KIMIA KLINIK
PEMERIKSAAN KADAR TRIGLISERIDA
Disusun oleh :
Kelompok 7
Deagita Puspitasari
Erna Nuraini SR
Fitri
Handi Hidayat
Muhammad Wafie A
Ratna Sari
31112009
31112017
31112020
31112021
31112031
31112040
1. Judul Praktikum
Pemeriksaan Kadar Trigliserida
2. Hari/Tanggal
Selasa/ 22 September 2015
3. Tujuan Praktikum
Menentukan kadar
Trigliserida
dalam
darah
dengan
dan
kadar
trigliserida
dengan
menggunakan
lemak.
Indikator
quinoneimine
dibentuk
dari
hydrogen
Lipoprotein Lipase
Gliserol Kinase
Peroksidase
Dihidro-aseton-phosphate + H2O2
Quinonimine + 2H2O
5. Dasar Teori
Trigliserida
merupakan lipid yang memiliki struktur ester, yang tersusun oleh tiga molekul asam
lemak bebas dan satu molekul gliserol seperti yang ditunjukan pada Gambar 1(Zulfikar,
2010):
Gambar 1. Struktur trigliserida yang disusun oleh molekul gliserol dan tiga molekul asam
lemak bebas
Reaksi kimia untuk trigliserida pada prinsipnya memiliki kesamaan dengan senyawa
alkena dan ester, misalnya trigliserida dapat terhidrogenasi oleh gas Hidrogen yang dikatalisis
oleh logam nikel atau platina, reaksi untuk senyawa tersebut disajikan dalam persamaan
reaksi pada gambar 2 (Zulfikar,2010):
Setelah mengalami proses di dalam tubuh, trigliserida ini akan diserap usus dan
masuk ke dalam plasma darah yang kemudian akan disalurkan ke seluruh jaringan tubuh
dalam bentuk klomikron dan VLDL (very low density lipoprotein) (Ayu,2011).
Trigliserida dalam bentuk klomikron berasal dari penyerapan usus setelah konsumsi
makanan berlemak. Sebagai VLDL, trigliserida dibentuk oleh hati dengan bantuan insulin
dari dalam tubuh (Ayu,2011).
Sementara itu, trigliserida yang berada di luar hati dan berada dalam jaringan
misalnya jaringan pembuluh darah, otot, jaringan lemak akan dihidrolisis oleh enzim
lipoprotein lipase. Sisa hidrolisis kemudian akan dimetabolisme oleh hati menjadi
kolesterol LDL (Ayu,2011).
Kalori yang didapatkan tubuh dari makanan yang dikonsumsi tidak akan langsung
digunakan oleh tubuh melainkan disimpan dalam bentuk trigliserida dalam sel-sel lemak di
dalam tubuh yang berfungsi sebagai energi cadangan tubuh (Ayu,2011).
Asupan makanan yang mengandung kadar lemak jenuh yang tinggi dapat
meningkatkan efek trigliserida di dalam tubuh seseorang. Jika kadar trigliserida meningkat,
maka kadar kolesterol pun akan meningkat pula (Ayu,2011).
Proses pencernaan lemak dari makanan selain menghasilkan kolesterol juga
menghasilkan trigliserida dan lemak bebeas semua lemak ini akan diserap oleh tubuh melalui
usus ke dalam darah. Keberadaan kolesterol dan trigliserida dalam darah memang sangat
dibutuhkan oleh tubuh. Jika pengkonsumsian makanan yang mengandung lemak jenuh
berlebihan maka mengakibatkan kadar kolesterol berlebihan juga. Hal ini akan menimbulkan
ancaman dan masalah yang serius, terutama pada penyakit pembuluh darah yang disebut
aterosklerosis. Penyakit ini dapat memicu timbulnya penyakit jantung coroner dan stroke
(Wijayakusuma, Hembing, 2003).
Trigliserida yang berlebih dalam tubuh akan disimpan di dalam jaringan kulit
sehingga tubuh terlihat gemuk. Seperti halnya kolesterol, kadar trigliserida yang terlalu
berlebih dalam tubuh dapat membahayakan kesehatan (Ayu,2011).
Namun, trigliserida dalam batas normal sebenarnya sangat dibutuhkan tubuh. Asam
lemak yang dimilikinya bermanfaat bagi metabolisme tubuh. Selain itu, trigliserida
memberikan energi bagi tubuh, melindungi tulang, dan organ-organ penting lainnya dalam
tubuh dari cedera (Ayu,2011).
