Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan
adanya manifestasi perdarahan, yang berpotensial mengakibatkan syok yang dapat
menyebabkan kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419)
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III,
dan IV yang ditularkan oleh nyamuk aides aegypti dan aides albopictus (Soegijanto, 2006:
61).
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. (Hidayat A.
Aziz Alimul, 2008).

B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus Dengue. Di Indonesia,
virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus Dengue yang termasuk
dalam grup B arthropediborne viruses (arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4 (Nursalam Susilaningrum, 2005).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di
Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
a. Aedes Aegypti
1) Paling sering ditemukan
2) Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang biak di
dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air di
sekitar rumah.
3) Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.
4) Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
5) Jarak terbang 100 meter
b. Aedes Albopictus

1) Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau pohon-pohon,
seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas.
2) Menggigit pada waktu siang hari
3) Jarak terbang 50 meter.
(Rampengan T H, 2007)
C. KLASIFIKASI
a. Derajat I

: Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positif, trombositopenia, dan hemokosentrasi.

b. Derajat II

: Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain

c. Derajat III

: Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab,
gelisah.

d. Derajat IV

: Renjatan berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat diukur. Yang
disertai dengan Dengue Shock Sindrom. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).

D. MANIFESTASI KLINIS
a. Demam tinggi selam 5-7 hari
b. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit : petechie, ekimosis, hematoma.
c. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
d. Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan uluh hati
f. Sakit kepala
g. Pembengkakan sekitar mata
h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
i. Tanda dan renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, nadi
cepat dan lemah). (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
E. PATOFISIOLOGI
a. Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibodi, dalam
sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan dilepas C3a
dan C5a, 2 peptida berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai
faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma
melalui endotel dinding itu.

b. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor


koagulasi (protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen ) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
c. Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik,
Renjatan terjadi secara akut.
d. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak
diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita
Yuliani, 2006).
PATHWAY

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah lengkap : hemokosentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopenia
(100.000/mm3 atau kurang)
b. Serologi uji HI (hemoglutination inhibition test)
c. Rontgen toraks : efusi pleura. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
G. KOMPLIKASI
a. Ensefalopati dengue
b. Kelainan ginjal
c. Udem paru. (Hadinegoro H Sri Rezeki, 2005).
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak (2 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri
penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang
paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
1. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
2. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital,
hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
3. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

Pencegahan
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat
rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah,
rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
1. Menggunakan insektisida.
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah
malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik
(larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara
penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes
yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram
abate SG 1 % per 10 liter air.
2. Tanpa insektisida
Caranya adalah:
1. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu
(perkembangan telur nyamuk lamanya 7 10 hari).
2. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
3. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang
memungkinkan nyamuk bersarang

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang
terorganisasi yang meliputi tiga aktivitas dasar yaitu : Pertama, mengumpulkan data secara
sistematis;

kedua,

memilah

dan

mengatur

data

yang

dikumpulkan,

ketiga

mendokumentasikan dalam format yang dapat dibuka kembali. (Tarwoto wartonah, 2006)
Pengkajian pada Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue Menurut Nursalam 2005
adalah :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang
tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang
ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat
demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak
semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh
hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit,
gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa
mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua
anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan
napsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan berkurang, napsu
makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi.
Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau banyak
sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot
dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung
kurang terutama untuk membersikan tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
i. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan
fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I

: kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi


lemah.

2) Grade II

: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan spontan


petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.

3) Grade III

: kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan
tidak teratur, serta tensi menurun.

4) Grade IV

: kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,
pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak
biru.

j. Sistem integumen
1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan
muncul keringat dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis/tidak
3) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis,
hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada
mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
4) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya
cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang
biasanya terdapat pada grade III dan IV.
5) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
6) Ekstremitas.
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit infeksi Demam Berdarah
Dengue tergantung pada data yang ditemukan.
Menurut Nursalam 2005 diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
b. Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, tidak ada napsu makan.
d. Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas kapiler,
muntah dan demam.
f. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.
3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah pernyataan singkat dalam pertimbangan perawat


menggambarkan respon pasien pada masalah kesehatan aktual dan resiko (Nursalam, 2001).
Rencana keperawatan penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue menurut Nursalam
2005, Wong Dona L 2003 dan Doenges, Marilynn, E. dkk, 1999. adalah :
a. Diagnosa keperawatan 1
Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
Tujuan

: Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.

Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
Intervensi Keperawatan
1) Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi dan pernapasan setiap 3 jam atau sering lagi.
Rasional : Suhu 38,9-41,1oc menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola demam dapat
membantu dalam diagnosis.
2) Berikan penjelasan mengenai penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh.
Rasional : Untuk memberikan pengetahuan pemahaman tentang penyebab dan memberikan
kesadaran kebutuhan belajar.
3) Berikan penjelasan kepada keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi
demam.
Rasional : Perubahan dapat lebih tampak oleh orang terdekat, meskipun adanya perubahan
dapat dilihat oleh orang lain yang jarang kontak dengan pasien.
4) Catatlah asupan dan keluaran cairan.
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan baik intake maupun output.
5) Anjurkan anak untuk banyak minum paling tidak 2,5 liter tiap 24 jam dan jelaskan
manfaat bagi anak.
Rasional : Untuk mempercepat proses penguapan melalui urine dan keringat, selain itu
dimaksudkan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
6) Berikan kompres dingin pada daerah axila dan lipatan paha.
Rasional : kompres air dingin dapat memberikan efek vasodilatasi pembululuh darah.
7) Anjurkan agar anak tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal.
Rasional : Untuk memudahkan dalam proses penguapan.
8) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter.
Rasional : Pemberian terapi cairan intravena untuk mengganti cairan yang hilang dan obatobatan sebagai preparat yang di formulasikan untuk penurunan panas.

b. Diagnosa Keperawatan 2
Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
Tujuan

: Nyeri berkurang atau terkontrol

Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri


Intervensi keperawatan.
1) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak dengan menggunakan skala nyeri (0-10). Biarkan
anak memutuskan tingkat nyeri yang dialami. Tipe nyeri yang dialami dan respons anak
terhadap nyeri.
Rasional : Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan
resolusi komplikasi.
2) Atur posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang.
Rasional : Posisi yang nyaman dan situasi yang tenang dapat mengurangi rasa nyeri atau
mengurangi stimulus nyeri.
3) Ciptakan suasana yang gembira pada anak, alihkan perhatian anak dari rasa nyeri (libatkan
keluarga) misalnya: membaca buku, mendengar musik, dan menonton TV.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri pada anak.
4) Berikan kesempatan pada anak untuk berkomunikasi dengan teman-temannya atau orang
terdekat.
Rasional : Dapat menguragi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan
intensitas rasa sakit.
5) Berikan obat-obat analgetik (kolaborasi dengan dokter).
Rasional : Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman.
c. Diagnosa Keperawatan 3
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, tidak ada napsu makan.
Tujuan

: Menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat.

Kriteria hasil : Mengkonsumsi jumlah makanan yang adekuat.


Intervensi keperawatan
1) Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh anak.
Rasional : Untuk memberikan nutrisi yang optimal meskipun kehilangan napsu makan serta
memotivasi anak agar mau makan.

2) Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur dan tim, serta dihidangkan selagi
masih hangat
Rasional : Memudahkan proses menelan dan meringankan kerja lambung untuk mencerna
makanan dan menghindari rasa mual.
3) Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil
tetapi sering.
Rasional : karena porsi biasanya ditoleransi dengan lebih baik.
4) Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama.
Rasional : Untuk membantu status nutrisi.
5) Mempertahankan kebersihan mulut pasien
Rasional : Untuk merangsang napsu makan.
6) Mempertahankan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.
Rasional : Untuk menghindari intoleransi makanan.
7) Jelaskan pada keluarga manfaat makanan/ nutrisi bagi anak terutama saat sakit.
Rasional : Makanan merupakan penambahan tenaga bagi orang sakit.
8) Catatlah jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui jumlah intake makanan dan penentuan dalam pemberian diet
dan selanjutnya.
b. Diagnosa Keperawatan 4
Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan

: tidak terjadi perdarahan

Kriteria hasil : Jumlah trombosit dalam batas normal.


Intervensi Keperawatan
1) Monitor penurunan trombosit yang di sertai dengan tanda klinis
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan penyakit apabila terjadi perdarahan bawah kulit.
2) Monitor jumlah trombosit setiap hari
Rasional : Mengetahui nilai batas normal dan perkembangan penyakit.
3) Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pada anak.
Rasional : Penjelasan yang akurat tentang trombositopenia merupakan faktor penyebab
terjadinya syok apabila terjadi penurunan trombosit yang hebat.
4) Anjurkan anak untuk banyak istirahat
Rasional : Memberikan relaksasi untuk anggota organ tubuh serta membantu dalam proses
penyembuhan.

c. Diagnosa Keperawatan 5
Tujuan

: Menunjukkan terpenuhinya tanda-tanda kebutuhan cairan.

