Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN

RHEUMATIC HEART DISEASE (RHD)

OLEH :
SGD 5
Ni Putu Aries Susanti (0802105002)
Ni Luh Putu Shinta Devi (0802105010)
Ni Putu Prima Wulandari (0802105016)
Ni Wayan Budi Arthini (0802105023)
I Putu Wira Pradana (0802105027)
Ni Komang Ayu Ariati (0802105035)
Si Ayu Dwipayani (0802105047)
Komang Yogi Triana (0802105055)
A.A Sg. Istri Kusumadewi (0802105064)
Putu Agus Sugiartama (0802105066)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2009

TINJAUAN TEORI
a. Pengertian
Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart
Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung
yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral (stenosis
katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik (DR).
b. Etiologi / penyebab
Rheumatic Heart Disease terjadi setelah terinfeksi bakteri streptoccus beta
hemolyticus grup A
c. Epidemiologi
Prevalensi penyakit jantung rematik yang diperoleh dan penelitian WHO mulai
tahun 1984 di 16 negara sedang berkembang di Afrika, Amerika Latin, Timur
tengah, Asia Tenggara dan Pasifik Barat berkisar 0,1 sampai 12,6 % dari jumlah
penduduk keseluruhan, dengan prevalensi rata-rata sebesar 2,2 %.
pada tahun 1990-an berkisar Dari suatu penelitian yang dilakukan di India Selatan
diperoleh prevalensi sebesar 4,9 %, sementara angka yang didapatkan di Thailand
sebesar 1,2 sampai 2,1 %.Prevalensi jantung rematik di Indonesia menunjukkan
bahwa Prevalensi penyakit jantung rematik berkisar 0,3 sampai 0,8 % setiap
tahunnya. Di AS setiap tahun dilaporkan sekitar 10.000 15.000 penderita dengan
jantung rematik
d. Manifestasi klinis / tanda dan gejala
Penderita umumnya megalami sesak nafas yang disebabkan jantungnya sudah
mengalami gangguan, nyeri sendi yang berpindah- pindah, bercak kemerahan di
kulit yang berbatas, gerakan tangan yang tak beraturan dan tak terkendali (korea),
atau benjolan kecil-kecil dibawah kulit. Selain itu tanda yang juga turut
menyertainya adalah nyeri perut, kehilangan berat badan, cepat lelah dan tentu
saja demam.

e. Patofisiologi
Streptococcus
Kuman melekat pada sel epitel saluran pernafasan bagian atas
Sel memproduksi anti bodi antistreptococcus
Reaksi antigen anti bodi
Demam rematik

Hipertermia

Streptococcus menghasilkan enzim yang bersifat merusak, menyebar ke seluruh jaringan


tubuh melalui darah hingga sampai ke katup jantung
Enzim merusak katup jantung
RHD
Akut

Kronik

Menyebebkan infeksi
pada pericardium, miokardium,
endokardium

Terbentuk jaringan parut

Inflamasi
Oedema pada jantung
Obstruksi pembentukan darah
Ganguan aliran atau sirkulasi darah jantung

Gangguan

Gangguan aliran

aliran darah

darah ke jaringan
perifer

aliran darah
ke muskoloskeletal

Kekurangan O2

Kekurangan O2

Substansi
pengangkut O2
berkurang

Ganguan

Penurunan
curah jantung

Substansi
pengangkut O2
berkurang

Kekurangan O2

Kekurangan O2

terjadi
sianosis
Gangguan
perfusi
jaringan
O2 menuju
paru-paru
berkurang

Metabolisme anaerob

Sesak nafas

Penimbunan
Asam laktat

Metabolisme basal
terganggu
Energi yang terbentuk
berkurang
Kelelahan

Intoleransi aktivitas

Gangguan rasa nyaman/


nyeri
Pola nafas
Tidak efektif

f. Pemeriksaan diagnostic
Selain dengan adanya tanda dan gejala yang tampak secara langsung dari fisik,
umumnya akan dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium, misalnya;
pemeriksaan darah rutin, ASTO, CRP, dan kultur ulasan tenggorokan. Bentuk
pemeriksaan yang paling akurat adalah dengan dilakukannya echocardiografi
untuk melihat kondisi katup-katup jantung dan otot jantung.
g. Penatalaksanaan
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih ada
infeksi oleh kuman Streptococcus, maka hal utama yang dilakukan adalah
pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian obat antibiotika
penicillin secara oral atau benzathine penicillin G. Pada penderita yang allergi

terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain adalah pemberian erythromycin atau
golongan cephalosporin. Sedangkan antiradang yang biasanya diberikan adalah
Cortisone and Aspirin.
Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis akan
terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal
jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet
bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin.
Penderita Penyakit Jantung Rematik (PJR) tanpa gejala tidak memerlukan terapi.
Penderita dengan gejala gagal jantung yang ringan memerlukan terapi medik
untuk mengatasi keluhannya. Penderita yang simtomatis memerlukan terapi
surgikal atau intervensi invasif. Tetapi terapi surgikal dan intervensi ini masih
terbatas tersedia serta memerlukan biaya yang relatif mahal dan memerlukan
follow up jangka panjang.
h. Prognosis
Prognosis RHD terdiri dari lama penyakit, kesempatan komplikasi dari penyakit,
kemungkinan hasil, prospek untuk pemulihan, pemulihan periode untuk penyakit,
harga hidup, tingkat kematian, dan hasil kemungkinan lainnya dalam keseluruhan
prognosa dari penyakit jantung reumatik.

ASUHAN KEPERAWATAN
I.

PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan pada tanggal 7 April 2009, pkl 07.30 wita, dengan sumber data dari
pasien, keluarga, dan catatan medik.
1. Identitas

Nama
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Status
Suku bangsa
Alamat

Pasien

Penanggung jawab

AN
10 tahun
Perempuan
SD
Siswa
Hindu
belum kawin
Bali/Indonesia
Jalan Imam Bonjol 338X

JK
48 tahun
Laki-laki
SLTA
pegawai swasta
Hindu
kawin
Bali/Indonesia
Jalan Imam Bonjol 338X

Dps

Dps
Ayah kandung

Hubungan dengan pasien


2. Keluhan Utama

Saat MRS (Masuk Rumah Sakit) : Pasien mengatakan demam dan nyeri sendi dan
nyeri bertambah saat sendi digerakkan
3. Riwayat penyakit
Berdasarkan riwayat kesehatan dari ibunya, anak mengalami nyeri di tenggorokan
sekitar sebulan yang lalu dan sembuh sendiri sehingga pemeriksaan diarahkan
pada kemungkinan demam rematik.
4. Data Biopsikososial-spiritual
a. Oksigen

Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami sesak napas baik


inspirasi maupun ekspirasi.
Saat pengkajian pasien mengatakan bahwa ia sulit bernafas dan pola
nafasnya tidak teratur.
b. Nutrisi
Pasien mengatakan biasa makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, lauk,
sayur, kadang-kadang buah. Pasien minum 6-8 gelas sehari air putih
(1200 cc 1600 cc).
Saat pengkajian ibu pasien mengatakan merasa mual, tidak nafsu makan,
makanan hanya habis 1/4 porsi. Pasien hanya makan 2 kali sehari. Pasien
mengatakan minum air putih 3-5 gelas sehari (600 cc 1000 cc)
c. Eliminasi (BAB / BAK)
Pasien mengatakan biasa BAB 1 kali sehari di kamar mandi dengan
konsistensi lembek berwarna kuning, bau khas faeses. Pasien BAK 5-6
kali sehari (1100 cc 1300 cc), bau pesing, warna kuning.
Saat pengkajian pasien mengatakan BAB 1 kali sehari di kamar mandi
dengan konsistensi lembek berwarna kuning, bau khas faeses. Pasien BAK
5-6 kali sehari (1100 cc 1300 cc), bau pesing, warna kuning.
d. Gerak dan aktifitas
Sebelum sakit pasien mengatakan dapat beraktivitas seperti biasa (sekolah,
dan bermain).
Saat pengkajian pasien mengatakan merasa nyeri yang sangat hebat
sehingga menolak untuk disentuh. Pasien mengeluh nyeri pada sekitar
umbilical sampai ke area diafragma,pasien tampak meringis akibat nyeri,
tampak lesu, dan tidak bergairah.
e. Istirahat dan Tidur

