Abstract
Marasmus is derived from the word Greece which means wasting damage. Marasmus is a form
of protein-calorie malnutrition mainly due to lack of calories and chronic primarily occurs
during the first year of life and take care of it the fat under the skin and muscles. Marasmus is a
disease caused by a deficiency of calories of protein. Sufferers of marasmus are people who
experience malnutrition and its dominating protein. So it appears the symptoms of malnutrition
in general such as lethargy, apathy, maudlin still feel hungry, dry skin, hair easily broken
because there is no fat under the skin, as well as the experienced dehindrasi that causes liquid
diarrhea due to malnutrition.
Key Words: Marasmus, Malnutrition, Need Protein
Abstrak
Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti wasting merusak. Marasmus adalah bentuk
malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama
terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot.
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. Penderita
marasmus adalah orang yang mengalami kekurangan gizi dan dominannya protein. Sehingga
muncul gejala kurang gizi pada umumnya seperti lemah lesu, apatis, cengeng karena masih
merasa lapar, kulit kering, rambut mudah patah karena tidak ada lemak dibawah kulit, serta
mengalami dehindrasi yang menyebabkan diare cair karena malnutrisi.
Kata Kunci: Marasmus, Malnutrisi, Membutuhkan Protein
Pendahuluan
Kurang kalori protein merupakan salah satu masalah gizi masyarakat yang utama di Indonesia.
dilihat dari contoh kasus kurang gizi di Indonesia, masih banyak anak-anak yang menderita
penyakit akibat kurang gizi yang sangat memprihatinkan, salah satunya adalah marasmus. Hal ini
dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk,
adanya infeksi, konsumsi kalori yang tidak memadai yang mengakibatkan kekurangan protein
dan mikronutrisi, cedera atau penyakit menahun, dan kebersihan yang kurang di daerah
perkotaan yang sedang membangun, serta terjadinya krisis ekonomi di lndonesia. Dengan alasan
itulah, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang hal hal yang berhubungan dengan
marasmus.
Marasmus adalah penyakit kekurangan protein dan itu berkesinambungan dengan Sistem
Pencernaan. Dengan melihat begitu besarnya peranan sistem pencernaan dalam tubuh manusia,
maka di makalah ini akan dibahas tentang apa hubungan sistem kerja pencernaan dengan
penyakit Marasmus dengan membahas struktur makroskopik dan mikroskopik, mekanisme
pencernaan dan proses absorpsi serta defekasi.
Makroskopis Alat Pencernaan
1.1 Mulut
Cavum oris dimulai dari rima oris dan berakhir di isthmus faucium. Selain merupakan
permukaan sistem pencernaan, rongga mulut juga berfungsi sebagai rongga yang dilalui oleh
udara pernapasan dan juga penting untuk pembentukan suara. Rongga mulut dibagi dalam.
1.1.1
Vestibulum oris
Merupakan daerah di antara bibir dan pipi di sebelah luar dan gigi geligi dengan processus
alveolarisnya di sebelah dalam.
Bibir (labium) di sudut mulut kanan-kiri saling berhubungan pada angulus oris. Terdapat sulcus
nasolabialis yang merupakan alur diantara sudut bibir atas dengan hidung (nasus) dan sulcus
mentolabialis yang merupakan alur diantara bibir bawah dengan dagu (mentum). Di pertengahan
bibir atas terdapat lekukan yang disebut dengan philtrum. Diantara kulit dan mukosa terletak
otot-otot wajah, antara lain : m. buccinator dan m. orbicularis oris.1
Pipi (bucca), merupakan daerah diantara angulus oris sampai tepi depan m. masseter. Di bawah
kulit ditemukan jaringan lemak, dan diataranya terdapat suatu gumpalan lemak besar (Bichat)
yang bagian depannya terletak pada m. buccinators dan meluas ke belakang, menyusup antara m.
