ke
arah gingival. Suplai saraf pada periodontal mengikuti pola yang
sama dengan distribusi suplai darah (Grossman, 1995).
2.3 Sementum

Sementum adalah jaringan mengapur menyerupai tulang yang


menutup akar gigi. Sebagai yang telah diuraikan, sementum berasal dari
sel mesenkimal folikel gigi yang berkembang menjadi sementoblas.
Sementoblas menimbun suatu matrik, disebut sementoid, yang
mengalami pertambahan pengapuran dan menghasilkan dua jenis
sementum: aselular pertama-tama ditimbun pada dentin membentuk
pertemuan sementum-dentin, dan biasanya, menutupi sepertiga servikal
dan sepertiga tengah akar. Sementum selular biasanya ditumpuk pada
sementum aselular pada sepertiga apical akar dan bergantian dengan
lapisan sementum aselular. Sementum selular ditumpuk pada kecepatan
yang lebih besar daripada sementum aselular dan dengan demikian
menjebak sementoblas di dalam matriks. Sel-sel yang terjebak ini disebut
sementosit. Sementosit terletak pada kripta sementum dan dikenal
sebagai lacuna. Dari lacuna, kanal-kanal, disebut kanalikuli, yang berisi
perpanjangan protoplasmic sementosit dan berfungsi sebagai jalan
mengangkut nutrient ke sementosit, menjalin dengan kanalikuli lain dari
lakuna lain untuk membentuk suatu sistem yang dapat dipersamakan
dengan sistem Havers (haversian sistem) tulang. Oleh sebab sementum
adalah avaskular, nutrisinya berasal dari ligament periodontal. Karena
lapisan incremental sementum ditumpuk, ligamen periodontal dapat
berpindah tempat lebih jauh, dan akibatnya beberapa sementosit
mungkin mati dan meninggalkan lakuna kosong (Grossman, 1995).
Ketebalan sementum menggambarkan salah satu fungsinya. Tebal
sementum sekitar 20 sampai 50 m pada hubungan sementum-email dan
tebal sementum adalah sekitar akar. Sementum yang lebih tebal pada
apeks disebabkan karena penumpukannya yang terus menerus selama
kehidupan eruptif gigi untuk mempertahankan tingginya pada bidang
oklusal. Penumpukan sementum yang terus-menerus juga memberi
bentuk pada foramen apical dewasa. Foramen bila menjadi dewasa,
menjadi konis, dengan aspek kerucut, disebut diameter minor

(konstriktur), menghadap pulpa dan dasar, disebut diameter mayor,


menghadap ligament periodontal. Penumpukan sementum yang terus
menerus menaikkan diameter mayor dan menghasilkan suatu deviasi
rata-rata foramen apical sebesar 0,2 sampai 0,5 mm dari pusat apeks
akar. Diameter minor menentukan penghentian apical instrumentasi dan
obturasi saluran akar dan rata-rata terletak 0,5 mm dari permukaan
semental pada gigi-gigi muda dan 0,75 mm dari permukaan pada gigi-gigi
dewasa. Meskipun hubungan sementum-sementum bertepatan dengan
diameter minor, sementum dapat tumbuh tidak rata dan dapat mengubah
hubungan ini (Grossman, 1995).
Memperbaiki adalah fungsi lain sementum. Fraktur akar dan
resorpsi biasanya diperbaiki oleh sementum. Penutupan akar yang belum
dewasa pada prosedur apeksifikasi disempurnakan oleh deposisi
sementum atau jaringan yang menyerupai sementum. Sementum juga
mempunyai fungsi protektif. Lebih resisten terhadap rasorpsi daripada
tulang. Mungkin disebabkan avaskularitasnya. Akibatnya, gerakan
ortodontik akar biasanya dapat dilakukan dengan kerusakan resorptif
minimum. Fungsi-fungsi lain adalah deposisi sementum yang terus
menerus dan penyumbatan foramina aksesori dan apical setelah
perawatan saluran akar(Grossman, 1995).
2.4 Ligament Periodontal
Ligament periodontal adalah suatu jaringan konektif, padat dan berserabut yang
menempati ruang di antara sementum dan tulang alveolar. Mengelilingi leher dan
akar gigi serta berkesinambungan dengan pulpa dan gusi. Ligament periodontal
tersusun dari substansi dasar, jaringan instertisial, pembuluh darah dan limfa, saraf,
sel-sel dan bundle serabut (Carranza, 2006).
Lebar ligament periodontal bervariasi dari 0,15 sampai 0,38 mm. Variasi dalam
lebar dijumpai dari gigi ke gigi dan pada daerah ligament yang berbeda pada akar
yang sama. Ligament periodontal lebih tipis pada tumpu/fulcrum pemutaran gigi.
Gigi-gigi dengan beban oklusal yang berat mempunyai ligament periodontal lebih
lebat daripada gigi-gigi dengan beban oklusal minimal yang ligament
periodontalnya lebih tipis. Dengan bertambahnya umur, lebar ligamen periodontal
berkurang (Carranza, 2006).

