Gingiva terdapat di sekeliling gigi maksila dan madibula di dalam alveoli dan
menutup prosessus alveolaris, mengandung mukosa berwarna pink.
Bagian-bagian anatomi gingiva:
Attached Gingiva, adalah bagian gingiva yang melekat rapat ke tulang di
sekeliling akar gigi, attached gingiva memiliki pigmentasi melanin.
Mucogingival junction, adalah pemisah antara attached gingiva yang rapat
dan berwarna merah muda, dengan mukosa alveolar yang dapat digerakkan
dan berwarna merah.
Marginal gingiva, adalah tepi gingiva pada setiap gigi.
Sulcus Gingiva, adalah permukaan dalam gingiva yang menghadap ruang
antar gigi.
Interdental Gingiva, adalah bagian gingiva di antara perbatasan gigi-gigi
yang merupakan perluasan dari attached gingiva.
Sumber: Mary Bath-Balogh. Dental Embriology,Histology, and Anatomy.
berbahaya
untuk
masuk
ke
jaringan
yang
lebih
Sel epitel gingiva bersifat aktif secara metabolik dan dapat bereaksi terhadap
rangsangan eksternal dengan mensintesis sejumlah sitokin, molekul adhesi, faktor
pertumbuhan, dan enzim. Sel epitel juga bereaksi terhadap bakteri dengan
meningkatkan proliferasi, perubahan signal sel, perubahan dalam diferensiasi, dan
kematian sel yang merubah homeostasis jaringan. Guna mempertahankan
integritas fungsional jaringan gingiva dari infeksi bakteri, epitel gingiva dapat
menebal dengan cara menambah kecepatan pembelahan selnya atau disebut
keratinisasi. Keratin mempunyai insolubilitas yang tinggi dan resisten terhadap
enzim. Terdapat cornified envelope (CE) pada setiap sel yang mengalami
keratinisasi, CE memiliki ketebalan 15 nm, tersusun dari ikatan silang protein dan
lipid yang bertemu saat diferensiasi terminal. Gabungan protein-lipid dalam struktur
CE menggantikan membrane plasma dan integritasnya sangat vital dalam fungsi
pertahanan (Carranza, 2006).
Gusi memiliki lapisan epitel yang merupakan epitel skuama berlapis (stratified
squamous epithelium) dinamakan lamina propria. Bagian tengah berupa jaringan
ikat, yang dinamakan lamina propria(Carranza, 2006).
Berdasarkan aspek morfologis dan fungsionalnya dibedakan atas tiga bagian, epitel
oral/luar (oral/outer epithelium), epitel sulkular/krevikular (sulcular/crevicular
epithelium), epitel penyatu/jungsional (junctional ephitelium) (Carranza, 2006).
Fungsi utama epitel gingival adalah melindungi struktur yang berada dibawahnya,
serta
memungkinkanterjadinya
perubahan
selektif
dengan
lingkungan
oral.Perubahan tersebut dimungkinkan oleh adanya proses proliferasi dan
diferensiasi(Carranza, 2006).
Epitel gingiva disatukan ke jaringan ikat oleh lamina basal. Lamina basal terdiri atas
lamina lamina basal. Lamina basal terdiri atas lamina lamina basal. Lamina basal
terdiri atas lamina lusida dan lamina densa. Hemidesmosom dari sel-sel epitel basal
mengikat lamina lusida. Komposisi utama dari lamina lusida adalah laminin
glikoprotein, sedangkan lamina densa adalah berupa kolagen tipe IV. Lamina basal
berhubungan dengan fibril-fibril jaringan ikat dengan bantuan fibril-fibril penjangkar
(anchoring fibrils)(Carranza, 2006).