Trigliserida dikelompokkan menjadi (Putri,2011):
Lemak Trans
Jenis lemak trans akan meningkatkan kolesterol. Lemak ini terbentuk selama proses
kimiawi (misalnya proses pemasakan) yang disebut hidrogenasi. Hidrogenasi adalah ketika
sebuah lemak cair berubah menjadi lemak yang lebih padat. Kebanyakan margarine
mengandung lemak trans. Untuk itu, pilih margarine yang tidak mengandung lemak trans
(Anda bisa melihat label yang tertera pada kemasannya).
Lemak trans berbahaya dan sebaiknya dihindari karena jenis lemak trans bertindak
seperti lemak jenuh di dalam tubuh manusia yang akhirnya dapat meningkatkan kolesterol.
Menurut the National Cholesterol Education Program, kadar trigliserida yang normal
adalah kurang dari 150 mg/dL. Kadar yang termasuk perbatasan tinggi adalah 150-199, dan
200-499 termasuk dalam tinggi (Budi, 2011).
Penentuan kadar trigliserida dapat dilakukan dengan metode enzimatik. Dimana
reaksi yang terjadi pada penetapan kadar trigliserida adalah dengan terbentuknya senyawa
kompleks 4-(p-benzokinon-monoimino)-fenazon yang berwarna kuning kecoklatan, yang
kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 500 nm. Mekanisme reaksinya adalah
sebagai berikut: trigliserida dengan adanya enzim lipoprotein lipase akan dihidrolisis menjadi
gliserol dan asam lemak. Gliserol dengan adanya adenosine trifosfat (ATP) oleh enzim
gliserol kinase dirubah menjadi gliserol-3-fosfat. Selanjutnya gliserol-3-fosfat dioksidasi oleh
enzim gliserol fosfat oksidase menjadi dihidroksiasetonfosfat dan hidrogen peroksida.
Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan 4-aminofenazon dan 4-klorofenol
membentuk senyawa 4-(p-benzokuinon-monoimino)-fenazon yang berwarna kuning
kecoklatan (Dachriyanus, et al., 2007).
Ambang batas kadar trigliserida dalam darah adalah sebagai berikut (Budi,2011):
Kadar yang diingini
: maksimal 150 mg / dl
Kadar ambang batas tinggi
: antara 151 - 250 mg /dl
Kadar trigliserida tinggi
: 251 - 400 mg / dl
Kadar trigliserida amat tinggi
: 401 mg / dl atau lebih
Adiposit menghasilkan dan mensekresi beberapa protein yang berperan sebagai
hormon. Hormon yang dikenal sebagai adiponektin, berperan penting dalam proses radang,
dan aterosklerotik. Adiponektin merupakan salah satu dari banyak faktor spesifik jaringan
adipose. Pengaruh adiponektin pada metabolisme trigliserida adalah dengan melibatkan
perubahan intrinsik pada metabolisme lemak di otot skelet dan berpengaruh terhadap
aktivitas lipoprotein lipase di otot skelet dan adiposit. Adiponektin dapat menurunkan
akumulasi trigliserida di otot skelet dengan meningkatkan oksidasi asam lemak melalui
aktivasi acetyl coA oxidase, Carnitine Palmytoyl Transferase-1 (CPT-1) dan AMP kinase.
Adiponektin juga dapat menstimulasi Lipoprotein Lipase (LPL), yang merupakan enzim
lipolitik yang dapat mengkatabolis VLDL melalui peningkatan ekspresi Peroxisome
Proliferators Activator Receptor (PPAR) di hati dan adiposit. Pada tingkat hepatik,
adiponektin dapat menurunkan suplai Non Esterified Fatty Acid (NEFA) ke hati pada proses
glukoneogenesis, sehingga terjadi penurunan sintesis trigliserida. Kadar adiponektin yang
rendah dan dislipidemia pada penderita diabetes melitus tipe 2 berhubungan dengan kadar
LPL (Renaldi, Olly, 2009).
o Untuk diet menurunkan kadar trigliserida mulailah dengan (Budi,2011):
Perbanyak makanan tinggi protein tak berlemak
Ganti karbohidrat dengan nilai glikemik tinggi dengan karbohidrat berglikemik
rendah.
Perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran segar yang mengandung serat tinggi.
Ganti konsumsi lemak jenuh dan trans dengan lemak yang baik.
Turunkan total lemak makanan sampai 20%-30% dari kalori.
Kurangi intake kalori untuk menurunkan berat badan dan pertahankan berat badan
yang ideal.
Berolah raga minimal 30 menit per hari.
Hentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol.
tegakan kulit
atas vena
dengan jari
tusuk vena
dengan spat
pembendung
dilepaskan
tarik spat
hingga
mendapatkan
darah
tarik kapas
kering diatas
jarum
sentrifuge darah
yang sudah diambil
pisahkan serumnya
siapkan 4 kuvet
untuk blanko,
standar dan sampel
pada kuvet 1
masukan 1 mL
reagen + 0,01 mL
blanko
pada kuvet 2
masukan 1 mL
reagen + 0,01 mL
standar
inkubasi selama 10
menit pada suhu
27oC sampai
terbentuk warna
merah
ukur nilai
absorbansinya
dengan
spektrofotometer
uv-vis dengan
panjang gelombang
= 550 nm
|sampel|
= |standar| x 100
Sampel 1 (mg/dL)
0,0 45
x 100
0,202
= 44,55%
Sampel 2 (mg/dL)
0,038
x 100
0,202
= 37, 62 %
Absorbansi
0,202
0,045
0,045
0,038
0,039
Sampel 2 (mg/dL)
0,039
x 100
0,202
= 37, 61 %
9. Pembahasan
Pada praktikum kali ini untuk menetapkan kadar trigliserida dalam
darah dengan metode. Penetapan kadar trigliserida dilakukan secara in
vitro menggunakan metode GPO-PAP. Trigliserida ditetapkan kadarnya
setelah mengalami hidrolisis secara enzimatik dengan lipase. Trigliserida
disebut juga triasilgliserol, merupakan senyawa lipid utama pada deposit
lemak tubuh dan makanan (Mayes, 2003b). Keberadaan kolesterol dan
trigliserida dalam darah memang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Jika
konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh berlebihan maka
kadar kolesterol dan trigliserida juga berlebihan. Peningkatan trigliserida
dalam plasma darah akan menyebabkan hipertrigliseridemia.
Trigliserida banyak didapatkan dalam sel-sel lemak, merupakan 99%
dari volume sel. Di samping digunakan sebagai sumber energi, trigliserida
dapat dikonversi menjadi kolesterol, fosfolipid, dan bentuk lipid lain kalau
dibutuhkan. Sebagai jaringan lemak, trigliserida juga mempunyai fungsi
fisik yaitu sebagai bantalan tulang dan organ vital, melindungi organorgan tadi dari guncangan atau kerusakan
Trigliserida merupakan ester dari alkohol gliserol dan tiga asam
lemak (Mayes, 2003a). Rumus kimia dari trigliserida adalah RCOO 22
CH2CH(OOC-R')CH2-OOCR", di mana R, R', dan R" adalah rantai alkil yang
panjang. Tiga asam lemak RCOOH, R'COOH dan R"COOH dapat berbeda
semua, semua sama atau dapat pula hanya dua yang sama. Panjang
rantai asam lemak pada trigliserida dapat bervariasi, tetapi umumnya
panjangnya adalah 16, 18 dan 20 rantai karbon.
Lemak yang paling banyak dalam makanan adalah trigliserida, yang
tersusun dari sebuah inti gliserol dan tiga rantai panjang asam lemak
(Guyton and Hall, 2007; Mayes, 2003a). Sejumlah kecil trigliserida dicerna
dalam lambung oleh lipase lingual yang disekresi oleh kelenjar lingual dan
ditelan bersama dengan saliva. Jumlah pencernaan ini kurang dari 10%.
Sedangkan sejumlah besar lemak akan dicerna di dalam usus halus. Tahap
awal pencernaan lemak adalah emulsifikasi lemak, yaitu memecah
gumpalan lemak menjadi ukuran yang sangat kecil sehingga enzim
pencernaan yang larut air dapat bekerja pada permukaan gumpalan
lemak.