buccinators dan m. masseter, dan mencapai tepi depan m. temporalis.1
Selaput lendir: melapisi vestibulum oris sebelah dalam. Di garis tengah terdapat suatu lipatan
yang menghubungkan bibir dengan processus alveolaris dan dinamakan frenulum labii superioris
et inferioris. 1
Terdapat kelenjar-kelenjar kecil, yang dinamakan glandulae buccale et labials. Di setinggi
geraham molar ke-2 atas ditemukan suatu tonjolan, yaitu papilia salivaria buccalis, yang
merupakan muara ductus parotidicus (Stenonianus).1
1.1.2
Di bagian depan dan samping, cavum oris berbatasan dengan arcus dentalis dengan processus
alveolaris. Di atas berbatasan dengan palatum durum dan palatum molle. Di sebelah bawah
berbatasan dengan diaphragma oris. Dan di sebelah belakang berbatasan dengan isthmus faucium
dan lidah.1
Palatum
Palatum terdiri atas:
o Palatum durum
Merupakan suatu sekat yang terbentuk oleh processus palatines ossis maxillae dan
processus horizontalis ossis palate. Tulang-tulang ini dilapisi oleh selaput lendir di sisi
superior (cavum nasi) dan inferior (cavum oris). Di bagian dorsal, palatum ini memiliki
kelenjar-kelenjar, yaitu glandulae palatini yang bermuara di foveolae palatinae. Di garis
tengah terdapat suatu raphe palatine yang kea rah depan berakhir pada papilla incisiva,
suatu tonjolan di belakang gigi seri pertama. Pada bagian anterior ditemukan rigi-rigi
melintang, yang dinamakan rugae transversae.1
o Palatum molle
Terdiri atas suatu aponeurosis yang merupakan tempat lekat bagi beberapa otot. Kearah
posterior, palatum molle ini melengkung ke bawah seperti suatu tirai dan dipertengahan
tepi posterior tergantung uvula. Kanan dan kiri terhadapa uvula ini terdapat suatu
lengkungan yaitu arcus palatoglossus, yang di dekat lidah akan melebar menjadi plica
triangularis. Di sebelah posteriornya terdapat lengkungan kedua yang lebih condong ke
medial, sehingga akan tampak pada mulut yang terbuka, ini yang disebut dengan arcus
palatopharyngeus, yang melekat pada dinding pharynx. Daerah di antara kedua
lengkung ini disebut dengan fossa/sinus tonsillaris.1
Isthmus faucium
Merupakan hubungan antara rongga mulut dan oropharynx. Di mana isthmus ini memilik batasbatas yaitu tepi bebas palatum molle, arcus palatoglossus, dan dorsum linguae.
Bila mulut dibuka, maka akan terlihat dua lengkung, yaitu arcus palatoglossus di depan yang
lebih ke lateral, dan arcus palatopharyngeus di belakang yang lebih ke medial. Di antara kedua
arcus tersebut terdapat sinus (fossa) tonsillaris, di dalam mana terletak tonsilla palatine
(amandel). Tonsila tidak mengisi seluruh fossa tonsillaris, sehingga terdapat ruangan di sebelah
atas, yaitu recessus supra tonsillaris dengan plica semilunaris dan di sebelah bawah terdapat
recessus ventralis dengan plica triangularis. Di dinding lateral terdapat m. buccopharyngeus
dengan fascia buccopharyngea.1
Lidah ( lingua )
Lidah merupakan suatu organ yang sangat lentur, terutama berfungsi bila berbicara. Lidah
mengisi cavum oris hampir seluruhnya dan melekat pada dasar mulut. Diantara corpus dan radix
linguae terdapat alur yang berbentuk V yang dinamakan sulcus terminalis. Pada ujung alur
tersebut di garis tengahnya terdapat suatu lekuk kecil yaitu foramen caecum linguae (Morgagnii)
yang merupakan muara dari ductus thyreoglossus sewaktu embrional.1
Dorsum linguae: di garis tengah terdapat sulcus medianus yang letaknya sesuai dengan septum
lingue, suatu sekat di bawahnya yang vertikal. Dorsum linguae (punggung) ini melengkung
konveks ke atas menyentuh palatum.1
Bagian 2/3 depan (corpus) merupakan selaput lendir yang mengandung banyak tonjolan, yaitu
papillae linguales yang terdiri dari: filiformis, fungiformis, foliatae, serta vallatae.1
Sedangkan 1/3 bagian belakang (radix), mengandung banyak kelenjar-kelenjar getah bening
(tonsilla lingualis) yang bersama dengan tonsillae palatinae dan tonsilla pharyngea (adenoid)
membentuk cincin Waldeyer. 1
Pada permukaan lidah ditemukan suatu lipatan di garis tengah yaitu frenulum linguae. Di
samping kana-kirinya tampak bayangan vv. Linguales. Lebih ke lateral terdapat plicae fimbriatae
yang melapisi Aa. Profunda linguae bersama dengan n. lingualis.1
1.2 Oesophagus
Merupakan suatu pipa musculair sepanjang 25 cm, yang merupakan lanjutan pharynx dan mulai
di tepi bawah cartilage cricoidea setinggi vertebra C6, dan berakhir di cardia ventriculi setinggi
vertebra Th X-XI. Selama perjalannya ke distal, ia mengikuti lengkung-lengkung columna
vertebralis, yang terletak tepat di belakangnya. Pada oesophagus dapat dibedakan 3 bagian,
yaitu1
1.2.1
Bagian ini turun lurus di bagian median, kemudian melengkung sedikit ke kiri dan bagian akhir.
