tumor parotis, 35-40% dari tumor submandibula, 50% dari tumor palatum, dan
95-100% dari tumor glandula sublingual adalah ganas. Insiden tumor kelenjar liur
meningkat sesuai dengan umur, kurang dari 2% mengenai penderita usia <16
tahun.
2. Klasifikasi Histopatologi
Klasifikasi histopatologi menurut WHO/AJCC
a. Tumor jinak
1) Pleomorphic adenoma (mixed beningn tumor)
Adenoma pleomorfik merupakan tumor yang paling sering
ditemukan di kelenjar liur, kebanyakan pada orang yang berusia >40
tahun. Tidak ada perbedaan kejadian antara laki-laki dan perempuan.1
2) Monomorphic adenoma
Tumor-tumor monomorfik tersusun reguler berbentuk grandular,
dengan tidak adanya dominasi komponen jaringan mesenkim. Tumor
yang termasuk ke dalam adenoma monomorfik adalah Warthin tumor
(papillary cystadenoma lymphomatosum), basal sel adenoma, oxyphilic
adenoma (oncocytoma), canalicular adenoma, myoepthelioma, dan
clear cell adenoma.
3) Papillary cystadenoma lymphomatosum (Warthins tumor)
Tumor ini jarang ditemukan (10% dari tumor kelenjar liur),
kebanyakan didapat pada pria usia 50-60 tahun.
perempuan.
b. Tumor ganas
sel
epidermoid
dan
sel
intermediate
dengan
sedikit
Keterangan
ST
T1
T2
N0
N0
M0
M0
M
Tx
Tumor
primer
tak
dapat
ditentukan
T0
II
T3
N0
M0
T1
III
T1
T2
N1
N1
M0
M0
IV
T4
T3
T4
N0
N1
N1
M0
M0
M0
ekstraparenkim
T2
Tumor
>2-4
cm,
tidak
ekstensi ekstraparenkim
ada
T3
Tiap
ekstensi
T
Tiap
ekstraparenkim
tanpa
terlibat n VII
T
Tiap
T
T4
Nx
Metastasis
k.g.b
tidak
dapat
ditentukan
N1
N2
N2a
N2b
Metastase
k.g.b.
multiple
>6
>6
cam
tidak
dapat
cm,ipsilateral
N2c
Metastase
k.g.b
bilateral/kontralateral
N3
Mx
Metastase
jauh
ditentukan
M0
M1
Metastase jauh
4. Prosedur Diagnostik
a.
Pemeriksaan Klinis
N2
N3
Tiap
N
M0
M0
M1
1) Anamnesa
Anamnesa dengan cara menanyakan kepada penderita atau keluarganya
tentang:
a) Keluhan
i. Pada umunya hanya benjolan soliter,tidak nyeri, di pre/infra/retro
aurikula
(tumor
parotis),
atau
di
submandibula
(tumor
(lobus
2) Pemeriksaan fisik
a) Status general
Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki, tentukan :
i.
Penampilan (karnofski, WHO)
ii. Keadaan umum
iii.
Adakah anemia,ikterus, periksa T, N, R, t, kepla, thorax,
iv.
tengkorak,dll)
b) Status lokal
i.
Inspeksi (termasuk intraoral, adakah pendesakan tonsil/uvula)
ii. Palpasi (termasuk palpasi bimanual, untuk menilai konsistensi,
iii.
c) Status regional
Palpasi adakah pembesaran kelenjar getah bing ipsilateral dan
kontralateral, bila adapembesran tentukan lokasi, jumlah, ukuran
b.
c.
jauh
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti dahar , urine, SGPT/SGOT, alkali
fosfatase, BUN/kreatinin, globulin, albumin, serum elektrolit, faal
d.
submandibula
yang
operabel
dilakukan
eksisi
submandibula
b. Pada tumor sublingual dan kelenjar air liur minor yang operabel
dilakukan eksisi luas (minimal 1 cm dari batas tumor)
4) Pemeriksaan potong beku
Dikerjakan terhadap spesimen operasi pada biopsi eksisional.
5. Prosedur Terapi3
Terapi pilihan utama untuk tumor kelenjar air liur adalah pembedahan.
Radioterapi sebagai terapi adjuvan paska bedah hanya dilakukan atas
indikasi, atau diberikan pada tumor kelenjar air liur yang inoperabel.
2) Terapi tambahan
Radioterapi paskabedah diberikan pada tumor ganas kelenjar liur
dengan kriteria :
a) High grade malignancy
b) Masih ada residu makroskopis dan mikroskopis
c) Tumor menempel pada saraf (n fasialis, n lingualis, hipoglosus,
dan accecorius)
d) Setiap T3, T4
e) Karsinoam residif
f) Karsinoma parotis lobus profundus
Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan
untuk memberian penyembuhan luka operasi yang adekuat,
terutama bila dikerjakan tandur saraf.
