Nama
NPM
WIRNA GRACE .S
260110130092
TTD
TUJUAN
Mengamati dua kelompok bakteri, yaitu bakteri tahan asam dan bakteri tak
tahan asam, dengan menggunakan prosedur pewarnaan tahan asam
pewarnaan (Ziehl-Neelsen). Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi
kimia yang terjadi dalam prosedur tersebut.
II.
PRINSIP
1.Penetrasi zat warna
Bakteri ini dikenal tahan asam sebab bakteri tersebut resisten
terhadap dekolorisasi dengan alkohol asam. Dalam prosedur pewarnaan
tahan asam, Karbol fuchsin merupakan pewarna dasar, yang mengandung
fenol untuk membantu melarutkan dinding sel. Pemanasan biasanya
diperlukan untuk memperkuat penetrasi pewarna dasar ke dalam sel
bakteri.
2.Pewarnaan tahan asam
Pewarnaan tahan asam adalah tipe pewarnaan diferensial lebih dari
satu pewarna untuk membedakan suatu mikroorganisme dengan
kandungan dinding sel peptidoglikan serta disusun lebih dari 60% lipid
kompleks yang tahan terhadap dekolorisasi dengan alkohol asam.
3. Pemanasan
Untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya
melibatkan proses pemanasan, yaitu; spora dipanaskan bersamaan dengan
zat warna tersebut sehingga memudahkan zat warna tersebut untuk
meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri.
4. Impermeabilitas dinding sel bakteri tahan asam
Bakteri tahan asam memiliki kandungan senyawa dari
peptidoglikan dan lipid kompleks yang disebut asam mycolat yang
membangun struktur dinding selnya, sehingga menjadi impermeabel
terhadap macam-macam prosedur pewarnaan termasuk pewarnaan gram.
III.
TEORI DASAR
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan
sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak
berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan.
Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk
diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding
sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat
tebal sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus
dengan pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam
(BTA) karena dapat mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan
larutan pemucat. Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia
contohnya adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri Mycobacterium
tuberculosis dapat diisolasi dari sputum penderita TBC. Reaksi hasil
pewarnaannya jika positif terdapat bakteri TBC berwarna merah. Selain
menyerang manusia juga menyerang hewan seperti marmut, dan kera.
Penularannya dapat melalui udara yang masuk ke saluran pernafasan (Pelczar dan
Chan, 1988).
Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan
pewarnaan anilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan dengan
pemanasan. Bakteri ini memilki dinding sel berlilin karena mengandung sejumlah
besar materi lipoidal oleh karena itu bakteri ini hanya dapat diwarnai dengan
pewarnaan BTA (Acid-Fast Stain). Dinding sel hidrofobik dan impermeabel
terhadap pewarnaan dan bahan kimia lain pada cairan atau larutan encer. Ketika
proses pewarnaan, bakteri tahan asam ini melawan dekolorisasi dengan asam
sehingga bakteri tersebut disebut bakteri tahan asam (Ball, 1997).
Pewarnaan diferensial artinya pewarnaan yang menggunakan lebih dari
satu macam zat warna, seperti pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam.
pagi.
Spot sputum
Collection sputum
Sputum yang telah diperoleh dapat disimpan dalam lemari es selama satu
minggu.
Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen, yaitu dengan menggunakan zat
warna carbol fuchsin 0,3 %, asam alkohol 3 %, dan methylen blue 0,3%. Pada
pemberian
warna
pertama,
yaitu carbol
fuchsin,
BTA
bersifat
beberapa
senyawa
sederhana.
Penambahan
CO2 meningkatkan
yang
3% , carbol
fuchsin 0,3%, serta methylen blue 0,3% yang masing-masing mempunyai fungsi
antara lain asam alkohol digunakan sebagai peluntur, carbol fuchsin mempunyai
fungsi membuka lapisan lilin agar menjadi lunak sehingga cat dapat menembus
masuk ke dalam sel bakteri M. tuberculosis. Methylen blue berfungsi sebagai cat
lawan dan pada pemberian methylen blue pada bakteri akan tetap berwarna merah
dengan latar belakang biru atau hijau (Jutono dkk., 1980).
