Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kelompok 4:
FARIDA AGUSTININGRUM
NIM. 105070201131007
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
1. DEFINISI
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara
spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Vulnus dapat
dibedakan berdasarkan penyebabnya antara lain: disebabkan oleh trauma
benda tajam (paku, sisa pohon, kawat pagar dan sebagainya) atau benda
tumpul (batu, batang pohon, tali pelana dan sebagainya). Vulnus saddle
druck (luka dipunggung akibat pemasangan pelana yang tidak sempurna),
vulnus strackle (luka di bagian medial kaki), vulnus punctio (luka akibat
tusukan benda tajam), vulnus serrativa (luka akibat goresan kawat), vulnus
incisiva (luka akibat tusukan benda tajam), vulnus traumatica (luka akibat
hantaman benda tajam) (Suriadi, 2007).
Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan Menurut
InETNA, luka adalah sebuah injuri pada jaringan yang mengganggu proses
selular normal, luka dapat juga dijabarkan dengan adanya kerusakan pada
kuntinuitas/kesatuan
jaringan
tubuh
yang
biasanya
disertai
dengan
3. Klasifikasi
a. Berdasarkan derajat kontaminasi
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
Luka bersih
Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi,
yang merupakan luka sayat elektif dan steril dimana luka tersebut
berpotensi untuk terinfeksi. Luka tidak ada kontak dengan orofaring,
traktus respiratorius maupun traktus genitourinarius. Dengan demikian
kondisi luka tersebut tetap dalam keadaan bersih. Kemungkinan
ini
bisa
sebagai
akibat
pembedahan
yang
sangat
kekerasan tumpul
Vulnus eksoriasi (luka lecet atau abrasi)
adalah cedera pada permukaan epidermis akibat bersentuhan
dengan benda berpermukaan kasar atau runcing. Luka ini banyak
dijumpai pada kejadian traumatik seperti kecelakaan lalu lintas,
terjatuh maupun benturan benda tajam ataupun tumpul. Walaupun
kerusakannya minimal tetapi luka lecet dapat memberikan
petunjuk kemungkinan adanya kerusakan hebat pada alat-alat
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
dalam tubuh. Sesuai mekanisme terjadinya luka lecet dibedakan
dalam jenis:
Luka lecet gores
Diakibatkan oleh benda runcing yang menggeser lapisan
permukaan kulit
Luka lecet serut (grzse)/geser (friction abrasion)
Adalah luka lecet yang terjadi akibat persentuhan kulit dengan
permukaan badan yang kasar dengan arah kekerasan sejajar/
miring terhadap kulit
Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)
Luka lecet yang disebabkan oleh penekanan benda tumpul
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
tidak beraturan dengan permukaan luka yang lebar dan warna kulit
yang menghitam. Biasanya juga disertai bula karena kerusakan
epitel kulit dan mukosa
Sumber lain menyatakan pembagian umum luka :
a. Simple, bila hanya melibatkan kulit.
b. Kompukatum, bila melibatkan kulit dan jaringan dibawahnya.
Trauma arteri umumnya dapat disebabkan oleh trauma benda tajam ( 50
% ) misalnya karena tembakan, luka-luka tusuk, trauma kecelakaan kerja
atau kecelakaan lalu lintas, trauma arteri dibedakan berdasarkan
beratnya cidera :
a. Derajat I adalah robekan adviticia dan media, tanpa menembus
dinding.
b. Derajat II adalah robekan varsial sehingga dinding arteri juga terluka
dan biasanya menimbulkan pendarahan yang hebat.
c. Derajat III adalah pembuluh darah putus total, gambaran klinis
menunjukan pendarahan yang tidak besar, arteri akan mengalami
vasokontriksi dan retraksi sehingga masuk ke jaringan karen
elastisitasnya.
4. MANIFESTASI KLINIK
Menurut black (1993) manifestasi vulnus adalah sebagai berikut:
Deformitas: Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang
berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur
saraf/perdarahan)
Pergerakan abnormal
Krepitasi
(Black, 1993).
a. Vulnus kontusio
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
Luka Memar
Pendarahan tepi : pendarahan tidak diumpai pada lokasi yang
bertekanan, tetapi pendarahan akan menepi sehingga bentuk
pendarahan akan menepi sesuai dengan bentuk celah antara kedua
warna kuning.
b. Vulnus eksoriasi
Luka lecet
Hilangnya epitel
dan
lapisan
dermis
atau
subkutan
hal
ini
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
d. Vulnus morsum
e. Vulnus scisum
f.
