Anda di halaman 1dari 6

PAPER MATA KULIAH HUBUNGAN KERJA

HAK NORMATIF BURUH


TRANSPORTASI

OLEH

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
-2007-

Sudah menjadi realitas yang sangat jelas di depan mata, bahwa kondisi
kaum buruh di Indonesia masih sangat jauh keadaannya dari cita-cita luhur
bangsaIndonesia sebagaimana tertuang di dalam dasar negara dan UUD 1945.
Hal tersebut disebabkan oleh berbagai macam faktor, terutama faktor lemahnya
perlindungan hukum yang diberikan oleh negara/pemerintah terhadap kaum
buruh yang sebenarnya adalahrakyatnya sendiri. Dan yang tak kalah dari itu,
adalah faktor dari kaum buruh itu sendiri yang mengalami proses pembodohan
dan pembelengguan yang telah begitu lama sejak jaman orde baru sampai
sekarang. Tak heran kalau secara umum kaum buruh masih banyak yang belum

1
tahu akan hak-hak yang seharusnya dimiliki.
Dengan kondisi seperti diatas banyak sekali hak-hak yang seharusnya
dimiliki kaum buruh, banyak sekali yang dirampas begitu saja oleh kesewenang-
wenangan pengusahanya. Terlebih lagi kondisi buruh di sektor transportasi di
manapemberlakuan aturan-aturan normatif atau dasar tidaklah ada. Hak
normatif buruh adalah suatu kehendak atau kepentingan buruh yang dilindungi
oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hak-hak Normatif Buruh
Secara umum, hak normatif buruh jika dikaitkan dengan hubungan kerja,
maka yang seharusnya menjadi hak buruh adalah: hak atas upah, istirahat,
jaminan keselamatan dan kesehatan kerja. Hak-hak tersebut merupakan
merupakan hak pokok yang prinsipil dan harus didapatkan oleh buruh tanpa
harus meminta kepada pihak pengusaha karena hak-hak tersebut telah
dilindungi oleh UU.
Secara garis besar hak normatif dapat dipilah menjadi:
1. Hak Politis : misalnya hak membentuk serikat buruh, hak menjadi atau
tidak menjadi anggota serikat buruh, hak mogok, hak dipilih dan memilih,
hak untuk tidak didiskriminasi, dsb.
2. Hak Medis/Kesehatan : misalnya atas keselamatan dan kesehatan kerja,
hak melahirkan (bagi perempuan), hak istirahat, hak atas jaminan
pemeliharaan kesehatan dan lain-lain.
3. Hak Sosial : hak cuti kawin, libur resmi, bekerja pada malam hari (bagi
perempuan), dsb.
4. Hak Ekonomis : misalnya upah, tunjangan hari tua, tunjangan hari raya,
fasilitas perumahan dan sebagainya

Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari majikan/pengusaha


kepada buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Upah dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu
persetujuan dan perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar suatu
perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh termasuk tunjangan untuk
buruh itu sendiri maupun keluarganya. (PP No. 8 Tahun 1981)
Peran Buruh Sektor Transportasi di dalam Sebuah Sistem
Perekonomian Negara
Buruh sektor transportasi (sopir trailer, sopir bus kota, sopir truk, sopir taksi,

2
dsb) merupakan bagian dari kaum buruh yang mempunyai peran yang sangat
strategis di dalam sebuah sistem perekonomian negara. Karena sopir adalah
tenaga produktif yang bekerja di bidang distribusi barang dan turut
memperlancar arus mobilisasi tenaga kerja didalam sebuah sistem
perekonomian suatu negara. Oleh sebab itu, seharusnya kita (para sopir/buruh
transportasi) menyadari kalau sebenarnya posisi yang kita punyai adalah
sangatlah strategis/menentukan sekali didalam menggerakkan perekonomian
negara. Oleh sebab itu peran sopir angkutan barang ataupun sopir angkutan
penumpang tidak bisa dianggap remeh.
Hal tersebut diatas, bukanlah sekedar omong kosong belaka. Satu contoh kecil
saja, dimana pada waktu banjir melanda Jakarta pada awal bulan lalu, hampir
semua aktifitas perekonomian lumpuh. Hal tersebut disebabkan terputusnya
jalur transportasi darat akibat banjir besar, sehingga pendistribusian barang
produksi dan arus mobilisasi penumpang yang umumnya adalah buruh/pekerja
terhenti total. Bisa kita bayangkan betapa pentingnya peran buruh transportasi
dalam proses produksi serta urat nadi bagi perekonomian di suatu negara.
Kondisi Buruh Sektor Transportasi

Dari uraian diatas digambarkan betapa strategis sekaligus betapa vitalnya peran
buruh transportasi/sopir angkutan barang dan sopir angkutan penumpang
dalam sebuah sistem perekonomian negara. Oleh sebab itu apakah peran yang
begitu menentukan harus diimbangi oleh perlindungan hukum yang diberikan
oleh pemerintah kepada para buruh sebagaimana yang diamanatkan oleh bunyi
UUD 1945 pasal 27 ayat 2 dan dipertegas oleh UU Ketenagakerjaan pasal 88 ayat
1, 2, dan 3?
Seperti yang kita alami sendiri, bahwa kondisi para sopir/buruh
transportasi tidak jauh beda jika dibandingkan dengan kondisi buruh pada
umumnya. Bahkan untuk beberapa hal yang mendasar kondisi kami buruh di
sektor transportasi lebih buruk seperti tidak mendapatkan hak normatif
sebagaimana layaknya buruh sektor lain. Hal tersebut masih bisa kita lihat
bahwa buruh transportasi atau sopir dan awak lainnya tidak diberikan upah
pokok/upah bulanan, jam kerja yang tidak jelas, perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja, dsb.
Jelas keadaan diatas bagi para buruh transportasi/sopir sangatlah ironis jika
dibandingkan dengan posisi strategis yang dimilikinya. Yang seharusnya para
buruh transportasi/sopir harus mendapatkan perlindungan yang lebih baik dari
pemerintah, sekaligus diberikan kesejahteraan yang lebih baik pula jika
dibandingkan dengan buruh di sektor lain. Mengingat bidang pekerjaannya
memerlukan keahlian dan keterampilan serta mempunyai resiko kerja yang
sangat tinggi.
Penyebab Keterpurukan Buruh Transportasi
Lalu apa yang menjadi penyebab kondisi sopir sedemikian rupa? satu pertanyaan
yang harus kita pecahkan dan kita carikan solusi bersama.