Tumor inoperabel
1) Terapi utama
Radioterapi : 65-70 Gy dalam 7-8 minggu
2) Terapi tambahan
Kemoterapi :
a) Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma,
adenocarcinoma,
i.
ii.
iii.
i.
ii.
c.
i.
ii.
d.
malignant
mixed
tumor,
acinic
cell
carcinoma)
Adriamisin 50 mg/ m2 iv pada hari 1
5 fluorourasil 500 mg/m2 iv pada hari 1 diulang tiap 3 minggu
Sisplatin 100 mg/m2 iv pada hari ke 2
b) Untuk jenis carcinoma sel skuamous ( squamous cell
carcinoma, mucoepidemoid carcinoma)
Methotrexate 50 mg/m2 iv pada hari 1 dan 7 diulang tiap 3 minggu
Sisplatin 100 mg/m2 iv pada hari ke 2
Metastase kelenjar getah bening (N)
1) Terapi utama
a) Operabel : deseksi leher radikal (RND)
b) Inoperabel : redioterapi 40 Gy/+ kemoterapi preoperatif,
kemudian dievaluasi
Menjadi operabel --> RND
Tetap inoperabel --> radioterapi dilanjutkan sampai 70 Gy
2) Terapi tambahan
Radioterapi leher ipsilateral 40 Gy
Metastasis jauh (M)
Terapi paliatif : kemoterapi
1) Untuk jenis adenkarsinoma (adenoid cystic
carcinoma,
10
SPGJTRM
Ntoaier
DotnPi
poasik
nskfo
gi.m
gT
b.t
eb
k(
u+)
)
au
do
d
s u
i
f
a
r m
r
et
ma e r
t
p(
e s
gi
) i
o
l
11
o
k
io
N e
a a
t
t
t
r
l t
T T
U
MM
O u
R
e
s
o
e
m
r
i
b
p
R
E
S
a
e
n
e
t
l
y
r
II
6. Prosedur Follow Up
Jadwal follow up dianjurkan sebagai berikut :
a.
: tiap 3 bulan
b.
: tiap 6 bulan
c.
12
paramyxovirus
yang
dikenal
sebagai
penyakit
b. Parotitis Kronis
Proses peradangan pada kelenjar parotis berjalan dalam waktu
yang lama dan sering kambuh. Etiologi dari peradangan kronis ini terjadi
pada parenkim kelenjar atau sistem dukstus, misalnya adanya sumbatan
pada duktus oleh batu. Parotitis rekurens juvenil adalah peradangan
kelenjar parotis yang berulang pada anak-anak.1
c. Mikroorganisme lain penyebab
Agen infeksius lain juga dapat yang dapat menyebabkan
peradangan pada kelenjar parotis akibat asenden infeksi dari rongga mulut
atau bagian dari proses sistemik seperti mycobacteria (tuberculosis),
syphilis dan toxoplasmosis.
Patofisiologi
Infeksi Bakteri
Parotitis supuratif akut adalah infeksi pada kelenjar parotis yang
disebabkab oleh bakteri. Penyakit ini biasanya timbul pada pasien dengan
sistem imun yang rendah, pasien dengan dehidrasi, pasien dengan
higienitas mulut yang buruk. Mulut yang kering akibat menurunnya aliran
saliva merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman. Keadaankeadaan yang dapat menyebabkan menurunnya aliran saliva, misalnya
pasien yang megalami dehidrasi akibat suatu tindakan pasca operasi
dengan tidak adekuatnya hidrasi pada pasien tersebut. 9
14
epithel saluran
parotitis
adalah
Coxsackie
virus,
echovirus,
15
Manifestasi Klinis
Parotitis supuratif akut
Parotitis supuratif akut ditandai oleh nyeri yang timbul mendadak
kemerahan, pembengkakan daerah parotis dengan konsistensi lunak dan
kadang tampak eksudat pada mukosa pipi daerah muara duktus parotid.
Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, malaise, nyeri kepala
serta adanya trismus.11
Mumps
Mumps adalah penyebab utama pada parotitis. Masa inkubasi
mumps adalah 2-3 minggu sampai timbulnya gejala klinis. Penderita
mumps dianggap infeksius pada 3 hari sebelum gejala hingga 9 hari setelah
gejala timbul. Transmisinya melalui kontak langsung dengan droplet air
liur, muntah yang disertai air liur serta droplet pernapasan. Gejala
prodromal yang ditimbulkannya adalah demam, malaise, nyeri kepala dan
nyeri otot. Pembengkakan pada kelenjar parotis unilateral didapatkan pada
20-30 % kasus dan 70 % kasus didapatkan pembengkakan bilateral. Nyeri
lokal yang hebat seperti pada saat membuka mulut,misalnya saat berbicara
atau makan juga dapat terjadi. Diagnosis mumps sering terlewatkan, 20 %
dari kasus adalah asimptomatik dan 40-50% kasus hanya terlihat gejala
non spesifik atau hanya gejala pernapasan, terutama sekali pada anak usia
dibawah 5 tahun.10
16
Parotitis Kronis
Parotitis kronis merupakan pembengkakan dan rasa tidak enak dari
kelenjar mayor yang berjalan dalam waktu lama dan sering kambuh.