Jaringan Interstisial
Jaringan interstisial adalah jaringan penghubung longgar yang
mengelilingi pembuluh darah dan limfatik, saraf, dan bundle serabut.
Jaringan ini berisi serabut kolagen, lepas dari ikatan serabut ligament
periodontal. Perubahan di dalam bundle serabut yang terus menerus.
Ruang ini dalam ligament periodontal, terisi dengan jaringan interstisial,
pembuluh darah, pembuluh limfa, dan saraf, disebut ruang
interstisial (Grossman, 1995).
Sirkulasi dan Sistem Limfatik
Ligament sangat dipenuhi oleh pembuluh darah yang menyediakan
bahan gizi untuk aktivitas osteogenik, sementogenik, dan fibrogenik.
Arteri alveolar bercabang menjadi arteri gigi dan arteri interalveolar. Pada
gigi-gigi belakang juga bercabang menjadi arteri interadikular. Arteri gigi
masuk ke dasar kripta tulang ,dan sebelum menembus foramen apikal,
bercabang menjadi arteriola dan kapiler-kapiler untuk membentuk suatu
anyaman
(pleksus)
yang
mensuplai
daerah
apikal
ligamen
periodontal (Grossman, 1995).
Arteri interalveolar bercabang dari arteri alveolar dari sebelah
koronal melintas tulang kanselus dinding lateral kripta tulang; cabangcabang lateralnya, disebut arteri perforating, masuk melalui plat
kribriform ke dalam ligamen periodontal lateral. Ateri menjadi
arteriola dan kapiler-kapiler membentuk anyaman yang subur. Pleksus
arterial gigi dan interal veolar lebih mencolok pada sisi tulang ligamen
karena aktifitas mengubah bentuk tulang yang konstan. Arteri interal
veolar keluar melalui krista presassus alveolar dan membentuk cabangcabang gingival. Cabang-cabang gingival ini mensuplai gingiva dan
bagian koronal ligamen peridontal(Grossman, 1995).
Gigi-gigi posterior juga mempunyai arteri interadikular yang
melintas tulang kanselus sementum interadikular. Arteri-arteri ini
membentuk cabang yang mensuplai ligamen periodontal pada furkasi
akar (Grossman, 1995).
Vena intrdental, vena interadikular dan vena gigi mengalir ke dalam
vena alveolar. Juga dijumpai anyaman pembuluh limfatik yang mengikuti
drainase vena ke dalam saluran limfe alveolar (Grossman, 1995).

Pembuluh darah ligamen periodontal memberikan dua fungsi


penting: fungsi nutritif bagi sel-sel ligamen periodontal; dan fungsi
protektif. Anasmotisis arteri-vena dan struktur menyerupai gromeruli
antara arteri dan vena dijumpai pada vaskulatur peridontal dan mengatur
tekanan darah dan tekanan jaringan; disamping itu memberikan
mekanisme hidrolik untuk menyokong gigi waktu berfungsi(Grossman,
1995).
Inervasi
Saraf alveolar yang dimulai pada saraf trigeminal, menginervasi
ligamen peridontal dan dibagi dalam saraf peridontal mendaki
(ascending) atau saraf gigi, saraf interalveola dan saraf intraradikular.
Saraf ligamen periodontal, seperti pada jaringan konektif lainnya,
mengikuti distribusi arteri. Cabang cabang alveolar menginervasi daerah
apikal, cabang interalveolar menginervasi ligamen peridontal lateral, dan
cabang-cabang saraf interadikular menginervasi ligamen periodontal
furkasi gigi posterior (Grossman, 1995).
Saraf berakhir sebagai serabut dengan diameter kecil atau besar.
Serabut berdiameter kecil, baik yang bermielin atapun yang tidak
bermielin, berakhir sebagai ujung bebas pada ruang interstisial dan
berhubungan dengan rasa sakit. Serabut berdiameter besar bermielin,
berakhir sebagai ujung khusus berupa tombol atau kumparan dekat
serabut utama ligamen peridontal, dan merupakan mekanoseptor yang
berhubungan dengan sentuhan, tekanan dan propriosepsi (Grossman,
1995).
Saraf simpapetik mengikuti pembuluh darah arterial dalam ligamen
periodontal. Saraf-saraf itu berhubungan dengan kontrol vasomotor aliran
darah di dalam arteri dan kapiler (Grossman, 1995).
Ujung saraf ligamen peridontal memungkinkan seseorang
merasakan sakit, sentuhan, tekanan, propriosepsi. Propiosepsi, yang
memberikan informasi pada gerakan dan posisi dalam ruang,
memungkinkan seseorang merasakan kekuatan yang diberikan pada gigigigi, gerakan gigi dan tempat benda asing pada atau diantara permukaan
gigi. Rasa propioseptif ini dapat menggerakkan mekanisme refleks
protektif yang membuka rahang bawah untuk mencegah injuri pada gigi

atau ligamen periodontal bila seseorang menggigit suatu benda keras.