IV.
ALAT
BAHAN
Alat :
1. Bak warna
2. Botol semprot
3. Kaca objek
Bak warna
4. Kapas
Botol semprot
Kaca objek
5. Kertas saring
6. Mikroskop
7. Ose
8. Pipet tetes
9. Spiritus
10. Tabung reaksi
Kapas
Pipet Tetes
V.
Kertas saring
Tabung reaksi
Mikroskop
Bahan
1. Alkohol 70%
4.Suspensi Bakteri
saprofit
VI.
2.Air suling
3. Emerge oil
6.Zat warna
karbol fuksin
PROSEDUR
Mula-mula disediakan alat dan bahan yang diperlukan. Disiapkan kaca
obyek yang bersih dan buat olesan dari suspensi bakteri, olesan bakteri
digenangi dengan pewama karbol fuksin selama 5 menit, sambil
dipanaskan di atas penangas air. Jaga jangan sampai terlalu panas,
mendidih atau kering. Dibuang zat wama yang berlebih, lalu dibilas
dengan air suling. Dibilas dengan zat pemucat alkohol-asam selama 15
detik atau sampai latar belakang olesan berwarna merah muda pucat.
Digenangi olesan dengan pewarna tandingan biru metilen selama 2 menit,
dibuang zat warna yang berlebih, dibilas dengan air suling, lalu
dikeringkan dengan kertas saring. Diteteskan sedikit minyak imersi pada
preparat, lalu periksa di bawah mikroskop. Dimulai dengan obyektif
berkekuatan terendah 10X, lalu ganti dengan lensa obyektif berkekuatan
100X. Diamati dan digambarkan hasilnya. Bakteri tahan asam (ZN + )
akan berwarna merah dan bakteri tidak tahan asam (ZN -) akan berwarna
biru.
VII.
DATA PENGAMATAN
SAMPEL
LITERATUR
(http://textbookofbacteriology.net/tuberculosis.html)
terlihat jelas
VIII.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, percobaan untuk pewarnaan bakteri tahan asam
tidak dilakukan. Hanya dilakukan pengamatan pada preparat bakteri yang
telah disediakan. Pewarnaan pada bakteri tahan asam tidak dilakukan
karena bakteri sampel yang digunakan merupakan bakteri yang berbahaya.
Bakteri yang digunakan adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis
tangan. Fiksasi yang dilakukan tidak boleh terlalu panas dan lama, karena
bakteri yang ada pada preparat bisa hangus terpanggang dan terjadi
perubahan bentuk dan penyusutan sel selain itu . Tujuan dari fiksasi adalah
pelekatan bakteri supaya pada saat pencucian, bakteri tersebut tidak ikut
hilang tercuci dan untuk menonaktifkan enzim lytic sehingga bakteri tidak
mengalami lisis dan berubah bentuk pada saat diamati.
Setelah itu zat warna yang berlebih dibuang dan dibilas dengan air
suling yang bertujuan untuk membilas zat warna yang berlebih sebelum
dilanjutkan dengan pewarnaan berikutnya. Pencucian juga menyebabkan
sehingga
sel
bakteri
BTA
berwarna
merah.
IX.
SIMPULAN
1.Dapat mengamati dua jenis bakteri yaitu bakteri tahan asam dan bakteri
tidak tahan asam, dengan menggunakan prosedur pewarnaan tahan asam
Pada bakteri tahan asam akan mempertahankan warna merah sedangkan
bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru.
DAFTAR PUSTAKA
Ball, A.S. 1997. Bacterial Cell Culture : Essential Data. John Wiley & Sons,
New
Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Jawetz, E., Joseph Melnick&Edward Aldeberg.1996. Mikrobiologi
Kedokteran, diterjemahkan oleh Edi Nugroho dan R. F
Maulany.Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC.
Jutono dkk, 1980. PEDOMAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM (untuk
perguruan
tinggi). Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo
Persada.
Pelczar, M J.dan E.C.S Chan.1986.Dasar- dasar Mikrobiologi Jilid 1Jakarta:
UI Press.
