PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI
Trakoma adalah suatu bentuk keratokonjungtivitis kronis yang disebabkan
oleh infeksi bakteri Chlamydia trachomatis.
2.2 ANATOMI
Trakoma termasuk penyakit mata. Oleh karena itu, kita harus mengetahui
terlebih dahulu tentang mata. Mata merupakan salah satu indra yang paling
berharga. Tiap kondisi yang mengancam penglihatan harus kita anggap sebagai
darurat. Mata terdiri dari :
Suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior (kornea) dan opak di
Suatu lapisan kaya pembuluh darah (koroid) melapisi segmen posterior mata
Korpus silaris terletak di anterior, korpus silaris mengandung otot silaris polos
Sudut yang terbentuk oleh iris dan kornea (sudut iridokornea) dilapisi oleh
suatu jaringan sel dan kolagen (jalinan trabekula). Pada sclera di luar jalinan ini,
kanal Schlemm mengalirkan akueous humor dari bilik anterior ke dalam system
vena, sehingga terjadi drainase akueous. Daerah ini dinamakan sudut drainase.
Antara kornea di anterior dan lensa serta iris di posterior terdapat bilik mata
anterior. Diantara iris, lensa dan korpus siliar terdapat bilik mata posterior (yang
berbeda dari korpus vitreous). Kedua bilik ini terisi oleh akueous humor. Diantara
lensa dan retina terletak korpus vitreous. Di anterior, konjungtiva akan berlanjut
2 | Page
dari sclera ke bagian bawah kelopak mata atas dan bawah. Satu lapis jaringan ikat
(kapsul tenon) memisah konjungtiva dari sclera dan memanjang ke belakang
sebagai satu penutup di sekitar otot-otot rektus.
Di antara bagian- bagian mata tersebut penyakit trakoma merupakan suatu
penyakit
yang
mengenai
bagian
mata
yaitu
konjungtiva.
Pembagian
2.3 ETIOLOGI
Trakoma disebabkan oleh Chlamydia trachomatis serotipe A, B, Ba dan C.
Masing- masing serotipe ditemukan di tempat dan komunitas yang berbeda beda.
Chlamydia adalah gram negatif, yang berbiak intraseluler. Spesies C trachomatis
menyebabkan trakoma dan infeksi kelamin (serotipe D-K) dan limfogranuloma
venerum (serotipe L1-L3). Serotipe D-K biasanya menyebabkan konjungtivitis
folikular kronis yang secara klinis sulit dibedakan dengan trakoma, termasuk
konjungtivitis folikular dengan pannus, dan konjungtiva scar. Namun, serotipe
genital ini tidak memiliki siklus transmisi yang stabil dalam komunitas. Karena
itu, tidak terlibat dalam penyebab kebutaan karena trakoma.
3 | Page
2.4 PATOFISIOLOGI
Infeksi menyebabkan inflamasi, yang predominan limfositik dan infiltrat
monosit dengan plasma sel dan makrofag dalam folikel. Gambaran tipe folikel
dengan pusat germinal dangan pulau- pulau proliferasi sel B yang dikelilingi
sebukan sel T. Infeksi konjungtiva yang rekuren menyebabkan inflamasi yang
lama yang menyebabkan konjungtival scarring. Scarring diasosiasikan dengan
atropi epitel konjungtiva, hilangnya sel goblet, dan pergantian jaringan normal,
longgar dan stroma vaskular subepitel dengan jaringan ikat kolagen tipe IV dan V.
2.5 PERJALANAN PENYAKIT dan TANDA KLINIS
Secara klinis, trakoma dapat dibagi menjadi fase akut dan fase kronis ,
tetapi tanda akut dan kronis dapat muncul dalam waktu yang bersamaan dalam
satu individu. Derajat keparahan dari infeksi mata oleh Chlamydia trachomatis
dapat ringan sampai dengan berat. Banyak infeksinya bersifat asimtomatis. Sesuai
dengan masa inkubasinya yaitu 5-10 hari, infeksi konjungtiva menyebabkan
iritasi, mata merah, dan discharge mukopurulen. Keterlibatan kornea pada proses
inflamasi akut dapat menimbulkan nyeri dan fotofobia. Secara umum, gejala lebih
ringan dari tampilan mata.