Propiosepsi memungkinkan lokalisasi daerah inflamasi pada ligamen
periodontal. Reaksi inflamasi semacam itu pada ligamen peridontal dapat
diketahui dengan ujian perkusi dan palpasi (Grossman, 1995).
Sel-sel Ligamen Periodontal
Sel-sel aktif ligamen periodontal adalah fibroblas, osteoblas, dan
sementoblas. Fibroblas adalah sel-sel membentuk kumparan dengan
nuklei oval dan prosesus sitoplasmik yang panjang. Biasanya sejajar
dengan serabut kolagen, dengan prosesusnya terbungkus di sekitar
bundel serabut. Fibroblas mensintesis kolagen dan matriks dan terlibat
dalam degradasi kolagen untuk pengubahan bentuknya. Hasilnya adalah
suatu pengubahan bentuk serabut utama yang konstan dan pemeliharaan
suatu ligamen periodontal yang sehat. Karena fungsi yang penting ini,
maka fibroblas merupakn sel-sel ligamen periodontal yang paling
penting(Grossman, 1995).
Osteoblas atau sel pembentuk tulang ditemukan di pinggir ligamen
periodontal melapisi soket tulang. Biasanya terlihat dalam berbagai
tingkat diferensiasi. Dalam keadaan aktif berbentuk kuboidal dan dapat
menimbun suatu lapisan materiks, disebut osteoid diantaranya dan tulang
dewasa. Bila tidak aktif kelihatan seperti sel gepeng dan dapat
menyerupai fibroblas. Fungsi osteoblas adalah deposisi kolagen dan
matriks yang ditumpuk pada permukaan tulang dimana terikat serabut
sharpey. Kalsifikasi osteoid menjangkar serabut-serabut Sharpey.
Pengubahan bentuk tulang yang konstan memberikan perubahan ikatan
ligamen periodontal pada tulang yang terus menerus (Grossman, 1995).
Osteoklas atau sel peresorpsi-tulang ditemukan di pinggir tulang
pada masa pengubahan bentuk tulang. Osteoklas adalah sel bernuklei
banyak dengan batas suatu kerut atau garis-garis ke arah daerah resorpsi
tulang. Bila osteoklas mengalami demeneralisasi dan menghancurkan
matriks maka akan terbentuk daerah berlubang lubang pada tulang yang
disebut Lakuna Howship (Grossman, 1995).
Sementoblas sebagai yang dibicarakan sebelumnya terletak di garis
pinggir ligamen peridontal berhadapan dengan sementum. Sementoblas
dengan prosesus sitoplasmik, terlihat kuboidal bila pada suatu lapisan

tunggal, atau skuamus bila pada lapisan multipel. Fungsinya adalah


menimbun suatu matrik terdiri dari fibril kolagen dan substansi dasar
yang disebut sementoid. Sementoid ditemukan diantara sementum yang
mengapur dan lapisan sementoblas yang menebal pada masa aktifitas.
Serabut ligamen periodontal ditemukan diantara sementoblas dan
terjebak di dalam sementoid. Bila sementoid mengapur, serabut ligamen
periodontal terkait di dalam sementum yang baru terbentuk dan disebut
serabut sharpey, sama seperti terkaitnya serabut periodontal dalam
tulang.
Sementoid
mungkin
melindungi
sementum
terhadap
erosi (Grossman, 1995).
Sementoklas, atau sel yang meresorpsi sementum, tidak ditemukan
pada ligamen peiodontal normal.karena umumnya sementum tidak
mengubah bentuk dan hanya ditemukan pada pasien dengan kondisi
patologik tertentu (Grossman, 1995).
Sel-sel lain yang terdapat pada ligamen periodontal normal adalah
sisa-sisa sel epitelial Malasses, sel-sel mesenkimal tidak berkembang, sel
mast dan makrofag. Sisa-sisa sel epitelial Malasses adalah sisa selubung
akar epitelial Hertwig. Sel-sel ini berlokasi pada sisi sementum ligamen
periodontal. Fungsinya tidak diketahui teteapi dapat berkembang biak
untuk membentuk kista pada stimulinoksius (Grossman, 1995).
Sel Massenkimal yang tidak berkembang biasanya adalah sel stelat
dengan nuklei besar yang terlek dekat dengan pembuluh darah. Sel ini
mungkin
berkembang
menjadi
fibroblas,
odontoblas
atau
sementoblas (Grossman, 1995).
Sel-sel mast, ditemukan dekat pembuluh darah adalah sel-sel besar,
bulat/oval dengan nuklei bulat yang terletak di tengah. Sitoplasmanya
mempunyai banyak granula merah yang dapat mengaburkan nuklei.
Granula ini mengandung heparin, koagulan darah dan histamin yang
dapat menuingkatkan permeabilitas kapiler. Histamin, yang dilepaskan
melalui degranelasi sel mast yang disebabkan oleh reaksi inflamasi akut,
mengerutkan sel endotelial pada dinding pembuluh yang menghasilkan
ruang interselulair dan permeabilitas vaskular (Grossman, 1995).
Makrofag juga dijumpai di dekat pembuluh darah. Dalam
bentuknya, makrofag menyerupai fibroblast, tetapi dengan prosesus yang