Emulsifikasi tersebut terjadi dalam duodenum dengan pengaruh
empedu yang mengandung garam empedu dan lesitin (Guyton and Hall,
2007). Enzim yang paling penting untuk pencernaan trigliserida adalah
lipase pankreas. Enzim ini merupakan senyawa yang larut air dan
memecah
gumpalan
lemak
hanya
pada
permukaannya,
sehingga
pencernaan
trigliserida
yang
berupa
asam
lemak
dan
monogliserida akan diserap sel mukosa intestinal dengan cara difusi pasif
masuk ke bagian dalam sel epitel (Linder, 1992). Setelah memasuki sel
epitel, asam lemak dan monogliserida diambil oleh retikulum endoplasma
halus, yang selanjutnya akan digunakan untuk membentuk trigliserida
baru kemudian dilepaskan dalam bentuk kilomikron melalui bagian basal
sel epitel, mengalir ke atas melalui duktus limfe torasikus dan menuju
aliran darah (Guyton and Hall, 2007). Kilomikron trigliserida tidak
langsung diambil oleh hati. Senyawa ini akan dimetabolisme oleh jaringan
ekstrahepatik yang mempunyai enzim lipoprotein lipase, yang akan
menghidrolisis trigliserida, yang kemudian disatukan ke dalam lipid
jaringan atau dioksidasi sebagai bahan bakar (Mayes, 2003a). Sesudah
unsur lipid ini mengalami lipolisis, asam lemak akan lepas dan masuk ke
dalam darah sebagai asam lemak bebas (FFA) yang akan diambil oleh
jaringan tubuh (kecuali otak dan eritrosit) dan di dalam hepar akan
mengalami esterifikasi menjadi trigliserida atau dioksidasi sebagai
bahan bakar utama. Triasilgliserol yang berlebihan baik dari hasil
lipogenesis maupun dari FFA akan disekresikan ke dalam darah sebagai
VLDL yang akan mengalami siklus yang serupa dengan kilomikron (Mayes,
2003).
Prinsip penetapan kadar trigliserida dengan menggunakan metode
GPO-PAP adalah trigliserida ditentukan setelah hidrolisis enzim dengan
lemak. Indikator quinoneimine dibentuk dari hydrogen peroksida, 4
aminoantypirine
dan
klorofenol
di
bawah
pengaruh
katalisis
peroksidase.
Prosedur pertama yang dilakukan adalah menyiapkan kuvet yang
akan digunakan pada saat spektrofotometri UV-Vis. Kuvet yang digunakan
sebanyak 4 buah. Satu kuvet digunakan untuk larutan blanko, satu kuvet
untuk larutan standar, dan 2 kuvet untuk larutan sampel. Larutan blanko
terdiri dari 10
terdiri dari 10
L reagen.
L reagen. Serum
merupakan darah yang telah dipisahkan dari sel-sel darah merah dan zatzat koagulan serta biasanya berwarna kuning pucat.
Pada kuvet blanko, setelah dimasukkan aquadest dan larutan
reagent, kuvet digoyang agar larutan tercampur secara sempurna.
Setelah itu kuvet diinkubasikan pada suhu ruang yaitu 27 oC selama 10
menit. Proses inkubasi ini bertujuan memberikan waktu untuk terjadinya
reaksi antara kedua larutan dalam campuran tersebut. Inkubasi ini juga
dilakukan untuk kuvet standar dan kuvet sampel. Pengukuran blanko perlu
dilakukan karena dikhawatirkan terjadi perubahan reagen pada saat
inkubasi dan memberikan serapan pada panjang gelombang pengukuran.
Saat
proses
inkubasi,
terjadi
reaksi
antara
reagen
dengan
merah
tersebut
berasal
dari
senyawa
quinoneimine,
yang
merupakan hasil reaksi antara reagen dan kolesterol. Reaksi yang terjadi
yaitu sebagai berikut :
Lipoprotein Lipase
Trigliserida + 3H2O
Gliserol + ATP
Gliserol Kinase
Gliserol - 3-phosphate + O2
Dihidro-aseton-phosphate + H2O2
Peroksidase
Quinonimine + 2H2O
dapat
diukur
absorbansinya
dengan
menggunakan
maksimum
untuk
quinoeimine.
Untuk
larutan
sampel,
|Sampel|
|Standar|
x C Standar
reduktase.
- Bagian yang lain menyerupai struktur dari produk yang masih belum jadi
misalnya hydroxymethyl glutarat dan diubah menjadi mevalonat.