Vulnus punctum
berada dibawahnya
Peluru dapat menghancurkan tulang dan menyebabkan cidera lebih
lanjut
Peluru dari senapan menyebabkan kerusakan lebih besar
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
h. Vulnus combutio
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
terjadi asidosis
ke dalam cairan,
6. PATOFISIOLOGI
Menurut Soejarto Reksoprodjo, dkk, 1995 ; 415) proses yang terjadi secara
alamiah bila terjadi luka dibagi menjadi 3 fase :
1) Fase inflamsi atau lagphase berlangsung sampai 5 hari. Akibat luka
terjadi pendarahan, ikut keluar sel-sel trombosit radang. Trombosit
mengeluarkan prosig lalim, trombosam, bahan kimia tertentu dan asam
amoini tertentu yang mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus
dinding pembuluh darah dan khemotaksis terhadap leukosit. Terjadi
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
Vasekontriksi dan proses penghentian pendarahan. Sel radang keluar
dari pembuluh darah secara diapedisis dan menuju dareh luka secara
khemotaksis. Sel mast mengeluarkan serotonin dan histamine yang
menunggalkan peruseabilitas kapiler, terjadi eksudasi cairan edema.
Dengan demikian timbul tanda-tanda radang leukosit, limfosit dan monosit
menghancurkan dan menahan kotoran dan kuman.
2) Fase proferasi atau fase fibriflasi. berlangsung dari hari ke 6-3 minggu.
Tersifat oleh proses preforasi dan pembentukan fibrosa yang berasal dari
sel-sel masenkim. Serat-serat baru dibentuk, diatur, mengkerut yang tidak
perlu dihancurkan dengan demikian luka mengkerut/mengecil. Pada fase
ini luka diisi oleh sel radang, fibrolas, serat-serat kolagen, kapiler-kapiler
baru: membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan tidak rata,
Etiologi vulnus
disebut jaringan granulasi. Epitel sel basal ditepi luka lepas dari dasarnya
dan pindah menututpi dasar luka. Proses migrasi epitel hanya berjalan
Mekanik
: benda yang
tajam,rata dan lebih rendah, tak dapat naik, pembentukan
kepermukaan
Non mekanik:
benda tumpul,
jaringan
granulasi
berhenti
setelah
seluruh
permukaan
tertutup epitel dan
tembakan/ledakan, gigitan
bahan kimia, suhu tinggi, radiasi
binatang
mulailah proses pendewasaan penyembuhan luka.
3) Fase remodeling fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan. Dikatakan
berakhir bila tanda-tanda radang sudah hilang. Parut Kerusakan
dan sekitarnya
integritas
berwarna pucat, tipis, lemas, tidak ada rasa sakit maupun gatal jaringan
Traumatic jaringan
Kerusakan pembuluh
Terputusnya kontinuitas
darah
jaringan
Pendarahan berlebih
Web of caution
Hipotensi, hipovolemi,
hipoksia, hiposemi
Resiko syok :hipovolomik
Nyeri akut
Pergerakan terbaras
Gangguan mobilitas
ansietas
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
Kerusakan intergritas
kulit
Rusaknya barrier
pertahanan primer
Terpapar lingkungan
7. KOMPLIKASI
Kerusakan arteri:
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar,
dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan
emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
8. PENYEMBUHAN LUKA
a. Tipe Penyembuhan luka
Terdapat 3 macam tipe penyembuhan luka, dimana pembagian ini
dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang hilang.
1)
Primary
Intention
Healing
(penyembuhan
luka
primer)
yaitu
yang
tidak
mengalami
penyembuhan
primer.
Tipe
ini
terbuka
selama
beberapa
hari
setelah
tindakan
ini
merupakan
tipe
penyembuhan
luka
yang
terakhir
(Mansjoer,2001).
b. Fase Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase yaitu fase inflamasi,
proliferasi dan maturasi. Antara satu fase dengan fase yang lain
merupakan suatu kesinambungan yang tidak dapat dipisahkan.
-
Fase Inflamasi
Tahap ini muncul segera setelah injuri dan dapat berlanjut sampai 5 hari.
Inflamasi berfungsi untuk mengontrol perdarahan, mencegah invasi
bakteri,
menghilangkan
debris
dari
jaringan
Fase Proliferasi
yang
luka
dan
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
Tahap ini berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Fibroblast
(sel jaringan penyambung) memiliki peran yang besar dalam fase
proliferasi.
-
Fase Maturasi
Faktor Ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar penderita yang
dapat berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi :
pengobatan, radiasi, stres psikologis, infeksi, iskemia dan trauma
jaringan
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang
dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka,
penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan
pengangkatan jahitan.
1. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan
eksplorasi).
2. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk membersihkan kulit. Untuk
melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan
atau larutan antiseptik seperti:
Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2
menit).