Epitel oral. Epitel oral merupakan epitel skuama berlapis yang berkeratin
(keratinized) atau berparakeratin (parakeratinized) yang membalut permukaan
vestibular dan oral gingiva. Meluas dari batas mukogingival ke krista tepi gingiva
(crest gingival margin), kecuali pada permukaan palatal dimana epitel ini menyatu
dengan epitel palatum.Lamina basal yang menyatukan epitel gingiva ke jaringan
ikat gingiva bersifat permeabel terhadap cairan, namun dapat menjadi penghalang
bagi bahan partikel tertentu. Mempunyai rete peg yang menonjol ke arah lamina
propria. (Carranza, 2006).
sulkus gingiva baik gingiva dalam keadaan sehat maupun meradang. Pada CSG dari
gingival yang meradang jumlah polimorfonuklear leukosit, makrofag, limfosit,
monosit, ion elektrolit, protein plasma dan endotoksin bakteri bertambah banyak,
sedangkan jumlah urea menurun. Komponen seluler dan humoral dari darah dapat
melewati epitel perlekatan yang terdapat pada celah gusi dalam bentuk CSG. Pada
keadaan normal, CSG yang banyak mengandung leukosit ini akan melewati epitel
perlekatan menuju ke permukaan gigi. Aliran cairan ini akan meningkat bila terjadi
gingivitis atau periodontitis. Cairan sulkus gingiva bersifat alkali sehingga dapat
mencegah terjadinya karies pada permukaan enamel dan sementum yang halus.
Keadaan ini menunjang netralisasi asam yang dapat ditemukan dalam proses karies
di area tepi gingiva. Cairan sulkus gingiva juga dapat digunakan sebagai indikator
untuk menilai keadaan jaringan periodontal secara objektif sebab aliran CSG sudah
lebih banyak sebelum terlihatnya perubahan klinis radang gingiva bila dibandingkan
dengan keadaan normal (Carranza, 2006).
d. Jaringan konektif gingiva
1. Lapisan papillary
Berada dekat dengan epitel diantara rete pegs.
2. Lapisan Reticular
Berbatasan dengan periosteum tulang, terdiri dari bagian seluler
dan interselular. Bagian interseluler mengandung proteoglycan dan
glicoprotein (terutama fibronectin yang mengikat fibroblastfiber) (Carranza, 2006).
e. Serat gingiva /serat kolagen
Jaringan ikat margin gusi dipadati oleh kolagen tebal disebut serat-serat gingival.
Jaringan ikat ini berfungsi menahan margin gusi dengan kuat pada gigi, menahan
daya kunyah, menyatukan margin gusi dengan sementum dan dengan gusi
cekat. (Carranza, 2006).
Serat gingival dapat dikelompokkan sebagai kelompok gingivodental, kelompok
sirkular, dan kelompok transeptal (Carranza, 2006).
f. Vaskularisasi gingiva
Suplai darah pada gingiva melalui 3 jalan yaitu:
a. Arteri yang terletak lebih superfisial dari periosteum, mencapai
gingiva pada daerah yang berbeda di rongga mulut dari cabang
arteri alveolar yaitu arteri infra orbital, nasopalatina, palatal, bukal,
mental dan lingual (Grossman, 1995).
Jaringan Interstisial
Jaringan interstisial adalah jaringan penghubung longgar yang
mengelilingi pembuluh darah dan limfatik, saraf, dan bundle serabut.
Jaringan ini berisi serabut kolagen, lepas dari ikatan serabut ligament
periodontal. Perubahan di dalam bundle serabut yang terus menerus.
Ruang ini dalam ligament periodontal, terisi dengan jaringan interstisial,
pembuluh darah, pembuluh limfa, dan saraf, disebut ruang
interstisial (Grossman, 1995).
Sirkulasi dan Sistem Limfatik
Ligament sangat dipenuhi oleh pembuluh darah yang menyediakan
bahan gizi untuk aktivitas osteogenik, sementogenik, dan fibrogenik.
Arteri alveolar bercabang menjadi arteri gigi dan arteri interalveolar. Pada
gigi-gigi belakang juga bercabang menjadi arteri interadikular. Arteri gigi
masuk ke dasar kripta tulang ,dan sebelum menembus foramen apikal,
bercabang menjadi arteriola dan kapiler-kapiler untuk membentuk suatu
anyaman
(pleksus)
yang
mensuplai
daerah
apikal
ligamen
periodontal (Grossman, 1995).
Arteri interalveolar bercabang dari arteri alveolar dari sebelah
koronal melintas tulang kanselus dinding lateral kripta tulang; cabangcabang lateralnya, disebut arteri perforating, masuk melalui plat
kribriform ke dalam ligamen periodontal lateral. Ateri menjadi
arteriola dan kapiler-kapiler membentuk anyaman yang subur. Pleksus
arterial gigi dan interal veolar lebih mencolok pada sisi tulang ligamen
karena aktifitas mengubah bentuk tulang yang konstan. Arteri interal
veolar keluar melalui krista presassus alveolar dan membentuk cabangcabang gingival. Cabang-cabang gingival ini mensuplai gingiva dan
bagian koronal ligamen peridontal(Grossman, 1995).
