Disusun Oleh:
Annisa Nanda Putri, S.Ked
04101401029
04101401038
Pembimbing :
dr. Abdullah Sahab, SpKJ
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Annisa Nanda Putri
04101401029
04101401039
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Periode 22 Juli-24 Agustus 2015.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................
ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................
..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
...............................................................................................................................1
BAB II STATUS PASIEN................................................................................
...............................................................................................................................3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................
.............................................................................................................................15
BAB IV ANALISIS KASUS..................................................................................
.............................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
.............................................................................................................................36
BAB I
PENDAHULUAN
Skizoafektif merupakan gangguan jiwa dimana penderita mempunyai
gejala yang merupakan kombinasi gejala skizofrenia dengan gangguan afektif.
Istilah skizofrenia berasal dari kata schizos yang artinya pecah belah dan pharen
yang berarti jiwa. Skizofrenia menjelaskan mengenai suatu gangguan jiwa dimana
penderita mengalami perpecahan jiwa adanya keretakan atau disharmoni antara
proses berfikir, perasaan, dan perbuatan. Sedangkan gangguan afektif adalah
gangguan dengan gejala utama adanya perubahan suasana perasaan (mood) atau
afek, biasanya ke arah depresi.1
Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi empat model
konseptual telah dikembangkan. Gangguan dapat berupa tipe skizofrenia atau tipe
gangguan mood. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan tipe psikosis ketiga
yang berbeda, yang bukan merupakan gangguan skizofrenia maupun gangguan
mood. Keempat dan yang paling mungkin, bahwa gangguan skizoafektif adalah
kelompok heterogen gangguan yang menetap ketiga kemungkinan pertama. 1
Pada gangguan skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala
gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit
yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. 2 Bila
gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama,
gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Sedangkan pada gangguan
skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.2 Gejala yang khas pada
pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir,
perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan baik
itu manik maupun depresif.2,3
4
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI PASIEN
a.Nama
b.
c.Umur
d.
e.Agama
f. Tingkat pendidikan
g.
h. Alamat
II.
: Tn. BS
Jenis kelamin : Laki-laki
: 27 tahun
Status perkawinan
: Belum menikah
: Islam
: Tamat SD
Warga negara : Indonesia
: Kertapati, Palembang
ANAMNESIS
Pedigree:
bersamaan
dengan
Pemeriksa
Pasien
Interpretasi
Tanda-tanda halusinasi
sendiri)
Siang dok
Sensorium: compos
mentis
Iyo, boleh
- kooperatif, perhatian
Pak?
Pak, umurnya berapa?
27 tahun, Taun ini
verbal ada
ada
- verbalisasi jelas
- cara bicara lancar
- kontak fisik, mata, dan
Di RS Erba
Selasa
ayah os)
sendiri)
nyenyak-nyenyak bae,
dak?
Stressor masalah
terlihat murung)
aku diputusinyo, aku ni
katek gawe, dak biso
belike dio barang9
percintaan
iyo (kemudian os
sesekali tertawa-tawa
sendiri)
idak
auditorik
(pasien mengangguk)
(pasien menggelengkan
kepala)
Takut
(pasien mengangguk)
galak nyuruh aku
ngelepar-lempar barang
Baiklah, terimakasih ya
Pak.
III.