3
Sudah pasti keadaan tersebut secara umum disebabkan oleh sebab yang sama,
yaitu ketidakpedulian pemerintah terhadap nasib buruh transportasi dan kepada
buruh secara umum. Suatu hal yang telah lama berlangsung di negeri ini.
Hal diatas juga diperparah dengan kurangnya pengalaman buruh
transportasi/sopir dalam mengorganisasikan kekuatan yang dimiliki sehingga
dengan sendirinya memperlemah posisi tawar atau bargaining position
dihadapan pengusaha dimana mereka bekerja. Disamping itu juga, karena
lemahnya persatuan dan kesatuan yang dimiliki oleh para buruh transportasi itu
sendiri sehingga keberadaannya hanya dianggap sebelah mata oleh pemerintah.
Hal itu bisa kita lihat bahwa pada umumnya masih banyak para sopir yang
sampai sekarang belum mempunyai organisasi sebagai alat perlindungan
sekaligus sebagai alat perjuangan untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Kalaupun toh ada para sopir yang sudah berorganisasi itu pun jumlahnya masih
relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah secara keseluruhan para sopir di
negeri ini. Dan watak organisasinya juga masih bersifat ekonomis dan
perjuangannya masih bersifat lokal sebatas tempat kerja masing-masing.
Sehingga dengan sendirinya tidak mampu untuk memberikan tekanan kepada
pemerintah untuk mengeluarkan sebuah kebijakan khusus yang diberlakukan
untuk memberikan perlindungan bagi para sopir.
Upah Sektoral Bagi Sopir
Pengalaman perjuangan buruh di seluruh dunia menunjukkan bahwa dalam
memperjuangkan kesejahteraan yang sesungguhnya menjadi hak dasar bagi
kaum buruh/pekerja, tidaklah diraih begitu saja. Akan sangat mustahil kalau
kesejahteraan itu akan diberikan secara sukarela oleh pengusaha. Dan tidak
mungkin juga kalau pemerintah dengan begitu saja memberikan perlindungan
kepada kaum buruh tanpa ada tekanan politik dari kaum buruh untuk
memperjuangkan nasibnya.
Hal itu bisa kita lihat lewat pengalaman kaum buruh pada awal abad ke-20
didalam memperjuangkan upah, jam kerja serta peningkatan kesejahteraan yang
sebelumnya belum pernah mereka dapatkan. Dan pada akhirnya lewat
perjuangan yang panjang dan melelahkan kaum buruh memenangkan
tuntutannya di hadapan pengusaha dan pemerintahan yang berkuasa yang
sekarang selalu diperingati setiap tanggal 1 Mei oleh kaum buruh sedunia sebagai
hari kemenangan.
Dari pengalaman tersebut, maka bukan suatu hal yang mustahil apabila nantinya
para sopir mendapat upah pokok yang sekarang ini memang belum kita
dapatkan. Karena itu kaum buruh harus punya bekal pemahaman hukum yang
memadai, sebagai landasan dalam memperjuangkan hak dan kepentingan yang
selama ini belum pernah dirasakan.

Organisasi sebagai Alat perjuangan


Para sopir harus membangun organisasi mulai dari sekarang. Sebuah organisasi

4
harus dibangun mulai dari garasi masing-masing dan nantinya diperluas
meliputi teritori kawasan-kawasan dimana para sopir bekerja. Dan akhirnya
diperluas hingga ke tingkat nasional sehingga keberadaan para sopir tidak lagi
dianggap sebelah mata oleh pengusaha dan pemerintah. Hal ini dikarenakan
kebijakan upah sektoral begi para sopir hanya mungkin akan dikeluarkan oleh
pemerintah apabila sopir sadar akan haknya tersebut.

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :


1. Upah adalah hak dasar/hak normatif yang harus diberikan kepada kaum
buruh,
2. Pemerintah bertanggung jawab sepenuhnya untuk memberi perlindungan
kepada buruh dalam hal sistem pembayaran upah,
3. Bagi para sopir yang mempunyai keahlian dan keterampilan yang khusus
seharusnya mendapat perlindungan yang lebih baik dalam hal
pengupahan,
4. Para sopir sebenarnya juga mempunyai hak atas upah pokok sebagai
imbalan atas kerja yang begitu berat yang harus mereka kerjakan,
5. Upah pokok bagi para sopir hanya bisa didapatkan apabila kekuatan
politik para sopir mampu menekan pemerintah untuk mengeluarkan
sebuah peraturan pemberlakuan upah sektoral bagi para sopir angkutan
barang maupun penumpang

5
6

Anda mungkin juga menyukai