Gigi-gigi posterior juga mempunyai arteri interadikular yang
melintas tulang kanselus sementum interadikular. Arteri-arteri ini
membentuk cabang yang mensuplai ligamen periodontal pada furkasi
akar (Grossman, 1995).
Vena intrdental, vena interadikular dan vena gigi mengalir ke dalam
vena alveolar. Juga dijumpai anyaman pembuluh limfatik yang mengikuti
drainase vena ke dalam saluran limfe alveolar (Grossman, 1995).
lebih pendek dan kecil dan nuclei yang berwarna agak gelap. Fungsinya
adalah memfagositosis debris selular dan benda asing. Makrofag
mempunyai vakuola digestif berisi enzim lisosomal yang memproses
bahan yang dimakan (Grossman, 1995).
Kalsifikasi
Sementikel dapat ditemukan di dalam ligament periondontal.
Kalsifikasi ini terikat pada sementum, tertanam didalamnya, atau bebas
dalam ligament periodontal dekat dengan batas sementum. Sel epithelial
mungkin membentuk nodus untuk kalsifikasi ini (Grossman, 1995).
Penyakit pulpa bermanifestasi pada ligament periodontal. Reaksi
inflamasi berkisar dari abses sampai granuloma dan kista, dan dapat
merusak dan mengganti ligament periodontal (Grossman, 1995).
Fungsi Ligamen Periodontal
Fungsi fisikal, yaitu sebagai penghantar tekanan oklusal ke tulang
alveolar, mencekatkan gigi ke tulang alveolar mempertahankan hubungan
jaringan gingival ke gigi dan menahan tekanan oklusal pada gigi untuk
melindungi pembuluh darah, saraf dan tekanan mekanis(Grossman,
1995)..
Fungsi formatif, berperan dalam pembentukan dan resorpsi dari
struktur jaringan pendukung gigi (Grossman, 1995).
Fungsi nutrisi dan sensori, yaitu untuk memasok nutrient ke
sementum, tulang alveolar dan gingival melalui pembuluh darah oleh
ligament periodontal. Persyarafan ligament periodontal memiliki
sensitivitas yang dapat mendeteksi dan melokalisir tekanan eksternal
terhadap gigi (Grossman, 1995).
2.5 Tulang Alveolar
Prosesus alveolar dibagi menjadi tulang alveolar yang sebenarnya
dan tulang alveolar pendukung.
tulang. Foramina ini berisi pembuluh darah dan saraf yang mensuplai gigigigi, ligament periodontal dan tulang (Grossman, 1995).
Tulang Alveolar Pendukung
Berdekatan dengan tulang alveolar yang sebenarnya terdapat suatu
diploe tulang kanselus ditutup oleh dua lamina eksterna tulang padat.
Salah satu dari lamina eksterna tulang padat adalah disebelah vestibular,
dan yang lain adalah di sebelah lingual atau palatal. Tulang kanselus
terdiri dari tulang yang berlamela tersusun dalam cabang-cabang disebut
trabekula. Diantara trabekula terdapat ruang meduler, terisi dengan
sumsum. Sumsum dapat seperti lemak atau hematopoitik. Pada orang
dewasa, sumsum pada rahang bawah dan rahang atas biasanya
berlemak, tetapi jaringan hematopoitik ditemukan pada tempat tertentu
misalnya seperti tubersositas rahang bawah dan rahang atas biasanya
berlemak, tetapi jaringan hematopoitik ditemukan pada tempat tertentu
misalnya seperti tuberositas rahang atas, daerah periradikular gigi molar
rahang atas dan rahang bawah, dan daerah periradikular gigi premolar.
Ruang
sumsum
hematopoitik
kelihatan
radiolusen
pada
radiograf(Grossman, 1995).
Dalam tulang kanselus juga dijumpai kanal nutrient. Kanal-kanal ini
berisi pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf. Kanal biasanya berakhir pada
krista alveolar pada foramina kecil-kecil dan dengan melalui foramina
tersebut pembuluh dan saraf masuk ke dalam gingiva (Grossman, 1995).