Nama
NPM
WIRNA GRACE .S
260110130092
TTD
PEWARNAAN SPORA
I.
TUJUAN
Mengamiati endospora bakteri dengan menggunakan prosedur pewarnaan
spora (pewarnaan Klein). Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi
kimia yang terjadi daam prosedur tersebut.
II.
PRINSIP
1.Pewarnaan spora
Pewarnaan spora merupakan pewarnaan dengan menggunakan
malchit green dan safranin, yang dalam hasil pewarnaanya akan muncul
warna hijau pada sporanya, serta warna merah pada sel vegetatifnya, yaitu
pada Bacillus subtilis.
2.Teknik aseptis
Teknis aseptis merupakan suatu teknis yang dilakukan dalam
pemindahbiakan bakteri agar bakteri yang dibiakan tidak mengalami
kontaminasi, dengan teknis aseptis diharapkan bakteri yang
dipindahbiakan mempertahankan kemurniannya.
3. Impermeabilitas spora
Sifat spora yg tidak bisa ditembus oleh apapun. Maksudnya pori-pori
spora tersebut sangat rapat jadi tidak bisa dilewati oleh benda lain.
III.
TEORI DASAR
Spora bakteri ini dapat bertahan sangat lama, ia dapat hidup
bertahun-tahun bahkan berabad-abad jika berada dalam kondisi
lingkungan yang normal. Kebanyakan sel vegetatif akan mati pada suhu
60-70oC, namun spora tetap hidup, spora bakteri ini dapat bertahan dalam
air mendidih bahkan selama 1 jam lebih. Selama kondisi lingkungan tidak
menguntungkan, spora akan tetap menjadi spora, sampai kondisi
lingkungan dianggap menguntungkan, spora akan tumbuh menjadi satu sel
bakteri yang baru dan berkembangbiak secara normal (Volk & Wheeler,
1988).
Spora bakteri adalah bentuk bekteri yang sedang dalam usaha
mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri
mempunyai fungsi yang sama seperti kista amoeba, sebab bakteri dalam
bentuk spora dan amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu fase
dimana kedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri
terhadap faktor luar yang tidak menguntungkan.(Dwidjoseputro, 2001)
Sepanjang pengetahuan yang kita miliki sekarang, hanya golongan
basillah yang dapat membentuk spora, akan tetapi tidak semua basil
mampu berbuat demikian. Beberapa spesies Bacillus yang aerob dan
beberapa spesies Clostridium yang anaerob dapat membentuk spora. Spora
ini lazim disebut endospora, dikarenakan spora itu dibentuk di dalam sel.
(Dwidjoseputro, 2001)
Bentuk spora ada yang bulat, ada pula yang bulat panjang, hal ini
bergantung pada spesies. Endospora ada yang lebih kecil dan ada pula
IV.
ALAT BAHAN
Alat :
1. Bak warna
2. Botol semprot
3. Kaca objek
4. Kapas
Botol semprot
Bak warna
Kaca objek
5. Kertas saring
6. Mikroskop
7. Ose
8. Pipet tetes
9. Spiritus
10. Tabung reaksi
Kertas saring
Mikroskop
Kapas
Tabung reaksi
Spiritus
Pipet tetes
Bahan
1. Alkohol 70%
V.
2.Air suling
3. Emerge oil
4.Asam Sulfat 1%
5.Supensi
Bacillus subtilis
7. Zat warna
8. Zat warna
Biru Metilen
Karbol Fuksin
6.NaCl Fisiologis
PROSEDUR
VI.
DATA PENGAMATAN
SAMPEL
VII.
LITERATURE
http://www.austincc.edu/microbugz/endospore_sta
in.php
Bentuk bakteri : Batang
Warna Bakteri : Biru
Warna Spora : Merah
PEMBAHASAN
Telah dilakukan praktikum pewarnaan spora. Yang pertama kali harus
dilakukan adalah menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan diatas
meja. Hal ini dilakukan agar praktikum dapat berjalan dengan baik tanpa
kekurangan bahan-bahan yang diperlukan. Meja harus dibersikan dahulu
menggunakan desinfektan. Ini bertujuan untuk membunuh bakteri yang
ada pada meja yang mungkin akan mengontaminasi preparat bakteri yang
akan kita buat.
