4
Topik : Gagal Jantung Kongestive
Tanggal (kasus) : 3 Juni 2014
Tanggal Presentasi : Tempat presentasi : Objektif presentasi :
Penyegaran
Keilmuan
Deskripsi : Wanita usia 25 tahun datang dengan keluhan sesak sejak 1 2 minggu sebelum
masuk RS. Riwayat sesak pernah dirasakn beberapa bulan sebelummnya, yang memberat hanya saat
aktivitas yang berat, namun dalam 1 2 minggu sebelum masuk RS os mengeluh sesak sangat
memberat, beraktivitas seringan apapun menimbulkan sesak dan terutamaa saat berbaring. Bengkak
pada kedua kaki dirasakan (+) 3 minggu sebelum masuk RS.Riwayat nyeri dada (+) beberapa hari .
Os mengaku punya riwayat penyakit jantung dan tekanan darah tinggi, didiagnosis beberapa tahun
lalu. Riwayat DM (-).
Tujuan : Manajemen Kasus
Bahan bahasan : Kasus
Cara Membahas : Presentasi dan Diskusi
Data Pasien :
Nama : Ny. S
Datang ke IGD RSUD Pambalah Batung pada tanggal 3 Juni 2014
No. registrasi : 03 05 25
Riwayat Pengobatan
Disease
Konsusmi obat jantung dan obat tekanan darah tinggi rutin
Riwayat Kesehatan
Riwayat Keluarga
rutin (+)
Riwayat Keluhan serupa (-), riwayat penyakit jantung (-), riwayat
penyakit ginjal (-), riwayat Hipertensi (+) pada ayah pasien,
Riwayat Pekerjaan
RR : 22x/menit, torakoabdominal
T : 37,8 C, axilla
Status Gizi
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan :155 cm
IMT
Status gizi
: baik
Status Generalis
Kulit
Telinga : normotia, MAE lapang, serumen -/-, sekret -/Hidung : bentuk normal, deviasi septum (-), sekret
/-,
epistaksis(-)
Mulut : mukosa bibir lembab, gusi berdarah (-), lidah kotor (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1 tenang, faring hiperemis (-)
Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Toraks : Dinding thoraks simetris saat statis dan dinamis, tidak
ada retraksi.
Paru
Inspeksi
Palpasi
simetris
Perkusi
dan kanan
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronki -/-,
wheezing -/
Jantung
Abdomen
Inspeksi : datar, spider navy (-), venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus + normal
Palpasi
: Supel, hepar dan lien tidak teraba,
ballotement -/-, shifting dullness (-), nyeri tekan
: 26 U/L ( 40 U/L )
: 27 U/L ( 41 U/L )
: 28 U/L ( < 28 U/L )
Daftar pustaka
Vasodilators
Voorjaasdargen
24-26
and
Inotropics.
April
2008.
Conference
Amsterdam,
Netherlands.
2. Chapman S., dkk. Oxford Handbook of Respiratory
Medicine. 2005. UK: Oxford University Press.
3. Fauci, Braunwald. Harrison Internal Medicine. 2007. US :
McGraw Hills Access Medicine
4. Goldman, Ausiello. Cecil medicine 23rd Edition. Elsevier
Saunders : 2006.
5. Hill Mc-Graw. Current medical Diagnosi & Treatment.
UK : 2006.
RSUD PB AMUNTAI KALSEL AMUNTAI | dr. Dewi Marminta Lase
HEART FAILURE
Gagal jantung dapat dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan. Gagal
jantung juga dapat dibagi menjadi gagal jantung akut, gagal jantung kronis dekompensasi,
serta gagal jantung kronis.
Gagal jantung kongestif adalah sindroma klinis kompleks akibat kelainan jantung
ataupun non-jantung yang mempengaruhi kemampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis tubuh seperti peningkatan cardiac output. Gagal jantung dapat muncul akibat
gangguan pada miokardium, katup jantung, perikardium, endokardium ataupun gangguan
elektrik jantung (SIGN, 2007).
