Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

BUTA WARNA

Disusun Oleh:
Mayta Cahyani

13304244012

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015

BAB I
A. Tujuan :
1. Mengetahui cara tes buta warna brdasarkan Ishihara test.
B. Dasar Teori :
Sel kerucut dan sel batang pada retina mempunyai fungsi yang berbeda. Sel batang tidak
dapat membedakan warna dan lebih intesif terhadap cahaya, Sel kerucut memerlukan
pencahayaan lebih banyak untuk merangsang sel tersebut. Penglihatan warna ditimbulkan
adanya tiga subkelas sel kerucut, masing-masing memiliki jenis opsinnya sendiri dan berkaitan
dengan retinal untuk membentuk pigmen visual fotopsin. Fotoreseptor sebagai kerucut merah,
hijau dan biru. Spektra absorbsi untuk pigmen ini saling tumpang tindih dan persepsi otak
terhadap corak intermediet bergantung pada perbedaan stimulasi dua atau lebih kerucut. Contoh,
ketika sel kerucut merah dan hijau dirangsang kita mungkin bias melihat warna kuning atau
oranye, bergantung pada sel kerucut mana yang paling kuat dirangsang. Buta warna lebih banyak
ditemukan pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena umumnya diwariskan sebagai sifat
yang terpaut seks (Campbell, 2002).
Penglihatan Normal disebut juga trichromatic. Trichromats dapat mencocokkan semua 3
warna dasar. Adanya kelainan dari mencocokkan ketiga warna dasar karena adanya disfungsi dan
sel kerucut, disebut anomalous trichromatic. Bentuk kelainan melihat warna yang hanya bisa
mencocokkan 2 macam warna dasar, yang disebabkan karena hilangnya beberapa sel kerucut
disebut dichromatic.
Bentuk buta warna yang sangat jarang terjadi adalah monochromatic.Monochromats
tidak bisa mendiskripstkan warna, dan hannya bisa menerima warna abu-abu. Tipe ini dibedakan
menjadi 2 berdasarkan kelainan anatominya yaitu:
1) Rod monochromats (tidak terdapat sel kerucut pada retina), dan disertai berkurangnya
daya penglihatan.
2) Cone monochromats (hanya memiliki satu macam sel kerucut), biasanya masih
memiliki aktivitas visual yang baik.
Selain dibedakan berdasarkan kelainan jumlah warna yang dapat dilihat seperti di atas,
masing-masing tipe dibedakan lagi berdasarkan jenis warna yang dapat dilihat, yaitu

tipe trichromatic dandichromatic. Pada tipe ini terdapat 2 macam kelainan yaitu: protan
dan deutan. Protan dan Deutan pada trichromatic disebut protanomaly dan
deuteranomaly, sedangkan Protan dan Deutan pada dichromatic disebut protanopia dan
deuteranopia.
Hanya terdapat pada tipe dichromatic yang disebut deuteranopia.
Tabel 1. Tipe Buta Warna dan Penyebabnya
Type

Form
Red
Trichromatic
Dichromatics
Trichromatic
Dichromatics
Yellow
Dichromatics

Cause
Defects
Disfungsional sel kerucut L
Hilangnya sel kerucut L
Disfungsional sel kerucut M
Hialngnya sel kerucut M
Defectss
Hilangnya sel kerucut S

