Anda di halaman 1dari 15

Struktur dan Mekanisme Sistem Urinaria

Retty Tonapa
102014121
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 06 Jakarta Barat 11510
email : rettytonapa15@gmail.com
Abstrak
Tubuh manusia memiliki sistem pembentukan urin. Urin merupakan zat sisa yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh. Melalui mekanisme pembentukan urin, dari adanya proses
filtrasi cairan tubuh yang hasilnya masih mengandung zat-zat yang dibutuhkan dan tidak
dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat yang telah mengalami filtrasi ini akan mengalami proses
reabsorpsi dimana zat-zat yang masih dibutuhkan oleh tubuh akan diserap demi memenuhi
jumlah cairan tubuh untuk membentuk energi bagi tubuh dalam keberlangsungan hidup
manusia. Setelah mengalami proses reabsorpsi cairan tersebut mengalami proses terakhir
yaitu sekresi sebelum akhirnya zat-zat yang tidak dibutuhkan akan dibuang. Jumlah banyak
atau sedikitnya urin bergantung pada ketiga proses tersebut, dimana adanya keseimbangan
yang baik antara ketiga proses ini. Jumlah urin juga bergantung kepada reabsorpsi yang
dipengaruhi oleh ADH (anti diuretik hormon). ADH ini merupakan reabsorpsi fakultatif.
Kata Kunci: urin, filtrasi, reabsorpsi, sekresi, ADH.
Abstract
The human body has a system of formation of urine. Urine is a substance that is not needed
by the rest of the body. Through the mechanism of formation of urine from the body fluid
filtration processes that result still contains substances that are needed and not needed by the
body. Substances that have experienced this filtration will undergo reabsorption process in
which substances are still needed by the body to be absorbed in order to meet the amount of
body fluids to form energy for the body in human survival. After experiencing the process
fluid reabsorption of the latter is undergoing a process of secretion before substances are not
required to be disposed of. Or at least large quantities of urine relies on three processes,
where there is a good balance between these three processes. The amount of urine also
depends on reabsorption influenced by ADH (antidiuretic hormone). ADH is a facultative
reabsorption.

Keywords: urine, filtration, reabsorption, secretion, ADH.


Pendahuluan
Manusia dalam menjalankan hidupnya, memilki beberapa sistem salah satunya adalah
sistem urinaria. Tubuh manusia memerlukan suatu sistem yang akan membuang zat-zat dan
sisa-sisa metabolisme tubuh yang tidak terpakai lagi. Salah satu sistem pembuangan tersebut
adalah melalui urin. Urin merupakan cairan yang mengandung zat-zat sisa yang harus
dikeluarkan oleh tubuh yang dihasilkan oleh ginjal. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk
seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm (kurang
lebih sebesar kepalan tangan). Ginjal mempunyai fungsi homeostatis yaitu mempertahankan
keseimbangan air di dalam tubuh, baik mempertahankan osmolaritas dari cairan tubuh,
mengatur jumlah dan konsentrasi elektrolit cairan Na, Cl, K, dll. Ginjal juga mempunyai
fungsi hormonal yaitu dapat memproduksi renin, dan eritropoetin untuk menstimulus
pembentukan sel darah merah. Dan fungsi metabolisme yaitu mengubah vit D dalam bentuk
aktif. Fungsi-fungsi ginjal ini menjelaskan bahwa ginjal begitu penting dalam tubuh. Ginjal
mampu memfiltrasi cairan kurang lebih 170 liter / hari. Pada membahasan mengenai jumlah
urin yang di keluarkan tubuh, tentu dipengaruhi oleh 3 proses ginjal tersebut; filtrasi,
reabsorpsi, dan sekresi.
Struktur Makroskopis Sistem Urinaria

Gambar 1. Ginjal1
Yang pertama adalah ginjal. Pada kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra
T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12.Adapun kutub
bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka)
sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari batas-batas

tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:1
-

Korteks adalah bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus


renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsula Bowman), tubulus kontortus proksimal dan
tubulus kontortus distalis.