Sebelum sakit pasien biasa tidur 8 jam sehari yaitu dari pukul 22.0006.00 wita. Pasien tidak biasa tidur siang.
Saat pengkajian ibu pasien mengatakan pasien megalami susah tidur
akibat nyeri yang dirasakan. Pasien terbangun tiap 2 jam sekali.
f. Pengaturan suhu tubuh
Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami peningkatan suhu
tubuh.
Saat pengkajian pasien mengalami peningkatan suhu tubuh. Pasien tampak
menggigil.
g. Rasa Nyaman
Pasien mengeluh merasa nyeri yang sangat hebat sehingga menolak untuk
disentuh. Pasien mengeluh nyeri pada sekitar umbilical sampai ke area
diafragma,sendi pergelangan tangan, pergelangan kaki, lutut, sikut yang
muncul bergantian, pasien tampak meringis.
h. Kebersihan Diri
Pasien mengatakan biasa mandi 2 kali sehari dengan sabun dan
dikeringkan dengan handuk, mencuci rambut 2 kali seminggu, gosok gigi
2 kali sehari, pasien mengganti pakaian 1 kali sehari, pasien mengatakan
memotong kuku apabila panjang.
Saat pengkajian pasien mengatakan tidak bisa ke kamar mandi sendiri dan
memakai pakaian sendiri, pasien mengatakan susah keramas dan
menggosok gigi sehingga membutuhkan bantuan orang lain.
i. Rasa Aman
Pasien mengatakan merasa aman di Rumah sakit karena ada keluarga dan
petugas yang siap membantunya.
j. Sosialisasi

Hubungan

pasien

dengan

petugas

baik,

dengan

keluarga

baik,

berkomunikasi inter dan antar keluarga baik.


k. Melaksanakan ibadah
Pasien beragama Hindu. Pasien sering berdoa.Pasien mengatakan
penyakitnya bukan disebabkan oleh ilmu hitam. Pasien yakin penyakitnya
karena masalah kesehatan.
l. Rekreasi
Pasien mengatakan memiliki hobi bermain bersama teman sebayanya.
m. Prestasi
Pasien mengatakan memiliki prestasi sebagai peringkat 10 besar di
kelasnya..
n. Belajar
Pasien mengatakan tidak memahami mengenai pencegahan penyakitnya,
perawatan dan tindakan yang harus dilakukan, pasien tampak bertanya
pencegahan, perawatan dan pengobatannya.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : kesadaran compos mentis, bangun tubuh sedang, postur
tubuh tegak, turgor kulit menurun, warna kulit sawo matang, BB 23 kg,
TB 127cm.
b. Gejala kardinal 385 0C, nadi 55 kali/menit, respirasi 35 kali/menit, tekanan
darah 90/55 mmHg
c. Keadaan fisik
1) Kepala
Bentuk normochepali, warna rambut hitam, keriting, tidak ada
ketombe, nyeri tekan ada.
2) Wajah

Bentuk simetris, ada pembengkakan di bagian mata.


3) Mata
Konjungtiva palbebra merah muda +/+, sklera putih +/+, kornea
bening, reflek pupil +/+, pergerakan bola mata baik.
4) Telinga
Bentuk simetris, pendengaran baik, tidak ada serumen
5) Hidung
Bentuk simetris, ada pernapasan cuping hidung, mukosa hidung
merah muda, tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan, kebersihan
cukup.
6) Gigi dan Mulut
Mukosa bibir kering, gigi lengkap, caries tidak ada, gusi pucat,
kebersihan gigi cukup.
7) Leher
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,
tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, serta tidak ada bendungan
vena jugularis.
8) Thorax
Bentuk simetris, gerakan simetris, frekuensi nafas 35 kali/menit,
ada nyeri tekan.bunyi jantung melemah, terdengar murmur middiastolik pada daerah apeks.
9) Abdomen
Bentuk simetris, ada nyeri tekan.
10) Ekstremitas
Atas : bentuk simetris, ada sianosis, edema ada.
Bawah : bentuk simetris, ada sianosis, edema ada.
Kekuatan otot

6. Pemeriksaan diagnostik

222

222

222

222

1) Friction rub (+)


2) Pemeriksaan EKG
Terdapat P-R interval 0,24 mm
3) Pemeriksaan darah
LED : 20/35
CRP : (+)
ASTO : 350 Tood Unit
Leukosit : 27000

II.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

I. Analisis Data
Hari /
No
1

tanggal

Data

Standar

Waktu
Selasa/7 April

DS : -

DS : -

2009

DO :

DO :

Pk 08.00 wita

Suhu tubuh pasien

Suhu tubuh

meningkat yaitu : 38,5

pasien normal

(36,7 0,5 ) C

Masalah
Keperawatan
Hypertermi

Pasien tampak

Pasien tidak

Selasa/7 April

menggigil.
DS :

menggigil
DS :

Penurunan

2009

Ibu pasien mengatakan

pasien tidak

Curah Jantung

pasien mudah lelah dan

mudah lelah

Pk 08.00 wita

tidak bergairah
Pasien mengeluh sesak

Pasien tidak
sesak napas

napas
DO :

DO :