Jumlah tulang kanselus bervariasi di antara daerah rahang atas dan
rahang bawah dan tergantung pada lebar prosesus alveolar serta ukuran
dan bentuk akar gigi (Grossman, 1995).
Tulang kortikal (padat) menutupi tulang kanselus dan dibentuk oleh
tulang berlamela. Tulang berlamela ini mempunyai lakuna yang tersusun
dalam lingkaran konsentrik lakuna yang tersusun dalam lingkaran
konsentrik disekeliling kanal sentral yang disebut sistem Havers. Tulang
kortikal bergabung dengan tulang alveolar yang sebenarnya untuk
membentuk Krista alveolar di sekeliling leher gigi (Grossman, 1995).
Tulang digunakan sebagai reservoir kalsium badan. Badan, dibawah
kontrol hormonal, mengatur dan memelihara metabolisme kalsium. Untuk
itu, terjadi pengubahan tulang secara fisiologik dan konstan oleh aktivitas
osteoklastik dan osteoblastik. Aktivitas ini dapat lebih mudah dilihat pada
trabekula. Pola trabekular secara konstan diubah sebagai reaksi terhadap
tekanan oklusal. Pada trabekula didapati garis-garis istirahat, yang
merupakan ciri masa aktivitas osteoblastik, dan garis resorptif, yang
merupakan ciri masa aktivitas osteoklastik. Garis-garis istirahat
mempunyai ciri garis-garis resorpsi tepinya belekuk-lekuk (scalloped) dan
mengarah pada daerah resorpsi yang dikenal sebagai lakuna
Howship (Grossman, 1995).
Penyakit pulpa dapat mempengaruhi jaringan daerah periradikular.
Perubahan radang akut pada ligament periodontal yang dimulai dalam
pulpa menyebabkan ekstrusi gigi. Perubahan radang kronis yang berasal
dari pulpa pada ligamen periodontal dapat menyebabkan resopsi lamina
dura, resorpsi akar eksternal, daerah resopsi tulang, atau daerah
pemadatan tulang. Penyakit sistemik dapat juga menyebabkan perubahan
tulang pada daerah peradikular (Grossman, 1995).
PEMBAHASAN
Jaringan periodontal adalah jaringan yang mengelilingi gigi dan berfungsi sebagai
penyangga gigi, terdiri dari gingiva, sementum, ligament periodontal dan tulang
alveolar. Sebelum memahami kerusakan jaringan periodontal, sebaiknya dimulai
dengan gingiva yang sehat dan tulang pendukung yang normal. Gingiva yang sehat
dapat menyesuaikan diri dengan keadaan gigi.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Gingiva
Gingiva atau dapat disebut juga gusi adalah jaringan yang melapisi dan
melekat erat pada laher gigi dan tulang alveolar dan merupakan jaringan
terluar yang tampak dalam rongga mulut yang berwarna merah muda.
Berdasarkan letaknya gingiva terdiri dari
Gingiva bebas merupakan pita jaringan serkuler yang terletak
mengelilingi leher gigi
Gingiva cekat merupakan gingiva yang melekaat erat pada teulang
alveolar.
Gingiva interdental merupakan gingiva yang yang mengisi ruang
interproksimal antara dua gigi yang berdekatan
Gingiva puncak merupakan gingiva yang terletak paling atas atau puncak.
Sulkus gingiva (krevis gingiva) merupakan paerit kecil yang terletak
diaantara leher gigi dan gingiva bebes yang dibatasi oleh epitel tidak
berkreatin. Didalamya berisi cairan krevikuler, debris, bakteri, sel-sel epitel
dan lain-lain
Dasar sulkus gingiva merupakan garis lengkung yang melekat pada gigi
dan merupakan batas sulkus gingiva dangan email.
Ligamen periodontal
Ligamen periodontal adalah jaringan yang membungkus akar gigi dan
menghubungkan akar gigi ke tulang laveolar. Jarinagn periodontal terdiri dari
serat-serat periodontal yang tersusun atas kelompok-kelompok serat
kalogen, pembuluh darah dan syaraf propioseptik.
Kelompok serat-serat kalogen penyusun jarinagn periodental :
mensuplai nutrisi dan produk sisa melalui pembuluh daran dan limfe
Sementum
Sementum adalah jaringan keras yang meliputi akar gigi. Komposisi
sementum yaitu ; material anorganik 65%, air 35% selebihnya zat organik.
zat organik sementum adalah hidro apatid sedangkan zat anoganiknya
adalah serat kalogen.