Medula terdiri dari 9-14 massa-massa triangular yang disebut pyiramid. Di dalamnya
terdiri dari tubulus rektus, lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).

Columna renalis adalah bagian korteks di antara pyramid ginjal

Processus renalis adalah bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks

Hilus renalis adalah suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf
atauduktus memasuki/meninggalkan ginjal.

Papilla renalis adalah bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan
calix minor.

Kaliks minor merupakan percabangan dari calix major.

Kaliks major merupakan percabangan dari pelvis renalis.

Pelvis renalis adalah bagian yang menghubungkan antara calix major dan ureter.

Uretera adalah saluran yang membawa urin menuju vesika urinaria.Ginjal terbagibagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida ginjal,kolumna
yang saling berdekatan. Dan jaringan korteks yang melapisinya.

Ginjal juga berhubungan dengan organ-organ sekitarnya. Melalui hubungannya dengan


hepar pada proximal ginjal kanan, kemudian duodenum pars descendens medial terhadap
ginjal, dan colon ascendens yang distal terhadap ginjal kanan. Pada ginjal kiri berhubungan
dengan pankreas, lien, gaster, dan jejunum. Ginjal juga memiliki 3 lapisan; capsula fibrosa
yaitu lapisan yang paling dalam yang menyelimuti organ ginjal saja, lapisan ini sangat tipis
sehingga mudah lepas. Kemudian lapisan kedua yaitu capsula adiposa, yaitu lapisan yang
mengandung banyak lemak. Lapisan ini menyelimuti ginjal dan suprarenalis/ kelenjar

adrenal. Lapisan ini berfungsi untuk mempertahankan ginjal tetap pada tempatnya. Dan
terakhir adalah fascia renalis, lapisan ini menyelimuti pada bagian ventral ginjal yang disebut
fascia prerenalis. Dan lapisan dorsal yaitu fascia retrorenalis.1,2

Gambar 2. Lapisan pembungkus ginjal


Sumber: http://fkunand2010.files.wordpress.com/2011/04/1-blk-5-p-drh-srf-ssn-kemih-1304-11.ppt,
Ureter yang merupakan kelanjutan dari ginjal yaitu untuk menyalurkan urin yang diproduksi
oleh ginjal untuk dibuang dari tubuh. Ureter ini di pisahkan menjadi 2 yaitu, ureter pars
abdominalis dan ureter pars pelvina. Dimana pada ureter pars pelvina ini berbeda antara
wanita dan pria. Alur jalannya yang membedakan keduanya.3
Berlanjut dari ureter, urin yang diproduksi akan disaluran ke kantong kemih/ vesika urinaria
untuk ditampung sementara sebelum akhirnya dikeluarkan dari tubuh melalui ostium urethra
externum. Pada pria dan wanita urethra ini berbeda fungsinya. Pada wanita hanya digunakan
untuk sistem urinaria, sedangkan pada pria, urethra ini digunakan pada dua fungsi yaitu pada
fungsi sistem urinaria dan genital untuk mengeluarkan cairan semen.4

Gambar 3. Sistem Urinaria4

Struktur Mikroskopik Ginjal


Nefron adalah unit fungsional ginjal. Dalam setiap ginjal terdapat sekitar 2-2,4 juta
nefron.Setiap nefron terdiri dari komponen vaskuler dan tuberkuler. Komponen vaskuler
terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yaitu glomerulus dan kapiler pestibular, yang
mengitari tubuli. Komponen tubular berawal dengan kapsula bowmen (glomerular) dan
mencakup tubuli kontortus proksimal, ansa henle dan tubuli kontortus distal. Dari tubuli
distal, isinya disalurkan ke dalam duktus koligens (saluran penampung atau pengumpul).5
Struktur Nefron5

