TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Hemothorax adalah kumpulan darah di dalam ruang antara dinding dada dan paru-paru
(rongga pleura). Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada.Trauma
misalnya :
Luka tembus paru-paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada.
Diathesis perdarahan seperti penyakit hemoragik bayi baru lahir atau purpura HenochSchnlein dapat menyebabkan spontan hemotoraks. Adenomatoid malformasi kongenital
kistik: malformasi ini kadang-kadang mengalami komplikasi, seperti hemothorax.
2.2 ETIOLOGI
1. 1.
Traumatik
Trauma tumpul.
1. 2.
Nontraumatik / spontan
Neoplasma.
komplikasi antikoagulan.
Bullous emphysema.
Tuberculosis.
Catamenial
2.3 PATOFISIOLOGI
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru atau arteri,
menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau atau peluru
menembus paru-paru. mengakibatkan pecahnya membran serosa yang melapisi atau
menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan masuknya darah ke
dalam rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah seseorang.
Perdarahan jaringan interstitium, Pecahnya usus sehingga perdarahan Intra Alveoler, kolaps
terjadi pendarahan. arteri dan kapiler, kapiler kecil , sehingga takanan perifer pembuluh darah
paru naik, aliran darah menurun. Vs :T ,S , N. Hb menurun, anemia, syok hipovalemik, sesak
napas, tahipnea,sianosis, tahikardia. Gejala / tanda klinis
Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah didinding dada. Luka di
pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Kadang-kadang anemia dan syok
hipovalemik merupakan keluhan dan gejala yang pertama muncul.
Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis, tahipnea berat,
tahikardia dan peningkatan awal tekanan darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai dengan
penurunan curah jantung.
1. Pemeriksaan diagnostik.
2. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleura, dapat
menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung).
3. GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengeruhi, gangguan
mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang
meningkat. PaO2 mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen biasanya menurun.
4. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa (hemothorak).
5. Hb : mungkin menurun, menunjukan kehilangan darah.
Kecemasan
Kegelisahan
Kelelahan
Sesak nafas
2.5 KOMPLIKASI
1. Komplikasi dapat berupa :
1. Kegagalan pernafasan
2. Kematian
3. Fibrosis atau parut dari membran pleura
4. Syok
Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan diafragma (otot besar di dasar
toraks) memungkinkan paru-paru untuk memperluas dan kontak. Jika tekanan dalam rongga
dada berubah tiba-tiba, paru-paru bisa kolaps. Setiap cairan yang mengumpul di rongga
menempatkan pasien pada risiko infeksi dan mengurangi fungsi paru-paru, atau bahkan
kehancuran (disebut pneumotoraks ).
2.6 DERAJAT PERDARAHAN
1. a.
Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi
pernapasan.
Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan darah sekitar
10%
1. b.
1. c.
Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan tekanan darah sistolik,
oliguria, dan perubahan status mental yang signifikan, seperti kebingungan atau
agitasi.
Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40% adalah jumlah
kehilangan darah yang paling kecil yang menyebabkan penurunan tekanan darah
sistolik.
Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan untuk
pemberian darah seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap cairan.
1. d.
2.7 Prognosis
Apabila dibiarkan tidak dirawat, akumulasi darah akan sampai pada titik dimana mulai
menekan mediastinum dan trakea
2.8 FAKTOR RESIKO
1. a.
2.9 DIAGNOSIS
Dari pemeriksaan fisik didapatkan:
Inspeksi
: ketinggalan gerak
Perkusi
: redup di bagian basal karena darah mencapai tempat yang paling rendah
Auskultasi : vesikuler
Sumber lain menyebutkan tanda pemariksaan yang bisa ditemukan adalah :
Tachypnea
Jika kehilangan darah sistemik substansial akan terjadi hipotensi dan takikardia.
Selain dari pemeriksaan fisik hemotoraks dapat ditegakkan dengan rontgen toraks akan
didapatkan gambaran sudut costophrenicus menghilang, bahkan pada hemotoraks masif akan
didapatkan gambaran pulmo hilang.
2.10
Pemeriksaan penunjang
Chest X-ray
USG
2.11
CT-scan
Diagnosis banding
KONDISI
Tension pneumothorax
PENILAIAN
Deviasi Tracheal
Distensi vena leher
Hipersonor
Bising nafas (-)
Massive hemothorax
Deviasi Tracheal
Vena leher kolaps
Perkusi : dullness
Bising nafas (-)
Cardiac tamponade
2.12
PENANGANAN
1. Resusitasi cairan. Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah
yang dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan infus
cairan kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan kemudian pemnberian darah
dengan golongan spesifik secepatnya. Darah dari rongga pleura dapat dikumpulkan
dalam penampungan yang cocok untuk autotranfusi bersamaan dengan pemberian
infus dipasang pula chest tube ( WSD ).