Fungsi sementum :
Meleketkan gigi pada serat periodontal.
Menahan gigi pada soket tulang dengan perentaraan serabut periodontal.
Mengompensasi keausan struktur gigi karena pemakaian, dengan
pembentukan sementum terus-menerus.
Memudahkan terjadinya pergeseran gigi
Tulang alveolar
Tulang alveolar merupakan bagian dari tulang rahang yang mengelilingi akar
gigi. Tulang ini membentuk suatu lubang tempat gigi tertanam. Ketebalan
dan ketinggian tulang alveolar tergantung dengan ada tidaknya gig yang
disangga. Fungsi tulang alveolar adalh sebang penyangga gigi dan penyedia
tempat gig tertanam
Jaringan Periodontal
1. Pengertian Jaringan Periodontal
Adalah jaringan pendukung gigi yang sebenarnya terdiri dari beberapa
jaringan, tetapi telah menjadi salah satu yakni disebut jaringan pendukung
gigi atau penyangga gigi yang terdiri dari ligament periodontal, procesus
alveolaris,
cementum
dan
gingiva
(Mahfoed
dan
Zein,
2005).
Adapun ilmu yang mempelajari jaringan periodonsium (gingiva, procesus
alveolaris, ligament periodontal dan cementum). Dalam keadaan normal
maupun menyimpang dan tindakan pencegahan, perawatan serta
pemeliharaannya untuk menjaga dan mengembalikan fungsi optimal
(Akhbar, 2007).
2. Bagian-bagian Jaringan Periodontal
a. Gingiva
Gingiva adalah bagian dari jaringan periodontal yang meliputi procesus
alveolaris dan mengililingi gigi. Fungsi gingiva adalah melindungi akar gigi,
selaput periodontium dan tulang alveolar terhadap rangsangan dari luar,
khususnya
dari
bakteri-bakteri
dalam
mulut
(Itjiningsih,
1995).
Ciri-ciri gingiva sehat yaitu (1) gusi berwarna merah muda; (2) interdental
papil mengisi ruang interproksimal sampai titik kontak gigi dan sudutnya
runcing; (3) bagian tepi gingiva tipis dan tidak bengkak; (4) permukaan
gingiva tidak rata tapi stippled; (5) gingiva lekat sekali pada gigi dan
procesus alveolaris; (6) sulkus gingiva tidak dalam < = 2 mm, jika lebih dari
2 mm disebut poket; (7) tidak ada eksudat dan tidak mudah berdarah; (8)
konsistensi kenyal.
b. Periodontal Membran
Periodontal membran adalah jaringan yang menghubungkan gigi dengan
tulang
alveolar.
Fungsi periodontal membran yaitu : (1) meneruskan daya kunyah ke tulang
alveolar; (2) melekatkan gigi pada tulang alveolar; (3) mempertahankan
jaringan gingiva pada tempatnya; (4) mengurangi tekanan dari luar; (5)
meresorbsi dan memperbaiki cementum dan tulang alveolar; (6) sebagai
fungsi sensoris, artinya meneruskan rangsangan dari saraf; (7) memberi
makanan pada jaringan penyangga gigi lain melalui pembuluh darah dan
pembuluh
limfe.
c. Cementum
Cementum adalah jaringan yang meliputi seluruh permukaan akar gigi,
dengan fungsinya sebagai berikut :
1) Mehubungkan gigi dengan periodontal fiber (ligament), dengan kata lain
merupakan pegangan
dari gigi ke tulang alveolar.
2) Memperbaiki cementum dan dentin dari beberapa kasus fraktur dari akar
gigi.
d. Tulang Alveolar
Tulang alveolar adalah bagian dari rahang atas dan rahanh bawah yang
memegang gigi pada tempatnya dengan perantara periodontal membran
dan membentuk suatu kantong gigi yang disebut socket (Itjiningsih, 1995).