PEMERIKSAAN
A. STATUS INTERNUS
1) Keadaan Umum
Sensorium
: Compos Mentis
Frekuensi nadi : 80 x/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu
Frekuensi napas
: 36,6 0C
: 20 x/menit
B. STATUS NEUROLOGIKUS
1) Urat saraf kepala (panca indera)
2) Gejala rangsang meningeal
3) Gejala peningkatan tekanan intracranial
10
4) Mata
Gerakan
Persepsi mata
Pupil
Refleks cahaya
Refleks kornea
Pemeriksaan oftalmoskopi
5) Motorik
Fungsi Motorik
Lengan
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Gerakan
Luas
luas
luas
luas
Kekuatan
Tonus
Eutoni
eutoni
eutoni
eutoni
Klonus
Refleks fisiologis
Refleks patologis
6)
7)
8)
9)
Tungkai
Sensibilitas
Susunan saraf vegetatif
Fungsi luhur
Kelainan khusus
: normal
: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan
: tidak ada
C. STATUS PSIKIATRIKUS
KEADAAN UMUM
a. Sensorium
: Compos Mentis
b. Perhatian
: Adekuat
c. Sikap
: Kooperatif
d. Inisiatif
: Ada
e. Tingkah laku motorik : Normoaktif
f. Ekspresi fasial
: Sedih
g. Verbalisasi
: Jelas
h. Cara bicara
: Lancar
i. Kontak psikis
Kontak fisik
: ada, inadekuat
Kontak mata
: ada, inadekuat
Kontak verbal
: ada, inadekuat
11
: labil
Skala diferensiasi
: normal
Dalam-dangkal
: dangkal
Einfuhlung
: bisa
Pengendalian
: terkendali
dirabarasakan
Adekuat-Inadekuat
: inadekuat
Arus emosi
Echt-unecht
: echt
: normal
: baik
Daya konsentrasi
: baik
: sesuai
Discriminative judgement
: baik
Discriminative insight
: baik
: baik
: tidak ada
Halusinasi
: Audiorik (+)
: baik
Arus pikiran
- Flight of ideas
- Inkoherensi
- Sirkumstansial
- Tangensial
: tidak ada
- Terhalang(blocking) : tidak ada
- Terhambat (inhibition): tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
12
- Perseverasi
- Verbigerasi
: tidak ada
: tidak ada
Isi pikiran
-
Waham
Pola Sentral
Fobia
Konfabulasi
Perasaan inferior
Kecurigaan
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
Pemilikan pikiran
-Obsesi : tidak ada
-Aliensi : tidak ada
Bentuk Pikiran
f.
Autistik
: Tidak ada
Dereistik
: Tidak ada
Simbolik
: Tidak ada
Paralogik
: Tidak ada
Simetrik
: Tidak ada
Konkritisasi
: Tidak ada
Lain-lain
: Tidak ada
: Tidak ada
Vagabondage
: Tidak ada
Katatonia
: Tidak ada
Kompulsi
: Tidak ada
Raptus/Impulsivitas
: Tidak ada
Mannerisme
: Tidak ada
Kegaduhan Umum
: Tidak ada
Autisme
: Tidak ada
13
Deviasi Seksual
: Tidak ada
Logore
: Tidak ada
Ekolalia
: Tidak ada
Ekopraksi
: Tidak ada
Mutisme
: Tidak ada
Lain-lain
: Tidak ada
: baik
Cara berpakaian
: baik
Sopan santun
: baik
: Baik
14
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
F23.2 Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia (schizophrenia-like) Akut
VI. TERAPI
a. Psikofarmaka
Risperidon 1 mg 2 x 1
Amitriptilin 2 x 1
b. Psikoterapi
Suportif
- Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi
masalah.
- Memotivasi pasien agar meminum obat secara teratur
Kognitif
Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat cara
berpikir yang salah, mengatasi perasaan, dan sikapnya terhadap masalah
yang dihadapi.
Keluarga
Memberikan penyuluhan bersama dengan pasien yang diharapkan
keluarga dapat membantu dan mendukung kesembuhan pasien.
Religius
Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan ibadah sesuai
ajaran agama yang dianutnya, yaitu menjalankan solat lima waktu,
menegakkan amalan sunah seperti mengaji, berzikir, dan berdoa kepada
Allah SWT.
VII.
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 SKIZOAFEKTIF
3.1.1 Definisi
3.1.3 Etiologi
Sulit untuk menentukan penyebab dari penyakit yang telah berubah begitu
banyak dari waktu ke waktu.Dugaan saat ini bahwa gangguan skizoafektif
mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu etiologi mengenai
gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan lingkungan. Penyebab
gangguan yang
heterogen
yang
meliputi
semua
tiga
Agitasi
Mania
Peningkatan aktivitas
Bicara cepat
Sedikit tidur
Agitasi
Mudah teralihkan
Skizofrenia
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan
jiwa (PPDGJ-III):3
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a) - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
- thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- thought broadcasting= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor;
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed
attitude) dan penarikan diri secara sosial.6
3.1.6 Diagnosis
Konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik
skizofrenia maupun gangguan mood, beberapa evolusi dalam kriteria diagnostik
untuk gangguan skizoafektif (Tabel 3) mencerminkan perubahan yang telah terjadi
di dalam kriteria diagnosis untuk kedua kondisi lain.
Tabel 3. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV) 5
Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif
A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu.
Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode
campuran dengan gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia
Catatan : Episode depresi berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol
C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode ditemukan untuk sebagian
bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit
D. Gangguan bukan kareka efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat
atau depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gelaja
skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang
berbeda.