2.2 Anatomi dan fsiologi jantung
Jantung adalah organ muskular yang berlubang yang berfiIngsi sebagai pompa
ganda system kardiovaskular. Berat jantung normal satu pon (0,45 kg) dan kurang lebih
sebesar tinju orang dewasa. Jantung terletak di dalarn rongga dada danterletak diantara
sternum (ruang dada) dan kolumna vertrebralis; ( Sandra, dkk, 1996 ). Jantung dapat
diibaratkan suatu pompa berganda, yang terdiri dari bagian kiri dan kanan. Bagian kanan dari
jantung b e h g s i untuk memompa darah dari tubuh ke paru - paru, sedarrgkan bagian kiri
berfungsi untuk memompa darah dari paru paru ke tubuh. Setiap bagian terdiri dari dua
kompartemen, di bagian atas merupakan serambi (atrium) dan dibagian bawah merupakan
bilik (ventriculus). Antara serambi dan bilik terdapat katup, begitu pula antara bilik dan
pembuluh besar. Fungsi keempat katup tersebut adalah untuk menjamin darah mengalir hanya
satu jurusan. ( Tjay, 2000 ).
Pada setiap denyutan jantung dapat dibedakan menjadi dua fase, yaitu diastole
dimana otot jantung melepaskan diri dm biliknya terpenuhi darah vena. Kemudian menyusul
sistole, dimana otot jantung menguncup (kontraksi) sebagai reaksi terhadap diastole,
sehingga darah dipompa keluar jantung dan kedalam arteri. Pada penyakit jantung dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, adalah merokok, hiperkolesterolemia, hipertensi,
kegemukan, diabetes, stress, selain itu faktor usia dan kelamin juga berpengaruh (Tjay,
2000 ).
10
11
Endotelin disekresikan oleh sel endotel pembuluh darah dan merupakan peptide
vasokonstriktor yang poten menyebabkan efek vasokonstriksi pada pembuluh darah ginjal,
yang bertanggung jawab atas retensi natrium. Konsentrasi endotelin-1 plasma akan semakin
meningkat sesuai dengan derajat gagal jantung.
Disfungsi diastolik merupakan akibat gangguan relaksasi miokard, dengan kekakuan
dinding ventrikel dan berkurangnya compliance ventrikel kiri menyebabkan gangguan pada
pengisian ventrikel saat diastolik. Penyebab tersering adalah penyakit jantung koroner,
hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri dan kardiomiopati hipertrofik, selain penyebab lain
seperti infiltrasi pada penyakit jantung amiloid. Walaupun masih kontroversial, dikatakan 30
40 % penderita gagal jantung memiliki kontraksi ventrikel yang masih normal. Pada
RSUD PB AMUNTAI KALSEL AMUNTAI | dr. Dewi Marminta Lase
12
13
b. Pemeriksaan Penunjang
o Pada pemeriksaan foto toraks seringkali menunjukkan kardiomegali (rasio
kardiotorasik (CTR) > 50%), terutama bila gagal jantung sudah kronis.
Kardiomegali dapat disebabkan oleh dilatasi ventrikel kiri atau kanan, LVH,
atau kadang oleh efusi perikard. Derajat kardiomegali tidak berhubungan
dengan fungsi ventrikel kiri.
o Elektrokardiografi memperlihatkan beberapa abnormalitas pada sebaigian
besar pasien (80-90%), termasuk gelombang Q, perubahan ST-T, hipertropi
LV, gangguan konduksi, aritmia.
o Ekokardiografi harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan klinis gagal
jantung. Dimensi ruang jantung, fungsi ventrikel (sistolik dan diastolik), dan
abnormalitas gerakan dinding dapat dinilai dan penyakit katub jantung dapat
disinggirkan.
14
Kriteria Minor
Edema pretibial
Batuk malam
Dispnea saat aktivitas
Hepatomegali
Efusi pleura
Kapasitas vital paru menurun 1/3 dari maksimal
Takikardia (>120 kali/menit)
Kriteria Mayor atau Minor
15
2. Terapi obat-obatan
16
17
18
19
di
kombinasikan
dengan
furosemid
dengan
dosis
rendah
(class
20
21
Berdasarkan dari bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung
tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu :
1). Gagal jantung kanan
Gejala yang timbul pada gagal jantung kanan adalah : fatig, edema, liver, anoreksia,
dan kembung. Pada pemeriksaan fisisk bias didapatkan hipertrofi jantung kanan,
irama derap atrium kanan, murmur, tanda-tanda penyakit paru kronlk, tekanan vena
jugularis meningkat, fihidritiraks, peningkatan tekanan vena. (Arif , dkk, 1999).