lebih pendek dan kecil dan nuclei yang berwarna agak gelap. Fungsinya
adalah memfagositosis debris selular dan benda asing. Makrofag
mempunyai vakuola digestif berisi enzim lisosomal yang memproses
bahan yang dimakan (Grossman, 1995).
Kalsifikasi
Sementikel dapat ditemukan di dalam ligament periondontal.
Kalsifikasi ini terikat pada sementum, tertanam didalamnya, atau bebas
dalam ligament periodontal dekat dengan batas sementum. Sel epithelial
mungkin membentuk nodus untuk kalsifikasi ini (Grossman, 1995).
Penyakit pulpa bermanifestasi pada ligament periodontal. Reaksi
inflamasi berkisar dari abses sampai granuloma dan kista, dan dapat
merusak dan mengganti ligament periodontal (Grossman, 1995).
Fungsi Ligamen Periodontal
Fungsi fisikal, yaitu sebagai penghantar tekanan oklusal ke tulang
alveolar, mencekatkan gigi ke tulang alveolar mempertahankan hubungan
jaringan gingival ke gigi dan menahan tekanan oklusal pada gigi untuk
melindungi pembuluh darah, saraf dan tekanan mekanis(Grossman,
1995)..
Fungsi formatif, berperan dalam pembentukan dan resorpsi dari
struktur jaringan pendukung gigi (Grossman, 1995).
Fungsi nutrisi dan sensori, yaitu untuk memasok nutrient ke
sementum, tulang alveolar dan gingival melalui pembuluh darah oleh
ligament periodontal. Persyarafan ligament periodontal memiliki
sensitivitas yang dapat mendeteksi dan melokalisir tekanan eksternal
terhadap gigi (Grossman, 1995).
2.5 Tulang Alveolar
Prosesus alveolar dibagi menjadi tulang alveolar yang sebenarnya
dan tulang alveolar pendukung.

Tulang Alveolar Sebenarnya


Tulang alveolar yang sebenarnya adalah tulang yang membatasi
alveolus atau soket tulang yang berisi akar gigi. Tulang alveolar
sebenarnya adalah bagian dari jaringan periradikular. Pembentukannya
dimulai oleh osifikasi intra-membran pada tingkat awal pembentukan
akar. Osteoblas pada tepi ligament periodontal menumpuk suatu matriks
organic yang disebut osteoid, yang terdiri dari fibril kolagen dan substansi
dasar yang terdiri dari fibril kolagen dan substansi dasar yang terdiri dari
glikoprotein, fosfoprotein, lipid dan proteoglikan. Pada waktu ostetoblas
menumpuk matriks, beberapa terjebak di dalamnya; sel-sel ini disebut
osteosit. Matriks mengapur karena deposisi kristal hidroksiapatit yang
terutama terdiri dari kalsium dan fosfat (Grossman, 1995).
Osteosit dalam tulang yang mengapur terletak dalam ruang oval
yang disebut lakuna, yang saling berhubungan dengan melalui kanalikuli.
Sistem kanal ini membawa nutrient ke dalam osteoid dan membuang
hasil metaboliknya yang tidak berguna. Tulang yang ditimbun bagian
demi bagian selama aktivitas osteoblastik membentuk lembaranlembaran tulang yang disebut lamella. Masa istirahat dibatasi oleh garisgaris gelap yang disebut garis-garis istirahat, yang berjalan sejajar
dengan permukaan tulang. Osteosit di dalam lakunya disebarkan secara
rata pada seluruh permukaan lamela. Lamela, garis-garis istirahat, lakuna
dengan
osteositnya,
dan
kanalikuli
memberikan
tulang
sifat
histologiknya (Grossman, 1995).
Tulang alveolar yang sebenarnya terdiri dari bundel tulang di tepi
alveoli dan tulang yang berlamela ke daeah pusat prosesus alveolar.
Tulang disebelah tepi disebut bundel tulang karena serabut Sharpey
ligament periodontal tertanam didalamnya. Karena serabut Sharpey di
sebelah tepi dapat mengapur dan karena lamela hampir tidak jelas,
tulang ini tebal dan mempunyai penampilan yang lebih radiopak dalam
radiograf
daripada
tulang
kanselus
atau
ruang
ligament
periodontal.Gambaran radiogfrafik tulang alveolar sebenarnya
disebut lamina dura(Grossman, 1995).
Tulang alveolar yang sebenarnya dapat juga dianggap sebagai plat
kribriform. Istilah ini timbul karena banyaknya foramina yang melubangi

tulang. Foramina ini berisi pembuluh darah dan saraf yang mensuplai gigigigi, ligament periodontal dan tulang (Grossman, 1995).
Tulang Alveolar Pendukung
Berdekatan dengan tulang alveolar yang sebenarnya terdapat suatu
diploe tulang kanselus ditutup oleh dua lamina eksterna tulang padat.
Salah satu dari lamina eksterna tulang padat adalah disebelah vestibular,
dan yang lain adalah di sebelah lingual atau palatal. Tulang kanselus
terdiri dari tulang yang berlamela tersusun dalam cabang-cabang disebut
trabekula. Diantara trabekula terdapat ruang meduler, terisi dengan
sumsum. Sumsum dapat seperti lemak atau hematopoitik. Pada orang
dewasa, sumsum pada rahang bawah dan rahang atas biasanya
berlemak, tetapi jaringan hematopoitik ditemukan pada tempat tertentu
misalnya seperti tubersositas rahang bawah dan rahang atas biasanya
berlemak, tetapi jaringan hematopoitik ditemukan pada tempat tertentu
misalnya seperti tuberositas rahang atas, daerah periradikular gigi molar
rahang atas dan rahang bawah, dan daerah periradikular gigi premolar.
Ruang
sumsum
hematopoitik
kelihatan
radiolusen
pada
radiograf(Grossman, 1995).
Dalam tulang kanselus juga dijumpai kanal nutrient. Kanal-kanal ini
berisi pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf. Kanal biasanya berakhir pada
krista alveolar pada foramina kecil-kecil dan dengan melalui foramina
tersebut pembuluh dan saraf masuk ke dalam gingiva (Grossman, 1995).
Jumlah tulang kanselus bervariasi di antara daerah rahang atas dan
rahang bawah dan tergantung pada lebar prosesus alveolar serta ukuran
dan bentuk akar gigi (Grossman, 1995).
Tulang kortikal (padat) menutupi tulang kanselus dan dibentuk oleh
tulang berlamela. Tulang berlamela ini mempunyai lakuna yang tersusun
dalam lingkaran konsentrik lakuna yang tersusun dalam lingkaran
konsentrik disekeliling kanal sentral yang disebut sistem Havers. Tulang
kortikal bergabung dengan tulang alveolar yang sebenarnya untuk
membentuk Krista alveolar di sekeliling leher gigi (Grossman, 1995).
Tulang digunakan sebagai reservoir kalsium badan. Badan, dibawah
kontrol hormonal, mengatur dan memelihara metabolisme kalsium. Untuk
itu, terjadi pengubahan tulang secara fisiologik dan konstan oleh aktivitas