Bila seseorang pasien skizoafrenik menunjukkan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F.20.4 (Depresi
Pasca-skizofrenia)
Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoefektif berulang, baik
berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F.25.1) atau campuran dari
keduanya (F.25.2). pasien lain mengalami satu atau dua episode manik
atau depresi (F30-F33)
jelas psikotik;
C. Kriteria untuk psikotik polimorfik akut tidak terpenuhi.
Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk kurun waktu lebih dari 1
bulan lamanya, maka diagnosis harus dirubah menjadi skizofrenia.
mempunyai harapan, dicampakkan, dan tidak berharga. Emosi pada mood depresi
kualitasnya berbeda dengan emosi duka cita atau kesedihan yang normal.3
Pikiran untuk melakukan bunuh diri dapat timbul pada sekitar dua pertiga
pasien depresi, dan 10 sampai 15 persen diantaranya melakukan bunuh
diri.Mereka yang dirawat di rumah sakit dengan percobaan bunuh diri mempunyai
umur hidup lebih panjang dibandingkan yang tidak dirawat. Beberapa pasien
depresi terkadang tidak menyadiari ia mengalami depresi dan tidak mengeluh
tentang gangguan mood meskipun mereka menarik diri dari keluarga, teman dan
aktivitas yang sebelumnya menarik bagi dirinya.3
Hampir semua pasien depresi (97%) mengeluh tentang penurunan energi
dimana mereka mengalami kesulitan menyelesaikan tugas, mengalami hendaya di
sekolah dan pekerjaan, dan meurunnya motivasi untuk terlibat dalam kegiatan
baru.Sekitar 80 persen pasien mengeluh masalah tidur, khususnya terjada dini hari
(terminal insomsia) dan sering terbangun di malam hari karena memikirkan
masalah yang dihadapi. Kebanyakan pasien menunjukkan peningkatan atau
penurunan nafsu makan demikian pula dengan bertambah dan menurunnya berat
badannya serta mengalami tidur lebih lama dari biasanya. 3
Kecemasan adalah gejala tersering dari depresi dan menyerang 90 persen
pasien depresi. Berbagai perubahan asupan makanan dan istirahat dapat
menyebabkan timbulnya penyakit lain secara bersamaa, seperti diabetes,
hipertensi, penyakit paru obstruksi kronik, dan penyakit jantung. Gejala lain
termasuk haid yang tidak normal dan meurunnya minat serta aktivitas seksual.3
Pada pemeriksaan status mental, episode depresi memperlihatkan retardasi
psikomotor menyeluruh merupakan gejala yang paling umum, walaupun agitasi
psikomotor juga sering ditemukan, khususnya pada pasien usia lanjut.
Menggenggamkan tangan dan menarik-narik rambut merupakan gejala agitasi
yang paling umum. Secara klasik, seorang pasien depresi memiiki postur yang
membungkuk, tidak terdapat pergerakan yang spontan, dan pandangan mata yang
putus asa dan memalingkan pandangan. Pasien depresi seringkali dibawa oleh
keluarga atau teman kerjanya karenan penarikan sosial dan penurunan aktivitas
secara menyeluruh.2
Penilaian diturunkan dari suatu wawancara klinis dengan pasien. Klinisi menilai
jawaban pasien terhadap pertanyaan tentang perasaan bersalah, bunuh diri,
kebiasaantidur, dan gejala depresi lainnya.2
Pedoman diagnosis menurut PPDGJ-III.6
Pedoman diagnostik pada depresi dibagi menjadi :
A. Semua gejala utama depresi :
afek depresif
kehilangan minat dan kegembiraan
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah.
C. Gejala lainnya:
konsentrasi dan perhatian berkurang
harga diri dan kepercayaan diri berkurang
gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
pandangan masa depan yang suram dan pesimis
gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
tidur terganggu
nafsu makan berkurang
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan
tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan
untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu dari 2 minggu.
Episode Depresif Ringan menurut PPDGJ III5,6
(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti
tersebut di atas
(2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
(3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode
berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
(4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.
Episode Depresif Sedang menurut PPDGJ III5,6
BAB IV
ANALISIS KASUS
Tn. BS, laki-laki 27 tahun, datang ke Poli Erba dengan keluhan tidak bisa
tidur, sebab utama pasien dibawa ke Poli Erba Os sering melempar-lempar barang
sejak 2 minggu yang lalu.