Tanda awal infeksi yang kurang spesifik adalah vasodilatasi dari pembuluh
darah konjungtiva. Perubahan spesifik terjadi beberapa minggu setelah infeksi,
yaitu dengan munculnya folikel-folikel pada konjungtiva fornics, konjungtiva
tarsal dan limbus. Folikel adalah adalah limfoid germinal dan ditemukan dibawah
lapisan epitel. Folikel terlihat sebagai massa abu-abu atau creamy dengan
diameter 0,2-3,0 mm. Tidaklah normal bila ditemukan satu atau dua folikel pada
mata yang sehat, tertama di canthi lateral atau medial. Karena lapisan superfisial
dari stroma konjungtiva memiliki sedikit jaringan limfoid sampai kurang lebih 3
bulan setelah lahir, neonatus tidak mampu menahan respon folikular terhadap
infeksi mata oleh Chlamydia. Papil juga dapat terlihat pada fase ini pada kasus
ringan terlihat titik-titik merah kecil dengan mata telanjang. Dengan bantuan slit
lamp,
papil
terlihat
sebagai
pembengkakan
kecil
konjungtiva,
dengan
Nama
Trakoma Insipien
Trakoma
Dengan hipertrofi
Gejala
Folikel imatur, hipertrofi papilar minimal
Folikel matur pada dataran tarsal atas
Keratitis, folikel limbus
papilar yang
Stadium IIB
Stadium III
menonjol
Dengan hipertrofi
folikular yang
menonjol
Trakoma sikatrik
hebat
Parut pada konjungtiva tarsal atas,
5 | Page
Stadium IV
Trakoma sembuh
6 | Page
4. Trikiasis (TT)
2.7 DIAGNOSA
7 | Page
Konjungtivitis folikularis
Vernal catarrh
Gambaran
Nodul lebar
Lesi
datar dalam
bertaburandengan
susunan
bintik-bintik
cobblestone
kuning pada
pada
konjungtiva tarsal
konjungtiva
(Lanjut) Granula
bawah,
terutama pada
diselimuti
konjungtiva tarsal
lapisan susu
atas
Ukuran Lesi
Penonjolan besar,
Penonjolan
dan Lokasi
lesi konjuntiva
besar, tarsus,
Lesi
limbus dan
8 | Page
teristimewa lipatan
tidak terlibat
retrotarsal kornea-
forniks dapat
terlibat
pannus, bawah
infiltrasi abu-abu
dan pembuluh
tarsus terlibat
Tipe sekresi
Kotoran air
Bergetah,
bertali, seperti
pada stadium
susu
lanjut
Pulasan
(Koch-Weeks, Morax
karakteristik
kornea
Axenfeld,
dan konstan
memperlihatkan
eksfoliasi,
proliferasi dan
inklusi selular
Penyulit atau Kornea; Panus,
Infiltrasi
sekuela
Ektropion
kornea
kekeruhan
kornea,xerosis,
Pseudoptosis
KorneaKonjungtiva:
Simblefaron,
Palpebra;
Entropion, trikiasis
9 | Page
a. Gejala Klinik :
Bila terdapat 2 dari 4 gejala klinik yang khas, sebagai berikut :
1) Adanya prefolikel di konjungtiva tarsalis superior
2) Folikel di konjungtiva forniks superior dan limbus kornea 1/3 bagian atas
3) Panus aktif di 1/3 atas limbus kornea
4) Sikatrik berupa garis-garis atau bintang di konjungtiva palpebra/ forniks
superior, Herberts pit di limbus korne 1/3 bagian atas
b. Kerokan konjungtiva, yang dengan pewarnaan giemsa dapat ditemukan badan
inklusi Halbert staedter Prowazeki.