osteoklastik dan osteoblastik. Aktivitas ini dapat lebih mudah dilihat pada
trabekula. Pola trabekular secara konstan diubah sebagai reaksi terhadap
tekanan oklusal. Pada trabekula didapati garis-garis istirahat, yang
merupakan ciri masa aktivitas osteoblastik, dan garis resorptif, yang
merupakan ciri masa aktivitas osteoklastik. Garis-garis istirahat
mempunyai ciri garis-garis resorpsi tepinya belekuk-lekuk (scalloped) dan
mengarah pada daerah resorpsi yang dikenal sebagai lakuna
Howship (Grossman, 1995).
Penyakit pulpa dapat mempengaruhi jaringan daerah periradikular.
Perubahan radang akut pada ligament periodontal yang dimulai dalam
pulpa menyebabkan ekstrusi gigi. Perubahan radang kronis yang berasal
dari pulpa pada ligamen periodontal dapat menyebabkan resopsi lamina
dura, resorpsi akar eksternal, daerah resopsi tulang, atau daerah
pemadatan tulang. Penyakit sistemik dapat juga menyebabkan perubahan
tulang pada daerah peradikular (Grossman, 1995).

PEMBAHASAN
Jaringan periodontal adalah jaringan yang mengelilingi gigi dan berfungsi sebagai
penyangga gigi, terdiri dari gingiva, sementum, ligament periodontal dan tulang
alveolar. Sebelum memahami kerusakan jaringan periodontal, sebaiknya dimulai
dengan gingiva yang sehat dan tulang pendukung yang normal. Gingiva yang sehat
dapat menyesuaikan diri dengan keadaan gigi.

Sebagai contoh hubungan gangguan gigi dengan jaringan periodontal


adalah terjadinya penyakit infeksi periodontal. Permulaan terjadinya
kerusakan timbul saat plak bakterial terbentuk dimahkota gigi, meluas
disekitarnya dan menerobos sulkus gingiva kemudian merusak gingiva
sekitarnya. Plak menghasilkan sejumlah zat yang secara langsung atau
tidak terlibat dalam perkembangan penyakit periodontal. Peradangan pada
gingiva dan perkembangannya di bagian tepi permukaan gigi terjadi saat
koloni mikroorganisme berkembang.
Gigi yang sehat harus didukung oleh akar gigi dan jaringan periodontal
yang sehat. Dalam kaitannya sistem pertahanan, gingiva menjadi tameng
dari penetrasi mikroba maupun agen berbahaya untuk masuk ke jaringan
yang lebih dalam. Sementum juga mempunyai fungsi protektif karena lebih

resisten terhadap rasorpsi daripada tulang, yang mungkin disebabkan


avaskularitasnya.
Ligamen periodontal, sebagaimana telah disebutkan, merupakan
daerah vaskuler yang dipersyarafi oleh serabut-serabut saraf simpapetik
mengikuti pembuluh darah arterial dalam ligamen periodontal. Saraf-saraf
itu berhubungan dengan kontrol vasomotor aliran darah di dalam arteri dan
kapiler. Pengaturan aliran darah ini sangat diperlukan dalam kaitannya
dengan control tekanan intrapulpa dan jaringan disekitarnya. Telah
dimaklumi bahwa ruang pulpa adalah daerah yang relatif tertutup,
sehingga peningkatan tekanan hidrolik dalam ruang pulpa dapat
mempengaruhi dinamika seluler dan nervus yang tinggi. Dalam hal ini
saraf-saraf simpatetik memiliki kepekaan untuk mengatur diameter
pembuluh darah dalam tujuannya untuk mengatur keseimbangan tekanan
intrapulpal.
Selain itu, rasa propioseptif dapat menggerakkan mekanisme refleks
protektif yang membuka rahang bawah untuk mencegah injuri pada gigi
atau ligamen periodontal bila seseorang menggigit suatu benda keras.
Penyakit pulpa dapat mempengaruhi jaringan daerah periradikular.
Perubahan radang akut pada ligament periodontal yang dimulai dalam
pulpa menyebabkan ekstrusi gigi. Perubahan radang kronis yang berasal
dari pulpa pada ligamen periodontal dapat menyebabkan resorpsi lamina
dura, resorpsi akar eksternal, daerah resopsi tulang, atau daerah
pemadatan tulang. Penyakit sistemik dapat juga menyebabkan perubahan
tulang pada daerah peradikular.
5.1 Kesimpulan
1. Gigi difiksasi dan dilindungi pada tempat perlekatannya dengan tulang rahang
oleh jaringan periodontal atau jaringan penyangga gigi.
2. Jaringan penyangga gigi terdiri dari gingiva dan jaringan periradikuler.
3. Jaringan periradikuler terdiri dari atas cementum, ligamen periodontal, serta
processus alveolaris.
4. Kesehatan dan keutuhan jaringan penyangga gigi ini sangat menentukan
kesehatan gigi-geligi.