Akibat yang penting dari pengghambatan biosintesis kolesterol
dalam sel-sel hepatosit adalah pengurangan jumlah cadangan kolesterol.
Mekanisme homeostasis dalam sel-sel hepatosit akan meningkatkan
kualitas kerja dari reseptor LDL di membran sel, dan LDL dibersihkan dari
sirkulasi lebih cepat.
Penyerapan saluran pencernaan terhadap obat-obatan ini bervariasi
dari 31% (lovastatin) sampai lebih dari 90% (fluvastatin). Semua golongan
statin diutamakan bekerja di hepar. Obat-obatan ini berikatan dengan
protein plasma cukup kuat (>95%) kecuali pravastatin, dimana hanya
berikatan dengan protein plasma di bawah 50%.
Efek Terhadap Lemak
Statin adalah golongan yang paling efektif yang tersedia untuk
menurunkan atau mengurangi kadar LDL dalam darah. Sebagai tambahan
mereka tidak mempunyai efek yang cukup kuat untuk meningkatkan
kadar HDL sebaik mereka menurunkan kadar trigliserida seperti yang
dilaporkan pada pasien dengan hipertrigliseremia.
Ketika diberikan dalam dosis tunggal sehari-hari, statin (kecuali
atorvastatin) menghasilkan penurunan LDL yang lebih besar jika diberikan
pada sore hari. Kemampuan atorvastatin tidak dipengaruhi waktu
pemberian pada pemberian dosis hariannya.
Beberapa obat dengan pemberian dosis maksimum menghasilkan
perbedaan dalam memberikan efek terhadap jumlah penurunan LDL.
Dosis
maksimum
dari
atorvastatin
(80mg/hr)
terbukti
memberikan
atorvastatin
panjang.
Meskipun semua kelompok obat-obatan statin dihasilkan untuk
menurunkan kadar LDL yang meningkat, atorvastatin, pravastatin, dan
simvastatin juga dihasilkan untuk menurunkan kadar trigliserida pada
orang dengan peningkatan trigliserida atau LDL yang bersamaan.
Golongan statin tidak dipakai untuk penurunan trigliserida jika dimana
LDLnya normal. Fluvastatin pada dosis maksimum 40 mg menghasilkan
penurunan LDL yang bertahap (32%). Cerivastatin dan pravastatin pada
dosis maksimum dapat menurunkan LDL rata-rata sampai 28%.
Pada pemilihan golongan statin, harus diketahui bahwa tidak selalu
penting
untuk
mendapatkan
penurunan
LDL
yang
maksimal
dari
penggunaan
dosis
yang
tinggi
dari
atorvastatin
mungkin
klinis
telah
menunjukkan
penurunan
proses
jika
lovastatin,
diwujudkan
dalam
bentuk
peningkatan
terhadap
3-hydroxy-3-methylglutaryl
koenzim
reduktase.
Peningkatan
transaminase
yang
sedang
tidak
membenarkan
dengan
membenarkan
nilai
tiga
penghentian
kali
obat.
diatas
ambang
Setelah
terjadi
batas
normal
peningkatan
secara rutin.
Miopati, mengarah pada kelemahan yang sangat, myalgia, dan
peningkatan kreatin kinase. Pada studi evaluasi klinis lovastatin yang
Bagaimanapun
juga
jika
dilihat
dari
sirkulasi
sintesa
Interaksi Obat
dikontraindikasikan
karena
peningkatan
resiko
diberikan
pada
pasien
yang
diberi
warfarin.
Sebagai
mereka
tidak
menunjukkan
pengaruh
yang
signifikan.
asam empedu
obat
yang
dapat
digunakan
pada
kehamilan.
Baik
Mekanisme Kerja
Obat-obatan ini dapat meningkatkan jumlah reseptor LDL dan
meningkatkan pembersihan LDL dari dalam plasma. Pengikat asam
empedu bekerja untuk mencegah sirkulasi enterohepatik dari asam
empedu.