Protanomaly
Protanopia
Deuteranomaly
Deuteranopia
Blue
Tritanopia
Keterangan :
* Protanomaly disebabkan disfungsional sel kerucut L (sel kerucut L juga disebut
kerucut Merah).
* Protanopia disebabkan hilangnya sel kerucut L.
* Deuteranomaly disebabkan disfungsional sel kerucut M (kerucut hijau).
* Deuteranopia disebabkan hilangnya sel kerucut M.
* Tritanopia disebabkan hilangnya sel kerucut S (kerucut biru) (Jalmanggeng, 2008).
Penderita buta warna tidak dapat membedakan warna tertentu.
misalnya merah, hijau. dan biru. Buta warna merupakan penyakit keturunan
yang tidak dapat disembuhkan. Setiap kerucut bereaksi dengan warna yang berbeda yaitu
cahaya merah, biru atau hijau. Kerusakan sebuah kerucut menyebabkan kebutaan warna
ringan. Jika kerucut benar-benar rusak, buta warna menjadi lebih berat. Buta warna lebih
banyak diderita laki-laki dari pada perempuan. Penyebab tersering buta warna adalah
faktor keturunan. Penyebab lainnya adalah kelainan yang didapat selama kehidupannya,
misalnya kecelakaan/trauma pada mata (Frita, 2010).
Butawarna adalah penyakit keturunan yang disebabkan oleh gen resesif c (asal
dari perkataan ingris color blind) karena gennya terdapat dalam kromosom X sedangkan
perempuan memiliki 2 kromosom X. maka seorang perempuan dapat normal
homozigotik (CC), normal heterozigotitik (Cc) atau yang amat jarang dijumpai
homozigotik (cc) sehingga butawarna. Laki-laki hanya memiliki sebuah kromosom X

saja, sehingga ia hanya dapat normal (C-) atau butawarna (c-) saja. Seorang perempuan
normal yang kawin dengan seorang laki-laki butawarna (c-) akan mempunyai anak
normal, baik laki-laki maupun perempuan (Suryo, 2005).
Penyakit buta warna diturungkan secara resesif, pada kromosom X bagian tak
homolog. Persentase buta warna di masyarakat berbagai pada berbagai suku bangsa. Pada
orang cina sekitar 6% pada laki-laki, pada orang negro mendekati 5 %, dan pada orang
Indonesia 3,5% juga pada laki-laki kaukasoid 8 % laki-laki 0,5 perempuan (Yatim, 2003).
Buta warna terhadap warna merah dan hijau, disebabkan oleh gen resesif c. alel
dominan C, menentukan tidak buta warna (normal). Seorang perempuan normal
homosigot bila kawin dengan laki-laki yang butawarna, akan mempunyai keturunan yang
semuanya normal, tetapi yang perempuan membawa gen butawarna. Seorang wanita
normal heterezigot (membawa gen butawarna), bila kawin dengan laki-laki normal akan
mempunyai anak dengan kemungkinan, anak perempuan normal homosigot (normal),
anak perempuan heterosigot (normal, tetapi membawa gen butawarna), anak laki-laki
normal dan anak laki-laki buta warna (Henuhili, 2002).
Buta warna ini dapat ditemukan dengan uji ishira. Pada uji ishira dipergunakan
serangkaian gambar berwarna.Gambar-gambar berwarna itu dirancang sedemikian rupa
secara tepat dan cepat serta dapat memberikan penilaian terhadap kelainan persepsi
warna (Taiyeb, 2010).
Penderita tidak dapat membedakan warna merah dan hijau. Penyakit ini herediter
dan disebabkan oleh gen resesip c (berasal dari perkataan ingris colorblind) yang terdapat
pada kromosom X. Alelnya dominan C menentukan orang tidak butawarna (normal). Jika
orang perempuan normal (homozigot) kawin dengan seorang laki-laki butawarna, maka
semua anaknya akan normal.ini disebabkan karena ginospermium yang membawa gen
dominan C, sehingga zigot mempunyai genotip Cc. berhubung C dominan terhadap c,
maka individu Cc adalah normal. Keturunan yang menerima kromosom Y menjadi anak
laki-laki (Suryo, 1992).