3. Kelainan-kelainan Jaringan Periodontal
a. Gingivitis
Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang menunjukan adanya tandatanda penyakit / kelainan pada gingiva. Gingivitis ditandai dengan keadaan
gusi berwarna merah dan mudah berdarah, gusi bengkak, terdapat eksudat,
bau yang tidak sedap dan terdapat kantung gusi atau pocket antara gusi
dengan permukaan gigi.
b. Periodontitis
Periodontitis ditandai oleh rasa sakit di dalam tulang alveolar, bau tidak
enak, rasa gatal pada gingiva, adanya eksudat, sakit apabila ada tekanan
dan gigi terasa memanjang (Depkes RI., 1996). Periodontitis aialah infeksi
bakteri jaringan yang mengelilingi dan penyangga gigi, yaiti gusi atau
gingiva, ligament periodontal dan tulang tempat gigi. Periodontitis ini
merupakan penyebab tanggalnya gigi sesudah berumur empat puluh tahun
ke
atas
(Haringe
dan
Shyock,
2003).
Periodontitis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang
terakumulasi di dalam kalkulus (karang gigi) yang biasanya terdapat pada
leher gigi. Penyakit periodontal ini dapat ringan seperti : peradangan hanya
pada gusi. Keadaan lebih berat terjadi kerusakan pada tulang pendukung gigi
(Rustika, 2007).
4. Penyebab terjadinya Kelainan Periodontal
Kelainan jaringan penyangga gigi dapat disebabkan oleh faktor lokal dan
sistemik.
a. Faktor local
1) Plak yaitu endapan tipis yang melekat pada permukaan gigi, endapan ini
terdiri dari bahan perekat seperti agar-agar dan kuman-kuman. Apabila plak
ini tidak dibersihkan maka akan menjadi keras dan merusak jaringan
penyangga
gigi
(Depkes
RI.,
1994).
2) Karang gigi adalah jaringan keras yang melekat pada permukaan gigi
yang berwarna mulai dari kekuning-kuningan, kecoklat-coklatan dan coklat
kehitam-hitaman
(Tarigan,
1995).
Bila karang gigi terus-menerus menumpuk, mengera dan dapat masuk ke
dalam gusi bagian dalam maka akan merusak jaringan penyangga gigi,
sebagai akibat akhirnya gigi menjadi goyang dan kemudian lepas dari
penyangga gigi (Depkes RI., 1994).
3) Kelainan oklusi dan penyakit jaringan penyangga gigi.
Oklusi adalah hubungan kontak antara gigi-geligi rahang atas dengan gigigeligi di rahang bawah waktu mulut dalam keadaan tertutup (Itjiningsih,
1995).
Pertumbuhan gigi yang tidak normal akan menyebabkan oklusi yang tidak
normal pula sehingga terjadi penekanan yang berlebihan terhadap satu atau
kelompok gigi dan gigi akan menderita akhirnya jaringan penyanggapun
akan rusak, lama kelamaan apabila keadaan ini tidak dirawat maka fungsi
pengunyahan akan terganggu.
4) Kebiasaan buruk terhadap jaringan penyangga gigi.
Kebiasaan buruk yang merugikan gigi adalah menusuk-nusuk sela gigi
dengan benda-benda tertentu seperti korek api, kayu dan pemakaian tusuk
gigi yang salah karena adanya sisa-sisa makanan yang tertinggal. Kebiasaan
buruk tadi mengakibatkan terjadinya pendarahan dan kerusakan gusi, akibat
selanjutnya jaringan penyangga akan terinfeksi. Karena benda tersebut tidak
steril dan akhirnya gigi akan goyang (Depkes RI., 1994)
5) Geligi tiruan sebagian lepas dengan desain yang buruk, geligi tiruan
adalah benda asing yang dapat menimbulkan iritasi pada jaringan
penyangga. Geligi tiruan seringkali terbenam kedalam mukosa dan menekan
tepi gingiva yang menyebabkan inflamasi dan kerusakan jaringan. Efek ini
akan bertambah buruk bila geligi tiruan tidak dibersihkan dengan baik dan
tetap dipakai selama pasien tidur.
6) Merokok tembakau, tembakau dapat memperkasar permukaan gigi, stain
bukanlah faktor satu-satunya. Fakta sebenarnya adalah bahwa perokok
sering tidak membersihkan gigi-geliginya sebaik yang tidak merokok. Insiden
gingivitis kelihatannya lebih besar pada perokok yang juga menunjukan
adanya
kerusakan
periodontal
yang
parah
(Moestopo,
1986).
b. Faktor sistemik