2. Pemasangan chest tube ( WSD ) ukuran besar agar darah pada toraks tersebut dapat
cepat keluar sehingga tidak membeku didalam pleura. Hemotoraks akut yang cukup
banyak sehingga terlihat pada foto toraks sebaiknya di terapi dengan chest tube
kaliber besar. Chest tube tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura
mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat
dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya. Evakuasi darah / cairan juga
memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap kemungkinan terjadinya ruptur
diafragma traumatik. WSD adalah suatu sistem drainase yang menggunakan air.
Fungsi WSD sendiri adalah untuk mempertahankan tekanan negatif intrapleural /
cavum pleura.
1. Macam WSD adalah :
WSD aktif : continous suction, gelembung berasal dari udara sistem.
WSD pasif : gelembung udara berasal dari cavum toraks pasien
1. Pemasangan WSD :
Setinggi SIC 5 6 sejajar dengan linea axillaris anterior pada sisi yang sakit .
1)
2)
Lakukan infiltratif kulit, otot dan pleura dengan lidokain 1 % diruang sela iga yang
sesuai, biasanya di sela iga ke 5 atau ke 6 pada garis mid axillaris.
3)
4)
5)
Buat incisi kecil dengan arah transversal tepat diatas iga, untuk menghindari melukai
pembuluh darah di bagian bawah iga
6)
Dengan menggunan forceps arteri bengkok panjang, lakukan penetrasi pleura dan
perlebar lubangnya
7)
Gunakan forceps yang sama untuk menjepit ujung selang dan dimasukkan ke dalam
kulit
8)
Tutup kulit luka dengan jahitan terputus, dan selang tersebut di fiksasi dengan satu
jahitan.
9)
Tinggalkan 1 jahitan tambahan berdekatan dengan selang tersebut tanpa dijahit, yang
berguna untuk menutup luka setelah selang dicabut nanti. Tutup dengan selembar kasa
hubungkan selang tersebut dengan sistem drainage tertutup air
10) Tandai tinggi awal cairan dalam botol drainage.
1. 3.
Thoracotomy.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN HEMOTORAKS
3.1 PENGKAJIAN
Berdasarkan klasifikasi Doenges, dkk (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah :
1. Aktifitas / istirahat.
Gejala : Dispnea dengan aktifitas ataupun istirahat
1)
Sirkulasi
Tanda
Takikardia
Tanda Homan (bunyi renyah s/d denyutan jantung, menunjukan udara dalam
mediastinum).
2)
Integritas Ego.
Makanan / Cairan.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala:
Tajam dan nyeri menusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinanan
menyebar keleher, bahu abdomen (Effusi Pleural).
Tanda:
Perilaku distraksi.
5)
Mengkerutkan wajah.
Pernapasan
Gejala:
Tanda:
Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesoris pernapasan pada dada, leher,
retraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat.
Perkusi dada : Hiperresonan diatas area terisi udara (pneumothorak), bunyi pekak
diatas area yang terisi cairan (hemothorak)
Observasi dan palpasi dada : Gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau
kemps, penurunan penmgembangan thorak (are yang sakit).
Kulit : pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subcutan (udara pada jaringan dengan
palpasi).
6)
Keamanan
Gejala:
6. 6.
RASIONAL
Pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk
pemasangan selang dada yang tepat dan memilih
tindakan terapiutik yang tepat.
6. Kaji fremitus.
7. Kaji adanya area nyeri tekan bila batuk, napas
dalam.
tegangan pneumothoraks.
Evaluasi ketidak normalan/kontuinitas gelembung Air botol penampung bertindak sebagai pelindung
yang mencegah udara atmosfir masuk kearea
botol penampung.
pleural.
Tentukan lokasi kebocoran udara (berpusat pada
pasien atau system) dengan mengklem kateter torak Gelembung udara selama ekspirasi menunjukan
lubang angin dari pneumothorak (kerja yang
pada bagian distal sampai keluar dari dada.
diharapkan).
Klem selang pada bagian bawa unit drainase bila
Bekerjanya pengisapan, menunjukan kebocoran
kebocoran udara berlanjut.
udara menetap mungkin berasal dari pneumotoraks
Awasi pasang surut air penampung menetap atau besar pada sisi pemasangan selang dada (berpusat
pada pasien), unit drainase dada berpusat pada
sementara.
system.
