BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang (stoma) agar udara
dapat masuk ke paru-paru dengan memintas jalan pernapasan bagian atas.1
Trakeostomi pertama kali dikemukan oleh Aretaeus dan Galen pada
abad pertama dan ke dua sesudah masehi. Walaupun teknik ini dikemukan
berulang kali setelah itu, tetapi orang yang diketahui secara pasti melakukan
tindakan itu adalah Antonio Brasavola pada tahun 1546. Istilah trakeostomi
pertama kali dikemukakan oleh Heister pada tahun 1718, sebelumnya
prosedur ini dikenal dengan berbagai istilah antara lain laringotomi dan
bronkotomi.1
Gangguan yang mengindikasikan perlunya trakeostomi diantaranya
untuk mengatasi obstruksi laring yang menghambat jalan napas atas seperti
daerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring, mempermudah pengisapan
sekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam keadaan koma, untuk
memasang alat bantu napas (respirator), untuk mengambil benda asing dari
subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas bronkoskopi.2
B. Rumusan Malah
Referat ini dibatasi pada pembahasan definisi, indikasi, kontraindikasi,
klasifikasi, prosedur, perawatan dan komplikasi trakeostomi.
C. Tujuan Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Trakea
Trakea merupakan tabung yang terdiri dari jaringan ikat dan otot polos,
dengan disokong oleh kartilago berbentuk huruf C. Trakea dari pinggir ke
bawah kartilago krikoid setinggi vertebra cervicalis ke-6. Kartilago
membentuk sisi anterior dan lateral. Berfungsi melindungi trakea dan
menjaga terbukanya jalan udara. Dinding posterior tidak memiliki kartilago.
Esofagus terletak langsung pada dinding posterior yang tidak memiliki
kartilago.3
belakang, cincin trakea ini saling berhubungan oleh selaput elastis yaitu
ligamentum Annularium Trakealis. Antara kedua ujung posterior yang
terbuka terdapat dinding selaput. Di dalam thoraks, trakea
mempunyai
perubahan
O2.
Hipoksemi
pada
tingkat
tertentu
akan
senjata tajam
Trauma akibat tindakan medik
Tumor laring
Kelumpuhan nervus rekuren bilater
Gejala dan tanda sumbatan laring meliputi:
Suara serak (disfoni) sampai afoni
Sesak napas (dipsnea)
Stridor (napas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi
peradangan.
Stadium 2 : Cekungan pada waktu inspirasi di daerah suprasternal
makin dalam ditambah lagi dengan timbulnya cekungan di
daerah epigastrium. Pasien sudah mulai gelisah. Stridor
D. Trakeostomi
1. Definisi Trakeostomi
c.
d.
e.
koma.
Untuk memasang respirator (alat bantu pernapasan).
Untuk mengambil sumbatan benda asing dari subglotik, apabila tidak
mempunyai fasilitas bronkoskopi.2
Trakeostomi dapat dilakukan untuk tujuan terapi atau sebagai suatu
Pisau (skapel)
Pinset anatomi
Klem arteri
Gunting kecil yang tajam serta kanul trakea yang ukurannya cocok
dengan pasien.2
7. Teknik Trakeostomi
Gambar 2.2 : Peralatan Trakeostomi
7.1 Trakeostomi Elektif
Pasien tidur telentang (supinasi), bahu diganjal dengan
bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan
pada persendian atlanto oksipital. Kulit daerah leher kemudian
dibersihkan secara aseptis dan anti septis kemudian ditutup dengan
kain steril.
10
Dengan
Gambar
gunting
7.1.2 : panjang
Anestesiyang
dan Insisi
tumpul
Trakeostomi
kulit serta jaringan di
bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan
pengait tumpul sampai tampak trakea berupa pipa dengan susunan
cincin tulang rawan yang berwarna putih. Pembuluh darah vena
jugularis anterior yang tampak ditarik ke lateral. Ismus tiroid yang
ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat.
Gambardengan
7.1.3 : Prosedur
Trakeostomi
Lakukan aspirasi
cara menusukkan
jarum pada
membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik.
Buat stoma dengan memotong cincin trakea ketiga dengan gunting
11
7.2
Trakeostomi Darurat
Gambar
7.1.4darurat
: Pemasangan
Tubeharus
pada Trakeostomi
Pada
keadaan
trakeostomi
dapat dilakukan
dalam 2-3 menit, dimana anoksia akan terjadi dalam 4-5 menit. Pada
trakeostomi darurat lebih baik dilakukan insisi secara vertikal, yang
dimulai pada level kartilago krikoid, dilanjutkan ke inferior sekitar
2,5-3,75 cm. Gunakan tangan kiri untuk menstabilkan laring dan
mengekstensikan leher bila tidak ada kontraindikasi (seperti cedera
cervikal). Sementara tangan kanan digunakan untuk membuat insisi.
Jari telunjuk tangan kiri dapat digunakan untuk mendorong ismus
tiroid ke inferior dan mempalpasi trakea. Insisi kulit secara vertikal
ini sangat krusial dalam keadaan darurat, karena tindakan dapat
dilakukan lebih cepat dan kurangnya resiko trauma terhadap struktur
12
silia
dan
meningkatkan
resiko
aspirasi
sehingga
diperlukan
13
BAB III
KESIMPULAN
pengeluaran
sekret
pada
pasien
yang
tidak
dapat