PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan sistem endokrin merupakan suatu gangguan sistem
tubuh yang melibatkan banyak aspek. Hal ini disebabkan sistem endokrin
dipertimbangkan sebagai salah satu sistem tubuh yang kompleks. Diabetes
Melitus sebagai salah satu gangguan sistem endokrin disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan antara persediaan dan kebutuhan insulin. Ada beberapa
jenis DM, tetapi umumnya hanya dua kategori yang dikenal yaitu Insulin
Dependen Diabetes Melitus (IDDM, Tipe I) dan Non Insulin Independent
Diabetes Melitus) (NIDDM, Tipe II). Kemajuan ilmu dan teknologi telah
memberikan dampak positif dan negatif dalam kehidupan manusia. Salah satu
dampak negatif tersebut adalah meningkatnya jumlah klien dengan DM akibat
perubahan pola hidup. Menurut Black dan Matassarin Jacob (1997) jumlah
keseluruhan klien dengan DM adalah 114 juta, tetapi separuh dari jumlah itu
belum terdiagnosa. Peningkatan ini juga diyakini telah terjadi di Indonesia.
Perawat berada pada posisi tepat untuk terlibat dalam berbagai
aspek pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien DM. Perawat perlu
berpartisipasi secara aktif dari sejak pengkajian sampai dengan evaluasi
tindakan. Oleh karena itu, peran tenaga keperawatan dalam memberikan
keperawatan pada klien ini menjadi sangat penting terutama setelah diagnosis
ditegakkan agar komplikasi yang serius tidak terjadi, seperti salah satu contoh
gangguan saraf tepi dengan gejala berupa kesemutan, terutama pada kaki di
waktu malam sehingga mengganggu tidur, selain itu juga disertai gangguan
penglihatan dan kelainan kulit berupa gatal/bisul.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Diabetes Melitus ( DM )
a. Pengertian
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks
yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan
berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.
Diabetes Mellitus digolongkan sebagai penyakit endokrin atau hormonal
karena gambaran produksi atau penggunaan insulin (Barbara C. Long,
1996:4)
b. Klasifikasi
Berdasarkan tipe, Diabetes Melitus terbagi atas :
Diabetes Melitus Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM).
Disebut juga Juvenile Diabetes, berkembang pada masa kanak-kanak
dan sebelum usia 30 tahun. Memerlukan therapi insulin karena
pankreas tidak dapat memproduksi insulin atau produksinya sangat
sedikit.
Diabetes Melitus Tipe II : Non Insulin Independent Diabetes Melitus
(NIDDM). Biasanya terjadi di atas usia 35 tahun ke atas. Terjadi
resistensi terhadap kerja insulin normal karena interaksi insulin dengan
reseptor. Insulin pada sel kurang efektif sehingga glukosa tidak dapat
masuk sel dan berkurangnya produksi insulin relatif.
c. Etiologi
Diabetes Melitus Tipe I :
Faktor genetik
Terjadi pada individu yang memiliki HLA (Human Leukosit
Antigen) yang merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
transplantasi dan proses imun.
Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta. (Masih dalam proses penelitian).
Faktor imunologi
Polidipsia
Luka pada kulit yang lama sembuh
Infeksi vagina
Pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi sekali).
2. Insulin
Reseptor insulin mempunyai 2 fungsi utama :
dengan cepat.
Pembentukan kompleks reseptor insulin akan merangsang
rangkaian kejadian intraseluler yang kemudian mengarah
terjadinya efek insulin yang karakteristik.
integritas
kulit
berhubungan
dengan
penurunan
vaskularisasi/gangguan sirkulasi.
5. Nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi post amputasi.
6. Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan osmotik diuresis.
7. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula
dalam darah dan adanya luka post operasi.
8. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
penurunan
aliran
darah
serebral
yang
disebabkan
adanya
aterosklerosis.
9. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan sistemik berhubungan dengan
peningkatan tahanan perifer, aterosklerosis.
c. Intervensi Keperawatan
1. Hipoglikemi dan hiperglikemi berhubungan dengan tidak adekuatnya
faktor insulin dan insulin yang resisten.
Hasil Yang Diharapkan :
Tidak terjadi hipo/hiperglikemi.
Kadar gula darah dalam batas normal : GDS < 140 mg/dl, Gula
darah 2 jam PP < 200 mg/dl.
Intervensi :
0,9%).
Beri insulin atau therapi peroral.
menunjukkan
kesadaran
tentang
faktor-faktor
cairan peroral.
Jaga luka jahitan tetap bersih dan kering.
4. Kerusakan
integritas
kulit
berhubungan
dengan
penurunan
vaskularisasi/gangguan sirkulasi.
Hasil Yang Diharapkan :
Tidak ada kemerahan di sekitar kulit, luka jahitan bersih dan tidak
ada tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
Kaji daerah sekitar kulit.
Jaga luka jahitan tetap bersih dan kering.
Gunakan tehnik aseptik dalam merawat luka.
Beri terapi antibiotik sesuai program medik.
5. Nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi post amputasi.
Hasil Yang Diharapkan :
Nyeri berkurang dalam waktu 3 hari dengan kriteria ekspresi wajah
tampak rileks, tidak kesakitan, klien dapat beristirahat.
Intervensi :
skala 0-10.
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
Anjurkan dan ajarkan tehnik relaksasi.
Ciptakan lingkungan yang tenang.
Kolaborasi dengan medik untuk pemberian analgetik.
dengan 60 mg/dl.
Pertahankan pemasukan cairan : 2,5-3 liter/hari.
Kolaborasi tim medik untuk pemeriksaan SE.
keperawatan.
Berikan perawatan kulit dan teratur, jaga kulit tetap kering.
Kolaborasi dengan medik untuk pemberian antibiotik.
d. Implementasi
1. Memotivasi pasien untuk mematuhi diet yang sudah ditetapkan yakni
rendah lemak, rendah glukosa, tinggi serat sebagai cara efektif untuk
mengendalikan lemak darah, gula darah dan kolesterol.
2. Menjelaskan tanda-tanda hipoglikemia (kadar gula darah turun) seperti
mengantuk, bingung, lemas, keringat dingin, mual, muntah.
3. Menjelaskan pentingnya merawat kaki dan mencegah luka seperti
tidak memakai sepatu yang sempit, harus memakai alas kaki, hindari
4.
5.
6.
7.
8.
dokter.
9. Minum obat secara teratur.
10. Informasikan kepada klien tentang perawatan kaki
11. Informasikan kepada klien mengenai alas kaki.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
1. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
2. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan
tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
3. Infeksi tidak terjadi
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M. M.S.N (1997). Medical Surgical Nursing : Clinical Management
for Continuity of Care, (Fifth Edition). Philadelphia : W.B. Saunders Company.
12
Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi
kedelapan). Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall (2000). Diagnosa Keperawatan, (Edisi keenam). Jakarta :
Penerbit EGC.
Luckman and Sorensens (1997). Medical Surgical Nursing, A Psychophysiology
Approach. Fourth Edition. W.B. Saunders.
Lewis, Sharon Mantik, R.N. FAAN (2000). Medical Surgical Nursing, (Fifth
Edition), St. Louis, Missouri : Mosby Inc.
R. Syamsuhidayat, Wim de Jong (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah.
13