Halogen dan senyawanya
a) Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum
luas dan dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3
jam
b) Povidon
Yodium
(Betadine,
septadine
dan
isodine),
Perhidrol
(Peroksida
air,
H2O2),
berkhasiat
untuk
Merkuri
klorida
(sublimat),
berkhasiat
menghambat
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
-
Penggunaan
cairan
pencuci
yang
tidak
tepat
akan
dan
mempercepat
proses
penyembuhan
luka;
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
ii. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan
mati.
iii. Berikan antiseptik
iv. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan
pemberian anastesi lokal
v. Bila perlu lakukan penutupan luka
4. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta
berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang
terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan
sembuh per sekundam atau per tertiam.
5. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada
luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
6. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat
tergantung pada penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai
pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang
baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek
penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang
menyebabkan hematom.
7. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan
pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
a) Airway :
(1) Apakah ada tanda-tanda sumbatan jalan nafas
(2) Apakah terdengar bunyi stridor
(3) Apakah ada tanda-tanda keberadaan benda asing, darah,
muntah dalam mulut
(4) Apakah jalan napas paten
b) Breathing
(1) Apakah ada hembusan udara dari hidung (fell)
(2) Pengembangan dada (look)
(3) Apakah terdengar suara nafas (listen)
(4) Frekuensi nafas
(5) Retraksi intercostals
(6) Bunyi nafas (ngorek, bersiul, megap, dll)
(7) Penggunaan otot-otot aksesoris pernafasan
(8) Suara nafas tambahan (ronchi, wheezing, rales, dll)
c) Circulation
(1)Apakah ada poendarahan/tidak
(2)Apakah ada pulsa karotis, nadi radial
(3)Apakah nadi teraba atau tidak
(4)Kualitas nadi (luat, lemah, kecil)
(5)Akral (hangat/dimgin)
(6)Pengisian kapiler ( < 3 detik / > 3 detik )
(7)Apakah ada tanda-tanda syok (nadi lemah dan cepat, nadi lebih
dari 100x/menit pada dewasa)
(8)Apakah kulit teraba dingin atau tidak
(9)Apakh kulit tanpak pucat atau kebiru-biruan
(10)
Apakah pasien tidak sadar atau tampak mengantuk
d) Disability : gunakan AVPU
(1) A Alert (jaga) : apakah klien memengerti apoa yang anda
sampaikan
(2) V Voice (suara) : apakah klien bias berbicara kepada anda
(3) P Pain (nyeri) : apakah klien berespon terhadap nyeri
(4) U Unresponsive (tidak berespon) : apakah klien tidak sadar
atau berespon
(5) Cek ukuran , apakah ikuran sama atau tidak, apakah bereaksi
terhadap cahaya (mengecil)
(6) GCS (Glasgow Coma Scale)
9. Survey sekunder
a) AMPLE
(1) Alergi
(2) Medication
(3) Past history (riwayat singkat penyakit, kecelakaan, tindakan
pembedahan, dan perawatan selama sakit)
(4) Last time ate or drank (waktu terakhir makan dan minum)
(5) Event (apa yang menyebabkan terjadinya kecelakaan ?
kecelakaan kendaraan, luka bakar, dll)
b) Pemeriksaan fisik (ekposure)
(1) Keadaan umum:
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
Inspeksi saat kontak pertama dengan klien (tampak keadaan
umum tidak sakit, keadaan sakit ringan, sakit sedang, atau
(2)
(3)
(4)
(5)
lemah)
TTV
Berat badan
Tinggi badan
Kepala
(a) Reaksi pupil terhadap cahaya, ukuran
(b) Apakah
ada
luka,
deformitas/cacat,
memar,
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
(11) Punggung
(a) Apakah ada luka, deformitas, memar atau pembengkakan,
depresi tulang
(b) Apakah ada pendarahan yang berasal dari anus
(c) Apakah ada nyeri tekan
c) Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan serum : hal ini dilakukan karena ada pada pasien
2.
3.
dijumpai
hipoprototrombinemia,
trombositopenia,
4.
pump
Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar terjadi asidosis
5.
6.
7.
8.
alkali phosphate
Serum albumin: total protein menurun, hiponatremia
Rediologi : untuk mengetahui penumpukan cairan paru, inhalas
asap dan menunjukan factor yang mendasari ; pada pasien
9.
9. MASALAH KEPERAWATAN
Data
Etiologi
DS:
Benda tajam, tumpul, suhu
Kien mengatakan
tinggi, bahan kimia
nyeri
Proses inflamasi
Terdapat luka
pada
bagian
Pelepasan substansi kimia
tubuh
(histamine, bradikinin)
Grimace
Peningkatan
Stimulasi ujung saraf
RR & HR
nyeri
DS:
Benda tajam, tumpul, suhu
Masalah
Nyeri akut
Kerusakan
integritas
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
Klie n melaporkan
nyeri pada daerah
perlukaan
Traumatic jaringan
jaringan
DO:
Kerusakan lapisan
dermis
Benda tajam, tumpul, suhu
DS:DO:
Tampak adanya
luka pada kulit
Traumatic jaringan
Perdarahan berlebih
Resiko syok
Resiko infeksi
Terpapar lingkungan
Resiko infeksi
10.
a.
b.
c.
d.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan
Kerusakan integritas jaringan
Resiko syok
Resiko infeksi
11.
TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1 nyeri akut
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam nyeri terkontrol
KH: Melaporkan nyeri terkontrol/ berkurang, ekspresi wajah rileks, mampu
menggunakan tehnik relaksasi
Intervensi
Kaji tanda-tanda vital (TD,suhu,
Rasional
Nyeri cenderung membuat TD,
Nadi,RR)
Kaji keluhan nyeri termasuk lokasi,
karateristik,
durasi,
frekuensi,
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
dan menurunkan nyeri
mengurangi nyeri
Berikan tindakan kenyamanan dasar Menurunkan ketegangan otot
(mis pijatan pada erea yang tidak sakit)
Ajarkan tehnik relaksasi (mis nafas
dalam)
adanya
reaksi
yang
farmakologis
Membantu menurunkan intensitas
obat
KH:
Intervensi
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
Rasional
infeksi berlanjut
Mobilitas yang terlalu berlebihan akan
menghambat penyembuhan luka
Menunjukkan perkembangan luka dan
kegagalan
penyembhan
luka/
perkembangannya
Melindungi luka dari perlukaan mekanis
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
penggantian sesuai indikasi
Pastikan daerah luka kering dan bersih
dan kontaminasi
Merangsang proses penyembuhan luka
transepidermal
Nutrisi juga menentukan tingkat masa
penyembuhan luka
Mempercepat tingkat
penyembuhan
kolaborasi : diet TKTP dan pemberian
vitamin
luka
Ajarkan pada keluarga tentang luka dan Memandirikan keluarga pasien dalam
perawatan luka
intervensi keperawatan pasien jika
Rasional
Untuk memantau kondisi pasien
selama masa perawatan teruta-ma
saat terjadi perdarahan.
Dengan memonitor keadaan umum
pasien, perawat dapat segera mengetahui jika terjadi tanda-tanda pre
syok/syok sehingga dapat se-gera di
tangani.
2-3
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
akibat perdarahan he-bat.
Jelaskan pada pasien/keluarga tentang Dengan memberi penjelasan & metanda-tanda perdarahan yang mungkin
libatkan keluarga diharapkan tan-dadialami pasien
tanda perdarahan dapat diketa-hui
lebih cepat & pasien/ keluarga menjadi
Anjurkan pasien/keluarga untuk se-
perdarahan.
kolaborasi dokter.
Untuk mengetahui tingkat kebo-coran
pembuluh darah yang di alami pasien &
untuk acuan me-lakukan tindakan lebih
waspada.
Untuk menggantikan volume darah
program dokter.
Monitor masukan & keluaran, catat &
urin.
dalam.
memandirikan keluarga pasien dalam
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
perdarahan sesuai dengan program
intervensi
keperawatan
pasien
dokter.
Berikan terapi oksigen sesuai dengan
kebutuhan.
jika
Rasional
suhu
badan
neutropenia
setiap
pada
4
pasien
jam
dilakukan
dan 2.
3.
Mengeta
hui kenaikan suhu dan mencegah
sesudah
Untuk
Memperk
ecil resiko komplikasi lebih lanjut
keperawatan, 4.
Pengunju
transmisi bakteri
6. Gunakan
baju,
sarung
tangan
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
sesuai dengan petunjuk umum
steril
pemasangannya
selama perawatan di RS
6.
Untuk
upaya meproteksi diri tenaga
kesehatan
Untuk
mengurangi resiko infeksi lebih
kulit
dan
terhadap
membran
lanjut
kemerahan, 8.
panas, drainase
untuk
menurunkan infeksi kandung
lanjut
9.
untuk
mengurangi infeksi yang terjadi
10.
ISK
Kemerah
Bagi
Istirahat
Memandi
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus
perawatan diri klien
12.
REFERENSI
Doengoes, Marilynn E., Mary Frances Moorhouse., & Alice C. Murr. 2010.
Nursing Diagnosis Manual : Planning, Individualizing, and Documenting
Client Care. Philadelphia : F.A Davis Company
Mansjoer, Arif.,dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI : Media Aesculapius
NANDA. Nanda International Nursing Diagnosis : Definitions and Classification.
West Ssussex-United Kingdom : Wiley-Blackwell
David S Perdanakusuma, 2007, Anatomi fisiologi dan Penyembuhan Luka, Short
Course wound care update., JW Marriot Surabaya.
Idral Darwis dan Widasari Sri Gitarja. 2008. Indonesia Enterostomal Therapy
Education Programme, Bogor, Indonesia.
Farida Agustiningrum/105070201131007
Laporan pendahuluan vulnus