Jaringan penyangga gigi


gigi dapat tertanam kuat didalam mulut karna diliputi oleh jaringna
penyokong atau jaringan penyangga gigi. Jaringan penyangga gigi ada
beberapa macam berdasarkan bentuk dan fungsinya yaitu gingiva,
sementum, ligamen periodontal, tulang alveolar.

a.
b.
c.
d.
e.

f.

Gingiva
Gingiva atau dapat disebut juga gusi adalah jaringan yang melapisi dan
melekat erat pada laher gigi dan tulang alveolar dan merupakan jaringan
terluar yang tampak dalam rongga mulut yang berwarna merah muda.
Berdasarkan letaknya gingiva terdiri dari
Gingiva bebas merupakan pita jaringan serkuler yang terletak
mengelilingi leher gigi
Gingiva cekat merupakan gingiva yang melekaat erat pada teulang
alveolar.
Gingiva interdental merupakan gingiva yang yang mengisi ruang
interproksimal antara dua gigi yang berdekatan
Gingiva puncak merupakan gingiva yang terletak paling atas atau puncak.
Sulkus gingiva (krevis gingiva) merupakan paerit kecil yang terletak
diaantara leher gigi dan gingiva bebes yang dibatasi oleh epitel tidak
berkreatin. Didalamya berisi cairan krevikuler, debris, bakteri, sel-sel epitel
dan lain-lain
Dasar sulkus gingiva merupakan garis lengkung yang melekat pada gigi
dan merupakan batas sulkus gingiva dangan email.
Ligamen periodontal
Ligamen periodontal adalah jaringan yang membungkus akar gigi dan
menghubungkan akar gigi ke tulang laveolar. Jarinagn periodontal terdiri dari
serat-serat periodontal yang tersusun atas kelompok-kelompok serat
kalogen, pembuluh darah dan syaraf propioseptik.
Kelompok serat-serat kalogen penyusun jarinagn periodental :

Alveolar crest, serat berjalan miring dari sementum dibawah dentino


enamel junction ke puncak alveolar
horizontal, serat berjalan horizontal atau tegak lurus sumbu gigi dari
sementum ketulang alveolar
oblik, serat berjalan miring dari sementum ke tulang alveolar
transeptal, serat tertanam dalam sementum yang berdekatan dan meluas
ke interproksimal diatas puncak alveolar
intradikular, serat yang berada diantara akar gigi berakar jamak

fungsi jaringan periodontal

memelihara relasi gigi terhadan jarinagn keras dan lunak

mensuplai nutrisi dan produk sisa melalui pembuluh daran dan limfe

mengantarkan tekanan taktil dan sensasi nyeri ke jalur trigeminal (saraf


trigeminus adalah saraf ke III yang memberikan rasa pada saat gigi disentuh)

Sementum
Sementum adalah jaringan keras yang meliputi akar gigi. Komposisi
sementum yaitu ; material anorganik 65%, air 35% selebihnya zat organik.
zat organik sementum adalah hidro apatid sedangkan zat anoganiknya
adalah serat kalogen.
Fungsi sementum :
Meleketkan gigi pada serat periodontal.
Menahan gigi pada soket tulang dengan perentaraan serabut periodontal.
Mengompensasi keausan struktur gigi karena pemakaian, dengan
pembentukan sementum terus-menerus.
Memudahkan terjadinya pergeseran gigi
Tulang alveolar
Tulang alveolar merupakan bagian dari tulang rahang yang mengelilingi akar
gigi. Tulang ini membentuk suatu lubang tempat gigi tertanam. Ketebalan
dan ketinggian tulang alveolar tergantung dengan ada tidaknya gig yang
disangga. Fungsi tulang alveolar adalh sebang penyangga gigi dan penyedia
tempat gig tertanam

Jaringan Periodontal
1. Pengertian Jaringan Periodontal
Adalah jaringan pendukung gigi yang sebenarnya terdiri dari beberapa
jaringan, tetapi telah menjadi salah satu yakni disebut jaringan pendukung
gigi atau penyangga gigi yang terdiri dari ligament periodontal, procesus
alveolaris,
cementum
dan
gingiva
(Mahfoed
dan
Zein,
2005).
Adapun ilmu yang mempelajari jaringan periodonsium (gingiva, procesus
alveolaris, ligament periodontal dan cementum). Dalam keadaan normal
maupun menyimpang dan tindakan pencegahan, perawatan serta
pemeliharaannya untuk menjaga dan mengembalikan fungsi optimal
(Akhbar, 2007).
2. Bagian-bagian Jaringan Periodontal
a. Gingiva
Gingiva adalah bagian dari jaringan periodontal yang meliputi procesus
alveolaris dan mengililingi gigi. Fungsi gingiva adalah melindungi akar gigi,
selaput periodontium dan tulang alveolar terhadap rangsangan dari luar,
khususnya
dari
bakteri-bakteri
dalam
mulut
(Itjiningsih,
1995).

