Anda di halaman 1dari 16

BAB 2

Tinjauan Pustaka

2.1Anatomi Mata

Gambar 2.1. Anatomi Mata


Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan
vitreous. Media refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan media
refraksi menyebabkan visus turun (baik mendadak aupun perlahan). Bagian
berpigmen pada mata: uvea bagian iris, warna yang tampak tergantung pada
pigmen melanin di lapisan anterior iris (banyak pigmen = coklat, sedikit pigmen =
biru, tidak ada pigmen = merah / pada albino).
2.2. Media Refraksi
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan
kaca), dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh
media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga
bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah
makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan
menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak
melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh(1).

2.2.1. Kornea
Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang
menutupi bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis, yaitu:
1. Epitel
Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel
basal berikatan erat berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel
poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, eliktrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ektoderm permukaan
2. Membran Bowman
Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkan dibagian
perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen
memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat
kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen
dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal
40 m. 5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40 m.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemi desmosom dan zonula
okluden
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus berjalan supra koroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan
selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai kepada kedua lapis
terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di
daerah limbus.
`Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola
mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40
dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea(1).
2.2.2. Aqueous Humor (Cairan Mata)
Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa,
keduanya tidak memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua
struktur ini akan mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor
dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam korpus
siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior. Cairan ini mengalir ke
suatu saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah. Jika aqueous humor
tidak dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya (sebagai contoh, karena
sumbatan pada saluran keluar), kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior
dan menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (di dalam mata). Keadaan

ini dikenal sebagai glaukoma. Kelebihan aqueous humor akan mendorong lensa
ke belakang ke dalam vitreous humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan
saraf dalam retina. Penekanan ini menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus
yang dapat menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi.(1)
2.2.3. Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di
dalam bola mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di
belakang iris dan terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti
cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik
mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat
lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terusmenerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa
sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa
yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di
dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar
nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa.
Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks
anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai
konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer
kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh
ekuatornya pada badan siliar.(1)

2.2.4. Badan Vitreous (Badan Kaca)


Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini
merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit
kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous
mengandung sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat.
Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina.
Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel.

Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhanbadan vitreous akan memudahkan


melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi
2.2.5. Panjang Bola Mata
Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang
bola mata seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar
oleh karena kornea (mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang
(lebih panjang atau lebih pendek) bola mata, maka sinar normal tidak dapat
terfokus pada mekula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang dapat berupa
miopia, hipermetropia, atau astigmatisma.
2.3 Definisi Glaukoma Akut
Glaukoma adalah penyakit mata dimana terjadi kerusakan saraf optik yang
diikuti gangguan pada lapangan pandang yang khas. Kondisi ini utamanya
diakibatkan oleh tekanan bola mata yang meninggi yang biasanya disebabkan oleh
hambatan pengeluaran cairan bola mata (humour aquous). Penyebab lain
kerusakan saraf optik, antara lain gangguan suplai darah ke serat saraf optik dan
kelemahan/masalah saraf optik sendiri.
Glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi glaukoma primer, glaukoma
sekunder dan glaukoma kongenital. Glaukoma primer adalah glaukoma yang tidak
diketahui penyebabnya. Glaukoma Primer sudut terbuka (primary open angle
glaukoma) biasanya merupakan glaukoma kronis, sedangkan glaukoma primer
sudut tertutup (primary angle closure glaucoma) bisa berupa glaukoma akut atau
kronis. Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang timbul sebagai akibat dari
penyakit mata lain, trauma, pembedahan, atau penyakit sistemik lain. Glaukoma
kongenital adalah glaukoma yang ditemukan sejak dilahirkan. Disamping itu
terdapat juga kasus glaukoma dengan kebutaan total yang disebut glaukoma
absolut.
Glaukoma akut (sudut tertutup) sendiri didefinisikan sebagai glaukoma
yang terjadi akibatpeningkatan tekanan intraorbita secara mendadak dan sangat