Mekanisme
homeostatis
yang
kedua
adalah
meningkatkan
plasma.
sehingga
Kedua
meningkatkan
meningkatkan
sintesa
aktivitas
kolesterol
HMG-KoA
di
reduktase
sel-sel
hepar.
terbaik
mengenai
kegunaan
pengikat
asam
empedu
dalam
penelitian.Selain
mengurangi
kadar
LDL,
adalah Konstipasi . Efek samping ini berhubungan dengan sifat fisik dari
obat ini. Lipid Research Clinics Coronary Prymary Prevention Trial (LCRCPPT)
melaporkan
angka
konstipasi
sebesar
39%
pada
kelompok
plasma,
terutama
pada
pasien
dengan
dasar
hipertrigliseremia.
Cara-cara Untuk Meningkatkan Kegunaan
Tindakan serta perhatian yang hati-hati untuk meminimalkan efek
gangguan intestinal pada pengobatan ini adalah penting, sehingga dapat
mengoptimalkan penggunaan. Dosis awal harus kecil 4gr/hari untuk
kolestiramin atau 5gr/hari untuk kolestipol, dan meningkat perlahan-lahan
selama 2-3 minggu dari 4 ke 8 gr untuk kolestiramin atau 5 ke 10 gr untuk
kolestipol.
Pasien
perlu
diberitahu
kemungkinan
terjadi
konstipasi
dengan
angiografi.
Interaksi Obat
Pengikat asam empedu adalah resin penukar anion, mereka
potensial untuk bereaksi dengan obat-obat anion yang diberikan bersamasama.
Interaksi
tersebut
antara
lain
dengan
wafarin,
thyroxine,
pengikat
asam
empedu,
karena
itu
harus
hati-hati
saat
dengan
statin
atau
dengan
pengikat
asam
empedu
primer
niasin
pada
metabolisme
lipoprotein
adalah
LDL
20%
sampai
dengan
25%,
dapat
Menurunkan
untuk
meminimalkan
flushing
dan
sakit
perut.Untuk
memutuskan
apakah
terapi
asam
fibrat
diteruskan
atau
turun
dengan
Dosis
2-6
gr/hari.
PUFA
n-3
dengan
ini sama
dapat
dengan
intervensi
farmakologis.
Pentingnya
konseling
risiko
rendah.
Usaha
yang
dapat
dilakukan
antara
lain
mengurangi
kebiasaan merokok.
berat
badan
berlebih
dan
menghentikan
1. Diet
Diet yang dapat dipakai untuk menurunkan kolesterol LDL adalah
diet asam lemak tidak jenuh seperti MUFA dan PUFA karena faktor diet
yang paling berpengaruh terhadap peningkatan konsentrasi kolesterol LDL
adalah asam lemak jenuh. Penurunan kolesterol LDL yang diakibatkan
oleh diet PUFA lebih besar dibandingkan dengan diet MUFA atau diet
rendah
karbohidrat.
hipokolesterolemik
PUFA
langsung,
omega-3
tetapi
tidak
kebiasaan
mempunyai
efek
mengonsumsi
ikan
dan
MUFA
berhubungan
cepat 30 menit per hari selama 5 hari per minggu atau aktivitas lain
setara dengan 4-7 kkal/menit atau 3-6 METs
3. Diet Suplemen PUFA OMEGA 3
Polyunsaturated fatty acid omega-3 adalah komponen yang ada dalam
minyak ikan atau diet mediterania. Asupan PUFA omega-3 yang
berasal dari produk laut (seperti minyak ikan) sebesar 4 gram sehari
dilaporkan
konsentrasi
menurunkan
kolesterol
konsentrasi
LDL
5-10%,
TG
dan
25-30%,
menurunkan
menaikkan
konsentrasi
omega-3
terhadap
mortalitas
kardiovaskular
berdasarkan
EPA
berhubungan
dengan
penurunan
19%
kejadian
kardiovaskular.
10. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa sampel
darah Nn. Erna, 21 tahun, berat badan 39 kg mengandung kadar
trigliserida sebesar 44,55 %
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, G. Bertram. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi keenam.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R. 1996. Farmakologi, Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat, Edisi Kelima. Bandung : Penerbit
ITB.
Mycek, J. Mary, Harvey, A. Richard dan Champe, C. Pamela. 2001.
Farmakologi Ulasan Bergambar, Edisi kedua. Jakarta : Widya
Medika.
Tan, Hoan, Tjay dan Rahardja, Kirana. 1991. Obat-obat Penting, Edisi
Keempat.
Woodley, Michele dan Whelan, Alison. 1995. Pedoman Pengobatan, Edisi
Pertama; Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica dan Andi Offset.