Huubungan dengan alat-alat di sekitarnya, yaitu:
o
o
o
dan
Menyimpan makanan
Mencampur makanan dengan getah lambung untuk membentuk chymus yang setengah cair
Mengatur kecepatan pengiriman chymus ke usus halus sehingga pencernaan dan absorpsi
yang efisien dapat berlangsung. 1
Gaster terletak di bagian atas abdomen dan terbentang dari permukaan bawah arcus costalis
sinistra sampai region epigastrica dan umbilicalis. Sebagian besar gaster terletak di bawah costae
bagian bawah. Secara kasar gaster berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang, yaitu:
o
Ostium cardiacum
Merupakan tempat oesophagus masuk ke gaster. Ostium ini tidak memiliki sphincter, tetapi
di sini terdapat mekanisme fisiologis yang mencegah regurgitasi isi lambung ke dalam
oesophagus.1
o
Ostium pyloricum
Dibentuk oleh canalis pyloricus yang panjangnya sekitar 1 inci. Tunica muskularis stratum
circulare yang meliputi gaster jauh lebih tebal di daerah ini dan membentuk musculus
sphincter pyloricus. Pylorus terletak pada planum transpyloricum, dan posisinya dapat
dikenali dengan adanya sedikit konstriksi pada permukaan lambung. Musculus sphincter
pyloricus berfungsi untuk mengatur kecepatan pengeluaran isi gaster ke duodenum.1
Dan gaster memiliki dua curvatura, yaitu:
(a) Curvatura major
Lebih panjang daripada curvatura minor dan terbentang dari sisi kiri ostium cardiacum, melalui
kubah fundus, dan sepanjang pinggir kiri gaster sampai ke pylorus. Di curvatura major ini
terdapat ligamentum, yaitu ligamentum gastrolienale yang membentang dari bagian atas
curvatura major hingga ke lien, dan omentum majus terbentang dari bagian bawah curvature
major sampai ke colon transversum.1
(b) Curvatura minor
Membentuk pinggir kanan gaster dan terbentang dari ostium cardiacum sampai pylorus.
Curvatura minor ini digantung pada hepar oleh omentum minus.1
Gaster terbagi menjadi bagian-bagian berikut:
Fundus gastricum, berbentuk kubah, menonjol ke atas dan terletak di sebelah kiri ostium
cardiacum. Biasanya fundus ini berisi penuh dengan udara.
Corpus gastricum, terbentang dari ostium cardiacum hingga incisura angularis. Incisura
angularis ini merupakan suatu lekukan yang selalu ada pada bagian bawah curvatura
minor.
Anthrum pyloricum, terbentang dari incisura angularis hingga pylorus.
Pylorus merupakan bagian gaster yang berbentuk tubular. Dimana dinding ototnya tebal
sehingga membentuk m. sphincter pyloricus. Pada pylorus terdapat rongga yang
dinamakan canalis pyloricus.
1.4 Intestinum tenue ( Usus halus )
Merupakan bagian yang terpanjang dari saluran pencernaan dan terbentang dari pylorus pada
gaster sampai juncture ileocaecalis. Sebagian besar pencernaan dan absorpsi makanan
berlangsung di dalam intestinum tenue ini. Intestinum tenue ini terbagi menjadi:1
Duodenum
Merupakan saluran berbentuk huruf C dengan panjang sekitar 10 inci, yang merupakan organ
penghubung gaster dengan jejunum. Duodenum adalah rongga penting karena merupakan tempat
bermuaranya ductus choledocus dan ductus pancreaticus. Duodenum melengkung di sekitar
caput pancreatic. Satu inci pertama duodenum menyerupai gaster, yang permukaan anterior dan
posteriornya diliputi oleh peritoneum dan mempunyai omentum minus yang melekat pada
pimggir bawahnya. Bursa omentalis terletak di belakang segmen yang pendek ini. Sisa
duodenum yang lain terletak retroperitoneal, hanya sebagian saja yang diliputi oleh peritoneum.