Gambar 4. Nephron5

1). Glomerulus
Glomerulus terdiri atas suatu anyaman kapiler yang sangat khusus dan diliputi oleh
simpai Bowman. Glomerulus yang terdapat dekat pada perbatasan korteks dan medula
(juxtame-dullary) lebih besar dari yang terletak perifer. Percabangan kapiler berasal dari
arteriola afferens, membentuk lobul-lobul, yang dalam keadaan normal tidak nyata , dan
kemudian berpadu lagi menjadi arteriola efferens. Tempat masuk dan keluarnya kedua
arteriola itu disebut kutub vaskuler. Di seberangnya terdapat kutub tubuler, yaitu permulaan
tubulus contortus proximalis. Gelung glomerulus yang terdiri atas anyaman kapiler tersebut,
ditunjang oleh jaringan yang disebut mesangium, yang terdi ri atas matriks dan sel
mesangial. Kapiler-kapiler dalam keadaan normal tampak paten dan lebar. Di sebelah dalam
daripada kapiler terdapat sel endotel, yang mempunyai sitoplasma yang berfenestrasi. Di
sebelah luar kapiler terdapat sel epitel viseral, yang terletak di atas membran basalis dengan
tonjolan-tonjolan sitoplasma, yang disebut sebagai pedunculae ataufoot processes. Maka
itu sel epitel viseral juga dikenal sebagaipodosit. Antara sel endotel dan podosit
terdapat membrana basalis glomeruler (GBM = glomerular basement membrane). Membrana
basalis ini tidak mengelilingi seluruh lumen kapiler. Dengan mikroskop elektron ternyata
bahwa membrana basalis ini terdiri atas tiga lapisan, yaitu dari arah dalam ke luar
ialah lamina rara interna, lamina densa dan lamina rara externa. Simpai Bowman di sebelah
dalam berlapiskan sel epitel parietal yang gepeng, yang terletak pada membrana basalis
simpai Bowman. Membrana basalis ini berlanjut dengan membrana basalis glomeruler pada
kutub vaskuler, dan dengan membrana basalis tubuler pada kutub tubuler . Dalam keadaan
patologik, sel epitel parietal kadang-kadang berproliferasi membentuk bulan sabit (
crescent). Bulan sabit bisa segmental atau sirkumferensial, dan bisa seluler, fibroseluler atau
fibrosa. 5
Populasi glomerulus ada 2 macam yaitu :
1. glomerulus korteks yang mempunyai ansa henle yang pendek berada dibagian luar
korteks.
2. glomerulus jukstamedular yang mempunayi ansa henle yang panjang sampai ke
bagian dalam medula. Glomerulus semacam ini berada di perbatasan korteks dan
medula dan merupakan 20% populasi nefron tetapi sangat penting untuk reabsoprsi
air dan slut. 5

Jalinan glomerulus merupakan kapiler-kapiler khusus yang berfungsi sebagai penyaring.


Kapiler glomerulus dibatasi oleh sel-sel endotel, mempunyai sitoplasma yang sangat tipis,
yang mengandung banyak lubang disebut fenestra dengan diameter 500-1000 A. Membran
basal glomerulus membentuk suatu lapisan yang berkesinambungan, antara sel endotel
dengan mesangial pada satu sisi dan sel epitel disisi lain.5
Membran tersebut mempunyai 3 lapisan yaitu : Lamina dense yang padat (ditengah), lamnina
rara interna, yang terletak diantara lamina densa dan sel endotel, lamina rara eksterna, yang
terletak diantara lamina densa dan sel epitel
Sel-sel epitel kapsula bowman viseral menutupi kapiler dan membentuk tonjolan sitoplasma
foot process yang berhubungan dengan lamina rara eksterna. Diantara tonjolan-tonjolan
tersebut adalah celah-celah filtrasi dan disebut silt pore dengan lebar 200-300 A. Pori-pori
tersebut ditutupi oleh suatu membran disebut slit diaphgrma. Mesangium (sel-sel mesangial
dan matrik) terletak dianatara kapiler-kapiler gromerulus dan membentuk bagian medial
dinding kapiler. Mesangium berfungsi sebagai pendukung kapiler glomerulus dan mungkin
bereran dalam pembuangan makromolekul (seperti komplek imun) pada glomerulus, baik
melalui fagositosis intraseluler maupun dengan transpor melalui saluran-saluran intraseluler
ke regio jukstaglomerular.5
Tidak ada protein plasma yang lebih besar dari albumin pada filtrat gromerulus
menyatakan efektivitas dari dinding kapiler glomerulus sebagai suatu barier filtrasi. Sel
endotel,membran basal dan sel epitel dinding kapiler glomerulus memiliki kandungan ion
negatif yang kuat. Muatan anion ini adalahhasil dari 2 muatan negatif :proteoglikan (heparansulfat) dan glikoprotein yang mengandung asam sialat. Protein dalam daragh relatif memiliki
isoelektrik yang rendah dan membawa muatan negatif murni. Karena itu, mereka ditolak oleh
dinding kapiler gromerulus yang muatannnya negatif, sehingga membatasi filtrasi.6