tinggi, karena adanya hambatan mendadak pada sirkulasi cairan vitreus di mata.
Glaukoma akut ini merupakan kedaruratan okuler sehingga harus diwaspadai,
karena dapat terjadi bilateral dan dapat menyebabkan kebutaan tetapi resiko
kebutaan dapat dicegah dengan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat.(3,4)
2.4 Etiologi
Glaukoma terjadi karena peningkatan tekanan intraokuler yang dapat
disebabkan oleh bertambahnya produksi humor akueus oleh badan siliar ataupun
berkurangnya pengeluaran humor akueus di daerah sudut bilik mata atau di celah
pupil.
Tekanan intraokuler adalah keseimbangan antara produksi humor akueus,
hambatan terhadap aliran akueous dan tekanan vena episklera. Ketidakseimbangan
antara ketiga hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler, akan
tetapi hal ini lebih sering disebabkan oleh hambatan terhadap aliran humor akueus.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf
optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus
berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami
kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang
pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral.
Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.

Secara anatomis, adanya predisposisi pada mata dengan COA yang


dangkal, relatif berpengaruh terhadap kesukaran aliran dari humor akueus
melewati pupil. Blokade pada pupil meningkatkan tekanan pada COP. Tekanan ini
menyebabkan iris ke anterior ke arah trabekular, menimbulkan blokade pada
aliran humor akueous secara mendadak (sudut tertutup). Serangan glaukoma
secara tipikal mengenai satu mata (unilateral) dikarenakan pelebaran dari pupil
baik dalam keadaan sekeliling yang gelap dan atau di bawah pengaruh stress
emosional. Situasi yang tipikal yakni film misteri malam hari di televisi,
penggunaan obat-obatan midriatika, obat psikotropik sistemik juga dapat memicu
serangan glaukoma.
Pada glaukoma sudut tertutup, jalinan trabekular normal, sedangkan
tekanan intraokuler meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan
6

sudut bilik mata, sehingga outflow humor akuos terhambat saat menjangkau
jalinan trabekular. Keadaan seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yang
sempit (kadang-kadang disebut dengan dangerous angle).
Jika sudut bilik mata tidak sempit atau sudut terbuka luas, perifer iris tidak
kontak dengan perifer kornea, sehingga sudut bilik mata depan tidak tertutup dan
glaukoma sudut tertutup tidak akan terjadi. Ini merupakan perbedaan dasar antara
glaukoma sudut terbuka dengan glaukoma sudut tertutup.
Ketika dislokasi lensa sebagai penyebab tertutupnya sudut bilik mata maka
keadaan ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup sekunder. Jika glaukoma
sudut tertutup tidak diketahui penyebabnya, kondisi ini dikenal dengan glaukoma
sudut tertutup primer.
Apabila sudut bilik mata depan tertutup secara cepat dan berat, ini dikenal
dengan glaukoma akut yang disertai dengan banyak gejala dan tanda. Apabila
penutupan sudut bilik mata depan tidak sempurna dan kadang-kadang saja terjadi,
ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup intermitten atau glaukoma sudut
tertutup kronik, dan disertai dengan sedikit gejala. Apabila glaukoma sudut
tertutup intermitten yang tidak mempunyai gejala, ini dikenal dengan glaukoma
sudut tertutup kreeping.
Satu hal penting untuk diketahui bahwa tidak semua sudut bilik mata
sempit akan berkembang menjadi glaukoma akut, dapat terjadi hanya sebagian
kecil saja, terutama pada mata yang pupilnya berdilatasi sedang (3,0 - 4,5mm)
yang dapat memungkinkan terjadinya blok pupil sehingga dapat berlanjut menjadi
sudut tertutup.
Akibat terjadinya blok pupil, maka tekanan intraocular lebih tinggi di bilik
mata belakang daripada bilik mata depan. Jika blok pupil semakin berat tekanan
intraokuler di bilik mata belakang semakin bertambah, sehingga konveksivitas iris
semakin bertambah juga, ini dikenal dg iris bombe, yang membuat perifer iris
kontak dengan jalinan trabekuler, dan menyebabkan sudut bilik mata depan
tertutup. Jika tekanan intraokuler meningkat secara drastis akibat sudut tertutup
komplit maka akan terjadi glaukoma akut.(3,4,5)

