PENDAHULUAN
Pelayanan laboratorium merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diperlukan
untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit, serta
pemulihan kesehatan.
Pelayanan laboratorium kesehatan di Indonesia pada saat ini diselenggarakan oleh berbagai jenis
laboratorium pada berbagai jenjang pelayanan, mencakup antara lain laboratorium Puskesmas,
laboratorium kesehatan Dati II, laboratorium rumah sakit pemerintah dan swasta, Balai
Laboratorium Kesehatan dan laboratorium kesehatan swasta.
Sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan, hasil pemeriksaan laboratorium
digunakan untuk penetapan diagnosis, pemberian pengobatan dan pemantauan hasil pengobatan,
serta penentuan prognosis. Oleh karena itu hasil pemeriksaan laboratorium harus selalu terjamin
mutunya.
Untuk meningkatkan mutu hasil pemeriksaan laboratorium, mutlak perlu dilaksanakan kegiatan
pemantapan mutu (quality assurance), yang mencakup berbagai komponen kegiatan. Salah satu
komponen kegiatan adalah praktek laboratorium yang benar (Good Laboratory Practice/GLP).
BAB II
ORGANISASI
A. KELENGKAPAN ORGANISASI
Komponen dalam kelengkapan organisasi disesuaikan dengan jenis dan jenjang
laboratorium dan pada dasarnya mengikuti struktur organisasi masing-masing
laboratorium. Maka dari itu laboratorium rumah sakit mengikuti struktur organisasi
maisng-masing yang berlaku.
B.
TENAGA
Pada dasarnya kegiatan laboratorium kesehatan harus dilakukan oleh petugas yang
memiliki kualifikasi pendidikan dan pengalaman yang memadai serta
memperoleh/memiliki kewenangan untuk melaksanakan kegiatan dibidang yang menjadi
tugas atau tanggungjawabnya.
1. Kualifikasi
Kualifikasi minimal tenaga yang bekerja di berbagai jenjang pelayanan meliputi Kepala
Laboratorium, petugas administrasi dan pelaksana laboratorium. Jumlah tenaga
administrasi dan tenaga pelaksana laboratorium disesuaikan dengan kebutuhan dan
standar yang berlaku.
2. Komunikasi
Diartikan dengan hubungan antar pribadi dan antar unit kerja baik antara tenaga
laboratorium dengan sesamanya, dengan unit kerja/instansi lain, pengguna jasa maupun
mitra kerjanya.
3. Diklat
Pendidikan dan Pelatihan tenaga laboratorium dapat dilakukan dalam bentuk :
a. Formal
Yang diselenggarakan secara terencana dan terjadwal oleh instansi resmi,
berdasarkan penugasan dan dibuktikan dengan diperolehnya sertifikat dari instansi
penyelenggara.
b. Informal
Yang diselenggarakan secara tidak terjadwal oleh instansi penyelenggara, dibuktikan
dengan diperolehnya sertifikat dari instansi penyelenggara yang tidak mempunyai
dampak administratif.
c. Bimbingan teknis
2
BAB III
PENCATATAN DAN PELAPORAN
PEMISAHAN DOKUMEN
Sebelum dimusnahkan, ambil informasi-informasi yang utama terlebih dahulu
Pada pelaksanaan pemusnahan harus ada berita acara yang berisi :
a.
b.
BAB IV
5
A. RUANGAN
Semua ruangan harus mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan
memperoleh sinar matahari/cahaya dalam jumlah yang cukup. Secara umum, tersedia
ruang terpisah untuk ;
1. Ruangan penerimaan : ruang tunggu pasien dan ruang pengambilan spesimen
2. Ruang pemeriksaan : banyaknya ruangan tergantung jumlah dan jenis pemeriksaan
yang dilakukan. Untuk Bank darah dan ruangan mikrobiologi sebaiknya memiliki
ruangan terpisah
3. Ruang administrasi/pengolahan hasil : kegiatan pencatatan dan pelaporan
B.
FASILITAS PENUNJANG
Fasilitas penunjang laboratorium meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB V
PERALATAN LABORATORIUM
A. DASAR PEMILIHAN
6
Tempat alat
Kebutuhan
Fasilitas yang tersedia
Tenaga yang ada
Reagen yang dibutuhkan
System alat
Pemasok/Vendor
Nilai ekonomis
B.