Gambar 5. Mikroskopik Corpus Renalis5


2) Ansa Henle
Loop Henle merupakan bagian dari tubulus renal yang kemudian menjadi sangat sempit
yang menjulur jauh kebawah kapsul Bowman dan kemudian naik lagi keatas membentuk
huruf U. Di sekeliling Loop Henle dan bagian lain tubulus renal terdapat jaringan kapiler,
yang terbentuk dari pembuluh darah kecil yang bercabang dari glomerulus.
Cairan yang masuk kedalam loop merupakan larutan yang terdiri dari garam, urea, dan
zat lain yang berasal dari glomerulus melalui proximal convoluted tubule. Pada tubulus ini,
sebagian besar komponen terlarut yang dibutuhkan tubuh, terutama glukosa, asam amino, dan
sodium bikarbonat, diserap kembali kedalam darah. Bagian pertama dari loop, yaitu cabang
yang menurun, bersifat dapat ditembus oleh air, dan cairan yang mencapai lekukan dari loop
ini jauh lebih banyak mengandung garam dan urea dibandingkan dengan plasma darah.
Pada saat cairan mengalir naik kembali melalui pembuluh naik, sodium klorida
dikeluarkan dari pembuluh ke jaringan sekelilingnya, dimana konsentrasinya lebih rendah.
Pada bagian ketiga dari loop ini, dinding pembuluhnya apabila diperlukan dapat membuang,
bahkan dalam keadaan berlawanan dengan gradien konsentratnya, dalam proses aktif yang
memerlukan lebih banyak energi. Pada tubuh orang normal, penyerapan kembali garam dari
urin hanya dilakukan dalam keadaan konsumsi garam yang rendah. Namun pada saat garam
dalam darah tinggi, kelebihan garam ini dibuang.
3) Renal Collecting Tubule(Tubulus Pengumpul)
Disebut juga Pembuluh Bellini, suatu pembuluh kecil sempit yang panjang dalam
ginjal yang mengumpulkan dan mengangkut urin dari nefron, menuju pembuluh yang lebih
besar yang terhubunng dengan calyses ginjal. Cairan yang berasal dari loop Henle masuk