Ciri-ciri gingiva sehat yaitu (1) gusi berwarna merah muda; (2) interdental
papil mengisi ruang interproksimal sampai titik kontak gigi dan sudutnya
runcing; (3) bagian tepi gingiva tipis dan tidak bengkak; (4) permukaan
gingiva tidak rata tapi stippled; (5) gingiva lekat sekali pada gigi dan
procesus alveolaris; (6) sulkus gingiva tidak dalam < = 2 mm, jika lebih dari
2 mm disebut poket; (7) tidak ada eksudat dan tidak mudah berdarah; (8)
konsistensi kenyal.
b. Periodontal Membran
Periodontal membran adalah jaringan yang menghubungkan gigi dengan
tulang
alveolar.
Fungsi periodontal membran yaitu : (1) meneruskan daya kunyah ke tulang
alveolar; (2) melekatkan gigi pada tulang alveolar; (3) mempertahankan
jaringan gingiva pada tempatnya; (4) mengurangi tekanan dari luar; (5)
meresorbsi dan memperbaiki cementum dan tulang alveolar; (6) sebagai
fungsi sensoris, artinya meneruskan rangsangan dari saraf; (7) memberi
makanan pada jaringan penyangga gigi lain melalui pembuluh darah dan
pembuluh
limfe.
c. Cementum
Cementum adalah jaringan yang meliputi seluruh permukaan akar gigi,
dengan fungsinya sebagai berikut :
1) Mehubungkan gigi dengan periodontal fiber (ligament), dengan kata lain
merupakan pegangan
dari gigi ke tulang alveolar.
2) Memperbaiki cementum dan dentin dari beberapa kasus fraktur dari akar
gigi.
d. Tulang Alveolar
Tulang alveolar adalah bagian dari rahang atas dan rahanh bawah yang
memegang gigi pada tempatnya dengan perantara periodontal membran
dan membentuk suatu kantong gigi yang disebut socket (Itjiningsih, 1995).
3. Kelainan-kelainan Jaringan Periodontal
a. Gingivitis
Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang menunjukan adanya tandatanda penyakit / kelainan pada gingiva. Gingivitis ditandai dengan keadaan
gusi berwarna merah dan mudah berdarah, gusi bengkak, terdapat eksudat,
bau yang tidak sedap dan terdapat kantung gusi atau pocket antara gusi
dengan permukaan gigi.
b. Periodontitis
Periodontitis ditandai oleh rasa sakit di dalam tulang alveolar, bau tidak
enak, rasa gatal pada gingiva, adanya eksudat, sakit apabila ada tekanan
dan gigi terasa memanjang (Depkes RI., 1996). Periodontitis aialah infeksi
bakteri jaringan yang mengelilingi dan penyangga gigi, yaiti gusi atau
gingiva, ligament periodontal dan tulang tempat gigi. Periodontitis ini
merupakan penyebab tanggalnya gigi sesudah berumur empat puluh tahun
ke
atas
(Haringe
dan
Shyock,
2003).
Periodontitis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang
terakumulasi di dalam kalkulus (karang gigi) yang biasanya terdapat pada