Apabila seorang perempuan normal menikah dengan laki-laki butawarna, maka


semua anak mereka akan normal. Tetapi sebaliknya, seorang perempuan butawarna yang
menikah dengan laki-laki normal, maka semua anak laki-laki akan butawarna. Pada kasus
yang terakhir tampak bahwa sifat keturunan butawarna diwariskan kepada keturunan
laki-laki, dan sifat yang dimiliki ayah diwariskan kepada keturunan perempuan (Suryo,
1992).
Menurut Siniapar (2010), Bola mata dilapisi oleh tiga yaitu:
a. Sklera: pelindung bola mata paling luar, bagian depannya transparan disebut korena.
b. Koroid : lapisan yang banyak pembuluh darah, mencegah refleksi, banyak
mengandung pigmen.
c. Retina: tempat jatuh bayangan dan mengandung saraf fotoreseptor.
Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua
kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa
oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah
yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita
terdapat istilah 'pembawa sifat' hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa
sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelalinan
buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa
sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada
kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tsb menderita
buta warna. Saraf sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih,
serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf
reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut (Henuhili, Victoria,
2002.).
Menurut Sianipar Prowel, 2010, buta warna dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Trikomasi Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitivitas warna dari satu atau lebih
sel kerucut pada retina. Jenis buta warna inilah yang sering dialami oleh orang-orang.
Ada tiga klasifikasi turunan pada trikomasi:
a.
b.

Protanomali, seorang buta warna lemah mengenal merah


Deuteromali, warna hijau akan sulit dikenali oleh penderita

c.
Trinomali (low blue), kondisi di mana warna biru sulit dikenali penderita.
Dikromasi Yaitu keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada. Ada tiga klasifikasi
turunan:
Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna merah
atau perpaduannya kurang
b.
Deuteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna hijau
c.
Tritanopia, sel kerucut warna biru tidak ditemukan.
Buta warna dibagi dalam dua kategori, yaitu buta warna total dan buta warna
parsial. Pada buta warna total, penyandangnya tidak bisa mengenali warna lain, kecuali
hitam dan putih. Untungnya, kasus yang disebabkan ketiadaan pigmen warna pada sel
retina ini sangat jarang terjadi. Sementara itu, pada buta warna parsial, penyandang
mengalami defisiensi (kekurangan) pigmen dalam sel retina sehingga tidak bisa melihat
warna tertentu saja. Gabungan defisiensi merah dan hijau adalah gangguan yang paling
sering terjadi, sedangkan defisiensi biru jarang sekali. Yang perlu diluruskan, penderita
buta warna bukan tidak bisa mengenali satu warna tertentu, tetapi ia tak bisa mengenali
kombinasi atau campuran warna. Ia bisa saja tahu warna-warna dasar, seperti kuning,
merah, dan biru, serta warna-warna sekunder, seperti hijau, jingga, dan ungu. Namun,
ketika warna-warna itu dikombinasikan lagi dengan warna lainnya, ia tidak mampu
mengenali atau bingung menentukan, apakah itu hijau tua atau biru, dan sebagainya.

BAB II
.

A. ALAT DAN BAHAN


Buku tes butawarna ( Ishiharas test )
B. CARA KERJA

Menguji kemampuan masing masing praktikan


membedakan warna dengan menulisapa yang
terlihat pada buku test butawarna pada kolom
kolom yang telah disediakan.

Mencocokkan hasil yang anda peroleh dengan


angka / gambar yang seharusnya.

Menghitung berapa persen kesalahan yang dibuat


dalam test tersebut.

BAB III
A. HASIL
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Angka atau Gambar yang Terlihat