kedalam Distal Convoluted Tubule (Tubulus Konvolusi Distal) dimana penyerapan kembali
sodium berlanjut sepanjang seluruh tubulus distal. Penyerapan kembali ini tetap terjadi
hingga bagian awal dari Tubulus pengumpul ginjal.
Setiap tubulus pengumpul memiliki panjang sekitar 20-22 mm dan berdiameter 20-50
micron. Dinding dari tubulus tersusun dari sel dengan proyeksi seperti rambut, lentur seperti
cambuk, dalam pembuluh ini. Gerakan dari sel cambuk ini membantu gerakan sekresi
sepanjang pembuluh. Pada saat tubulus pengumpul menjadi lebih lebar diameternya, tinggi
sel ini meningkat sehingga dinding menjadi lebih tebal.
Fungsi dari tubulus pengumpul adalah pengangkutan urin dan penyerapan air. Telah
diketahui bahwa jaringan dari medula ginjal atau bagian dalamnya, mengandung konsentrasi
sodium yang tinggi. Ketika tubulus pengumpul ini berada pada medula, konsentrasi sodium
menyebabkan dikeluarkannya air dari seluruh dinding tubulus keluar ke medulla. Air
bercampur diluar diantara sel-sel dinding tubulus sampai konsentrasi sodium seimbang antara
didalam tubulus dan diluarnya. Pembuangan air dari larutan dalam tubulus membuat urin
menjadi lebih kental dan menghemat badan air dalam tubuh.
Mekanisme Pembentukan Urin7
Ginjal memiliki 7 fungsi yaitu: 1) Pengeluaran zat sisa organik: ginjal mengekskresi
urea, asam urat, kreatinin, dan produk penguraian hemoglobin dan hormon. 2) Pengaturan
konsentrasi ion- ion penting: ginjal mengekskresi ion natrium, kalium, kalsium, magnesium,
sulfat dan fosfat. Ekskresi ion-ion ini seimbang dengan asupan dan ekskresinya melalui rute
lain, seperti pada saluran gastrointestinal atau kulit. 3) Pengaturan keseimbangan asam basa
tubuh: ginjal mengendalikan ekskresi ion hidrogen (H+), bikarbonat (HCO3-), dan ammonium
(NH4+) serta memproduksi urine asam atau basa, bergantung pada kebutuhan tubuh. 4)
Pengaturan produksi sel darah merah: ginjal melepas eritropoietin, yang mengatur produksi
sel darah merah dalam sumsum tulang. 5) Pengaturan tekanan darah: ginjal mengatur volume
cairan yang esensial bagi pengaturan tekanan darah, dan juga memproduksi enzim renin.
Renin adalah komponen penting dalam mekanisme renin-angiotensin-aldosteron yang
meningkatkan tekanan darah dan retensi air. 6) Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi
glukosa darah dan asam amino darah: ginjal melalui ekskresi glukosa dan asam amino
berlebih bertanggung jawab atas konsentrasi nutrient dalam darah. 7) Pengeluaran zat
beracun: ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-obatan, atau zat kimia
asing lain dari tubuh.7

Tiga proses dasar yang terlibat dalam pembentukan urin: filtrasi glomerulus,
reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus.

Gambar 6. Proses ginjal6

Filtrasi Glomerulus

Gambar 7. Tekanan filtrasi6


Filtrat glomerulus terbentuk sewaktu sebagian plasma yang mengalir melalui tiap-tiap
glomerulus terdorong secara pasif oleh tekanan menembus membrane glomerulus untuk
masuk ke dalam lumen kapsul Bowman di bawahnya. Tekanan filtrasi yang memicu filtrasi
ditimbulkan oleh ketidakseimbangan dalam gaya-gaya fisik yang bekerja pada membrane
glomerulus. Tekanan darah kapiler glomerulus yang tinggi dan mendorong filtrasi
mengalahkan kombinasi dan tekanan osmotic koloid plasma dan tekanan hidrostatik kapsul
Bowman yang bekerja berlawanan.8