Dari alloanamnesis didapatkan bahwa pasien mulai mengalami perubahan
perilaku sejak 2 bulan yang lalu. Kurang lebih 2 bulan yang lalu, pasien
mengeluh pusing, sejak saat itu os dilaporkan sering melamun dan sering
mengurung diri. Pasien juga dikatakan sering melihat ke dinding rumah. Pasien
menjadi sering murung, menutup diri, dan membatasi interaksi dengan keluarga,
bahkan komunikasi sering tidak nyambung. Selain itu, pasien menjadi sering
menangis tanpa alasan. Saat ditanya oleh keluarganya, os tidak mau menjawab
dan langsung menangis. Pasien memang dikenal sebagai pribadi yang pendiam
dan cenderung tertutup. Os kesulitan memulai tidur dan sering terbangun dimalam
hari. Nafsu makan os menurun.
Enam minggu kemudian, pasien mengalami perubahan perilaku. os mulai
sering melempar-lempar barang yang ada didekatnya, ketika ditanya os
mengatakan terdapat suara yang menyuruhnya untuk melakukan hal tersebut.
Selain itu, os juga sering berbicara serta tertawa sendiri dan terkadang tidak
nyambung saat diajak mengobrol.
Kemungkinan stressor pada pasien, keluarga menyatakan bahwa os terlihat
sering murung setelah putus dari kekasihnya 3 bulan yang lalu, os merasa tidak
layak menjadi kekasihnya akibat os tidak memiliki pekerjaan layak dan tidak
dapat membahagiakan kekasih os, lalu os ditinggalkan oleh kekasih os.
Berdasarkan pengamatan pemeriksa, sensorium pasien saat dinilai adalah
compos mentis, terdapat kontak adekuat. Pasien dinilai kooperatif, normoaktif,
afek sesuai. Mood hipotimik, emosi labil. Dugaan adanya halusinasi auditorik
didapatkan dari kesimpulan alloanamnesis dan autoanamnesis.
Pada pasien ini, ditemukan gejala-gejala utama depresi yaitu kehilangan
minat dan kegembiraan (melamun dan sering menangis tanpa alasan) serta
berkurangnya energi. Gejala depresi lainnya seperti sulit tidur, nafsu makan
berkurang, kepercayaan diri berkurang, Gagasan bahwa dirinya tidak berguna,
ataupun ide untuk bunuh diri disangkal. Gejala-gejala yang ditemukan pada
pasien mengarah ke kondisi depresi yang terjadi dalam kurun waktu 2 bulan
yang lalu.
Selain gejala depresi, pada pasien ini juga ditemukan adanya gejala
psikotik. Sehingga diagnosis skizofrenia belum dapat disingkirkan. Temuan yang
mengarah pada skizofrenia di antaranya adanya dugaan halusinasi auditorik dari
hasil alloanamnesis berupa kecenderungan pasien berbicara dan tertawa sendiri,
dan dikonfirmasi dari pernyataan pasien.
Berdasarkan DSM-IV maupun PPDGJ-III, gejala klinis yang ditemukan
pada pasien ini mengarah ke gangguan skizoafektif, dikarenakan adanya gejala
gangguan mood (depresi) dan skizofrenia pada saat yang bersamaan. Pada pasien
ini gejala yang lebih menonjol adalah gejala depresi. Maka pada aksis I gangguan
berupa skizoafektif tipe depresi. Tidak ada diagnosis pada aksis II. Aksis III tidak
ada diagnosis. Pada aksis IV stressor berupa masalah percintaan. Aksis V GAF
scale saat diperiksa 80-71. Pasien didiagnosis banding dengan F32.3 episode
depresif berat dengan gejala psikotik dan F23.2 gangguan psikotik lir-skizofrenia
(schizophrenia-like) akut.
Terapi yang diberikan berupa psikofarmaka dan psikoterapi. Psikofarmaka
yang diberikan berupa Risperidon 1 mg 2 x 1 sebagai antipsikotik dan amitriptilin
2 x 1 sebagai antidepresan. Psikoterapi pada pasien ini lebih ditekankan kepada
psikoterapi keluarga, dimana keluarga dapat membantu dan mendukung
kesembuhan pasien. Selain itu, psikoterapi suportif ditujukan untuk memberi
dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi masalah, serta
memotivasi pasien agar meminum obat secara teratur, dan rutin kontrol setelah
pulang dari perawatan di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadocks Synopsis of
Psychiatry. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins: 2003