12
8
5
29
74
7
45
2
8 (Alur)
16
Alur
35
96
Alur

Keterangan
BENAR
BENAR
BENAR
BENAR
BENAR
BENAR
BENAR
BENAR
SALAH
BENAR
BENAR
BENAR
BENAR
BENAR

Prosentase kesalahan : 1/14 x 100% = 7,1%


Persentase kesalahan: 7,1 % (normal)
B. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini adalah praktikum mengenai tes buta warna. Alat yang digunakan
adalah Buku tes butawarna ( Ishiharas test ). Setiap praktikan akan diuji menggunakan buku ini.
Praktikan di perintahkan untuk menulis pada selembar kertas tulisan atau bentuk apa yang dapat
dilihat oleh praktikan pada buku tes buta warna Ishihara. Setelah semua praktikan melakukan tes,
paktikan mencocokan hasil tes dengan kunci jawaban yang diberikan oleh asisten praktikum.
Setelah dicocokan, praktikan memiliki satu kesalahan penglihatan pada nomor sembian.
Praktikan awalnya ragu dengan jawaban ini, kare na pada soal nomor sembilan terlihat seperti
alur dan angkan delapan. Tetapi prakikan akhirnya memilih jawaban angka delapan pada
jawaban nomor sembilan. Dengan satu kesalahan ini, makan praktikan memiliki prosentase
kesalahan sebesar 7,1%, sehingga praktikan masih dinyatakan normal atau tidak memiliki
kelainan buta warna.
1. Menurut teori pada buku tes Ishihara mereka baik yang normal maupun mereka dengan
semua jenis defisiensi penglihatan warna membacanya sebagai 12.
2. Orang yang normal membaca ini sebagai angka tetapi orang yang kekurangan merahhijau membaca ini sebagai 3. Mereka yang buta warna total tidak bisa membaca angka
apapun.
3. Orang normal membaca ini sebagai 29. Mereka yang kekurangan merah-hijau membaca
ini sebagai 70. Mereka yang buta warna total tidak bisa membaca angka apapun.

4. Orang normal membaca ini sebagai 5. Mayoritas mereka dengan kekurangan penglihatan
warna tidak bisa membacanya atau membacanya dengan benar.
5. Orang normal membaca ini sebagai 3. Mereka yang kekurangan merah-hijau membaca
ini sebagai 5. Mereka yang buta warna total tidak bisa membaca angka apapun.
6. Dalam menelusuri garis berkelok-kelok antara dua X, orang yang normal menelusuri
sepanjang garis Ungu dan Merah, tetapi pada penderita butawarna protanopia dan
deuteranopia cenderung hanya satu garis saja.
7. Pada penderita protanomalia kuat hanya garis ungu yang dapat ditelusuri sedangakan
pada protanomalia ringan, kedua baris dapat ditelusuri tetapi garis ungu lebih mudah
untuk ditelusuri.
8. Pada deuteranopia dan deuteranomalia kuat hanya garis merah yang dapat ditelusuri,
sedangkan pada penderita deuteranomalia ringan kedua garis ditelusuri tetapi garis
merah lebih mudah untuk ditelusuri.
Kelainan buta warna merupakan kelainan yang terpaut kromosom X (Suryo,
1998).
Sedangkan praktikan memiliki jenis kelamin perempuan normal. Sehingga ada dua
cb
kemungkinan genotype yang dimiliki oleh praktikan, yaitu XX dan X X.
Jika genotype praktikan XX maka, orang tua praktikan memiliki genotype:
cb
P
XX
X XY
P
X X
X XY
normal
normal
karier
normal
Gamet
X
X,Y
cb
Gamet
X, X
X,Y
F1
XX (), normal
cb
XY (), normal
F1
XX(normal), X X ( karier ) (),
cb
XY(normal), X Y (buta warna) (),

Jika genotype praktikan X


P

cb

karier
Gamet
F1

X, X

cb

normal

XX(normal),

X maka, orang tua praktikan memiliki genotype:

XY

cb

cb

X X ( karier ) (),

cb

F1

cb

X X

cb

XY

cb

cb

normal
X,Y

X (karier),

()