Biasanya, 20% sampai 25% curah jantung disalurkan ke ginjal untuk mengalami
proses regulatorik dan ekskretorik ginjal. Dari plasma yang mengalir melalui ginjal, dalam
keadaan normal 20% difiltrasi melalui glomerulus, menghasilkan laju filtrasi glomerulus
(GFR) 120cc/menit. Komposisi filtrate tersebut identik dengan plasma, kecuali protein
plasma yang tertahan oleh membrane glomerulus.8
GFR dapat secara sengaja diubah dengan mengubah tekanan darah kapiler glomerulus
sebagai hasil dari pengaruh simpatis pada arteriol aferen. Vasokonstriksi arteriol aferen
meningkatkan aliran darah ke glomerulus, sehingga tekanan darah glomerulus menurun dan
GFR juga meningkat. Sebaliknya, vasodilatasi aretriol aferen menurunkan aliran darah
glomerulus dan GFR. Control simpatis atas GFR merupakan bagian dari respons reflex
baroreseptor untuk mengkompensasi perubahan tekanan darah arteri. Jika GFR berubah,
jumlah cairan yang keluar melalui urin juga berubah, sehingga volume plasma dapat diatur
sesuai kebutuhan untuk membantu memulihkan tekanan darah ke normal dalam jangkapanjang.4 Tekanan filtrasi memiliki autoregulasi yaitu menjaga keseimbangan tekanan tetap
konstan dengan mekanisme miogenik dan tubuloglomerular feedback yang mengaktifkan
aktivitas RAS (Renin Agiotensin System).9
Reabsorpsi Tubulus
Setelah plasma bebas-protein difiltrasi melalui glomerulus, setiap zat ditangani secara
tersendiri oleh tubulus, sehingga walaupun konsentrasi semua konstituen dalam filtrate
glomerulus awal identik dengan konsentrasinya dalam plasma (dengan kekecualian protein
plasma), konsentrasi berbagai konstituen mengalami perubahan-perubahan saat cairan filtrasi
mengalir melalui sistem tubulus. Kapasitas reabsorptif sistem tubulus sangat besar. Lebih dari
99% plasma yang difiltrasi dikembalikan ke darah melalui reabsorpsi. Zat-zat utama yang
secara aktif direabsorpsi adalah Na+ (kation utama CES), sebagian besar elektrolit lain, dan
nutrient organic, misalnya glukosa dan asam amino. Zat terpenting yang direabsorpsi secara
pasif adalah Cl-, H2O, dan urea.9
Hal utama yang berkaitan dengan sebagian besar proses reabsorpsi adalah reabsorpsi
aktif Na+. Suatu pembawa Na+-K+ ATPase bergantung-energi yang terletak di membrane
basolateral setiap sel tubulus proksimal mengangkut Na+ ke luar dari sel ke dalam ruang
lateral dia antara sel-sel yang berdekatan. Perpindahan Na+ ini memicu reabsorpsi netto Na+
dari lumen tubulus ke plasma kapiler peritubulus, yang sebagian besar terjadi di tubulus
proksimal. Energy yang digunakan untuk memasok pembawa Na +-K+ ATPase akhirnya
bertanggung jawab untuk mereabsorpsi Na+, glukosa, asam amino, Cl-, H2O, dan urea dari