2.5 Epidemiologi
Insidensi pada populasi berusia diatas 60 tahun adalah 1 : 1000. Insidensi
pada wanita tiga kali lipat dibandingkan pada pria. Ras eskimo lebih sering
terkena penyakit ini dibandingkan golongan ras yang lainnya, adapun juga
penyakit ini jarang mengenai ras negro.
2.6Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko yang dapat mengarah pada glaukoma adalah (1)
1. Tekanan darah rendah atau tinggi
2. Fenomena autoimun
3. Degenerasi primer sel ganglion
4. Usia di atas 45 tahun
5. Keluarga mempunyai riwayat glaukoma
6. Miopia atau hipermetropia
7. Pasca bedah dengan hifema atau infeksi

2.7 Gejala Klinis


Tidak seperti glaukoma primer sudut terbuka dimana tekanan intra okular
(TIO) meningkat bertahap, pada glaukoma akut, TIO meningkat secara mendadak.
Peningkatan yang cepat ini dapat muncul dalam beberapa jam dan memberikan
rasa nyeri hebat, dan jika TIO naik cukup tinggi, nyeri akan sangat hebat sampai
dapat menyebabkan mual dan muntah. Mata menjadi merah, kornea dapat menjadi
keruhatau berawan dan pasien dapat melihat pijaran seperti pelangi disekitar
sumber cahaya serta pandangan menjadi kabur tiba-tiba.
Serangan glaukoma akut tidak selalu maksimal pada setiap kasus.
Terkadang pasien hanya merasakan beberapa gejala minor. Pandangan yang
sedikit kabur dengan pijaran seperti pelangi disekitar sumber cahaya dapat timbul
tanpa rasa nyeri atau mata merah. Gejalaini kadang dapat berkurang dengan

pindah ke ruangan yang redup cahaya atau tidur, kedua aktivitas ini secara
langsung membuat pupil berkonstriksi sehingga iris akan tertarik dari desakan
bilik mata depan.
2.8 Penegakkan Diagnosa(3,4,5,6,7)
Iluminasi oblik dari COA
COA diiluminasi dengan sinar dari lampu tangensial menuju bidang iris.
Pada mata dengan kedalaman COA yang normal, iris tampak seragam saat
diiluminasi. Pada mata dengan COA yang dangkal dan sudut yang tertutup baik
sebagian ataupun seluruhnya, iris menonjol ke anterior dan tidak seragam saat
diiluminasi.

Gambar 2.2 Pemeriksaan Kedalaman COA


Slit Lamp
Kedalaman sentral dan perifer dari COA harus dievaluasi dengan
ketebalan dari kornea. COA yang memiliki kedalam kurang dari 3 kali ketebalan
kornea pada bagian sentral disertai kedalam bagian perifer kurang dari ketebalan
kornea memberikan kesan sudut yang sempit. Gonioskopi penting dilakukan
untuk evaluasi selanjutnya. Untuk evaluasi kedalaman dari COA dengan
pemeriksaan slit lamp biomiocroscop, pengaturan cahaya yang sempit dipilih.
Cahaya harus mengenai mata pada sudut penglihatan yang sempit dari garis
cahaya pemeriksa.
Gonioskopi

Sudut dari COA dievaluasi dengan gonioskop yang diletakkan secra


langsung pada kornea. Gonioskopi dapat membedakan beberapa kondisi:

Sudut terbuka : glaukoma sudut terbuka


Sudut tertutup : glaukoma sufut tertutup
Akses sudut menyempit : konfigurasi dengan risiko glaukoma akut sudut

tertutup
Sudut teroklusi : glaukoma sekunder sudut tertutup, sebagai contoh

disebabkan neovaskularisasi pada rubeosis iridis.


Sudut terbuka tetapi disertai deposit sel inflamasi, eritrosit atau pigmen
pada jalinan trabekular : glaukoma sekunder sudut terbuka

Pengukuran Tekanan Intraokular

alpasi
P
Perbandingan palpasi dari kedua bola mata merupakan pemeriksaan awal
yang dapat mendeteksi peningkatan tekanan intraokular. Jika pemeriksa
dapat memasukkan bola mata dimana pada saat palpasi berfluktuasi, tekanan
kurang dari 20 mmHg. Bola mata yang tidak berpegas tetapi keras seperti
batu merupakan tanda tekanannya sekitar 60-70 mmHg (glaukoma akut

sudut tertutup).
Tonometri Schiotz
Pemeriksaan ini mengukur derajat dari kornea yang dapat diindentasi pada
posisi pasien supine. Semakin rendah tekanan intraokular, semakin dalam
pin tonometri yang masuk dan semakin besar jarak dari jarum bergerak.
Tonometri indentasi sering memberikan hasil yang tidak tepat. Sebagai
contohnya kekakuan dari sklera berkurang pada mata miop dimana akan
menyebabkan pin dari tonometer masuk lebih dalam. Oleh karena itu
tonometri indentasi telah digantikan oleh tonometri applanasi.