Menyiapkan alat dan bahan. Suspensi bakteri dibuat dari biakan bakteri
dan NaCl fisiologis steril di dalam tabung reaksi. Fungi NaCl Fisiologis
berfungsi sebagai pengencer agar suspense sampel yang akan digunakan
steril dan menghindari adanya kontaminan pada sampel. Selain itu,NaCl
Fisiologis juga mempertahankan kondisi pH dari sampel suspensi.
Sebagaimana telah diketahui bahwa pertumbuhan mikroorganisme sangat
peka terhadap perubahan pH . Larutan pengencer NaCl Fisiologis steril
merupakan larutan netral sehingga tidak mempengaruhi kondisi pH.
Lalu ditambahkan karbol fuksin sebanyak 1 : 1 ke dalam suspense
tersebut. Kemudian dipanaskan campuran tersebut dalam penangas air
bersuhu 80o C selama 10 menit. Penambahan karbol fuksin adalah sebagai
pewarna untuk mewarnai bakteri dengan warna merah. Hal ini bertujuan
untuk memperbesar pori-pori bakteri agar zat warna dapat menembus
dinding endospora serta jaga jangan sampai mendidih atau kering karena
dinding bakteri akan hancur jika terlalu panas.Pemanasan pada suhu 80 o C
bermaksud untuk membunuh sel vegetative bakteri.Sedangkan sel spora
tidak akan mati pada suhu 80o C,bahkan spora masih dapat hidup selama 1
jam dalam air mendidih. Pada praktikum kali ini,pembuatan suspense
bakteri dilakukan dengan mencampurkan zat warna dengan suspense
bakteri secara bersama pada saat pemanasan. Hal ini bertujuan agar
memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke dalam dinding
pelindung bakteri. Spora sangat sulit untuk diwarnai,tetapi ketika sekali
diberikan pewarnaan maka zat warna tersebut akan sulit untuk dilepaskan
dari dinding spora Karena dinding spora mengandung asam
dupikolinat,yang mana substansi ini tidak dapat ditemui pada sel
vegetative atau dengan kata lain senyawa ini khas dimiliki oleh spora.
Karena mengandung senyawa ini lah spora memiliki dinding yang relatif
Kemudian olesan bakteri ditetesi dengan H2SO4 1% dan dicuci dengan air
suling. Proses pencucian ini menyebabkan por-pori dinding spora yang
semula melebar,kembali mengecil. Tahapan ini lah yang mengakibatkan
dekolorisasi dengan asam-alkohol tidak akan melarutkan zat warna karbol
fuksin pada spora .Kemudian olesan digenangi dengan pewarna tanding
biru metilen selama 5 menit. Tujuan pemberian methylen blue adalah
memberi warna background ( pewarna sekunder ). Hal ini berfungsi untuk
mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah
perlakuan dengan asam alkohol. Bakteri yang tidak berspora cenderung
tidak tahan pengecatan karena hanya memiliki sel vegetatif. Saat diwarnai
oleh karbol fuksin, sel vegetatif dapat mengikat warna tetapi dapat luntur
setelah dilunturkan karena ikatannya tidak kuat. Setelah pewarnaan
selanjutnya dengan metilen biru, sel vegetatif mudah mengikat warna
kembali. Oleh karena itu, hasil pewarnaan akhir adalah biru dari metilen
biru.
Lalu zat warna yang berlebih dibilas dengan air suling dan
dikeringkan dengan kertas saring. Penotolan dengan kertas saring harus
hati-hati agar olesan bakteri tidak terbawa / menempel pada kertas saring.
VIII.
SIMPULAN
1.Endospora bakteri dapat diamati dengan mengggunakan prosedur
pewarnaan spora .
2. Hasil pengamatan :
Badan vegetative
: warna biru
Spora
Sel vegetative
: bentuk batang
DAFTAR PUSTAKA