Pertahankan posisi normal dari system drainase
Bila gelembung berhenti saat kateter diklem pada
selang pada fungsi optimal.
sisi pemasangan, kebocoran terjadi pada pasien (sisi
Catat karakteristik/jumlah drainase selang dada. pemasukan / dalam tubuh pasien).
Evaluasi kebutuhan untuk memijat selang
(milking).
Pijat selang hati-hati sesuai protocol, yang
meminimalkan tekanan negatif berlebihan.
Bila kateter torak putus/ lepas.Observasi tanda
distress pernapasan
Setelah kateter torak dilepas. Tutup sisi lubang
masuk dengan kasa steril.
INTERVENSI KOLABORASI
upaya intervensi.
Berikan oksigen tambahan melalui kanula/masker Pemijatan biasanya tidak nyaman bagi pasien
karena perubahan tekanan intratorakal, dimana
sesuai indikasi.
dapat menimbulkan batuk/ketidaknyamanan dada.
Pemijatan yang keras dapat timbulkan tekanan
hisapan intratorakal yang tinggi dapat mencederai.
Pneumothorak dapat terulang dan memerlukan
intervensi cepat untuk cegah pulmonal fatal dan
gangguan sirkulasi.
Deteksi dini terjadinya komplikasi penting, contoh
berulang pneumothorak, adanya infeksi.
Mengawasi kemajuan perbaikan
hemothorak/pneumothorak dan ekspansi paru.
Mengidentifikasi posisi selang endotraheal
mempengaruhi inflasi paru.
Mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi.
Alat dalam menurunkan kerja napas, meningkatkan
penghilangan distress respirasi dan sianosis b/d
hipoksemia.
1. 2.
(Resiko tinggi) Trauma / penghentian napas b/d penyakit saat ini/proses
cedera, system drainase dada, kurang pendidikan keamanan/pencegahan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kaji dengan pasien tujuan / fungsi drainase
dada.
RASIONAL
Informasi tentang bagaimana system bekerja
berikan keyakinan dan menurunkan kecemasan
pasien.
pasien
4. Berikan alat transportasi aman bila pasien
dikirim keluar unit untuk tujuan diagnostik.
5. Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat
kondisi kulit.
6. Anjurkan pasien untuk menghindari
berbaring/menarik selang.
7. Identifikasi perubahan / situasi yang harus
dilaporkan pada perawat.Contoh perubahan
bunyi gelembung, lapar udara tiba-tiba, nyeri
dada segera lepaskan alat.
8. Observasi tanda distress pernapasan bila
kateter torak terlepas/tercabut.
1. 3.
Kurang pengetahuan / kebutuhan belajar (tentang kondisi dan aturan
pengobatan b/d kurang terpajan dengan informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien.
RASIONAL
Informasi menurunkan takut karena
ketidaktahuan.
2 .Identifikasi kemungkinan
kambuh/komplikasi jangka panjang.
BAB 4
PENELITIAN JOURNAL
Sub Bagian Bedah Toraks Bagian Ilmu Bedah FK-USU / RS HAM / RS Pirngadi
Medan
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Penderita hemotoraks dapat terjadi akibat trauma tumpul toraks maupun trauma tajam toraks.
Trauma tumpul toraks sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja1,2
Pengumpulan darah dalam rongga toraks akan menekan paru-paru sehingga mengganggu
ventilasi yang berakibat hipoksia. Gabungan hipovolemia dan hipoksia akan menyebabkan
kematian.2
Penanggulangan hemotoraks dengan pemasangan tube torakostomi dengan WSD atau CSD
untuk evakuasi darah adalah tindakan penyelamatan jiwa penderita.1,3,4
Bila ada sisa darah akan menimbulkan komplikasi gangguan pengembangan paru, kronik
atelektasis, pneumoni dan empiema.5
Perumusan Masalah
Kasus hemotoraks akibat trauma tumpul toraks dan trauma tajam toraks cenderung
meningkat. Diperlukan penanganan segera untuk penyelamatan jiwa penderita dengan
melakukan pemasangan tube torakostomi dihubungkan dengan WSD atau CSD.
Dirumah-rumah sakit daerah sering CSD tidak tersedia karena alat ini sangat mahal. Apakah
WSD layak dipakai dibandingkan sisa darah.
Tujuan Penelitian
Membandingkan hasil penanganan evakuasi hemotoraks (sisa darah) antara Water Seal
Drainage (WSD) dan Continous Suction Drainage (CSD) pada penderita hemotoraks.
Kontribusi Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan adanya penyederhanaan biaya pada penanganan
hemotoraks.