disusun oleh
Lia Wahyuni
10060312006
Della Diana P.
10060312007
Wisnu Satuhu P.
10060312008
Della Allauetta A.
10060312109
Kuntum Khaera U.
10060312110
Tazkia Ulfa
10060312111
Tanggal Praktikum
: 26 Mei 2015
: 3 Juni 2015
Asisten
I.
Nama Sediaan
Formula A : Suppositoria Bisakodil
Formula B : Ovula Povidone
II.
Kekuatan Sediaan
Formula A : setiap 4 gram suppositoria mengandung bisakodil 10 mg
Formula B : setiap 4 gram ovula mengandung povidone 400 mg
III.
Formula Sediaan
Formula A
Formula B
Bisakodil
10 mg
Povidone
10%
Ol. Cacao
100%
PEG 400
60%
PEG 6000
40%
IV.
1. Bisakodil
Pemerian
Kelarutan
2. Povidone
Pemerian
enhancer.
BJ
: 1,18 g/cm3
Titik leleh
: 150C
Kecepatan alir : 20 g/s untuk povidone k-15; 16 g/s untuk povidone
k-29/22
Stabilitas
V.
bakteri.
Inkompatibilitas : PEG inkompatibel terhadap beberapa bahan
pewarna. Aktivitas antibakteri mereduksi basis PEG. (HOPE
Ed. VI : 517)
2. Oleum cacao
Pemerian : lemak padat, putih kekuningan, bau khas agak
rapuh
Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95%), mudah larut dalam
suppositoria.
Konsentrasi : 40 96%
OTT
: terjadi reaksi antara basis lemak suppositoria dan
jarang pada obat yang sama, untuk beberapa indikasi reaksi
VI.
Analisis Formula
Suppositoria
Zat aktif yang digunakan Bisakodil. Bisakodil memiliki kelautan
yaitu larut dalam air, dalam aseton, alkohol, benzene, glirserin, glikol.
Tetapi tidak larut dalam lemak dan mineral oil. Bisakodil berkhasiat
sebagai bahan aktif yang berkhasiat untuk menghilangkan rasa nyeri pada
buang air besar. Dibuat dalam bentuk suppositoria karena bentuk sediaan
ini akan membantu memberikan efek terapi yang lebih cepat dari pada
dalam bentuk oral. Sediaan dalam bentuk oral, kerja obat harus melalui
absorbsi terlebih dahulu, sedangkan sediaan suppositoria tidak melalui
absorbsi sehingga efek terapi yang diberikan akan lebih cepat
Oleum Cacao berdaya guna dalam melepaskan zat aktif dari pada
yang lain, karena mempunyai titik lebur pada suhu 31-34.Oleum cacao
memiliki kelarutan sukar larut dalam etanol 95% mudah larut dalam
kloroform. Dibuat dalam bentuk suppositoria ditujukan untuk melebur
pada suhu tubuh, karena oleum cacao digunakan sebagai bahan dasar
suppo yang ketambahan zat aktif, jadi titik leburnya akan menjadi 35-37.
Obat yang larut dalam air yang dicampur dengan oleum cacao, pada
umumnya memberi hasil pelepasan yang baik. Pada bahan tambahan
oleum cacao ini dilebihkan 20% pada basisnya, sebab basis saat dileburkan
selain melebur juga menguap, sehingga berkurang. Selain itu saat di
dinginkan basis akan menyusut dan berkurang oleh karena itu harus
dilebihkan 20% pada basisnya.
Ovula
Povidon iodin adalah sebuah polimer larut air yang mengandung
sekitar 10% iodin aktif, bisa ditoleransi kulit, mempercepat penyembuhan
luka, dan meninggalkan sisa iodin aktif yang dapat menciptakan efek
berkelanjutan. Senyawa ini merupakan salah satu antiseptik dari golongan
halogen yang merupakan kompleks antara iodin dengan polivinilpirolidon.
Bentuk kompleks ini merupakan bentuk iodofor, yaitu campuran iodin
dengan surfaktan yang bekerja sebagai pembawa dan pelarut iodin.
Golongan ini berdaya aksi dengan cara oksidasi, namun tidak efektif untuk
membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Keuntungan dari
zat aktif povidone iodine sebagai antiseptik yaitu tidak merangsang,
mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil karena tidak menguap.
Penggunannya yang berulang kali akan mengendap sehingga efeknya
bertahan lama. Keuntungan lainnya yaitu povidon iodine akan tetap aktif
pada luka yang terdapat darah, nanah, serum dan jaringan neukrotik.
Warna coklat dan baunya merupakan sifat obat ini yang kurang
menguntungkan.