Tekanan darah menurun

Tekanan darah

90/55 mmHg
Nadi menurun 55 kali
permenit
Pasien tampak pucat

normal yaitu
110/65 kali
permenit
Nadi normal 75-

Ada sianosis

100 kali

Ada edema

permenit
Tidak ada
sianosis

Selasa/7 April

DS :

Tidak ada edema


DS :

Pola nafas tidak

2009

Pasien mengeluh sesak

Pasien tidak

efektif

Pk 08.00 wita

nafas

sesak nafas

DO :

DO :

Frekuensi pernapasan 35

Frekuensi

kali permenit.

pernapasan
normal 20-30

Selasa/7 April

DS :

kali permenit
DS :

Gangguan rasa

2009

Pasien mengeluh nyeri

Tidak ada nyeri

nyaman

Pk 08.00 wita

pada bagian persendian,


sekitar umbilical sampai
ke area diafragma
sehingga menolak untuk
disentuh

DO :

DO :

Pasien tampak meringis

Pasien tidak

Selasa/7 April

DS :

meringis
DS :

Intoleransi

2009

Ibu pasien mengatakan

Pasien tidak

aktivitas

pasien mudah lelah dan

mudah lelah

Pk 08.00 wita

tidak bergairah
Pasien mengeluh nyeri

Pasien tidak
nyeri

pada bagian persendian,


sekitar umbilical sampai
ke area diafragma
sehingga menolak untuk
disentuh
DO :

DO :

Pasien tampak meringis

Pasien tidak

Pasien tampak lemas

meringis

Pasien tampak pucat

Pasien tidak
lemas

Pasien tidak
6.

Selasa/7 April

DS :

pucat
DS :

2009

Pasien mengeluh nyeri

Pasien tidak

Pk 08.00 wita

pada bagian persendian,

Gangguan
perfusi jaringan

merasa nyeri

sekitar umbilical sampai


ke area diafragma
sehingga menolak untuk
disentuh
DO :

DO :

Ada sianosis

Tidak ada
sianosis

Pasien terlihat pucat


Ada edema

Pasien tidak
pucat
Tidak ada edema

II. Analisa Masalah


1. Hypertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat
infeksi penyakit.
Gangguan saaraf pusat (kejang)
Hypertermi
Kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi penyakit
Suhu tubuh pasien meningkat yaitu : 38,5 C, pasien tampak menggigil
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi miokardium.
Sesak nafas
Penurunan curah jantung
Disfungsi miokardium

Pasien mudah lelah dan tidak bergairah, tekanan darah menurun (90/55 mmHg),
nadi menurun (55 kali permenit), pasien tampak pucat, ada sianosis, pasien mengeluh
sesak napas, ada edema

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen


menuju paru-paru
Kerusakan neurovaskuler
Pola nafas tidak efektif
Ketidakadekuatan oksigen menuju paru-paru
Pasien sesak nafas, frekuensi pernapasan 35 kali permenit

4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penimbunan asam


laktat pada sendi
Shock dan stres
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
Penimbunan asam laktat pada sendi
Pasien nyeri pada bagian persendian, sekitar umbilical sampai ke area diafragma
sehingga menolak untuk disentuh, serta pasien tampak meringis

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan metabolisme basal terganggu


Ttidak bisa beraktivitas secara mandiri
Intoleransi aktivitas
Metabolisme basal terganggu
Pasien mudah lelah dan tidak bergairah, nyeri pada bagian persendian, sekitar
umbilical sampai ke area diafragma, tampak meringis, lemas, pucat.

6. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan aliran darah


sekunder akibat inflamasi
Sianosis
Gangguan perfusi jaringan
Gangguan aliran darah sekunder akibat inflamasi
Pasien nyeri pada bagian persendian, sekitar umbilical sampai ke area diafragma
sehingga menolak untuk disentuh, ada sianosis, pasien terlihat pucat, ada edema
III. Rumusan Diagnosa Keperawatan

1. Hypertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi


penyakit ditandai dengan suhu tubuh pasien meningkat yaitu : 38,5 C, pasien
tampak menggigil.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi miokardium ditandai
dengan pasien mudah lelah dan tidak bergairah, tekanan darah menurun (90/55
mmHg), nadi menurun (55 kali permenit), pasien tampak pucat, ada sianosis,
pasien mengeluh sesak napas, ada edema.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen menuju
paru-paru ditandai dengan pasien mengeluh sesak nafas, frekuensi pernapasan 35
kali permenit.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penimbunan asam laktat
pada sendi ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada bagian persendian, sekitar
umbilical sampai ke area diafragma sehingga menolak untuk disentuh, serta
pasien tampak meringis.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan metabolisme basal terganggu ditandai
dengan pasien mudah lelah dan tidak bergairah, pasien mengeluh nyeri pada
bagian persendian, sekitar umbilical sampai ke area diafragma sehingga menolak
untuk disentuh, pasien tampak meringis, pasien tampak lemas, dan pasien tampak
pucat.
6. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder
akibat inflamasi ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada bagian persendian,
sekitar umbilical sampai ke area diafragma sehingga menolak untuk disentuh, ada
sianosis, pasien terlihat pucat, ada edema.

III.

INTERVENSI

I. Menyusun Prioritas
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen menuju
paru-paru.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi miokardium.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder
akibat inflamasi.
4. Hypertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi
penyakit.
5. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penimbunan asam laktat
pada sendi.

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan metabolisme basal terganggu.


II. Rencana Keperawatan
Hari
N

Tanggal

Diagnosa

Tujuan /

keperawatan

Out come

1.

Intervensi

Rasional

Waktu
Selasa/7 Pola nafas

Setelah

Mandiri

Mandiri

April

tidak efektif

diberikan

- Evaluasi frekuensi

- Respon pasien

2009

berhubungan

askep

pernapasan dan

bervariasi.

Pk

dengan

selama

kedalaman. Catat

Kecepatan dan

08.30

ketidakadekuat

2x24

upaya pernapasan,

upaya mungkin

wita

an oksigen

diharapkan

contoh adanya

meningkat

menuju paru-

pola

dispnea,

karena nyeri,

paru ditandai

efektif

penggunaan obat

takut, demam,

dengan pasien

dengan out

bantu napas,

penurunan

mengeluh

come :

pelebaran nasal.

volume sirkulasi

sesak nafas,

Pasien

(kehilangan

frekuensi

tidak

darah atau

pernapasan 35

sesak

cairan),

kali permenit

nafas

akumulasi

jam
nafas

Frekuensi

secret, hipoksia

pernapasa

atau distensi

n normal

gaster.

(20-30

Penekanan

kali

pernapasan

permenit)

(penurunan
kecepatan) dapat
terjadi dari
penggunaan
analgesic

berlebihan.
Pengenalan dini
dan pengobatan
ventilasi
abnormal dapat
mencegah
komplikasi.
- Auskultasi bunyi

- Auskultasi bunyi

napas. Catat area

napas ditujukan

yang menurun

untuk

atau tidak adanya

mengetahui

bunyi napas dan

adanya bunyi

adanya bunyi

napas tambahan.

napas tambahan,
contoh krekels
atau ronki
Kolaborasi
-

Kolaborasi
Bant

Re

u dalam

ekspansi paru

pemasangan

dengan

kembali selang

pelepasan

dada atau

akumulasi

torakosentesis bila

darah atau

diindikasikan

udara dari
tekanan
negative

2.

pleural.
Mandiri

Selasa/7 Penurunan

Setelah

Mandiri

April

curah jantung

diberikan

2009

berhubungan

askep

pantau tekanan

dari tekanan

Pk

dengan

selama

darah. Ukur pada

memberikan

Kaji/

- Perbandingan

08.30

disfungsi

3x24 jam

kedua tangan

gambaran yang

wita

miokardium

diharapkan

/paha untuk

lebih lengkap

ditandai

curah

evaluasi awal.

tentang

dengan, pasien

jantung

Gunakan ukuran

keterlibatan/bida

mudah lelah

normal.

manset yang tepat

ng masalah

dan tidak

Dengan out

dan teknik yang

vaskular.

bergairah,

come :

akurat.

Hipertensi berat

Tekanan darah

pasien

menurun 90/55

tidak

pada orang

mmHg, nadi

mudah

dewasa sebagai

menurun 55

lelah

peningkatan

diklarifikasikan

kali permenit,

Pasien

pasien tampak

tidak

diastolik sampai

pucat, ada

sesak

130; hasil

sianosis, Pasien

napas

pengukuran

mengeluh

Tekanan

tekanan

diastolik diatas

sesak napas,

darah

130

ada edema.

normal

dipertimbangkan

yaitu

sebagai

110/65

peningkatan

kali

pertama,

permenit

kemudian

Nadi
normal
75-100
kali
permenit
Tidak ada
sianosis
Tidak ada
edema

maligna.
Hipertensi
sistolik juga
merupakan
faktor resiko
yang ditentukan
untuk penyakit
serebrovaskular
dan penyakit

iskemi jantung
bila tekanan
diastolik 90
sampai 115.
-

Catat - Denyutan
keberadaan,

karotis,

kualitas denyutan

jugularis,

sentral dan

radialis, dan

perifer.

femoralis
mungkin
teramati/
terpalpasi.
Denyut pada
tungkai
mungkin
menurun,
mencerminkan
efek dari
vasokontriksi
(peningkatan
SVR), dan
kongesti vena.
- Adanya pucat,

Amat

dingin, kulit

i warna kulit,

lembab dan

kelembaban,

masa pengisian

suhu, dan masa

kapiler lambat

pengisian kapiler.

mungkin
berkaitan
dengan
vasokontriksi

atau
mencerminkan
dekompensasi
/penurunan
curah jantung.
- Dapat
mengindikasika
-

Catat

n gagal jantung,

edema umum/

kerusakan ginjal

tertentu

atau vaskular.
-Dapat
menurunkan
rangsangan yang

Anju

menimbulkan

rkan teknik

stres, membuat

relaksasi, panduan

efek tenang,

imajinasi,aktivitas

sehingga akan

pengalihan

menurunkan
TD.
- Dapat
mengindikasika
n gagal jantung,
kerusakan ginjal

- Catat edema

atau vaskuler.

umum/tertentu.

- Dapat
menurunkan
rangsangan yang
menimbulakan

Anju

stres, membuat

rkan teknik

efek tenang,

relaksasi, panduan

sehingga akan

imajinasi,

menurunkan

aktivitas

TD.

pengalihan.

- Respon
terhadap terapi
obat steppen
(yang terdiri atas
neureting,

Panta

inhibitor

u respon terhadap

simpatis dan

obat untuk

vasodilator)

mengontrol

tergantung pada

tekanan darah.

individu dan
efek sinergis
obat. Karena
efek samping
tersebut, maka
penting untuk
menggunakan
obat dalam
jumlah paling
sedikit dan dosis
paling rendah
Kolaborasi
- Pembatasan ini
dapat
menangani
retensi cairan
dengan respon

Kolaborasi
-

hipertensif,
Berik

an pembatasan

dengan
demikian

3.

Selasa/7 Gangguan

Setelah

cairan dan diet

menurunkan

natrium sesuai

beban gagal

indikasi

jantung.

Mandiri
-

Mandiri

April

perfusi jaringan diberikan

2009

berhubungan

askep

iki perubahan

secara langsung

Pk

dengan

selama

tiba-tiba atau

sehubungan

08.30

gangguan

3x24

gangguan mental

dengan curah

wita

aliran

kontinyu, contoh:

jantung dan juga

cemas, bingung,

dipengaruhi oleh

letargi, pingsan.

elektrolit atau

jam

darah diharapkan

sekunder akibat tidak

ada

inflamasi

gangguan

ditandai

perfusi

Selid

- Perfusi serebral

variasi asam

dengan pasien jaringan

basa, hipoksia,

mengeluh nyeri dengan out

atau emboli

pada

sistemik.

bagian come :

persendian,

Pasien

Lihat

- Vasokontriksi

sekitar

tidak

pucat, sianosis,

sistemik

umbilical

merasa

belang, kulit

diakibatkan oleh

sampai ke area

nyeri

dingin atau

penurunan curah

diafragma

Tidak ada

lembab. Catat

jantung

sehingga

sianosis

kekuatan nadi

mungkin

perifer.

dibuktikan oleh

menolak untuk Pasien


disentuh, ada
tidak
sianosis, pasien
pucat
terlihat

pucat,

ada edema.

penurunan
perfusi kulit dan
penurunan nadi.

Tidak ada

- Indikator

edema
-

Kaji
tanda edema.

trombosis vena
dalam.
- Pompa jantung
gagal dapat

Panta

mencetuskan

u pernapasan,

distress

catat kerja

pernapasan.

pernapasan.

Namun dispnea
tiba-tiba atau
berlanjut
menunjukkkan
komplikasi
tromboemboli
paru.
Kolaborasi
- Indikator
perfusi atau

Kolaborasi

fungsi organ.

- Pantau data
laboratorium,
contoh: GDA,
BUN,
creatinin, dan
elektrolit.
4.

Selasa/7 Hypertermi

Setelah

Mandiri

April

berhubungan

diberikan

2009

dengan

askep

u suhu pasien

41,1o C

Pk

kerusakan

selama

(derajat dan pola)

menunjukan

08.30

kontrol

perhatikan

proses penyakit

wita

sekunder akibat diharapkan

menggigil atau

infeksius akut.

infeksi

suhu tubuh

diaforesis.

Pola demam

penyakit

kembali

dapat

ditandai

normal

membantu

dengan

suhu 1x24 jam

suhu dengan out

Mandiri
Panta

- Suhu 38,9o

dalam

tubuh

pasien come :

meningkat

Suhu

diagnosis ;
misal kurva

yaitu : 38,5 C,

tubuh

demam lanjut

pasien tampak

pasien

berakhir lebih

menggigil

normal

dari 24 jam

(36,7

menunjukkan

0,5 ) C

pneumonia

Pasien

pnuemokokal,

tidak

demam scarlet

menggigil

atau tifoit ;
demam remiten
(bervariasi
hanya beberapa
derajat pada
arah tertentu)
menunjukan
infeksi paru ;
kurva
intermiten atau
demam yang
kembali normal
sekali dalam
periode 24 jam
menunjukan
episode septic,
endokarditis
septic, atau TB.
Menggigil
sering
mendahului
puncak suhu.

Catatan :
penggunaan
antipirektik
mengubah pola
demam dan
dapat dibatasi
sampai
diagnosis
dibuat atau bila
demam tetap
lebih besar dari
38,9o C.
-

Berik

- Dapat

an kompres mandi

membantu

hangat ; hindari

mengurangi

penggunan

demam.

alcohol.

Catatan :
penggunaan air
es atau alcohol
mungkin
menyebabkan
kedinginan,
peningkatan
suhu secara
actual. Selain
itu, alcohol
dapat
mengeringkan
kulit.

Kolaborasi
-

Kolaborasi
Berik - Digunakan

an antipirektik,

untuk

misalnya : ASA

mengurangi

(aspirin),

demam dengan

asetaminofen

aksi sentralnya

(Tylenol).

pada
hipotalamus,
meskipun
demam mungkin
dapat berguna
dalam
membatasi
pertumbuhan
organisme, dan
meningkatkan
outodestruksi
dari sel-sel yang

5.

terinfeksi.
Mandiri

Selasa/7 Gangguan rasa

Setelah

Mandiri

April

nyaman (nyeri)

diberikan

2009

berhubungan

askep

hui adanya nyeri.

mengetahui dan

Pk

dengan

selama

Dengarkan

mendengarkan

08.30

penimbunan

2x24

dengan penuh

penuh perhatian

wita

asam laktat

diharapkan

perhatian

mengenai nyeri,

pada sendi

pasien

mengenai nyeri.

akan dapat

ditandai

merasa

dilakukan

dengan pasien

nyaman

tindakan yang

jam,

Keta

mengeluh nyeri dengan out


pada bagian
persendian,
sekitar
umbilical

tepat untuk

come :

mengatasi nyeri.
- Teknik

Tidak ada
nyeri
Pasien

- Dengan

Beri
tahu teknik untuk

penurunan
ketegangan otot
rangka dapat

sampai ke area

tidak

menurunkan

menurunkan

diafragma

meringis

ketegangan otot

intensitas nyeri.

sehingga

rangka, yang

menolak untuk

dapat menurunkan

disentuh, serta

intensitas nyeri.

pasien tampak

meringis.

Ajar
kan strategi

Str
ategi relaksasi
dapat
meningkatkan
rasa nyaman

relaksasi khusus
(missal: bernafas
perlahan, teratur
atau nafas dalam
kepalkan tinju
6.

Selasa/7 Intoleransi

Setelah

menguap).
Mandiri

April

aktivitas

diberikan

2009

berhubungan

askep

sa tanda vital

ortostatik dapat

Pk

dengan

selama

sebelum dan

terjadidengan

08.30

metabolisme

2x24 jam,

segera setelah

aktivitas karena

wita

basal terganggu diharapkan

aktivitas,

efek obat

ditandai

pasien dapat

khususnya bila

(vasodilasi),

dengan pasien

melakukan

pasien

perpindahan

mudah lelah

aktivitas

menggunakan

cairan (diuretik)

dan tidak

dengan

vasolidator,

atau pengaruh

bergairah,

mandiri

diuretik, penyekat

fungsi jantung

pasien

dengan out

beta.

mengeluh nyeri come :


pada bagian

Pasien

persendian,

Mandiri
Perik

- Hipertensi

- Penurunan
Catat

/ketidakmampua

respon

n miokardium

tidak

kardiopulmonal

untuk

sekitar

mudah

terhadap aktifitas,

meningkatkan

umbilical

lelah

catat takikardi,

volume

disritmia, dispnea,

sekuncup

sampai ke area

Pasien

diafragma

tidak

sehingga

nyeri

menolak untuk

berkeringat, pusat.

selama aktivitas,
dapat

Pasien

menyebabkan

disentuh,

tidak

peningkatan

pasien tampak

meringis

segera pada

meringis,

frekuensi

Pasien

pasien tampak

tidak

jantung dan

lemas, dan

lemas

kebutuhan

pasien tampak
pucat.

Pasien

oksigen, juga

tidak

peningkatan

pucat

kelelahan dan
kelemahan.
- Kelemahan
adalah efek
-

Kaji

samping dari

presipitator

beberapa obat

/penyebab

(beta bloker,

kelemahan contoh

traquilizer dan

pengobatan, nyeri,

sedatif). Nyeri

obat.

dan program
penuh stres juga
memerlukan
energi dan
menyebabkan
kelemahan.
- Dapat
menunjukkan
peningkatan

Eval

dekompensasi

uasi peningkatan

jantung daripada

intoleran aktivitas.

kelebihan

aktivitas.
- Pemenuhan
kebutuhan
perawatan diri
-

Berik

pasien tanpa

an bantuan dalam

mempengaruhi

aktivitas

stres miokard/

perawatan diri

kebutuhan

sesuai indikasi.

oksigen

Selingi periode

berlebihan.

aktivitas dengan

Kolaborasi

periode istirahat.

- Peningkatan
bertahap pada
aktivitas

Kolaborasi

menghindari

- Implementasikan

kerja

program

jantung/konsum

rehabilitasi

si oksigen

jantung/aktifitas.

berlebihan.
Penguatan dan
perbaikan fungsi
jantung dibawah
stres, bila
disfungsi
jantung tidak
dapat membaik
kembali.

IV.

EVALUASI

No.

Hari/Tanggal

Dx
1.

Jam
Kamis/9

Pola nafas tidak efektif

April 2009

berhubungan dengan

Pk 08.30

ketidakadekuatan oksigen

wita

menuju paru-paru.

Jumat/10

Penurunan curah jantung

(20 kali permenit)


- A : Tujuan tercapai.
- P : Pertahankan kondisi pasien.
-S :

April 2009

berhubungan dengan disfungsi

Pasien mengatakan sudah

Pk 08.30

miokardium.

2.

wita

Diagnosa Keperawatan

Evaluasi Sumatif
-S:

Pasien tidak sesak nafas


-O:
Frekuensi pernapasan normal

tidak mudah lelah


Pasien mengatakan sudah
tidak sesak napas
-O :
Tekanan darah normal yaitu

110/65 kali permenit


Nadi normal (80 kali
permenit)
Tidak ada sianosis
Tidak ada edema

3.

Jumat/10

Gangguan perfusi jaringan

- A : Tujuan tercapai.
- P : Pertahankan kondisi pasien.
-S:

April 2009

berhubungan dengan gangguan

Pasien mengatakan sudah

Pk 08.30

aliran darah sekunder akibat

wita

inflamasi.

tidak merasa nyeri


O:
Tidak ada sianosis
Pasien tidak pucat
Tidak ada edema
- A : Tujuan tercapai.

4.

5.

Rabu/8 April

Hypertermi berhubungan

2009

dengan kerusakan kontrol suhu

Pk 08.30

sekunder akibat infeksi

wita

penyakit.

- P : Pertahankan kondisi pasien.


-S:-O:
Suhu tubuh pasien normal
(36,7C)

Kamis/9

Gangguan rasa nyaman (nyeri)

Pasien tidak menggigil


- A : Tujuan tercapai.
- P : Pertahankan kondisi pasien.
-S:

April 2009

berhubungan dengan

Pasien sudah merasa tidak ada

Pk 08.30

penimbunan asam laktat pada

wita

sendi.

nyeri
-O:
Pasien tidak meringis

6.

Kamis/9

Intoleransi aktivitas

- A : Tujuan tercapai.
- P : Pertahankan kondisi pasien.
-S:

April 2009

berhubungan dengan

Pasien mengatakan sudah

Pk 08.30

metabolisme basal terganggu.

tidak mudah lelah

Pasien mengatakan tidak

wita

merasa nyeri
-O:
Pasien tidak meringis
Pasien tidak lemas
Pasien tidak pucat
- A : Tujuan tercapai.
- P : Pertahankan kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Doenges, Marilynn. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Ners Semarang. 2008. Penyakit Jantung Rematik. http://keperawatangun.blogspot.com/2008/05.html [4 April 2009]
Putra Jati Melayu. 2008. Penyakit Jantung Rematik.
http://jundul.wordpress.com/2008/09/15/penyakit-jantung-rematik-pjr/. [4 April 2009]

Anda mungkin juga menyukai