10

Gambar 2.3 Pemeriksaan Tonometri Schiotz

Tonometri Applanasi
Metode ini merupakan metode yang paling sering dilakukan untuk mengukur
tekanan intraokular. Pemeriksaan ini memungkinkan pemeriksa untuk
melakukan pemeriksaan pada posisi pasien duduk dalam beberapa detik atau
posisi supine . Tonometer dengan ujung yang datar memiliki diameter 3.06
mm untuk applanasi pada kornea diatas area yang sesuai (7,35 mm) .
Metode ini dapat mengeliminasi kekakuan dari sklera yang merupakan
sumber dari kesalahan .

Partner Tonometry
Tonometer portable peneumatic non contact telah tersedia dan sesuai untuk
tonometri di rumah. Hal yang perlu dilakukan adalah menyejajarkan
tonometer dengan partner dan pengukurannya sendiri tidak tergantung pada
pemeriksa. Hasilnya dapat dipercaya. Kekurangan dari alat ini alah
harganya yang mahal.

Oftalmoskop
Diskus optikus memiliki indentasi yang disebut optic cup. Pada keadaan
peningkatan tekanan intraokular yang persisten, optic cup menjadi membesar dan
dapat dievaluasi dengan oftalmoskop. Pemeriksaan stereoskopik dari diskus
optikus melalui slit lamp biomicroscope dicoba dengan lensa kontak memberikan
gambaran 3 dimensi. Optic cup dapat diperiksa stereoskop dengan pupil yang
dilatasi. Nervus opticus memurapakan glaucoma memory. Evaluasi struktur ini
11

akan memberikan informasi pada pemeriksa keruasakan akibat glaukoma terjadi


dan berapa jauh kerusakan tersebut.
Optic cup normal, anatomi normal dapat berbeda jauh. Optic cup besar
yang normal selalu bulat dan elongasi vertikal dari optic cup didapatkan pada
mata dengan glaukoma. Pengukuran diskus optikus, area diskus optikus, opticus
cup dan pinggiran neuroretinal (jaringan vital diskus optikus) dapat diukur dengan
planimetri pada gambaran 2 dimensi dari nervus opticus.

Gambar 2.4 Diskus Optikus Normal


Perubahan glaukomatosa pada nervus opticus, glaukoma menimbulkan
perubahan tipikal pada bentuk dari opticus cup. Kerusakan progresiv dari serabut
saraf, jaringan fibrosa dan vaskular, serta jaringan glial akan diobservasi. Atrofi
jaringan ini akan menyebabkan peningkatan pada ukuran dari optic cup dan wrna
diskus optikus menjadi pucat. Perubahan progresiv dari diskus optikus pada
glaukoma berhubungan dekat dengan peningkatan defek dari lapang pandang.

Gambar 2. 5 Lesi Glaukomatosa pada Nervus Opticus 17

12

Tes Lapang Pandang


Deteksi glaukoma sedini mungkin memerlukan dokumentasi gangguan lapang
pandang pada stadium sedini mungkin. Seperti telah diketahui bahwa gangguan
lapang pandang pada glaukoma bermanifestasi pada awalnya di daerah lapang
pandang superior paracental nasal atau jarangnya pada lapang pandang inferior,
dimana skotoma relatif nantinya akan berkembang menjadi skotoma absolut.
Gangguan lapangan pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30 lapang
pandang bagian tengah.
- Tes provokasi, dilakukan pada keadaan yang meragukan.
Tes yang dilakukan : tes kamar gelap, tes midriasis, tes membaca, tes bersujud
(prone test). Untuk glaucoma sudut tertutup, yang umum dilakukan adalah tes kamar
gelap (karena pupil akan midriasis dan pada sudut bilik mata yang sempit, ini akan
menyebabkan tertutupnya sudut bilik mata). Caranya adalah ukur TIO awal,
kemudian pasien masuk kamar gelap selama 60-90 menit. Ukur segera TIO nya.
Kenaikan 8 mmHg, tes provokasi (+).