Polietilen glikol (PEG) merupakan polimer dari etilen oksida dan
air, dibuat menjadi bermacam-macam panjang rantai, berat molekul dan
sifat fisik. Polietilen glikol tersedia dalam berbagai macam berat molekul
mulai dari 200 sampai 8000. PEG yang umum digunakan adalah PEG 200,
400, 600, 1000, 1500, 1540, 3350, 4000, 6000 dan 8000. Pemberian
nomor menunjukkan berat molekul rata-rata dari masing-masing
polimernya. Polietilen glikol yang memiliki berat molekul rata-rata 200,
400, 600 berupa cairan bening tidak berwarna dan yang mempunyai berat
molekul rata-rata lebih dari 1000 berupa lilin putih, padat dan
kekerasannya bertambah dengan bertambahnya berat molekul. Basis
polietilen glikol dapat dicampur dalam berbagai perbandingan dengan cara
melebur, dengan memakai dua jenis PEG atau lebih untuk memperoleh
basis ovula dengan konsistensi dan karakteristik yang diinginkan. PEG
menyebabkan pelepasan lebih lambat dan memiliki titik leleh lebih tinggi
daripada suhu tubuh. Penyimpanan PEG tidak perlu di kulkas dan dapat
dalam penggunaan dapat dimasukkan secara perlahan tanpa kuatir ovula
akan meleleh di tangan (hal yang umum terjadi pada basis lemak).
Keuntungan basis PEG : stabil dan inert, polimer PEG tidak mudah
terurai, Mempunyai rentang titik leleh dan kelarutan yang luas shg
memungkinkan formula supo dgn berbagai derajat kestabilan panas dan
laju disolusi yg berbeda, Tidak membantu pertumbuhan jamur.
VII.
1 Suppo
10 mg
Oleum cacao
2.454 mg
12 Suppo
120 mg
+20 %
14.400mg
29.448 mg
35.3376 mg
B. Ovula
Povidone 10 / 100 x 4g = 0.4g
Basis 100 % (4g 0.4g = 3.6g)
Polietilen glikol 400 = 3.6g x 40 / 100 = 1.44g
Polietilen glikol 600 = 3.6g x 60 / 100 = 2.61g
Bahan
Povidone
1 Ovula
400 mg
12 Ovula
4800 mg
+50%
4800 mg
Polietilen glikol
1.440 mg
17.280 mg
17.280 mg
400
2.61 0mg
31.320 mg
31.320
Polietilen glikol
600
VIII.
Prosedur Pembuatan
A. Suppositoria
Disiapkan cetakan terlebih dahulu dan alat dibuka. Kemudian
dibersihkan dari debu dan kotoran lalu dikeringkan. Setelah itu alat
dilumasi paraffin liquid dikunci dan digosokan lilin padat pada
permukaan alat. Disiapkan basis formula dan zat aktif sesuai dosis
yang diinginkan. Basis dipanaskan diatas water bath sampai homogen
Pembahasan
Ovula
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan ovula dengan bahan
aktif Povidone. Ovula adalah sediaan padat yang umumnya berbentuk
telur, mudah melunak (lembek), dan meleleh pada suhu tubuh, dapat
melarut, dan digunakan sebagai obat luar khusus untuk vagina. Bobot
ovula 3-6 gram, umumnya 5 gram. Bahan dasar untuk ovula harus dapat
larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang digunakan
dapat berupa lemak coklat atau campuran PEG dalam berbagai
perbandingan (Syamsuni, 2006).
Povidone adalah zat aktif dalam bentuk kompleks dengan iodin
yang merupakan antimikroba yang digunakan untuk mengobati keputihan
yang disebabkan oleh Candida dan Trichomonas (ISO vol 45, 2011).
Povidone iodine berbentuk serbuk amorf dengan warna coklat kekuningan
dan memiliki bau yang khas serta dapat larut dalam air dan etanol (FI IV,
1995).
Sehubungan dengan fungsinya sebagai pencegah keputihan, maka
povidone dibuat dengan bentuk sediaan ovula untuk mempercepat kerja
obat dan lebih memastikan obat bekerja pada target.
Pembuatan ovula menggunakan basis sebagai pembawa zat aktif.
Pemilihan basis yang tepat juga sangat mempengaruhi kerja obat untuk
sampai ke target. Terdapat 3 jenis basis untuk sediaan supposotoria dan
ovula, yaitu basis berlemak, basis larut air dan basis surfaktan. Untuk
pembuatan ovula digunakan basis larut air yaitu kombinasi PEG.