tubulus proksimal. Pembawa kotransportasi spesifik yang terletak di batas luminal sel tubulus
proksimal terdorong oleh gradient konsentrasi Na+ untuk secara selektif mengangkut glukosa
atau asam amino dari cairan luminal ke dalam sel tubulus. Dari sel tubulus, zat-zat tersebut
akhirnya masuk ke plasma. Klorida direabsorpsi secara pasif mengikuti penurunan gradient
listrik yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif Na+. Air secara pasif direabsorpsi akibat gradient
osmotic yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif Na+. enam puluh lima persen H2O yang
difiltrasi akan direabsorpsi dari tubulus proksimal melalui cara ini. Reabsorpsi ekstenif H 2O
meningkatkan konsentrasi zat-zat lain yang tertinggal di dalam cairan tubulus, yang sebagian
besar adalah zat-zat sisa. Molekul urea yang kecil merupakan satu-satunya zat sisa yang dapat
secara pasif menembus membrane tubulus. Dengan demikian, urea adalah satu-satunya zat
sisa yang direabsorpsi secara parsial akibat efek pemekatan ini; sekitar 50% urea yang
difiltrasi akan direabsorpsi. Zat-zat sisa lain, yang tidak dapat direabsorbsi, akan tetap berada
di urin dalam konsentrasi yang tinggi.10
Di awal nefron, reabsorpsi Na+ terjadi secara konstan dan tidak dikontrol, tetapi di
tubulus distal dan pengumpul, reabsorpsi sebagian kecil Na+ yang difiltrasi berubah-ubah dan
dapat di control. Tingkat reabsorpsi Na + yang dapat dikontrol ini terutama bergantung pada
system rennin-angiotensin-aldosteron yang kompleks. Karena Na+ dan anion penyertanya Cl-,
merupakan ion-ion yang paling aktif secara osmotis di CES, volume CES ditentukan oleh
beban Na+ dalam tubuh. Pada gilirannya, volume plasma, yang mencerminkan volume CES
total, penting untuk penentuan jangka-panjang tekanan darah. Apabila beban Na +/volume
CES/volume plasma/tekanan darah arteri di bawah normal, ginjal mensekresikan rennin,
suatu hormone enzimatik yang memicu serangkaian proses yang berakhir pada peningkatan
sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron meningkatkan reabsorpsi Na + dari bagian
distal tubulus, sehingga memperbaiki beban Na +/volume CES/tekanan darah yang semula
menurun.11
Elektrolit-elektrolit lain yang secara aktif direabsorpsi oleh tubulus, misalnya PO4dan Ca++, memiliki system pembawa masing-masing yang independen. Karena pembawapembawa tersebut, seperti pembawa kotransportasi nutrient organic, dapat mengalami
kejenuhan, mereka memperlihatkan kapasitas transportasi maksimum, atau T m. Apabila
filtrasi suatu zat yang direabsorpsi secara aktif melebihi Tm, reabsorpsi akan berlangsung
pada kecepatan maksimum yang konstan, dengan jumlah zat tambahan yang difiltrasi
dieksresikan dalam urin.7
Pengaruh ADH terhadap Absorpsi7

Antidiuretik hormone atau yang biasa disingkat dengan ADH adalah hormon yang
mengatur kadar air dalam tubuh. ADH berperan mengendalikan proses reabsorbsi air
(penyerapan kembali air) di nefron (unit fungsional ginjal) terutama pada tubulus proximal.
Jika ADH tinggi maka reabsorbsi air meningkat dan dikembalikan ke dalam darah, artinya
urine yang terbentuk sedikit. Sebaliknya jika ADH rendah maka reabsorbsi air turun (= air
banyak dibuang) sehingga kencingnya jadi banyak. Cara kerja ADH adalah dengan mengatur
penyerapan kembali molekul yang berada pada ginjal dengan memengaruhi permeabilitas
jaringan dinding tubulus ginjal, sehingga berfungsi untuk mengatur pengeluaran urin.
Pengaruh hormon antidiuretik (ADH) pada pembentukan urine adalah jika kadar hormon
ADH meningkat maka tubuh akan mempertahankan kadar air dalam darah dengan cara
mengeluarkan air dari nefron melalui tubulus kontortus proksimal. Di sana air akan diserap
kembali oleh tubuh dan keluar dari nefron sehingga urine berkurang. Jadi, hormon ADH
mempengaruhi kinerja penyerapan air di tubulus kontortus proksimal.
Sekresi
Sekresi tubulus melibatkan transpotasi transepitel seperti yang dilakukan reabsorpsi
tubulus, tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi tubulus dapat
aktif atau pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion
hydrogen (H+), ion kalium (K+), serta anion dan kation organic, yang banyak diantaranya
adalah senyawa-senyawa yang asing bagi tubuh.7,8
Sekresi ion hydrogen. Sekresi H+ ginjal sangatlah penting dalam pengaturan
keseimbangan asam-basa tubuh. Ion hydrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui
proses sekresi di tubulus proksimal, distal, dan pengumpul. Tingkat sekresi H + bergantung
pada keasaman cairan tubuh. Sebaliknya, sekresi H+ berkurang apabila konsentrasi H+ di
dalam cairan tubuh terlalu rendah.
Sekresi ion kalium. Sekresi ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif
berpindah dengan arah berlawanan di berbagai bagian tubulus; zat ini secara aktif
direabsorpsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul.
Reabsorpsi ion kalium di awal tubulus bersifat konstan dan tidak diatur, sedangkan sekresi K +
di bagian akhir tubulus bervariasi dan berada di bawah control. Dalam keadaan normal,
jumlah K+ yang diekskresikan dalam urin adalah 10% sampai 15% dari jumlahnya yang
difiltrasi. Namun, K+ yang difiltrasi hamper seluruhnya dereabsorpsi, sehingga sebagian besar
K+ yang muncul di urin berasal dari sekresi K+ yang dikontrol dan bukan dari filtrasi.8