2.9 Penanganan
Serangan akut glaukoma merupakan suatu kegawat daruratan dan pasien
memerlukan tindakan segera dari dokter spesialis mata. Penyebab dasar dari
gangguan ini memerlukan prosedur pembedahan, meskipun terapi inisial berupa
konservatif.(4)
Therapi Medikal
Tujuan dari therapi konservatif adalah :

Menurunkan tekanan intraokular


Membuat kornea menjadi jernih (penting untuk pembedahan selanjutnya)
Meredakan nyeri

13

Bagan 2.1. Alur terapi Glaukoma Akut


Prinsip Therapi Medikal pada Glaukoma primer sudut tertutup (5,7)

Penurunan osmotik pada volume dari vitreous dilakukan melalui larutan


hiperosmotik sistemik (gliserin oral 1-1,5 gram/kgBB atau mannitol

intravena 1-2 gram/kgBB)


Penurunan produksi humor akueus dengan carbonic anhidrase inhibitor
(acetazolamide IV 250-500 gram/kgBB). Kedua langkah dilakukan pada
therapi inisial untuk mengurangi tekanan intraokular hingga dibawah 50-

60 mmHg
Iris ditarik dari sudut COA dengan pemberian obat miotika topikal. Tetes
mata Pilocarpine 1% diberikan setiap 15 menit dan konsentrasi
ditingkatkan hingga 4%. Obat miotika bukan pilihan utama dikarenakan
otot sphincter pupillae iskemik pada tekanan 40-50 mmHdan tidak akan
berespon terhadap obat miotika. Miotika juga membuat serat zonula
menjadi rilex, dimana menyebabkan lensa berpindah ke anterior,

14

selanjutnya akan mengkompresi COA. Hal ini membuat therapi inisial


dengan obat hiperosmotik menjadi penting untuk mengurangi volume dari
vitreous.

Therapi simptomatik dengan analgesik, antiemetik, dan sedatif dapat


diberikan jika diperlukan

Tindakan Pembedahan (shunt antara COA dan COP)


Saat kornea jernih, penyebab dasar dari gangguan diobati dengan
pembedahan yakni melalui pembuatan shunt antara COA dan COP .
Neodymium:yttriumaluminumgarnet laser iridotomy (nonincisional procedure)
Nd:YAG laser dapat digunakan untuk menciptakan lubang pada perifer iris
(iridotomy) dengan lisis jaringan tanpa harus membuka bola mata. Operasi dapat
dilakukan dengan topikal anestesi.

Gambar 2.5 Teknik YAG Laser iridiotomi


Tindakan operatif insisi diindikasikan untuk suatu keadaan glaukoma
dimana penurunan tekanan intraokular tidak dapat lagi dicapai dengan modalitas
lain. Indikasi operatif harus dibuat berdasarkan keadaan pasien, derajat glaukoma,
keluhan dan latar belakang pasien secara teliti. Ada beberapa teknik operasi yang
15

dapat dilakukan dalam menangani glaukoma namun erdasarkan prinsipnya terbagi


dalam tiga cara.(5,7,8)

Teknik filtrasi, yaitu membuat sebuah lubang kecil pada limbus


kornea untuk menciptakan jalur bagi aqueous humour antara bilik

mata depan dan subconjuctional space.


Teknik rekonstruksi saluran aqueous
Teknik operasi membebaskan blok pupil

2.10 Prognosis
Glaukoma akut sudut tertutup yang rekuren atau glaukoma sudut tertutup
yang berlangsung lebih dari 48 jam dapat menimbulkan sinekhia perifer antara iris
dan trabekula. Kasus ini tidak dapat dilakukan Nd:YAG laser iridotomy atau
iridectomy dan sudut tertutup dapat terus berlangsung meskipun dilakukan
pembedahan. Operasi filtrasi diindikasikan pada kasus ini. Saat tekanan intaokular
terkontrol dan kornea jernih, gonioskopi diindikasikan untuk melihat bahwa sudut
terbuka kembali dan untuk menyingkirkan sudut tertutup yang persisten.

16

Anda mungkin juga menyukai