Pelietilen glikol merupaka polimer dari etilen oksida dan air, dibuat
rata-rata+5%. Syarat kedua, tidak boleh ada satupun ovula yang bobotnya
melebihi 10% Dari bobot rata-rata ovula. Didapat bobot rata-rata+10%
adalah 4, 125 g. Dari semua ovula yang, tidak ada yang melebihi bobot
rata-rata+10%. Maka ovula yang ditimbang dan digunakan telah sesuai
dengan syarat dan dapat digunakan sebagai ovula dengan bobot yang
sesuai pada formulasi.
Untuk evaluasi waktu leleh ovula dengan memasukkan ovula pada
cawan uap yang diletakkan diatas penangas. Dihitung waktu leleh ovula
dari mulai meleleh hingga ovula meleleh sempurna. Untuk basis yang larut
dalam air, memiliki syarat waktu leleh kurang dari 60 menit. Dari hasil
evaluasi uji waktu leleh, didapat waktu leleh dari 3 buah ovula di kisaran 6
menit. Maka, ovula telah memenuhi syarat untuk digunakan sebagai obat
karena waktu meleleh ovula yang tidak terlalu lama ( di atas 60 menit )
serta tidak dalam waktu yang terlalu cepat. Pada percobaan ini tidak
dilakukan pengujian kadar karena keterbatasan alat dan waktu praktikum.
Maka obat tidak dapat digunakan untuk terapi karena tidak diketahui kadar
dan tidak tersebarnya zat aktif dengan rata.
Ovula memiliki kelebihan yaitu dapat digunakan untuk obat yang tidak
bisa diberikan secara oral, karena gangguan cerna, pinsan dan sebagainya.
Bisa menghindari firs fast efek di hati. Namun ovula juga memiliki
kekurangan yaitu daerah absorpsi lebih kecil, absorpsi hanya melalui
difusi pasif dan pemakaian kurang praktis.
Supositoria
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pembuatan
suppositoria dan ovula. Supositoria adalah suatu bentuk sediaan padat
yang pemakaiannya dengan cara dimasukkan melalui lubang atau celah
pada tubuh, dimana ia akan melebur, melunak atau melarut dan
memberikan efek lokal atau sistemik (Ansel, 1989).
Prosedur yang dilakukan yaitu pertama menyiapkan alat cetak
suppositoria, dibersihkan bagian cetakannya dengan paraffin liquid. Tutup
rapat cetakan dan celah bagian luar cetakan dilapisi oleh lilin. Hal ini
bertujuan agar saat bahan suppo dicetak tidak ada yang keluar meluber
dari cetakan sehingga bentuk suppositoria yang dihasilkan baik.
Selanjutnya, bahan-bahan ditimbang sesuai dengan perhitungan yang telah
dilakukan sebelumnya. Pada penimbangan bahan, semua bahan dilebihkan
sebanyak 20% dari formulasi awal. Tujuannya untuk mencegah
kekurangan dosis pada saat proses formulasi, karena ada bahan-bahan
yang tertinggal di dalam alat penampung atau cetakan. Kemudian,
pembuatan oleum cacao sebagai basis dipanaskan di atas penangas air
sebagian hingga meleleh pada suhu tidak lebih dari 38C karena apabila
ol.cacao dipanaskan lebih dari suhu tersebut akan merubah bentuk kristal
dari oleum cacao. Angkat basis dari penangas kemudian tambahkan sisa
basis oleum cacao ke dalam basis yang telah meleleh. Diaduk hingga
meleleh seluruhnya. Kemudian ditambahkan zat aktif CTM. Sebaiknya
sebelum dicampurkan dengan basis, zat aktif digerus terlebih dahulu agar
lebih mudah homogen dengan basis. Setelah homogen, bahan segera
dimasukkan kedalam cetakan dengan menggunakan batang pengaduk
sebelum basis kembali padat. Batang pengaduk digunakan agar
memudahkan dalam penuangan bahan ke dalam cetakan sehingga tidak
banyak bahan yang terbuang. Penuangan bahan dilakukan hingga cetakan
penuh dan dilebihkan sedikit. Karena selama pencetakan akan terjadi
penyusutan sehingga harus dilebihkan.
Setelah semua cetakan terisi penuh, sediaan didiamkan disuhu kamar
selama 15 menit. Kemudian, agar konsistensi padat sempurna maka
cetakan yang berisi massa ovula dimasukkan ke dalam freezer dengan
suhu dibawah 0oC selama kurang lebih 1 jam.