Sekresi anion dan kation organic. Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa
sekretorik yang terpisah, satu untuk sekresi anion organic dan suatu system terpisah untuk
sekresi kation organic. System-sistem ini memiliki beberapa fungsi penting. Pertama, dengan
menambahkan lebih banyak ion organic tertentu ke cairan tubulus yang sudah mengandung
bahan yang bersangkutan melalui proses filtrasi, jalur sekretorik organic ini mempermudah
ekskresi bahan-bahan tersebut. Kedua, pada beberapa keadaan yang penting, ion organic
secara ekstensif tetapi tidak ireversibel terikat ke protein plasma. Ketiga, paling penting
adalah kemampuan system sekresi ion organic mengeliminasi banyak senyawa asing dari
tubuh.9
Kecepatan ekskresi senyawa organic asing tidak berada di bawah control. Walaupun
system sekretorik ion organicyang secara relative nonselektif ini meningkatkan pengeluaran
bahan-bahan tersebut dari tubuh, mekanisme ini tidak berada di bawah control fisiologis.
Banyak obat, misalnya penisilin, dieliminasi dari tubuh melalui system sekretorik ion-organik
di tubulus proksimal. Agar konsentrasi obat ini dalam plasma tetap berada pada tingkat yang
efektif, dosis obat harus diulang secara teratur dan sering untuk mengimbangi kecepatan
pengeluaran obat ini dalam urin.7
Kesimpulan
Hipotesis diterima. Jumlah produksi urin betambah karena jumlah air yang
masuk ke dalam tubuh melebihi kebutuhan tubuh. Sekresi ADH akan
dikurangi sehingga penyerapan cairan yang dibutuhkan tubuh akan
dikurangi, jadi menyebakan urin yang dihasilkan juga lebih banyak.
Daftar Pustaka
1

Veldman J. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Diterjemahkan dari Sloane


E.Anatomy and physiology: an easy learner. Jakarta: EGC; 2003.h.318, 321.

Laniyati. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Diterjemahkan dari Schwartz SI.


Principles of surgery: companion handbook. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2000.h.577.

Rahmalia A. At a glance series anatomy. Diterjemahkan dari Faiz O, Moffat D.


Anatomy at a glance. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2004.h.45.

4 Traktus

Urinarius.

2011.

Diunduh

dari

http://fkunand2010.files.wordpress.com/2011/04/1-blk-5-p-drh-srf-ssn-kemih-13-0411.ppt,

Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke9.Jakarta:EGC; 2003.h.248-55.

6 Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. edisi 2. Jakarta: EGC; 2011.h.5589,596-7, 833-44.
7

Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2005.8. Pearce EC.
Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum;
2009.h. 304-6.

Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2006

9 Dewi IN. Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa. Diterjemahkan dari Horne
MM, Swearingen PL. Fluid, electrolyte, and acid-base balance. Edisi ke-2.
Jakarta:EGC; 2000.h.15.
10 Baradero M, Dayrit MW, Siswadi Y. Klien gangguan ginjal. Jakarta: EGC;2008.h.10.
11 Alam S, Hadibroto I. Gagal ginjal. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama;2007.h.15.

Anda mungkin juga menyukai