Duodenum terletak pada region epigastrica dan umbilicalis dan di bagi menjadi 4 bagia, yaitu: 1
Pars superior duodenum
Panjangnya 2 inci, dimulai dari pylorus dan berjalan ke atas dankebelakang pda sisi kanan
vertebra lumbalis I. Jadi bagian ini terletak pada planum transpyloricum.2
Pars descendens duodenum
Panjangnya 3 inci dan berjalan ventrikal ke bawah di depan hilum renale dextra, di sebelah
kanan vertebra lumbales II dan III. Kira-kira pertengahan arah ke bawah, pada margo medialis,
ductus choledocus dan ductus pancreaticus menembus dinding duodenum. Kedua ductus ini
bergabung untuk membentuk ampula hepatopancreatica yang akan bermuara pada papilla
duodeni major. Jika ada ductus pancreaticus acessorius, ia akan bermuara ke dalam duodenum
sedikit lebih tinggi, yaitu pada papilla duodeni minor.1
Pars horizontalis duodenum
Panjangnya 3 inci dan berjalan horizontal ke kiri pada planum subcostale, berjalan di depan
columna vertebralis dan mengikuti pinggir bawah caput pancreatis.2
Pars ascendens duodenum
Panjangnya 2 inci dan berjalan ke atas dan ke kiri ke flexura duodenojejunalis. Flexura ini di
fiksasi oleh lipatan peritoneum, ligamentum Treitz, yang melekat pada crus dextrum
diaphragma.1
(b)
(c)
(d)
Panjangnya sekitar 10 inci dan terletak di kuadran kiri atas dan bawah. Colon ini berjalan ke
bawah dari flexura coli sinistra sampai pinggir pelvis, di sini colon transversum melanjutkan diri
menjadi colon sigmoideum. Peritoneum meliputi permukaan depan dan sisi-sisinya serta
menghubungkannya dengan dinding posterior abdomen.1
Colon sigmoideum
Panjangnya sekitar 10-15 inci dan merupakan lanjutan dari colon descendens yang terletak di
depan apertura pelvis superior. Di bawah colon sigmoideum berlanjut sebagai rectum yang
terletak di depan vertebra sacralis ketiga. Colon ini mudah bergerak dan tergantung ke bawah
masuk ke dalam cavitas pelvis dalam bentuk lengkungan.1
Colon ini dihubungkan dengan dinding posterior pelvis oleh mesocolon sigmoideum yang
berbentuk seperti kipas. Lengkung-lengkung colon sigmoideum bervariasi, tetapi umumnya
melengkung ke sebelah kanan linea mediana sebelum berhubungan dengan rectum.1
2. Alat pencernaan secara mikroskopis
Dalam mempelajari saluran pencernaan secara mikroskopis dimulai dari oesophagus sampai
anus.
2.1 Rongga mulut dilapisi epitel berlapis gepeng, berlapis tanduk (keratin), atau tanpa lapisan
tanduk bergantung pada daerahnya. Lapisan keratin melindungi mukosa mulut terhadap
kerusakan selama mengunya dan hanya terdapat di gigivi dan palatum durum. Lamina
proprianya memiliki sejumlah papila dan langsung melekat pada jaringan tulang. Epitel
berlapis gepeng tanpa laipsan tanduk menutupi palatum molle, bibir, dan dasar mulut.
Lamina proprianya memiliki papila, mirip derimis kulit, dan menyetu dengan submukosa
yang mengandung kelenjar liur kecil yang difus. Pada bibir, daerah peralihan epitel mulut
yang tidak berlapis tanduk menjadi epitel kulit. Dalam rongga mulut terdapat lidah yang
seluruh permukaan dorsal lidah merupakan papila-papila lidah. Epitelnya berlapis gepeng
bertanduk atau tidak bertanduk. 1/3 posterior bagian dorsal lidah bebas dari papila lidah
dan terdapat Tonsila Linguae. Pada bagian tengah lidah terdapat anyama penyambung
septum linguae. Otot intrinsik lidah yang merupakan unsur utama lidah berjalan vertikal,
longitudinal, dan tranxversal. Otot ekstrinsik terletak di dasar lidah.papila lidah memiliki
peninggian epitel mulut dan lamina propria, dengan bentuk dan fungsi yang bervariasi.
Papila filiformis yang merupakan papila terbanyak yang tersebar di seluruh permukaan
dorsal 2/3 anterior lidah. Epitelnya berlapis gepeng bertanduk, tidak mempunyai taste
buds. Papila ini berbentuk kerucut memanjang (runcing). Modifikasi papila ini disebut
papila cueniform (plapila conica).
bentuknya menyerupai cendawan (jamur). memiliki taste buds. Modifikasi papila ini
disebut papila lentiformis.
Papila foliata, papila ini kurang berkembang pada manusia. Papila Foliata terdiri atas 2
atau lebih tonjolan dan alur pararel pada permukaan dorsolateral lidah dan mengandung
banyak kuncup kecap.
Papila sirkumvalata merupakan 7-12 papila bulat berukuran sangat besar dengan
permukaan datar yang menonjol diatas papila lain. Epitelnya berlapis gepeng tak
bertanduk dan memiliki bentuk menyerupai papila fungiformis. Terdat sulcul sircular
(cryptus) dan pada sisi lateralnya terdapat taste bud. Ductus ekskretorius kelejar serous
Van ebner bermuara ke cryptus.3
2.2 Oesophagus
Tunika mukosa, dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Dan dibawah
epitelnya terdapat lamina propria yang terdiri atas jaringan ikat jarang. Dan di bagian
paling bawah dari tunika mukosa setelah lamipa propria terdapat tunika muskularis
mukosa yang terdiri dari berkas otot polos yang tersusun memanjang.
Tunika submukosa, berupa jaringan ikat jarang, yang mana di dalamnya terdapat kelenjar
oesophagus yang bersifat mukosa atau mukoserosa. Tetapi, pada beberapa sajian dalam
lapisan ini dapat ditemukan pleksus submukosus Meissneri yang biasanya terdiri atas sel
ganglion otonom dan serat saraf.
Tunika muskularis, terdiri atas 2 lapisan, yang di sebelah dalam terdapat tunika muskularis
sirkularis yang merupakan berkas serat otot polos melingkar, sedangkan yang disebelah
luar terdapat tunika muskularis longitudinalis yang berupa berkas serat otot polos
memanjang. Diantara kedua otot ini, kadang-kadang didapatkan pleksus mienterikus
Auerbachi.
Tunika adventisia, terdiri atas jaringan ikat jarang. Lapisan ini disebut tunika adventisia
karena lapisan ini tidak diliputi oleh peritoneum.3
2.3 Gaster
Kardia Gaster
Tunika mukosa, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, dan kemudian
berubah menjadi epitel selapis torak. Mukosa kardia ini tampak berlipat-lipat karena
terdapat foveola gastrika ( gastric pits ), dan didalam lamina proprianya terdapat kelenjar
kardia yang umumnya terpotong melintang.
Tunika muskularis mukosa, merupakan lanjutan lapisan yang ada di oesophagus ke kardia.
Di kardia berjalan agak berkelok-kelok karena adanya kelenjar kardia.
Tunika submukosa, setelah mencapai kardia tidak terdapat lagi kelenjar oesophagus,
sehingga hanya terdiri atas jaringan ikat jarang saja. Dan di dalam lapisan ini juga bisa
ditemukan pleksus Meissneri.
Tunika muskularis sirkularis, merupakan lapisan otot yang memanjang dinding oesophagus
yang membentuk lapisan yang sama di dalam lapisan ini.
Tunika adventisia, berupa jaringan ikat jarang.3
Fundus Gaster
Tunika mukosa fundus gaster dilapisi oleh epitel selapis torak. Foveola gastikanya berupa
sumuran kecil di antara tonjolan mukosa. Dan di dasar foveola terdapat muara kelenjar
fundus yang merupakan kelenjar tubulosa simpleks, yang biasanya tidak berkelok-kelok.
Tunika muskularis mukosa, terdapat dibawah lamina ptopria yang kadang-kadang terdesak
oleh kelenjar fundus.
Tunika submukosa, yang merupakan jaringan ikat jarang, dan di lapisan ini dapat
ditemukan pleksus Meissneri.
Pada lapisan mukosa fundus gaster, terdapat kelenjar fundus. Dan kelenjar fundus ini disusun
oleh beberapa sel, yaitu:
o
Sel mukus leher (mucous neck cell), bentuknya sel torak, mirip sel epitel mukosa, terdapat
di leher kelenjar. Inti selnya lonjong dan terletak di dasar sel. Sitoplasma bagian apical
kadang-kadang mengandung granula.
Sel HCl atau sel parietal (oxyntic cell), bentuknya mirip segitiga atau bulat. Sitoplasmanya
berwarna merah dengan inti bulat, biru di tengah, dan kromatinnya padat, terdapat
terutama pada bagian ismus kelenjar.
Sel zimogen atau sel principal (chief cell), bentuknya mirip sel HCl, sering tidak teratur.
Antara sel-sel ini terdapat sel HCl. Sitoplasmanya tampak agak basofil dan di bagian
apical terlihat ada granula. Sel ini kadang sering sulit dibedakan dengan sel HCl.4
Pilorus Gaster
Tunika mukosa, juga mempunyai foveola gastrika, dilapisi epitel selapis torak. Foveola
gastrika pylorus dalam. Kelenjar pylorus tampak homogeny karena hampir semuanya sel
adalah sel mukus. Dalam lamina proprianya kadang-kadang terdapat nodulus limfatikus
yang dapat meluas sampai ke tunika submukosa.
Tunika muskularis yang sirkular sangat tebal dan membentuk sfingter pilori. Sedangkan
yang longitudinal tidak berubah ketebalannya.4
Duodenum
Tunika mukosa, diliputi oleh epitel selapis torak yang mempunyai mikrovili ( brush
borders ). Tunika ini membentuk vilus intestinalis yang gemuk-gemuk. Lamina
proprianya terdapat di bawah epitel vilus intestinalis maupun disekitar kriptus
Lieberkhun. Di dasar kriptus juga dapat ditemukan sel Paneth, merupakan sel yang
Jejunum
Tunika mukosa jejunum, gambarannya mirip dengan duodenum tetapi vilus intestinalisnya
lebih langsing dan sel gobletnya lebih banyak.
Tunika submukosa, tidak mengandung kelenjar. Hanya terdiri dari jaringan ikat jarang
dengan pleksus Meissneri di dalamnya. Lapisan ini juga membentuk plika sirkularis
Kerckringi.
Tunika serosa berupa jaringan ikat jarang.4
Ileum
Tunika mukosa, mirip dengan jejunum, tetapi sel gobletnya jauh lebih banyak. Dalam
lamina proprianya terdapat kelompokan nodulus limfatikus yang membentuk bangunan
khusus yang disebut dengan Plaque Peyeri.
Tunika submukosa, terdiri dari jaringan ikat jarang dengan pleksus Meissneri di dalamnya.
Plika Kerckringi terlihat lebih pendek dibandingkan pada duodenum dan jejunum.
Tunika serosa juga terdiri dari jaringan ikat jarang.4
Tunika mukosa, sama seperti usus lainhya, epitel mukosanya adalah epitel sepalis torak
yang mempunyai sel goblet yang sangat banyak. Di sini tidak terdapat vilus, yang ada
hanya kriptus Lieberkhun. Di dalam lamina proprianya terdapat banyak nodulus limfatikus
yang memenuhi sekeliling dindingnya.5
Tunika submukosa, berupa jaringan ikat jarang tanpa kelenjar dan terdapat banyak sebukan
limfosit yang berasal dari lamina propria.
Tunika muskularis tetap tampak membentuk dua lapisan seperti pada usus lainnya,
sekalipun garis appendix lebih kecil.
Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutrien, air dan
elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang kita
makan penting sebagai sumber energi yang kemudian digunakan oleh sel dalam menghasilkan
ATP untuk menjalankan berbagai aktivitas. Makanan juga merupakan sumber bahan untuk
perbaikan, pembaruan, dan penambahan jaringan tubuh.7
Tindakan makan tidak secara otomatis menyebabkan molekul organic yang terdapat di makanan
tersedia bagi sel untuk digunakan sebagai sumber bahan bakar atau sebagai bahan pembangunan.
Mula-mula makanan tersebut harus dicerna atau diuraikan menjadi molekul-molekul kecil yang
dapat diserap dari saluran pencernaan ke dalam sistem sirkulasi untuk didistribusikan ke sel-sel.
Dalam keadaan normal, sekitar 95% dari makanan yang masuk tersedia untuk digunakan oleh
tubuh. 7
3.1 Proses pencernaan
Terdapat empat proses pencernaan dasar, yaitu:
Organ
Motilitas
pencernaan
Mulut
dan Mengunyah
kelenjar liur
Sekresi
Pencernaan
Penyerapan
Saliva :
Amilase
Mukus
Lisozim
Pencernaan
karbohidrat
mulai
Faring
esophagus
Lambung
Mukus
Tidak ada
Makanan belum
di di serap, tetapi
beberapa
obat
sudah di serap,
misalnya
mitrogliserin
Tidak ada
Usus halus
dan Menelan
Sukus enterikus :
Mukus
Garam
( Enzim usus
halus
tidak
disekresikan
tetapi berfungsi
intrasel
bursh
borderdisakaridase dan
Pencernaan
karbohidrat
berlanjut
di
badan lambung
dan pencernaan
protein baru di
mulai di antrum
lambung
Dalam lumen, di
bawah pengaruh
enzim pancreas
dan
empedu,
pencernaan
karbohidrat dan
protein berlanjut
dan pencernaan
lemak selesai; di
brush
border,
Makanan belum
di serap, tetapi
beberapa
zat
yang larut lemak
sudah di serap,
misalnya alkohol
dan aspirin
Semua nutrien,
sebagian besar
elektrolit dan air.
amino peptidase
Usus besar
Haustrasi;
pergerakan
massa
Mukus
pencernaan
karbohidrat dan
protein selesai
Tidak ada
Garam dan air,
mengubah
isi
menjadi feses
3.2 Pencernaan
3.2.1 Pencernaan karbohidrat
Pencernaan karbohidrat di dalam mulut
Ketika makanan dikunyah, makanan bercampur dengan saliva, yang terdiri atas enzim ptyalin
(suatu -amilase) yang terutama disekresikan oleh kelenjar parotis. Enzim ini menghidrolisis
tepung menjadi disakarida maltose dan polimer glukosa kecil lainnya yang mengandung tiga
sampai Sembilan molekul glukosa yang merupakan titik cabang molekul tepung. Tetapi makanan
berada dalam mulut hanya untuk waktu yang singkat, dan mungkin tidak lebih dari 5% dari
semua tepung yang dimakan telah dihidrolisi pada saat makanan ditelan. Pencernaan berlanjut di
korpus dan fundus lambung selama 1 jam sebelum makanan bercampur dengan sekresi lambung.
Kemudian aktivitas amilase saliva dihambat oleh asam yang berasal dari sekresi lambung, karena
amylase pada dasarnya tidak aktif sebagai suatu enzim bila pH medium turun di bawah sekitar 4.
Meskipun demikian, rata-rata sebelum makanan menjadi bercampur secara menyeluruh dengan
sekresi dari lambung, sebanyak 30 sampai 40% tepung akan dihidrolisis terutama menjadi
maltosa.9
Pencernaan karbohidrat di dalam usus halus
Sekresi pancreas, seperti saliva, mengandung sejumlah besar -amilase saliva tetapi beberapa
kali lebih kuat. Oleh karena itu, dalam waktu 15 menit sampai 30 menit setelah kimus
dikosongkan dari lambung ke dalam duodenum dan bercampur dengan getah pancreas,
sebenarnya semua tepung telah dicernakan. Pada umumnya hampir semua tepung diubah
menjadi maltosa dan polimer-polimer glukosa yang sangat kecil lainnya sebelum keduanya
melewati duodenum atau jejunum bagian atas.9
3.2.2 Pencernaan protein
Protein dalam makanan dibentuk dari rantai panjang amino yang diikat bersama oleh ikatan
peptida. Pencernaan protein dalam lambung dilakukan oleh enzim pepsin yang penting dalam
lambung dan paling aktif pada pH 2 sampai 3 dan tidak aktif pada pH kira-kira di atas 5, oleh
karena itu cairan getah lambung harus bersifat asam.9
3.2.3
Pencernaan lemak
Pencernaan lemak di dalam usus dilakukan oleh lipase lingual yang disekresikan oleh kelenjar
lingual di dalam mulut dan ditelan bersamaan dengan saliva. Jumlah pencernaannya kurang dari
10% dan umumnya tidak penting. Tahap pertama dalam pencernaan lemak adalah memecahkan
gelembung lemak menjadi ukurannya yang lebih kecil, sehingga enzim pencernaan yang larut
dalam air dapat bekerja pada permukaan gelembung lemak.9
3.3 Absorbsi ( penyerapan )
Sebagian besar penyerapan terjadi di usus halus. Dimana melalui penyerapan, satuan-satuan
kecil yang dapat diserap dihasilkan dari proses pencernaan, bersama dengan air, vitamin, dan
elektrolit, dipindahkan dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe. 9
3.3.1
Penyerapan karbohidrat
Karbohidrat makanan disajikan ke usus halus untuk diserap terutama dalam bentuk disakarida
maltosa, sukrosa dan laktosa. Disakarida yang terdapat di brush border usus halus selanjutnya
menguraikan disakarida ini menjadi satuan monosakarida yang dapat diserap, yaitu glukosa,
galaktosa dan fruktosa. 9
Glukosa dan galaktosa diserap oleh transportasi aktif sekunder, sementara pembawa kotranspor
di batas luminal mengangkut monosakarida dan Na+ daari lumen ke dalam interior sel usus.
Operasi pembawa kotranspor ini, yang secara tidak langsung menggunakan energy, bergantung
pada gradient konsentrasi Na+-K+ basolateral yang memerlukan energi. Glukosa atau galaktosa
yang telah dikumpulkan di dalam selm oleh pembawa kotranspor, keluar dari sel mengikuti
penurunan gradient konsentrasi untuk masuk ke darah di dalam vilus. Fruktosa di serap ke dalam
darah semata-mata melalui difusi terfasilitasi.9
3.3.2
Penyerapan protein
Yang dicerna dan diserap tidak saja protein dari makanan, tetapi protein endogen yang masuk ke
lumen saluran pencernaan dari tiga sumber berikut juga dicerna dan diserap: 9
Enzim pencernaan yang semuanya adalah protein, yang telah disekresikan ke dalam lumen.
Protein di dalam sel yang lepas dari vilus ke dalam lumen selama proses pertukaran
mukosa.
Sejumlah kecil protein plasma yang dalam keadaan normal bocor dari kapiler ke dalam
lumen saluran pencernaan.
Semua protein endogen harus dicerna dan diserap bersama protein makanan untuk
mencegah pengurangan simpananan protein.9
3.3.3 Penyerapan lemak
Karena lemak tidak larut dalam air, lemak harus menjjalani serangkaian transformasi agar dapat
dicerna dan diserap. Lemak dalam makanan yang berada dalam bentuk trigliserida diemulsifikasi
oleh efek deterjen garam-garam empedu. Emulsi lemak ini mencegah penyatuan butir-butir
lemak, sehingga luas permukaan yang dapat disaring oleh lipase pancreas meningkat. 9
Lipase menghidrolisis trigliserida menjadi monogliserida dan asam lemak bebas. Produk-produk
yang tidak larut air ini diangkut dalam misel yang larut air, yang dibentuk oleh garam empedu
dan konstituen-konstituen empedu lainnya, ke permukaan luminal sel epitel usus halus. 9
Setelah meninggalkan misel dan berdifusi secara pasif menembus membrane luminal,
monogliserida dan asam lemak bebas disintesis ulang menjadi trigliserida di sel epitel.
Trigliserida-trigliserida ini menyatu dan dibungkus oleh satu lapisan lipoprotein untuk
membentuk kilomikron yang larut air. Kilomikron kemudian dikeluarkan melalui mebrann basal
sel secara eksositosis. Kilomikron tidak mampu menembus membrane basal kapiler, sehingga
mereka masuk ke dalam pembuluh limfe, yaitu lacteal pusat.9
Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Terdapat dua
pusat yang menguasai refleks untuk defekasi, yang terletak di medula dan sumsum tulang
belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendur
dan usus besar mengucup. Refles defekasi di rangksang untuk buang air besar, kemudian sfingter
anus bagian luar yang di awasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau
mengendur. Selama defekasi berbagai otot lain membantu prose situ, seperti otot dinding perut,
diafragma, dan otot-otot dasar pelvis. Secara umum, terdaat dua macam relfeks yang membantu
proses defekasi yaitu refleks defekasi intrinsic dan refleks defekasi parasimpatis. Refleks
defekasi intrinsic dimulai dari adanya zat sisa makanan(feses) dalam rektm sehingga terjadi
distensi, kemudian flexus mesentrikus merangsang gerakan peristaltic, dan akhirnya feses sampai
di anus. Lalu pada saat sfingter interna relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Sedangkan,
refleks defekasi parasimpatis dimulai dari adanya feses dalam rectum yang merangsang saraf
rectum, ke spinal cord, dan merangsang ke kolon desenden, kemudian ke sigmoid, lalu ke rectum
dengan gerakan peristaltic dn akhirnya terjadi relaksasi sfingter interna, maka terjadilah proses
defekasi saat sfingter interna berelaksasi. Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang
tidak direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai
macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh. Feses yang
normal terdiri atas assa padat, berwarna coklat karena disebabkan oleh mobilitas sebagai hasil
reduksi pigmen empedu dan usus kecil.10
Kesimpulan
Penderita marasmus adalah orang yang mengalami kekurangan gizi dan dominannya protein.
Sehingga muncul gejala kurang gizi pada umumnya seperti lemah lesu, apatis, cengeng karena
masih merasa lapar, kulit kering, rambut mudah patah karena tidak ada lemak dibawah kulit,
serta mengalami dehindrasi yang menyebabkan diare cair karena malnutrisi.
Daftar pustaka
1. Pearce CE. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta:Penerbit PT Gramedia
PustakaUtama;2007.h.176-209
2. Snell SR. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 2. Jakarta:EGC;2006
3. Carlos JL dan Carneiro J. Histologi dasar. Jakarta: Buku kedokteran EGC; 2007; Bab.17:
h.203-218.
4. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar Teks & Atlas. Edisi 10. Jakarta:
EGC;200.p.335-54.
5. Bloom, Fawcett. Buku Ajar Histologi. Ed.12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2003.
6. Gunawijaya FA, Kartawiguna E. Penuntun praktikum kumpulan foto mikroskopik histologi.
Jakarta:Universitas trisaksi;2009.
7. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11.Jakarta:EGC;2007.
8. Sherwood Lauralae. Fisiologi manusia dari sel ke system edisi 6. Jakarta: EGC; 2011.
9. Murray K. Robert, Granner K. Darlyl, Rodwell W. Victor. Biokimia. Edisi ke-27. Jakarta :
EGC ; 2009.
10. Uliyah M. Keterampilan dasar praktik klinin untuk kebidanan. Edisi 2. Jakarta: penerbit
salemba medica;2008.h.73