leher gigi. Penyakit periodontal ini dapat ringan seperti : peradangan hanya
pada gusi. Keadaan lebih berat terjadi kerusakan pada tulang pendukung gigi
(Rustika, 2007).
4. Penyebab terjadinya Kelainan Periodontal
Kelainan jaringan penyangga gigi dapat disebabkan oleh faktor lokal dan
sistemik.
a. Faktor local
1) Plak yaitu endapan tipis yang melekat pada permukaan gigi, endapan ini
terdiri dari bahan perekat seperti agar-agar dan kuman-kuman. Apabila plak
ini tidak dibersihkan maka akan menjadi keras dan merusak jaringan
penyangga
gigi
(Depkes
RI.,
1994).
2) Karang gigi adalah jaringan keras yang melekat pada permukaan gigi
yang berwarna mulai dari kekuning-kuningan, kecoklat-coklatan dan coklat
kehitam-hitaman
(Tarigan,
1995).
Bila karang gigi terus-menerus menumpuk, mengera dan dapat masuk ke
dalam gusi bagian dalam maka akan merusak jaringan penyangga gigi,
sebagai akibat akhirnya gigi menjadi goyang dan kemudian lepas dari
penyangga gigi (Depkes RI., 1994).
3) Kelainan oklusi dan penyakit jaringan penyangga gigi.
Oklusi adalah hubungan kontak antara gigi-geligi rahang atas dengan gigigeligi di rahang bawah waktu mulut dalam keadaan tertutup (Itjiningsih,
1995).
Pertumbuhan gigi yang tidak normal akan menyebabkan oklusi yang tidak
normal pula sehingga terjadi penekanan yang berlebihan terhadap satu atau
kelompok gigi dan gigi akan menderita akhirnya jaringan penyanggapun
akan rusak, lama kelamaan apabila keadaan ini tidak dirawat maka fungsi
pengunyahan akan terganggu.
4) Kebiasaan buruk terhadap jaringan penyangga gigi.
Kebiasaan buruk yang merugikan gigi adalah menusuk-nusuk sela gigi
dengan benda-benda tertentu seperti korek api, kayu dan pemakaian tusuk
gigi yang salah karena adanya sisa-sisa makanan yang tertinggal. Kebiasaan
buruk tadi mengakibatkan terjadinya pendarahan dan kerusakan gusi, akibat
selanjutnya jaringan penyangga akan terinfeksi. Karena benda tersebut tidak
steril dan akhirnya gigi akan goyang (Depkes RI., 1994)
5) Geligi tiruan sebagian lepas dengan desain yang buruk, geligi tiruan
adalah benda asing yang dapat menimbulkan iritasi pada jaringan
penyangga. Geligi tiruan seringkali terbenam kedalam mukosa dan menekan
tepi gingiva yang menyebabkan inflamasi dan kerusakan jaringan. Efek ini
akan bertambah buruk bila geligi tiruan tidak dibersihkan dengan baik dan
tetap dipakai selama pasien tidur.
6) Merokok tembakau, tembakau dapat memperkasar permukaan gigi, stain
bukanlah faktor satu-satunya. Fakta sebenarnya adalah bahwa perokok
sering tidak membersihkan gigi-geliginya sebaik yang tidak merokok. Insiden
gingivitis kelihatannya lebih besar pada perokok yang juga menunjukan
adanya
kerusakan
periodontal
yang
parah
(Moestopo,
1986).
b. Faktor sistemik

1) Penyakit diabetes mellitus, penderita diabetes dewasa terutama pada


kasus jangka panjang dengan perubahan retina mengalami kerusakan
periodontal yang lebih besar dari pada mereka yang tidak menderita
diabetes.
2) Leukimia, pada penderita leukemia akut gingivitis umumnya lunak, warna
merah gelap dan bengkak. Terlihat pendarahan spontan dari gingiva
sehingga jaringan periodontal mengalami kerusakan yang berlangsung
dengan cepat disertai dengan kerusakan tulang alveolar dan tulang apikal
serta goyangnya gigi geligi (Manson & Eley cit. Anastasia, 1993).
3) Kekurangan vitamin, kekurangan vitamin seperti vitamin C dapat
berakibat kelainan-kelainan pada selaput lendir mulut, seperti peradangan,
terganggunya penyembuhan luka dan sariawan. Apabila hal ini tidak segera
diatasi dapat menimbulkan kelainan yang lebih parah dan menurunnya
kesehatan secara umum yang khususnya pada jaringan periodontal.
4) Gangguan hormonal terhadap jaringan periodontal. Gangguan hormonal
adalah menyimpangnya sistem hormonal dari keadaan normal, hal ini dapat
terjadi pada masa-masa kehamilan, pubertas dan menopause. Secara
psikologis hal tersebut dapat mempengaruhi penderita secara keseluruhan
diantaranya gangguan emosional seperti malas. Hal tersebut akan
menimbulkan tingkat keasaman ludah yang berlebihan, kekeringan selaput
lendir mulut, peradangan gusi dan dikombinasi dengan faktor emosional
maka sebagai akibat akhir gigi dan jaringan periodontal akan rusak (Depkes
RI., 1996).
5. Akibat Kelainan Jaringan Periodontal
a. Menurut Depkes RI., (1994), akibat kelainan jaringan periodontal antara
lain:
1) Gigi menjadi goyang karena pendukungnya rusak.
2) Gigi tanggal sebelum waktunya sehingga fungsi gigi hilang.
3) Terjadinya infeksi pada rongga mulut sehingga mulut menjadi bau dan
tidak sedap.
4) Akibat dari hal-hal di atas, fungsi pengunyahan berkurang, infeksi
menjalar ke seluruh tubuh
dan dapat mempengaruhi kesehatan mulut.
b. Menurut Nio (1987), akibat periodontitis yang tidak dirawat antara lain
adalah:
1) Gusi mudah berdarah dan bengkak.
2) Keluarnya nanah dari leher gigi.
3) Rasa sakit waktu mengunyah.
4) Nafas yang bau busuk.
5) Gigi gonyang.
6) Gigi lepas.
6. Pencegahan Penyakit Periodontal
Penyakit Periodontal dapat dicegah dengan melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut secara teratur dengan menyikat
gigi 2 kali sehari pagi setelah makan dan malam sebelum tidur.

b. Membersihkan sela-sela gigi dengan menggunakan alat-alat pembantu


sikat gigi.
c. Membiasakan makan-makanan yang bergizi dan cukup mengandung
kalsium.
d. Membersihkan karang gigi.
e. Mintalah bantuan dokter gigi untuk dibuatkan gigi palsu bila giginya
ompong.
f. Periksalah gigi secara berkala setiap 6 bulan sekali (Depkes RI., 1996)

Anda mungkin juga menyukai