Parotitis kronis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri yang berulang.
Selain itu, parotitis kronis dapat terjadi pada parenkim kelenjar atau sistem
duktus, seperti batu.1 Secara klinis, keadaan kronis ini memenuhi satu dari
tiga kriteria. Pertama, adanya episode berulang dari parotitis akut yang
berhubungan dengan pembengkakan pada kelenjar parotis namun dengan
gejala klinis yang tidak terlalu nampak serta ukuran kelenjar yang
mengalami pembengkakan tidak sebesar pada parotitis akut. Kedua,
pembesaran kelenjar parotis dengan progresivitas yang lambat dengan
episode periodik parotitis akut. Ketiga, progresitivitas yang lambat disertai
dengan rasa tidak nyeri pada pembesarannya. Hal ini sering diragukan
dengan suatu neoplasma.9
Selain karena infeksi, parotitis kronis juga disebabkan oleh adanya
sumbatan pada duktusnya, misalnya karena batu, mukus atau terjadinya
striktur pada duktusnya. Adanya pembengkakan yang rekuren dan nyeri di
daerah parotis, dapat kita konfirmasi dengan melakukan sialografi dimana
dilakukan penyuntikan zat warna kedalam duktus parotis untuk melihat
adanya sumbatan.11
Parotitis
rekuren
juvenile
adalah
suatu
episode
17
Pemeriksaan Penunjang
Pada parotitis supuratif akut didapatkan jumlah leukosit yang
meningkat, kemudian dilakukann kultur bakteri dengan mengambil
eksudat purulen yang dikeluarkan duktus parotis. Pada pemeriksaan CTScan, dapat ditemukan gambaran hipodensitas pada kelenjar yang telah
ditemukan abses (gambar 4). Pada keadaan akut dimana infeksi masih
berlangsung, sialografi tidak dilakukan karena dengan dimasukkannya zat
kontras, dapat menyebabkan asending infeksi pada duktusnya.9
18
19
Jika
infeksi
melanjut
walaupun
sudah
dilakukan
20
3. Ranula
Etiologi Dan Patogenesis
Ranula terbentuk sebagai akibat normal melalui duktus ekskretorius
major yang membesar atau terputus atau terjadinya rupture dari saluran
kelenjar terhalangnya aliran liur yang sublingual (duktus Bartholin) atau
kelenjar submandibuler (duktus Wharton), sehingga melalui rupture ini air
liur keluar menempati jaringan disekitar saluran tersebut. Selain terhalangnya
aliranliur, ranula bisa juga terjadi karena trauma dan peradangan. Ranulamirip
dengan mukokel tetapi ukurannya lebih besar.
Bila letaknya didasar mulut, jenis ranula ini disebut ranula
Superfisialis.
Bila
kista
menerobos
dibawah
otot
milohiodeusdan
21
22
bilateral,
tapi
kadang-kadang
juga
mengenai
kelenjar
23
24
25
BAB II
KESIMPULAN
1. Kelainan kelenjar saliva adalah suatu keadaan abnormal dalam kelenjar saliva
yang dapat merujuk pada kondisi yang menyebabkan pembengkakan atau
nyeri. Kelainan kelenjar saliva ini dibagi menjadi dua, yaitu kelainan non
neoplastik dan neoplastik.
2. Tumor non neoplastik adalah segala bentuk perubahan atau penyimpangan
pertumbuhan dan perkembangan sel sehingga tidak mencapai pertumbuhan
dan perkembangan normal atau menimbulkan suatu pertumbuhan patologis
pada fase tertentu dan kemudian berhenti. Seperti : mukokel, ranula,
sialadenitis, sialolithiasis, sialosis, sialorrhea, xerostomia dll.
3. Neoplasia adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat
dikontrol oleh tubuh. Ada dua tipe neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign
neoplasm) dan neoplasia ganas (malignant neoplasm). Seperti : adenoma
pleomorfik, adenoma monomorfik, mukoepidermoid karsinoma, tumor sel
granular, dll.
26
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5. Adams LG, Boies RL, Paparella MM. Dalam: Buku Ajar Penyakit THT ,
Ed.6. Jakarta : EGC
6. Bardia
Amirlak.
Dalam
Parotid
Tumors,
Malignant:
http://www.emedicine.com/plastic/TOPIC372.HTM#ref12
7. Communicable Disease Division. Causes of
27