PEMILIHAN PEMASOK/VENDOR
Harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
C.
D.
baik dan tidak terjadi masalah. Kegiatan tersebut harus dilakukan dengan secara rutin
untuk semua jenis alat, sehingga diperoleh peningkatan kualitas produksi, peningkatan
keamanan kerja, pencegahan produksi yang tiba-tiba berhenti, penekanan waktu
luang/pengangguran bagi tenaga pelaksana serta penurunan biaya perbaikan.
FORMULIR PENCATATAN PEMELIHARAAN PENCEGAHAN PERALATAN
ALAT :
Tgl
Petugas
Tindakan Pemeliharaan
Kelainan yang
ditemukan
Paraf petugas
Penanggungjawab
(.)
3. Jika penanganan sederhana gagal, minta bantuan atasan atau hubungi agen untuk
menanyakan masalah tersebut
4. Tempelkan label bahwa alat rusak
F. KALIBRASI PERLATAN
Kalibrasi peralatab sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium
yang terpercaya menjamin penampilan hasil pemeriksaan.
G.
BAB VI
BAHAN LABORATORIUM
A. MACAM/JENIS
1. Reagen
a. Menurut tingkat kemurniannya reagen dibagi menjadi :
9
B.
DASAR PEMILIHAN
Pada umunya untuk memilih bahan laboratorium yang akan digunakan harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
C.
Kebutuhan
Produksi pabrik yang telah dikenal
Deskripsi lengkap dari bahan atau produk
Mempunyai masa kadaluarsa yang panjang
Volume isi kemasan
Digunakan untuk pemakaian ulang atau sekali pakai
Mudah diperoleh dipasaran
Besarnya biaya tiap satuan
Pemasok/vemdor
Kelancaran dan kesinambungan pengadaan
Pelayanan purna jual
PENGADAAN
Dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Tingkat persediaan
b. Perkiraan jumlah kebutuhan
c. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan
D.
PENYIMPANAN
Bahan laboratorium
mempertimbangkan :
a)
b)
c)
d)
yang
sudah
ada
harus
ditangani
secara
cermat
dengan
Tempat penyimpanan
Lama/waktu penyimpanan dengan melihat masa kadaluarsa
Suhu/kelembaban
Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah : pertama masuk pertma keluar
(FIFO = first in firt out), yaitu bahwa barang yang lebih dahulu masuk persediaan
harus digunakan lebih dahulu. Untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan
yang terlalu lama.
11
BAB VII
SPESIMEN
MACAM
Spesimen yang berasal dari manusia dapat berupa :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Serum
Plasma
Darah
Urin
Tinja
Sektret
PERSIAPAN
1. Persiapan Pasien Secara Umum
12
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
C. PENGAMBILAN
Peralatan : Bersih, kering, tidak mengandung bahan kimia atau deterjen, mudah dicuci dari
bekas spesimen sebelumnya
Wadah : Terbuat dari gelas atau plastik. Tidak bocor atau tidak merembes, harus ditutup
rapat dengan tutup berulir
Pengawet : zat kimia yang ditambahkan ke dalam sampel agar analit yang akan diperiksa
dapat dipertahankan kondisi dan jumlahnya untuk kurun waktu tertentu
Waktu : Paling bagus adalah pagi hari karena nilai normalnya dalam keadaan basal.
Terutama untuk pemeriksaan hematologi, kimia darah dan imunoserologi.
Lokasi : harus tepat sesuai jenis pemeriksaan yang diminta
Volume : sesuai kebutuhan pemeriksaan laboratorium yang diminta atau dapat mewakili
objek yang diperiksa
13
Teknik : pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar, agar spesimen
tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya.
PEMBERIAN IDENTITAS
Pemberian identitas pasien dan spesimen merupakan hal yang penting, baik pada saat
pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan, pendaftaran, pengisian label
wadah spesimen.
Label wadah spesimen yang akan dikirim atau diambil ke laboratorium harus memuat :
1.
2.
3.