22
23
24
25
26
Penggolongan cardiaca
Berdasarkan efeknya atas jantung, cardiaca dapat dibagi dalam tiga golongan,
yakni :
1. Kardiotonika
Karditonika adalah obat-obat dengau khasiat memperkuat kontraktilitas otot
jantung (ef& inotrop positif). Terutama digunakan pada gagd jantung
(dekompensasi)
urituk
memperbaiki
fbngsi
pompanya.
Kelompok
27
28
29
sampai
lima
mcg/kg/menit,
pada
dekompensasi
semula
0,5-1
30
dapat
memperkuat
vasokonstriksi
alfa-adrenergi.i
31
guanilaktase.
Senyawa
yang
serring
digunakan
adalah
32
ini
telah
dipasarkan
sendiri
dalrn
perdagangan,
Karena
lipofilisitasnya yang kecil dan mulai kerja obatnya lebih lambat. Hanya
digunakan untuk profilaksis angina pectoris (Mutschler, Emst, 1991).
Terutama digunakan oral untuk mengurangi frekuensi serangan jantung,
adakalanya digunakan oral pada dekompensasi yang dengan obat-obat lazim
kurang berhasil. Dosis yang lazim digunakan yaitu : oral mila-mula 3 dd 10
mg p.c., sesudah beberapa hari 2-3 dd 20 mg. Tablet retard pagi hari 50-120
mg ( Tjay, 2000 ).
b. Beta-blockers
Dapat berkhasiat untuk memperlambat denyut jantung, sehingga dapat
mengurangi kebutuhan oksigen myocard pada pengerahan tenaga, hawa
dingin dan emosi.. Dapat juga digunakan pada terapi interval.
Penggunaannya selain untuk hipertensi juga untuk angina stabil kronis dan
gangguan ritrne. ( Tjay, 2000 ). Pada diagnosis yang sudah pasti adanya
serangan angina pectoris, betablockers haruslah diberikan hanya dengan
zat yang bekerja sebagai vasodilatasi (senyawa nitrat, antagonis kalsium)
(Mutschler, 199 1). Sernua beta-blockers dapat digunakan pada angina ,
kecuali labetolol, carvediol, dan esmolol. Untuk pindolol, dan arprenolol,
kurang layak digunakan pada angina berat berhubungan dengan penman
fiekuensi jantung dan efeknya dikurangi oleh aktivitas simpatik
33
dinding
34
kelenturaanya
memiliki
khasiat
vasodilatsi
yang
tidak
sekuat
nifedipindan derivatnya, tetapi memiliki efek inotrop negatif yang lebih besar.
Bekerja konotrop negatif ringan dan memperlambat penyalurau impuls AV.
Digunakan pada angina varianlstabil, hipertensi, dan aritmia tertentu. Dosis
yang diberikan untuk angina variantlstabil, aritmia, dan hipertensi yaitu :
secara oral yang mula-mula 3-4 dd 80 mg, untuk dosis perneliharaan 4 dd 80120 mg.
RSUD PB AMUNTAI KALSEL AMUNTAI | dr. Dewi Marminta Lase
35
(Mutschler,
199 1).
Penggolonga antiaritmika dapat dibagi menjadi empat menurut klasifikasi
Vaughn Williams, yaitu :
1.
Zat-zat stabilitas membran, juga disebut efek kinidin atau efek anestetika
lokal. Dapat mengurangi kepekaan membran sel jantung untuk rangsangan
akibat penghambatan pemasukan ion Na k membran dan perlambatan
depolarisasinya. Efeknya adalah fiekuensi jantung berkurang dan ritmenya
menjadi normal kembali. Dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :
<1> kelompok kinidin : kinidin, disopiramida, beta-blokers dan
prokainarnida Zat-zat ini antara lain memperpanjang masa refiakter dan
36
37
DAFTAR PUSTAKA
1
Netherlands.
Chapman S., dkk. Oxford Handbook of Respiratory Medicine. 2005. UK:
4
5
6
Access Medicine.
Goldman, Ausiello. Cecil medicine 23rd Edition. Elsevier Saunders : 2006.
Hill Mc-Graw. Current medical Diagnosi & Treatment. 2006. UK.
Kelly S. Brian. Evaluation of The Elderly Patient With Acute Chest Pain.
Forum.
RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo. Panduan Pelayanan Medis
Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : 2007.
38
39