Setelah sediaan padat sempurna, alat cetakan dikeluarkan dari freezer dan
sediaan dikeluarkan dari cetakan untuk selanjutnya dilakukan evaluasi
sediaan. Evaluasi yang dilakukan meliputi:
a) Organoleptis
Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui ciri fisik dari
sediaan, selain itu untuk melihat ada atau tidaknya keretakan,
lubang eksudasi dan pembengkakan basis. Evaluasi dilakukan
secara manual dan hasil evaluasi menunjukkan ada keretakan pada
baik yaitu sediaan yang memiliki bahan dasar yang dapat larut
dalam air atau meleleh pada suhu tubuh (Syamsuni, 2006). Pada
hasil pengujian semua sediaan uji memiliki rentang yang lebih dari
suhu tubuh yaitu 37oC. Karena hal tersebut, basis yang digunakan
yaitu oleum cacao memang cocok untuk obat yang dimaksudkan
memberikan efek setempat yang cukup lama karena suhu yang
diperlukan untuk sediaan meleleh sempurna antara 35-38C.
d) Keseragaman Bobot
Evaluasi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui
keseragaman bobot untuk menjamin dosis yang seragam dari setiap
sediaan sehingga menghasilkan efek terapeutik yang seragam pula.
Evaluasi dilakuakan dengan cara menimbang satu persatu sediaan
sebanyak 3 sediaan. Setelah dihitung, rata-rata bobot sediaan yaitu
2,8 gram. Sediaan dinyatakan bobotnya seragam apabila tidak lebih
dari 2 sediaan yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata
sebesar >5% dan tidak ada satupun sediaan yang bobotnya
menyimpang >10%. Apabila diperhitungkan, 5% dan 10% dari
rata-rata bobot sediaan masing-masing memiliki rentang (batas
bawah batas atas yaitu 2,66 g sampai 2,94 g dan 2,52 g sampai
3,08 g. Seluruh bobot sediaan ovula yang dibuat berada di daerah
kedua rentang bobot tersebut. Jadi, tidak ada satupun bobot dari
sediaan yang menyimpang lebih dari 5% maupun 10% , dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa bobot ovula seragam.
Perbedaan dari sediaan supositoria dan ovula pada hasil
evaluasi yaitu pada evaluasi organoleptis, supositoria berwarna
kuning dan bau khas coklat. Sedangkan pada ovula berwarna
merah gelap hampir coklat dan berbau khas povidone iodine. Hal
tersebut jelas berasal dari zat aktif dan masing-masing basis yang
digunakan.
XI.
Kesimpulan
XII.
adanya keretakan
Suppositoria memiliki kisaran leleh pada 35-38C
Suppositoria memiliki bobot yang seragam sehingga akan
air putih yang banyak, dan tidak dibarengi dengan susu atau obatobat maag.
Untuk dulcolax supositoria (berbentuk seperti peluru), dewasa dan
anak diatas 10 tahun dosis 1 supositoria (10 mg). Sementara anak
usia 6-10 tahun menggunakan 1 supositoria (5 mg). Obat harus
Efek samping:
Sewaktu menggunakan bisacodyl, dapat terjadi rasa tidak enak
pada perut termasuk kram, sakit perut, dan diare. Reaksi alergi,
termasuk kasus-kasus angiooedema dan reaksi anafilaktoid juga
Overdosis:
Gejala
Bila dosis bisacodyl terlalu tinggi, maka dapat terjadi diare, kram
perut dan berkurangnya kadar kalium serta elektrolit lainnya secara
nyata.
Overdosis kronis bisacodyl dapat menyebabkan diare kronis, sakit
perut, hipokalemia, hiperaldosteronisme dan batu ginjal.
Kerusakan tubulus ginjal, alkalosis metabolik dan kelelahan otot
akibat hipokalemia juga terjadi pada penyalahgunaan laktasif
kronis.
Terapi
Dalam waktu yang singkat setelah minum bisacodyl, penyerapan
bisacodyl dapat dikurangi atau dicegah dengan memaksa untuk
muntah atau kuras lambung. Dalam hal ini mungkin diperlukan
penggantian cairan dan perbaikan keseimbangan elektrolit. Ini
sangat diperlukan pada pasien usia lanjut dan muda.
Pemberian antipasmodik mungkin ada manfaatnya.
Penyimpanan:
Simpan pada suhu 25 - 30 derajat c dan lindungi dari cahaya.
Simpan di tempat yang maan, jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Pno. 1
Awas! Obat keras
Nama generik
Povidone
Sub kelas terapi
desinfektan dan antiseptik.
Farmakologi
suatu bahan organik dari bahan aktif polivinil pirolidon yang
merupakan kompleks iodine yang larut dalam air. Bekerja sebagai
bakterisida yang juga membunuh spora, jamur, virus dan
sporozoa.;povidon diabsorbsi secara sistemik, jumlahnya
XIII.
Daftar Pustaka
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi 4.
Jakarta : UI Press.