PENGOLAHAN
1. Serum
a. Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama 20-30 menit
kemudian disentrifuge 3000 rpm selama minimal 5 menit
b. Pemisahan serum dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan spesimen
c. Serum yang memenuhi syarat harus tidak keliatan merah dan keruh (lipemik)
a.
b.
c.
2. Plasma
Kocok darah EDTA dengan segera dan pelan-pelan
Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan spesimen
Plasma yang memenuhi syarat harus tidak keliatan merah dan keruh (lipemik)
3. Darah (Whole Blood)
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisika antikoagulan yang
sesuai, kemudia dihomogenisasi dengan cara membolak balik tabung kira-kira 10-12
kali secara perlahan-lahan dan merata
4. Urin
Untuk uji carik celup, harus segera dilakukan sebelum 2 jam sedangkan pemeriksaan
sedimen harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu.
5. Sputum
Pemeriksaannya dilakukan pada siang hari dari pembuatan, pewarnaan, dan
pembacaan.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
BAB VIII
METODE PEMERIKSAAN
A. DASAR PEMILIHAN
Beberapa factor yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode yaitu :
1. Tujuan pemeriksaan
Untuk uji saring, diagnostic, dan evaluasi hasil pengobatan serta survailance
Tiap tujuan memerlukan sensitivitas dan spesifitas yang berbeda-beda, sehingga pelu
dipilih metode yang sesuai karena setiap metode mempunyai sensitivitas dan spesifitas
yang berbeda-beda pula.
a. Sensitivitasitas
Dikenal sensitivitas klinis dan sensitivitas analitik
Sensitivitas klinik adalah persentase hasil positif sejati di antara pasien-pasien yang
berpenyakit.
Sensitivitas klinik =
positivitas di antara yang berpenyakit
15
Positif sejati
Positif sejati+ Negatif palsu
x 100 %
x 100 %
B. EVALUASI
Metode yang telah digunakan perlu dikaji ulang secara periodeik mengingat :
Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan dari waktu ke waktu
Untuk memastikan bahwa metode tersebut masih tetap memiliki makna klinis sebagaimana
dibutuhkan.
BAB IX
BAKUAN MUTU
Demi menjamin tercapainya dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan bakuan
mutu berupa standar/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan pedoman kerja bagi tenaga
pelaksana.
A. MANFAAT
Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan bagaimana
prosedur melakukan suatu aktivitas.
Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana baru yang akan
dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktivitas.
Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis akan menjamis
konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
B.
KLASIFIKASI
Bakuan mutu dapat dibagi menurut beberapa jenis berdasarkan jenjang hirarki dalam suau
organisasi. Setiap jenjang jabatan memiliki kewenangan maupun kewajiban tertentu dalam
menciptakan dan memelihara mutu. Semakin tinggi jenjang jabatannya, semakin normatif
sifat dokumen dan aktivitas yang berada dibawah tanggujawabnya. Semakin rendah jenjang
jabatannya, semakin teknis sifat dokumen dan aktivitas yang menjadi kewenangan dan
tanggungjawabnya.
Pada umumnya jenjang dokumen bakuan terbagi atas tiga jenjang :
17
1. Normatif : Pedoman Mutu/Kebijakan Mutu yang memuat segala kebijakan dalam hal
mutu yang berlaku dalam lingkungan laboratorium bersangkutan. Dari pedoman seperti
ini harus tercermin secara garis besar sasaran mutu yang ingin dicapai dan segala upaya
yang dilakukan agar sasaran mutu tersebut dapat benar-benar tercapai.
2. Tingkat Menengah : Prosedur Operasi Baku/standar Operating Procedure/Prosedur
Tetap, yang memuat langkah-langkah utama dalam mengerjakan suatu aktivitas.
3. Teknis : Petunjuk Teknis/Instruksi Kerja, yang mengatur bagaimana segala langkah
teknis harus dilakukan.
C. PRINSIP DALAM MEMBAKUAN AKTIFITAS LABORATORIUM
1. Pada dasarnya setiap aktivitas yang ada dalam laboratorium, harus memiliki pedoman
baku yang mendukungnya, dari sistem mutu (normatif, kebijakan) secara keseluruhan
sampai dengan proses paling teknis.