Kriteria hasil : Mendapatkan cairan yang cukup


Menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat yang dibutuhkan dengan
tanda-tanda vital dan turgor kulit yang normal, membran mukosa lembab.
Intervensi keperawatan.
1) Monitor keadaan umum pasien
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan penyakit.
2) Observasi tanda-tanda vital setiap 2-3 jam.
Rasional : Untuk meningkatkan hidrasi dan mencegah dehidrasi.
3) Perhatikan keluhan pasien seperti mata kunang-kunang, pusing, lemah, ekstremitas dingin
dan sesak napas.
Rasional : Untuk mengetahui perubahan yang terjadi bila adanya kekurangan cairan sehingga
mendapatkan perawatan lebih baik.
4) Mengobservasi dan mencatat intake dan output.
Rasional : Untuk menentukan status hidrasi
5) Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Rasional : Menentukan adanya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
6) Monitor nilai laboratorium : elektrolit darah, serum albumin.
Rasional : Menentukan adanya ketidakseimbangannya cairan dan elektrolit.
7) Mempertahankan intake dan output yang adekuat.
Rasional : Pemenuhan kebutuhan cairan menurunkan resiko dehidrasi.
8) Monitor dan mencatat berat badan.
Rasional : merupakan indikator cairan dan nutrisi.
9) Pasang infus dan beri terapi cairan intravena jika terjadi perdarahan (kolaborasi dengan
dokter)
Rasional : Pemberian infus dimaksudkan untuk mengganti cairan yang hilang akibat
kebocoran plasma.
d. Diagnosa Keperawatan 6
Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
Tujuan

: Mendapat istirahat yang adekuat

Kriteria hasil : Melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan.

Kebutuhan istirahat anak terpenuhi.


Intervensi keperawatan
1) Bantulah klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti: mandi, makan dan
eliminasi, sesuai dengan tingkat keterbatasan anak.
Rasional : Melindungi anak dari cedera selama melakukan aktivitas dan memungkinkan
penghematan energi atau kelemahan tubuh.
2) Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan anak
Rasional : Bantuan keluarga membuat anak merasa aman secara moril dan fisik serta
membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien.
3) Dekatkan dan siapkan alat-alat yang dibutuhkan di dekat anak
Rasional : Memudahkan pasien dapat mengambil keperluannya.
e. Diagnosa Keperawatan 7
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.
Tujuan

: Keluarga menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal koping yang


adatif.

Kriteria hasil : Keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit dan terapinya


Keluarga menunjukkan perilaku koping positif terhadap anak.
Intervensi keperawatan
1) Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang
penuh stress.
Rasional : Karena hal ini biasanya terjadi dalam proses penyesuaian dan untuk menguatkan
pemahaman keluarga.
2) Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar, dan
identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga.
Rasional : Agar keluarga mendapat dukungan yang di butuhkan sehingga kemampuan
mereka untuk mengatasi masalah dapat dimaksimalkan.
3) Identifikasi koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya dalam
mengatasi keadaan.
Rasional : Untuk memberikan dukungan dan ketenangan sesuai kebutuhan.
7) Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat anak atau keluarga
menjadi lebih baik atau dan jika memungkinkan memberikan apa yang diminta oleh kelurga.
Rasional : Untuk memberikan perawatan yang optimal terhadap intervensi lanjut.

8) Memenuhi kebutuhan dasar anak; jika anak sangat tergantung dalam melakukan aktivitas
sehari-hari, ijinkan hal ini terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Kemudian secara
bertahap meningkatkan kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Rasional : Untuk memberikan dukungan sehingga kemampuan anak untuk melakukan
koping dapat di maksimalkan serta menurunkan resiko cedera.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, dkk, 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan. Jakarta : EGC
Hendrayanto. 2004. Ilmu Penyakait Dalam. Jilid 1. Jakarta : FKUIM
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi 8. Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran : EGC
Soegijarto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue. edisi 2. Surabaya : Aerlangga
Widyastuti, Palupi. 2004. Pencegahan, Pengendalian Dengue Dan Demam Berdarah. Jakarta
: EGC

Anda mungkin juga menyukai