Diagnosa trakoma juga dapat ditegakkan bila terdapat satu gejala klinis yang
khas ditambah dengan kerokan konjungtiva yang menghasilkan badan inklusi.
c. Biakan kerokan konjungtiva dalam yolk sac, menghasilkan badan inklusi dan
badan elementer dengan pewarnaan giemsa
d. Tes serologis dengan:
1) Tes fiksasi komplemen, untuk menunjukkan adanya antibodi terhadap
trakoma,dengan menggunakan antigen yang murni. Melakukannya mudah,
tak memerlukan peralatan canggih, cukup mempergunkan antigen yang
stabil, mudah didapat di pasaran. Mempunyai nilai diagnostik yang tinggi.
2) Tes mikro-imunofluoresen, menentukan antibodi antichlamydial yang
spesifik,
beserta
sifat-sifatnya
(IgM,IgA,IgG).
Lebih
sukar
dan
(Surgical
care,
Antibiotics,
Facial
cleanliness,
Environmental
improvement).
1. Terapi antibiotik
WHO merekomendasikan dua antibiotik untuk trakoma yaitu azitromisisn oral
dan salep mata tetrasiklin.
Azitromisin memiliki efikasi yang tinggi dan kejadian efek samping yang
rendah. Ketika efek samping muncul, biasanya ringan; gangguan GI dan
rash adalah efek samping yang paling sering.
Azitromisin : dewasa 1gr per oral sehari; anak anak 20 mg/kgBB per oral
sehari
2. Tindakan bedah
3. Kebersihan wajah
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa kebersihan wajah pada anakanak menurunkan resiko dan juga keparahan dari trakoma aktif.
pemeriksaan
mikroskopis
dan
kerokan
konjungtiva,
tidak
adalah
secara
karakteristik
merupakan
penyakit
kronik
yang
berlangsung lama. Dengan kondisi hygiene yang baik (khususnya, mencuci muka
pada anak-anak), penyakit ini sembuh atau bertambah ringan sehingga sekuele
berat terhindarkan. Sekitar 6-9 juta orang di dunia telah kehilangan
penglihatannya karena trakoma.
BAB III
PENUTUP
13 | P a g e
3.1 KESIMPULAN
1. Trakoma adalah suatu bentuk keratokonjungtivitis kronis yang disebabkan
oleh infeksi bakteri Chlamydia trachomatis.
2. Grading trakoma menurut WHO adalah : Trakoma folikalular,trakoma
inflamasi berat, trakoma scarring, trikiasis, dan kekeruhan kornea.
3. Diagnosa trakoma ditegakkan bila terdapat 2 dari gejala klinik yang khas,
1gejala klinik dengan kerokan konjungtiva yang positif atau dengan tes
serologis.
4. Azitromisin dan tetrasiklin adalah antibiotik yang direkomendasikan
WHO untuk trakoma.
5. Peningkatan individual higiene dan sanitasi lengkungan mengurangi resiko
penularan trakoma
DAFTAR PUSTAKA
14 | P a g e
Ilyas, Sidarta. 2007. Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-4. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Salomon, Anthony dan Hugh R Taylor. 2010. Trachoma: Treatment and
Medication.eMedicine Ophtalmology. 214: 29-38
Salomon et al. 2004. Diagnosis and Assesment of Trachoma. Clinical
Microbiology Review. 17: 982-1011
Vaughan & Asbury: oftalmologi umum / paul Riordan-Eva, John P.Whitcher : alih
bahasa, Brahm U. Pendit : editor edisi bahasa indonesia< diana susanto. Ed
17- Jakarta : EGC, 2009
Wijana, Nana. 1993. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Abadi Tegal
15 | P a g e