2. Pembakuan dibuat berjenjang berdasarkan jenjang aktivitas yang ada dalam
laboratorium. Jenjang tertinggi adalah Pedoman Mutu yang merupakan kebijakan
tertinggi dalam menjamin mutu di laboratorium. Jenjang kedua adalah kelompok
prosedur pada jenjang kedua tertinggi misalnya di seksi-seksi, dan dibuat oleh
pimpinan seksi bersangkutan.
3. Setiap prosedur dibuat oleh staf yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan prosedur
yang bersangkutan
4. Prosedur disusun bersama staf yang ikut terlibat dalam proses tersebut.
Keterlibatan dalam menentukan bagaimana pekerjaan sebaiknya dilakukan, akan
menimbulkan komitmen yang lebih besar pada diri orang yang terlibat untuk ikut
menjaga ketertiban terlaksananya prosedur tersebut dengan baik dan benar.
5. Bakuan harus mengandung komponen yang menjamin bahwa bakuan tersebut telah
benar dan selalu digunakan ditempat yang tepat oleh orang yang tepat.
6. Prosedur baku yang dibuat harus mampu menjawab pertanyaan.
7. Tiap prosedur baku harus didukung oleh dokumen yang dalam aktifitas sehari-hari
membuktikan bahwa prosedur tersebut memang ditaati.
8. Prosedur baku perlu ditempatkan di dekat orang yang mengerjakan sehingga tiap saat
dapat dijadikan pegangan pada saat bekerja.
9. Tiap bakuan harus didokumentasi dengan baik.
10. Setiap kali terjadi perubahan pada prosedur kerja, prosedur tetap atau petunjuk teknis
terkait juga harus mengalami penyesuaian.
D. KOMPONEN PROSEDUR TETAP
1. Nama prosedur dan nomor prosedur
2. Tujuan dan Ruang Lingkup
3. Penanggungjawab
4. Referensi
5. Definisi
6. Dokumentas
7. Prosedur kerja
8. Tanggal mulai diberlakukan
18
9. Otoritasi
E.
19
BAB X
PEMANTAPAN MUTU
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan yang
ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium.
A. PEMANTAPAN MUTU INTERNAL (internal quality control)
1. Kegiatan pencegahan dan pengewasan yang dilaksanakan oleh masing-masing
laboratorium secara terus menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
2. Meliputi aktivitas : tahap pra analitik, tahap analitik dan tahap pesca analitik.
3. Tujuan :
4. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan mempertimbangkan
aspek analitik dan klinis
5. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi
dan perbaikan kesalahan dapat dilakukan segera.
6. Mendeteksi kesalahan dan mengetahui sumbernya.
7. Membantu perbaikan pelayanan penderita melalui peningkatan mutu pemeriksaan
laboratorium.
8. Memastika bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan, pengiriman,
penyimpanan dan pengolahan spesimen sampai dengan pencatatan dan pelaporan telah
dilakukan dengan benar.
Beberapan kegiatan pemantapan mutu internal adalah
1. Persiapan pasien
Pasien harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan baik sesuai dengan persyaratan
pengambilan spesimen
2. Pengambilan dan pengolahan spesimen
20
Harus diambil secara benar dengan memperhatikan waktu, lokasi, volume, cara,
peralatan, wadah spesimen, pengawet.antikoagulan, sesuai persyaratan pengambilan
spesimen.
3. Kalibrasi
Salah satu factor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium adalah
peralatan laboratorium, oleh karena itu alat perlu dipelihara dan dikalibrasi secara
berkala.
4. Uji kualitas air
Air di dalam laboratorium dugunakan untuk berbagai keperluan, antara lain
pengenceran reagen, analisa blanko, pencucian, dan lain-lain.
5. Uji kualitas reagen
Reagen komersial :
1. Etiket/label wadah
2. Batas kadaluarsa
3. Keadaan fisik
4. Penyimpanan
5. Pencampuran
6. Cara pemakaian
Uji kualitas reagen harus dilakukan :
Setiap kali batch larutan kerja (working solution) dibuat
Bila sudah mendekati masa kadaluarsa
Bila ditemukan/terlihat tanda-tanda kerusakan (kekeruhan, perubahan warna, timbul
endapan)
Bila terjadi kecurigaan terhadap hasil pemeriksaan
a.
22