X cb Y (buta warna)(),

Y (buta warna)(),

buta warna
X cb
Gamet

X,Y

XY(normal), X
P

cb

XX

cb

normal
cb
Gamet X, X
F1

cb

X X

cb

buta warna
X cb ,Y
(buta warna),

X cb X ( karier ) (),
XY(normal), X

normal
Gamet
F1

buta warna
X cb ,Y

X cb X ( karier ) (),
XY(normal), (),

cb

Y (buta warna)(),

BAB IV
A. KESIMPULAN
Buta warna merupakan penyakit keturunan yang bersifat genetic dengan sifat gen terangkai
kromosomn X. Dan untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan menggunakan buku test
butawarna (Ishiharas test).
B. DISKUSI
1. Mungkinkah seorang wanita menderita butawarna? Apapun jawaban anda, bagaimana
keturunannya kalau wanita tersebut kawin kawin dengan laki-laki yang butawarna?
Jawab:
cb
cb
Seorang wanita tetap memilki kemungkinan buta warna jika memiliki genotype X X .
Apabila wanita tersebut buta warna dan kawin dengan laki-laki buta warna, maka dapat
dipastikan seluruh anak keturunan pasangan tersebut buta warna, apapun jenis kelaminnya.
cb
cb
cb
P
X X
X X Y
Gamet
F

X cb

X cb , Y

X cb X cb (buta warna)
X cb Y(buta warna)

2. Mengapa butawarna banyak terdapat pada laki-laki?


Jawab:
Karena buta warna merupakan sifat yang terpaut kromosom X. Karena laki-laki hanya memiliki
satu kromosom X, maka bila seorang laki-laki memiliki kromosom X dengan sifat resesif , maka
ia akan menunjukkan sifat buta warna. Berbeda dengan perempuan yang mempunyai dua
kromosom X. Bila salah satunya memiliki sifat resesif, maka akan ditutupi oleh kromosom X
lainnya.
3. Dapatkah suami isteri yang normal menghasilkan keturunan yang butawarna?
Jawab:
Suami istri yang normal dapat menghasilkan keturunan yang buta warna karena mungkin saja
salah ibu normal tetapi bersifat carier (pembawa) dan jika keturunan tersebut berjenis kelamin
laki-laki.
4. Apabila dua anak bersaudara kandung, laki-laki dan perempuan semuanya buta warna.
Bagaimanakah fenotip dan genotip kedua orang tuanya?
Jawab:
Kemungkinan kedua orang tuanya menderita buta warna:
cb
cb
cb
P
X X
X X Y

Gamet
F1

cb

cb

,Y

X cb X cb (buta warna)
X cb Y(buta warna)

atau
Ayah menderita buta warna sedangkan ibu adalah carier (pembawa) sifat buta warna:
cb
cb
P
X X X X Y
(Karier )
(buta warna)
cb
cb
X ,X
X ,Y
Gamet
F

cb

X cb X cb

normal carier ()
buta warna ()

XY
normal ()
cb
X Y
buta warna ()
5. Ciri khas pewarisan gen terangkai pada kromosom X adalah Criss-cross inheritance.
Apa maksudnya?
Jawab:
Maksudnya adalah perkawinan yang menyilangkan sifat yang dibawa oleh suatu individu jantan
atau betina ke keturunan yang berjenis kelamin yang berbeda. Misal suatu sifat yang dibawa oleh
individu betina akan diturunkan kepada keturunannya yang berjenis kelamin jantan, atau
sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., Jane B. Reece & Lawrence G. Mitchell. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Henuhili,

Victoria,

2002. Genetika. Yogyakarta:

Jurusan

Pendidikan

Biologi

Fakultas

Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.
Jalmanggeng. 2008. Buta Warna. http://jalmanggeng.wordpress.com. diakses pada Senin, 29
Maret 2015 pukul 13.05.
Sianipar Prowel, 2010. Mudah dan Cepat Menghafal Biologi.Jakarta: Pustaka Book Publisher.
Suryo. 1998. Genetika. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Taiyeb Mushawir, 2010. Penuntun Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia.Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.
Yatim Wildan, 2003. Genetika. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai