Anda di halaman 1dari 15

Sumber Ringkas

Keputihan Pada Wanita - Jenis, Penyebab dan Pencegahan


Permasalah keputihan merupakan permasalahan klasik pada kebanyakan
kaum wanita. Ironisnya kebanyakan wanita tidak mengetahui tentang keputihan
dan penyebab keputihan pada wanita itu sendiri dan malah yang menjadikan
keputihan sebagai hal yang enteng. Justeru jika tidak ditangani dengan baik,
keputihan bisa berakibat fatal. Kemandulan dan kehamilan ektopik (hamil di luar
kandungan) bisa menjadi salah satu akibat dari adanya keputihan, selain itu
gejala awal kanker rahim biasanya dimuali dengan adanya keputihan. Dan
tentunya kanker leher rahim merupakan jenis penyakit yang berbahaya yang jika
tidak ditangani dengan baik, akan berujung pada kematian. Jadi jangan anggap
enteng keputihan.
Keputihan akan sering teralami saat wanita sedang hamil, hal ini akibat
adanya perubahan hormonal yang terjadi dan salah satu efek dari peningkatan
hormonal tersebut adalah adanya produksi cairan yang meningkat serta
diakibatkan juga oleh vagina wanita hamil yang mengalami penurunan
keasamannya, juga akibat kondisi pencernaan mengalami perubahan.
Hal
tersebut menyebabkan meningkatnya resiko sering terjadinya keputhan pada
wanita hamil, terutama keputihan yang diakibatkan adanya infeksi jamur.
Jenis Keputihan
Keputihan terbagi menjadi dua jenis yaitu yang bersifat fisiologis dan Patologis.
Keputihan Fisiologis
Jenis keputihan ini biasanya sering terjadi saat masa subur, serta saat
sesudah dan sebelum menstruasi. Biasanya saat kondisi-kondisi tersebut sering
terdapat lendir yang berlebih, itu adalah hal normal, dan biasanya tidak
menyebabkan rasa gatal serta tidak berbau. Keputihan fisiologis pada wanita
hamil tidak berpengaruh terhadap janin secara langsung, karena adanya selaput
ketuban yang dapat melindungi janin.
Keputihan fisiologis atau juga banyak disebut keputihan normal memiliki ciri-ciri:
1.
2.
3.
4.
5.

Cairan keputihannya encer


Cairan yang keluar berwarna krem atau bening
Cairan yang keluar tidak berbau
Tidak menyebabkan gatal
Jumlah cairan yang keluar terbilang sedikit

Keputihan Patologis
Keputihan jenis patologis disebut juga sebagai keputihan tidak normal.
Jenis keputihan ini sudah termasuk ke dalam jenis penyakit. Keputihan patologis
dapat menyebabkan berbagai efek dan hal ini akan sangat mengganggu bagi
kesehatan wanita pada umumnya dan khususnya kesehatan daerah kewanitaan.

Keputihan patologis akibat adanya infeksi akan mengakibatkan


meningkatnya resiko bayi lahir prematur pada wanita hamil dan bayi pun akan
turut terkena infeksi. Bayi yang terkena infeksi virus beresiko mengalami
ganngguan pencernaan dan gangguan pernapasan hingga bisa menyebabkan
bayi mengalami kematian. Dan bayi yang mengalami infeksi akibat bakter dapat
menyebabkan kebutaan pada bayi.
Keputihan patologis memiliki ciri-ceiri sebagai berikut:
1. Cairannya bersifat kental
2. Cairan yang keluar memiliki warna putih seperti susu, atau berwarna kuning
atau juga hijau
3. Keputihan patologis menyebabkan rasa gatal
4. Cairan yang keluar memiliki bau yang tidak sedap
5. Biasanya menyisakan bercak-bercak yang telihat pada celana dalam wanita
6. Jumlah cairan yang keluar sangat banyak.
Penyebab Keputihan
Faktor kebersihan yang kurang baik. Kebersihan di darerah vagina
haruslah terjaga dengan baik. Jika, daerah vagina tidak dijaga kebersihannya
akan menimbulkan berbagai macam penyakit salah satunya keputhan. Hal ini
menyebabkan kelembaban vagina mengalami peningkatan dan hal ini membuat
penyebab infeksi berupa bakteri patogen akan sangat mudah untuk
menyebarnya. Stress. Semua organ tubuh kinerjanya di pengaruhi dan dikontrol
oleh otak, maka ketika reseptor otak mengalami kondisi stress hal ini dapat
menyebabkan terjadinya perubahan dan keseimbangan hormon -hormon dalam
tubuh dan hal ini dapat menimbulkan terjadinya keputihan. Penggunaan obatobatan. Penggunaan obat antibitok dalam jangka lama bisa menyebabkan sistem
imunitas pada tubuh wanita, dan obat antibiotik biasanya dapat menimbulkan
keputihan. Sedangkan gangguan keseimbangan hormonal dapat juga disebabkan
oleh penggunaan KB
Keputihan yang disebabkan oleh jamur, parasit, bakteri dan virus
Jamur Monilia atau Candidas. Bercirikan memiliki warna putih seperti susu,
cairannya sangat kentar, sangat berbau tidak seda dan menimbulkan rasa gatal
pada sekitar daerah vagina. Hal ini dapat menyebabkan vagina mengalami
radang dan kemerahan. Biasanya hal ini juga dipicu oleh adanya penyakit
kencing manis, penggunaan pil KB, serta tubuh yang memiliki daya tahan
rendah.
Parasit Trichomonas Vaginalis
Terjadi dan ditularkan melalui hubungan seks, bibir kloset atau oleh
perlengkapan mandi. Memiliki ciri, cairan yang keluar sangat kental, memiliki
warna kuning atau hijau, berbuih dan berbau anyir. Keputihan akibat parasit
tidak menimbulkan gatal, tapi jika ditekan vagina akan terasa sakit
Bakteri Gardnella

Keputihan akibat infeksi bakteri ini memiliki ciri berwarna keabuan, sedikit
encer, memiliki bau ami dan berbuih. Keputihan jenis ini dapat menimbulkan
rasa gatal yang sangat menggangu.
Virus
Keputihan jenis ini timbul akibat penyakit kelamin, seerti HIV/AIDS, herpes
dan conyloma. Timbulnya kutil-kutil yang banyak dan diikuti oleh cairan berbau
menandakan adanya virus condyloma. Biasanya ibu hamil sering terjangkit oleh
virus ini. VIrus yang dapat ditularkan oleh hubungan seks yaitu virus herpes.
Cirinya adanya luka yang melepuh di sekitar lubang vagina, terasa panas dan
menimbulkan rasa gatal. Kanker mulut rahim yang sangat berbahaya bagi kaum
wanita dapat di picu oleh keputihan yang disebabkan oleh keputihan akibat
virus.
Mencegah Keputihan
1. Bersihkan selalu organ intim anda. Bersihakan dengan menggunakan
pembersih yang tidak menyebabkan gangguan kestabilan pH pada daerah
vagina anda. Gunakan produk pembersih terbuat dari bahan susu. Produk
yang terbuat dari bahan dasar susu dapat menjaga pH seimbang juga
meningkatkan flora dan bakteri yang tidak bersahabat dapat ditekan.
Penggunaan sabun antiseptik kurang baik bagi vagina dalam jangka panjang,
karena bersifat agat keras.
2. Jangan menggunakan bedak atau bubuk yang bertujuan membuat vagina
harum atau kering. Bedak sangat kecil dan halus, hal ini mudah terselip dan
tidak dapat terbersihkan, sehingga mengundang datangnya jamur pada
vagina.
3. Keringkanlah selalu vagina anda setelah mandi, cebok atau mencui vagina
sebelum anda berpakaian
4. Pakailah selalu pakaian dalam yang kering. Usahakan selalu untuk membawa
cadangan guna berjaga-jaga jika celana dalam anda perlu diganti
5. Gunakan celana luar yang memiliki pori-pori cukup, jangan terlalu seirng
menggunakan celana luar yang ketat, hal ini dapat menyebabkan sirkluasi di
daerah kewanitaan terganggu.
6. Gunakan celana dalam dari bahan katun, karena bahan katun mampu
menyerap keringat.
7. Saat periode menstruasi, seringlah anda mengganti pembalut
8. Panty liner digunakan saat dirasa perlu saja, janga digunakan terlalu lama.
9. Jika anda stress, ambil waktu libur atau cuti anda, rileks kan pikiran anda
sejenak. Karena stress juga dapat memacu keputihan
10.Kurangi untuk kegiatan yang membuat anda sangat letih, kepanasan dan
banyak mengeluarkan keringat, atau jika sudah melakukan aktivitas
tersebut, segera mandi dan bersihkan tubuh anda khususnya daerah
kemaluan.

Sumber Lebih Lengkap dan Terpercaya


I. PENDAHULUAN
Leukorrhea (atau yang lebih dikenal dengan keputihan) dan keluhan gatal
yang menyertainya merupakan keluhan yang sering menjadi alasan seorang
wanita untuk berobat ke bagian ginekologi. Hal ini dikarenakan banyak diantara
mereka yang mengkhawatirkan dirinya mengidap penyakit menular seksual
ataupun keganasan.
Leukorrhea dapat menyerang wanita mulai dari anak-anak sampai wanita
dewasa atau menopause. Leukorrhea menyebabkan seorang wanita acapkali
mengganti pakaian dalamnya atau menggunakan pembalut. Leukorrhea
biasanya disertai dengan keluhan lain seperti perasaan gatal, rasa panas pada
alat kelamin maupun nyeri sewaktu bersenggama. Keluhan dapat bervariasi dari
ringan hingga berat, namun banyak penderita yang tidak menghiraukannya.

II. DEFINISI
Leukorrhea (lekore) atau fluor albus atau keputihan ialah cairan yang
keluar dari saluran genitalia wanita yang bersifat berlebihan dan bukan
merupakan darah. Menurut kamus kedokteran Dorlan leukorrhea adalah sekret
putih yang kental keluar dari vagina maupun rongga uterus. Walaupun arti kata
lekore yang sebenarnya adalah sekret yang berwarna putih, tetapi sebetulnya
warna sekret bervariasi tergantung penyebabnya. Lekore bukan penyakit
melainkan gejala dan merupakan gejala yang sering dijumpai dalam ginekologi.

III. PATOFISIOLOGI
A. Sumber Cairan
1) Vulva
Cairan yang berasal dari vulva tidak termasuk sekret vagina akan
tetapi penderita mengeluh keputihan karena tidak mengetahui asal cairan
tersebut. Cairan ini dapat berasal dari kelenjar Bartholin yang mempunyai
peranan penting dalam pelumasan introitus dan mukosa vulva berupa
lendir yang meningkat pada aktifitas seksual. Lendir juga berasal dari
daerah periurethral tempat bermuaranya saluran Skene.
2) Vagina
Walau vagina tidak mempunyai kelenjar akan tetapi cairan dapat
keluar dari permukaan secara transudasi. Cairan bersifat asam karena
adanya asam laktat yang diproduksi oleh mikroorganisme terutama
bakteri Doderlein.
3) Serviks

Kelenjar mukosa serviks adalah penghasil lendir utama. Lendir


jernih, basah, jumlah dan kekentalannya bervariasi bergantung dari fase
siklus menstruasi. Jumlah terbanyak ialah saat ovulasi, selain karena
pengaruh hormon, juga disebabkan oleh hiperemia.
4) Uterus
Kelenjar endometrium yang sebelumnya tidak aktif, baru aktif pada
fase postovulasi dan sedikit dari cairan ini dapat turun ke vagina,
jumlahnya kecil sekali kecuali bila terjadi kelainan dalam hal vaskularisasi,
kelainan faktor endokrin, adanya neoplasma atau infeksi.
5) Tuba
Walau jarang tetapi mungkin terjadi dalam keadaan tertentu misal
salpingitis yang kemudian cairannya masuk uterus dan selanjutnya turun
ke vagina.
B. Komponen Sekret Vagina yang Normal
Sekret vagina terdiri dari beberapa komponen yang meliputi air,
elektrolit, mikroorganisme, sel-sel epitel dan senyawa organik seperti
asam lemak, protein dan karbohidrat. Komponen-komponen ini bergabung
untuk menghasilkan sekret vagina dengan pH kurang dari 4,5. Sel epitel
berasal dari epitel toraks serviks dan epitel gepeng vagina. Flora vagina
yang normal terdiri dari mikroorganisme yang mengkolonisasi cairan
vagina dan sel epitel. Leukosit, meskipun normalnya terdapat pada fase
sekresi siklus menstruasi, biasanya hanya ditemukan dalam jumlah kecil.
C. Pengaruh Hormon Seks
Cairan vagina dan flora mikroba dipengaruhi oleh hormon-hormon
seks. Peningkatan volume dan penurunan viskositas cairan vagina terjadi
setelah ovulasi, dalam hal ini hormon progesteron memegang peranan.
Estrogen meningkatkan kadar glukosa dalam cairan vagina. Tidak jelas
apakah estrogen meningkatkan pergantian glikogen atau kandungan
glikogen sel-sel epitel, yang kemudian dapat mempengaruhi jenis
organisme yang mengkolonisasi epitel. Sehingga wanita premenarche dan
pasca menopause lebih banyak mempunyai bakteri anaerob daripada
wanita menstruasi. Wanita dalam masa reproduksi mempunyai lebih
banyak bakteri fakultatif yang sebanding termasuk laktobasilus daripada
wanita dengan kadar estrogen rendah.
D. Pengaruh pH dan Glukosa atas Flora Vagina
Dua faktor lain yang mempengaruhi jenis organisme yang terdapat
dalam flora vagina adalah pH dan terdapatnya glukosa. Kandungan
glikogen epitel vagina pasti meningkat pada wanita yang menstruasi
(dalam masa reproduksi) dibandingkan wanita yang tidak dalam masa
reproduksi. Kandungan asam laktat dalam vagina menimbulkan pH yang

sangat asam (kurang dari 4,5). Asam laktat diproduksi tidak hanya oleh
metabolisme laktobasilus yang menggunakan glukosa sebagai substrat
tetapi juga oleh metabolisme bakteri lain yang menggunakan glikogen
sebagai substrat dan oleh metabolisme sel-sel epitel vagina yang juga
menggunakan glikogen sebagai substrat. Kemudian pH rendah ini
menyokong pertumbuhan organisme asidofilik seperti laktobasilus.
Terdapatnya
laktobasilus
mungkin
menjadi
pusat
pembatasan
pertumbuhan bakteri lainnya. Kolonisasi laktobasilus vagina yang berat
menghambat pertumbuhan organisme lain melalui metabolisme sendiri
dengan mempertahankan pH yang rendah dengan menggunakan glukosa
untuk menghasilkan asam laktat, dengan memproduksi hidrogen
peroksida yang menghambat pertumbuhan bakteri anaerob, dan dengan
menggunakan glukosa tersebut memusnahkan organisme lain karena
substrat untuk metabolismenya telah dipergunakan. Di antara wanita
pasca menopause, kandungan glikogen sel yang rendah karena
pengurangan kadar estrogen diperkirakan bertanggung jawab terhadap
peningkatan pH vagina. Pada lingkungan pH yang tinggi ini efek
penghambatan dan persaingan laktobasilus dihilangkan dengan demikian
organisme-organisme lain terutama yang anaerob akan berproliferasi.
E. Mikro-Ekosistem Epitel Vagina
Sel-sel epitel mempunyai tempat bagi perlekatan bakteri dan
kemampuan bakteri tertentu untuk menempati tempat tersebut berbedabeda di antara pasien yang satu dengan lainnya. Beberapa wanita sangat
rentan terhadap infeksi karena selnya mengandung tempat yang mudah
dilekati bakteri. Flora normal yang menempel pada sel-sel epitel vagina
dan merupakan mikro-ekosistem epitel vagina akan menghambat
pertumbuhan organisme patologik yang berlebihan dengan paling sedikit
dua mekanisme. Pertama flora normal pasti menggunakan kedua zat gizi
substrat yaitu glukosa dan glikogen. Kedua dengan menghasilkan produk
metabolik yang menghambat penempelan dan proliferasi organisme yang
berpotensi patogen. Analog dengan mikro flora oral, vagina mungkin
mengandung banyak ekosistem mikroba tersendiri, yang bervariasi dalam
jarak beberapa milimeter di dalam epitel vagina.
F. Mikroorganisme yang Terdapat dalam Sekret Vagina yang Normal
Organisme yang ditemukan pada sekret vagina dalam konsentrasi
setinggi 10 satuan pembentuk-koloni/mm3 cairan. Konsentrasi organisme
anaerob biasanya kira-kira 5 kali konsentrasi organisme aerob. Rata-rata
5-10 organisme ditemukan dari vagina, meskipun pengambilan bahan
contoh ulangan dapat menemukan lebih banyak bakteri. Organisme
fakultatif
yang
paling
menonjol
adalah
spesies
laktobasilus,
korinebakteria, streptokokus, stafilokokus epidermis dan Gardnerella
vaginalis. Sebenarnya semua wanita paling sedikit mempunyai satu
organisme fakultatif dan salah satu organisme fakultatif ini dapat
ditemukan pada 40-80% wanita. E. coli, merupakan organisme koliformis

virulen yang tersering ditemukan, dapat ditemukan dari hanya kira-kira


20% wanita dan pada wanita inipun hanya terdapat secara sepintas.
Organisme anaerob yang paling menonjol adalah peptostreptokokus,
peptokokus, laktobasilus anaerob, eubakteria; Bacteroides sp., yang
ditemukan secara keseluruhan atau sendiri-sendiri pada 20-60% wanita.
Candida albicans, organisme jamur tersering ditemukan, terdapat 5-10%
wanita. Mycoplasma hominis terdapat pada 20-50% dan Ureaplasma
urealyticum terdapat pada 50-70% wanita asimtomatik yang aktif
berhubungan seksual. Jadi sulit sekali menentukan kapan keadaan disebut
patologis bila hanya berdasarkan ditemukannya suatu jenis kuman
tertentu.
G. Mekanisme Infeksi Vagina
Jika keseimbangan kompleks mikroorganisme berubah, maka
organisme yang berpotensi patogen, yang merupakan bagian flora normal
misalnya C. albicans pada kasus monilia serta G. vaginalis dan bakteri
anaerob pada kasus vaginitis nonspesifik, berproloferasi sampai suatu
konsentrasi yang berhubungan dengan gejala. Pada mekanisme infeksi
lainnya, organisme yang ditularkan melalui hubungan seksual dan bukan
merupakan bagian flora normal seperti Trichomonas vaginalis dan
Neisseria gonorrhoeae dapat menimbulkan gejala. Gejala yang timbul bila
hospes meningkatkan respon peradangan terhadap organisme yang
menginfeksi dengan menarik leukosit serta melepas prostaglandin dan
komponen respon peradangan lainnya. Gejala ketidaknyamanan dan
pruritus vagina berasal dari respon peradangan vagina lokal terhadap
infeksi T. vaginalis dan C. albicans. Organisme tertentu yang menarik
leukosit termasuk T. vaginalis, menghasilkan sekret purulen. Di antara
wanita dengan vaginitis nonspesifik, baunya disebabkan oleh terdapatnya
amina yang dibentuk sebagai hasil metabolisme bakteri anaerob. Amina
tertentu, khususnya putresin dan kadaverin, sangat berbau busuk.
Lainnya seperti histamin dapat menimbulkan ketidaknyamanan oleh
karena efek vasodilatasi lokal. Produk metabolisme lain yang dihasilkan
pada wanita dengan non spesifik vaginitis seperti propionat dan butirat
dapat merusak sel-sel epitel dengan cara yang sama seperti infeksi
ginggiva. Eksudat serviks purulenta tersering disebabkan oleh N.
Gonorrhoeae, C. Trachomatis atau Herpesvirus hominis, karena organisme
penginfeksi ini menarik leukosit. Adanya AKDR dapat menimbulkan
endometritis ringan dan atau servisitis, tempat leukosit dikeluarkan ke
dalam vagina melalui serviks.

III. ETIOLOGI
Tujuan pertama adalah membedakan sekret vagina fisiologis atau
patologis, dengan kriteria klinis, laboratorium dan mikrobiologi. Setiap penyakit
atau kelainan dari organ seperti vagina, serviks, uterus, tuba dapat menimbulkan
gejala lekore.

A. Lekore Fisiologis
Basanya jernih atau putih dan menjadi kekuningan bila kontak
dengan udara yang disebabkan oleh proses oksidasi, tidak gatal, tidak
mewarnai pakaian dalam dan tidak berbau. Secara mikroskopik terdiri dari
dinding vagina, sekresi dari endoserviks berupa mukus, sekresi dari
saluran yang lebih atas dalam jumlah yang bervariasi serta mengandung
berbagai mikroorganisme terutama lactobacillus doderlein. Memiliki pH <
4,5 yang terjadi karena produksi asam laktat oleh lactobacillus dan
metabolisme glikogen pada sel epitel vagina. Lekore fisiologis berasal dari
transudat vagian, lendir serviks dan lendir kelenjar bartholin dan skene
dan biasa ditemukan pada keadaan antara lain:
1. Bayi baru lahir terutama sampai usia 10 hari, hal ini disebabkan
pengaruh estrogen di plasenta terhadap uterus dan vagina bayi
2. Premenarche
3. Saat sebelum dan sesudah haid
4. Saat atau sekitar ovulasi
5. Kehamilan
6. Faktor psikis
7. Rangsangan seksual pada wanita dewasa
8. Gangguan kondisi tubuh seperti keadaan anemia, kekurangan gizi,
kelelahan, kegemukan, usia tua > 45 tahun.
B. Lekore Patologis
Lekore dikatakan patologis jika terjadi peningkatan volume
(khususnya jika membasahai pakaian), terdapat bau yang khas,
perubahan konsistensi maupun perubahan warna. Lekore patologis dapat
disebabkan oleh:
1) Infeksi
Merupakan penyebab utama dari lekorea patologis, dapat berupa
infeksi vagina (vaginitis) dan serviks (servisitis). Penyebab terbesar dari
infeksi adalah hubungan seksual. Lekorea karena PMS bersfat abnormal
dalam warna, bau atau jumlahnya, dapat disertai gatal pembengkakan
disuria, nyeri perut atau pinggang. Sebab lain masuknya kuman bisa pada
waktu pemeriksaan dalam, pertolongan persalinan atau abortus,
pemasangan AKDR. Perubah flora dapat terjadi karena pencucian vagina
yang kurang pada tempatnya, pengobatan yang berlebihan. Pada anakanak sering karena higienis yang kurang baik.
Berdasarkan penyebabnya, infeksi-infeksi tersebut adalah:
a. Infeksi bakteri
Neisseria gonorrhoeae : Gonorrhoe
Chlamydia trachomatis : infeksi Chlamydial
Gardnerella vaginalis : vaginosis
Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum : Mycoplasmosis
b. Infeksi virus

Herpes virus (H. Simplex, H. Zoster, Varicella)


Poxvirus : Moluscum contagiosum
Papovavirus : Condyloma
c. Infeksi jamur
Candida albicans : Kandidiasis
d. Infeksi protozoa
Trichomonas vaginalis : Trikomoniasis
Entamoeba histolytica : Amoebiasis vaginae
e. Infeksi cacing
Enterobius vermicularis
Lebih jelas lagi mengenai beberapa infeksi yang sering adalah sebagai berikut:
INFEKSI PADA VAGINA
Pada pemeriksaan sekret vagina pada pasien normal, dapat ditemukan
batang gram positif, yaitu Lactobacillus acidophillus. Bakteri ini dapat
mempertahankan ekosistem vagina dengan 3 cara:
a. Memproduksi asam laktat yang mempertahankan pH vagina normal, yaitu
4 (rata-rata 3,8-4,2) , sehingga dapat menghambat patogen
b. Memproduksi Hidrogen Peroksida yang toksis terhadap mikroflora anaerob
c. Memiliki mikrovili yang menempel pada reseptor di sel-sel epitel vagina,
sehingga menghalangi penempelan patogen.
Infeksi Jamur
Kandidiosis vulvovaginal (KV)
Kandidiosis vulvovaginal merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh
Candida spp terutama Candida albicans. Diperkirakan sekitar 50% wanita pernah
mengalami kandidiosis vulvovaginitis paling sedikit dua kali dalam hidupnya.
Jamur ini hidup dalam suasana asam yang mengandung glikogen. Keadaankeadaan yang mendukung timbulnya infeksi adalah kehamilan, pemakaian pil
kontrasepsi, pemakaian kortikosteroid dan pada penderita Diabetes Melitus.
Gejala klinis Kandidiosis Vulvovaginal (KV) adalah :
-

Duh tubuh vagina disertai gatal pada vula


Disuria eksternal dan dipareunia superfisial
Pada pemeriksaan tampak vulva eritem, edem dan lecet
Pada pemeriksaan spekulum tampak duh tubuh vagina dengan jumlah yang
bervariasi, konsistensi dapat cair atau seperti susu pecah
Pada kasus yang lebih berat pemeriksaan inspekulo menimbulkan rasa nyeri
pada penderita. Mukosa vagina dan ektoserviks tampak eritem, serta pada
dinding vagina tampak gumpalan putih seperti keju.
Pemeriksaan pH vagina berkisar 4-4,5

Infeksi Protozoa
Trichomoniasis

Trichomoniasis adalah infeksi traktus urogenitalis yang disebabkan oleh


protozoa yaitu T. vaginalis. Masa inkubasi berkisar antara 5-28 hari. Pada wanita
T. vaginalis paling sering menyebabkan infeksi pada epitel vagina, selain pada
uretra, serviks, kelenjar Bartholini dan kelenjar skene. Trichomoniasis biasanya
ditularkan melalui hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung (kondom)
dengan seseorang yang mengidap trichomoniasis atau dapat juga ditularkan
melalui perlengkapan mandi (handuk).
Gejala klinis :
-

Asimtomatis pada sebagian wanita penderita trichomoniasis


Bila ada keluhan, biasanya berupa cairan vagina yang banyak, sekitar 50%
penderita mengeluh bau yang tidak enak disertai gatal pada vulva dan
dispareunia.
Pada pemeriksaan, sekitar 75% penderita dapat ditemukan kelainan pada
vulva dan vagina. Vulva tampak eritem, lecet dan sembab. Pada
pemasangan spekulum terasa nyeri, dan dinding vagina tampak eritem
Sekitar 2-5% serviks penderita tampak gambaran khas untuk trichomoniasis,
yaitu berwarna kuning, bergelumbung, biasanya banyak dan berbau tidak
enak
Pemeriksaan pH vagina >4,5

Infeksi Bakteri
Vaginosis Bakterial (VB)
Vaginosis bakterial merupakan sindroma atau kumpulan gejala klinis
akibat pergeseran lactobacilli yang merupakan flora normal vagina yang
dominan oleh bakteri lain, seperti Gardnerella vaginalis, Prevotella spp,
Mobilancus spp, Mycoplasma spp dan Bacteroides spp. Vaginosis bakterial
merupakan penyebab vaginitis yang sering ditemukan terutama pada wanita
yang masih aktif secara seksual, namun demikian Vaginosis bakterial tidak
ditularkan melalui hubungan seksual.
Gejala klinis :
-

Asimtomatik pada sebagian penderita vaginosis bakterialis


Bila ada keluhan umumnya berupa cariran yang berbau amis seperti ikan
terutama setelah melakukan hubungan seksual
Pada pemeriksaan didapatkan jumlah duh tubuh vagina tidak banyak,
berwarna putih, keabu-abuan, homogen, cair, dan biasanya melekat pada
dinding vagina
Pada vulva atau vagina jarang atau tidak ditemukan inflamasi
Pemeriksaan pH vagina >4,5 , penambahan KOH 10% pada duh tubuh vagina
tercium bau amis (whiff test)
Pada sediaan apus vagina yang diwarnai dengan pewarnaan gram ditemkan
sel epitel vagina yang ditutupi bakteri batang sehingga batas sel menjadi
kabur (clue cells)

INFEKSI PADA SERVIKS


Servisitis Gonore
Gonore merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh N. gonnorrheae
pada traktus genitalis dan organ tubuh lainnya seperti konjungtiva, faring,
rektum, kulit, persendian, serta organ dalam. Ditularkan melalui hubungan
seksual. Pada wanita, N. gonnorrhoeae pertama kali mengenai kanalis servikalis.
Selain itu dapat mengenai uretra, kelenjar skene, dan kelenjar bartholini. Masa
inkubasi bervariasi, umumnya 10 hari.
Gejala klinis :
-

Asimtomatik pada lebih dari sebagian penderita gonore


Bila ada keluhan umunya cairan vagina jumlahnya meningkat, menoragi atau
perdarahan intermenstrual
Pada penderita yang menunjukan gejala biasanya ditemukan duh tubuh
serviks yang mukopurulen. Serviks tampak eritem, edem, ektopi dan mudah
berdarah saat pengambilan bahan pemeriksaan

Servisitis yang disebabkan Chlamidia trachomatis


Penyakit yang disebabkan oleh Chlamidia trachomatis sebagian besar
serupa dengan gonore. Pada wanita, traktus genitalis yang paling sering
terinfeksi oleh C. trachomatis adalah endoserviks. Pada 60 % penderita biasanya
asimtomatik (silent sexually transmitted disease).
Gejala klinis :
-

Bila penderita yang mempunyai keluhan, biasanya tidak khas dan serupa
dengan keluhan servisitis gonore, yaitu adanya duh tubuh vagina
Pada pemeriksaan inspekulo sekitar 1/3 penderita dijumpai duh tubuh servks
yang mukopurulen, serviks tampak eritem, ektopi dan mudah berdarah pada
saat pengambilan bahan pemeriksaan dari mukosa endoserviks

2) Benda asing
Adanya benda asing seperti kotoran tanah atau biji-bijian pada
anak-anak ataupun tertinggalnya tampon maupun kondom pada wanita
dewasa, adanya cincin pesariumpada wanita yang menderita prolaps uteri
serta pemakaian alat kontrasepsi seperti IUD dapat merangsang
pengeluaran sekret secara berlebihan.
3) Hormonal
Perubahan hormonal estrogen dan progesteron yang terjadi dapat
dikarenakan adanya perubahan konstitusi dalam tubuh wanitu itu sendiri

atau karena pengaruh dari luar misalnya karena obat/cara kontrasepsi,


dapat juga karena penderita sedang dalam pengobatan hormonal.
4) Kanker
Pada kanker sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan
mudah terjadi kerusakan sel, Pada carcinoma cervix terjadi pengeluaran
cairan yang banyak disertai bau busuk akibat terjadinya proses
pembusukan dari sel yang rusak dan seringkali diseertai darah yang tidak
segar akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk
memberikan makanan dan oksigen pada sel kanker tersebut.
5) Vaginitis atrofi
Usia pra pubertas, masa laktasi, pasca menopause dan beberapa
keadan yang menyebabkan kurangnya estrogen, akan menyebabkan
meningkatnya pH vagina. Naiknya pH akan menyebabkan pertumbuhan
bakteri normal dalam vagina menjadi berkurang, tetapi sebaliknya pH
yang meningkat akan memicu pertumbuhan bakteri patogen di vagina.
Kurangnya estrogen akan menyebabkan penipisan mukosa vagina
sehingga mudah terluka dan terinfeksi

IV. DIAGNOSIS
Diagnosis penyebab leukorea dapat dicari dengan memperoleh :

Anamnesis
Dengan anamnesis harus terungkap apakah lekore ini termasuk
fisiolgis atau patologis. Selain disebabkan karena infeksi harus difikirkan juga
kemungkinan ada benda asing atau neoplasma

Pemeriksaan klinis
Pada pemeriksaan speculum harus diperhatikan sifat cairannya seperti
kekentalan, warn, bau serta kemungkinan adanya benda asing, ulkus dan
neoplasma (kelompok khusus). Pemeriksaan dalam dilakukan setelah
pengambilan sediaan untuk pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium
Dibuat sediaan basah NaCl 0,9% fisiologis untuk trikomoniasis, KOH
10% untuk kandidias, pengecatan gram untuk bakteri penyebab gonore.

Pemeriksaan tambahan dilakukan bila ada kecurigaan keganasan. Kultur


dilakukan pada keadaan klinis ke arah gonore tetapi hasil pemeriksaan gram
negatif. Pemeriksaan serologis dilakukan bila kecurigaan ke arah klamidia.

Diagnosis penyebab infeksi:


1) Trikomoniasis
Anamnesis: sering tidak menunjukkan keluhan , kalau ada biasanya
berupa duh tubuh vagina yang banyakmdan baerbau maupun dispareunia,
perdarahan pasca coitus dan perdarahan intermestrual
Jumlah lekore banyak, berbau, menimbulkan iritasi dan gatal. Warna
sekret putih, kuning atau purulen. Konsistensi homogen, basah, frothy
atau berbusa (foamy). Terdapat eritem dan edema pada vulva disertai
dengan ekskoriasi. Sekitar 2-5% tampak strawberry servix yang sangat
khas pada trichomonas.
Laboratorium: pH>4,5 dan Sniff test (+)
Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan larutan garam fisiologis
terlihat pergerakan trichomonas berbentuk ovoid, ukuran lebih besar dari
PMN dan mempunyai flagel, leukosit (+) dan clue cell dapat (+)
2) Kandidosis vulvovaginal
Anamnesis: keluhan panas, atau iritasi pada vulva dan keputihan yang
tidak berbau
Rasa gatal/iritasi disertai keputihan tidak berbau atau berbau asam.
Keputihan bisa banyak, putih keju atau seperti kepala susu/krim, tetapi
kebanyakan seperti susu pecah. Pada dnding vagina biasanya dijumpai
gumpalan keju (cottage cheeses). Pada vulva/dan vagina terdapat tandatanda radang, disertai maserasi, psuedomembran, fissura dan lesi satelit
papulopustular
Laboratorium: pH vagina <4,5 dan Whiff test (-)
Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% atau dengan
pewarnaan gram ditemukan blastopora bentuk lonjong, sel tunas,
pseudohifa dan kadang kadang hifa asli bersepta
3) Vaginosis bacterial
Anamnesis: Mempunyai bau vagina yang khas yaitu bau amis terutama
waktu berhubungan seksual, namun sebagian besar dapat asimtomatik
Keputihan dengan bau amis seperti ikan. Sekret berlebihan, banyaknya
sedang sampai banyak, homogen, warna putih atau keabu-abuan, melekat
pada dinding vagina. Tidak ada tanda-tanda inflamasi.
Laboratorium: pH >4,5 biasanya berkisar antara 5-5,5 dan Whiff test (+)
Mikroskopik: clue cell (+) jarang terdapat leukosi
4) Servisitis Gonore
Anamnesis: Gejala subjektif jarang ditemukan . Pada umumnya wanita
datang berobat kalau sudah ada komplikasi. Sebagian besar penderita
ditemukan pada pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga
berencana
Duh tubuh serviks yang mukopurulen. Serviks tampak eritem, edema,
ektopi dan mudah berdarah pada saat pengambilan bahan pemeriksaan.
Laboratorium: kultur

Mikroskopik: Pemeriksaan sedian langsung dengan pengecatan gram


ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler maupun ekatraseluler
5) Klamidiasis
Anamnesis: gejala sering tidak khas, asimtomatik, atau sangat ringan
Eksudat seviks mukopurulen, erosi seviks, atau folikel-folikel kecil
(microfollicles)
Laboratorium: pemeriksaan serologis untuk deteksi antigen melalui ELISA
Mikroskopik: dengann pengecatan giemsa akan ditemukan badan
elementer dan badan retikulat

V. TERAPI
1. Trikomoniasis
Pilihan utama : metronidazole 3x250 mg/hari, per oral selama 7 hari.
Jangan diberikan pada wanita hamil, terutama trimester I
Pilihan lain : Klotrimazol 100 mg/hari intravagina selama 7 hari.
Dapat diberikan pada wanita hamil.
Partner seksual atau sumber kontak dilakukan pemeriksaan rutin traktus
genitourinarius dan pengobatan dengan metronidazole 2 gr peroral dosis
tunggal
2. Kandidiasis
Pilihan utama:
Klotrimazol 100mg/hari selama 7 hari
Nistatin 100.000-200.000 unit/hari intra vagina selama 14 hari
Pilihan lain :
Tiokonazol 300mg per oral, dosis tunggal atau 100 mg/hari selama 3 hari
Mikonazol 100mg/hari intravagina selama 7 hari
3. Vaginosis bakteri
Pilihan utama: Metronidazol 3x 250mg/hari, oral selama 7 hari
Pilihan lain : Ampisilin 4x500mg/hari per oral selama 7 hari
4. Gonore
Pilihan utama : Doksisiklin 2x100mg/hari per oral selama 7 hari
Pilihan lain :
Tetrasiklin 4x500 mg/hari per oral selama 7 hari
Penisilin prokain 4,8 juta U i.m. + Probenesid 1 gr per oral
Ampisilin 3,5 gr + Probenesid 1 gr per oral
Amoksisilin 3 gr + Probenesid 1 gr per oral
5. Klamidiasis
Pilihan utama : Doksisiklin 2x 100 mg/hari oral selama 7 hari
Pilihan lain :
Tetrasiklin 4x500mg/hari oral selama 7 hari
Eritromisin 4x500mg/hari per oral selama 7 hari atau 4x250 mg/hari per os
selama 14 hari

DAFTAR PUSTAKA
Berek, Jonathan S., et all. 1996. Novaks Gynaecology. Twelfth Edition. Baltimore:
Williams & Wilkins

Daili, Sjaiful Fahmi, Wresti Indriatmi B. 2003. Penyakit Menular Seksual. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
De Charney Alan H,M.D. 2003. Current Obstetric dan Gynaecology Diagnosis and
Treatment. New York: McGraw-Hill
Freedberg, Irwin M., et all. 2003. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine.
Sixth Edition. New York: McGraw Hill
Ginekologi. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran
Natakusumah, Rustama. 1992. Penatalaksanaan Umum Keputihan (Lekore).
Dalam Kumpulan Makalah Simposium Pengelolaan Keputihan dan Masalah
Terkait dalam Rangka Lustrum VII FKUP & HUT RSHS ke-69. Bandung:
Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FKUP/RSUP Dr. Hasan Sadikin
Plourd, David M. 1997. Normal Vaginal Ecosystem Physiology. in Medscape
General Medicine in. www.medscape.com, Diakses 10 Desember 2005
Plourd, David M. 1997. Practice Guide to Diagnosing and Treating Vaginitis . in
Medscape General Medicine in. www.medscape.com, Diakses 10
Desember 2005
Shaw, Robert W., W. Patrick Soutter, Stuart L. Stanton. 2003. Gynaecology. Third
Edition. London: Churchill Livingstone
Wijayanegara, Hidayat, Achmad Suardi, Wiryawan Permadi, Tina Dewi Judistiani.
1997. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr.
Hasan Sadikin. Edisi ke II. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi
FKUP/RSUP Dr. Hasan Sadikin

Anda mungkin juga menyukai