PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama
disebabkankarena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau
spasme atau kombinasi keduanya. PJK merupakan sosok penyakit yang sangat
menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju maupun negara
berkembang. Di USA setiap tahunnya 550.000 orang meninggal karena penyakit
ini. Di Eropa diperhitungkan 20-40.000 orang dari 1 juta penduduk menderita
PJK. Hasil survei yang
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.2.8
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7
1.3.8
Manfaat Umum
Manfaat Khusus
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Histologi jantung
Gambar 1. Potongan Longitudinal dan Transversal Otot jantung
Serat otot jantung memiliki beberapa ciri yang terlihat pada serat otot rangka.
Gambar ini memperlihatkan otot iantung yang terpotong memanjang (bagian atas)
dan melintang (bagian bawah). Crossstriation pada serat otot jantung sangat mirip
dengan yang terlihat pada otot rangka. Meskipun begitu, serat otot jantung
memperlihatkan percabangan tanpa banyak perubahan pada diameternya. Serat
otot jantung juga lebih pendek daripada serat otot rangka dan memiliki satu
nukleus yang terletak di tengah. Serat otot binukleus (berinti dua) juga dapat
terlihat. Letak intinya yang di tengah jelas terlihat pada serat yang terpotong
melintang. Di sekitar inti terdapat daerah jernih yaitu sarcoplasma perinucleare
nonfibrillare. Pada potongan melintang, sarcoplasma perinucleare tampak sebagai
rongga kosong jika irisan tidak melalui inti. Pada potongan melintang juga terlihat
miofibril sel otot jantung. Salah satu ciri khas untuk membedakan serat otot
jantung adalah diskus interkalaris. Struktur terpulas-gelap ini ditemukan pada
interval tidak teratur di otot jantung dan merupakan kompleks taut khusus antara
serat-serat otot jantung. Otot jantung memiliki suplai darah yang sangat banyak.
Banyak pembuluh darah kecil dan kapiler ditemukan di sekat iaringan ikat dan
endomisium di antara masing-masing serat otot (Eroschenko, 2012).
Gambar 2. Otot Jantung (Potongan Longitudinal)
Fotomikrograf dengan pembesaran-kuat menggambarkan otot jantung yang
terpotong memanjang. Serat otot iantung memiliki cross-striation, percabangan,
dan inti tunggal di tengah. Diskus interkalaris terpulas-gelap menghubungkan
setiap serat otot jantung . Oi dalam setiap serat otot jantung terlihat miofibril
halus. Serat iaringan ikat halus mengelilingi masing-masing serat otot jantung
(Eroschenko, 2012).
Gambar 3. Jantung: Atrium Kiri, Katup Atrioventrikularis, dan Ventrikel Kiri
(Potongan Longitudinal)
Penyakit Jantung Koroner
Page 3
sisi
kiri
jantung
memperlihatkan
bagian
atrium,
kuspis
katup
jaringanikatfibrosapadatyaituanulus
fibrosus.
fatup
permukaan ventral setiap kuspis terdapat insersi tali jaringan ikat, chorda
tendineae (s), yang ber;alan dari kuspis t atop dan melekat pada otot papilaris,
yang menonjol dari dinding ventrikel. Permukaan dJam ventrikel juga
mengandung rigi otot (miokardium) yang menonjol yaitu trabeculaecarneae yang
membentuk otot papilaris. Otot papilaris melalui chorda tendineae menahan dan
menstabilkan kuspis di katup atrioventrikularis ventrikel kanan dan kiri sewaktu
kontraksi ventrikel. Serat Purkinle , atau serat penghantar-impuls, terletak di
jaringan ikat subendokardium. Serat ini dibedakan karena ukurannya yang lebih
besar dan pewarnaannya yang lebih terang.. Sebuah pembuluh darah besar
jantung, arteri koronaria , ditemukan di jaringan ikat subepikardium . Di bawah
Penyakit Jantung Koroner
Page 4
(Eroschenko, 2012).
Gambar 4. Jantung: Ventrikel Kanan, Trunkus Pulmonalis, dan Katup Pulmonal
(Potongan Longitudinal)
Dalam gambar diperlihatkan,potongan ventrikel kanan dan bagian bawah trunkus
pulmonalis. Seperti pembuluh darah lainnya, trunkus pulmonalis dilapisi oleh
endotel pada tunika intima. Tunika media membentuk bagian paling tebal dinding
trunkus pulmonalis ; namun, lamina elastik yang tebal tidak terlihat pada
pembesaran ini. Jaringan ikat tipis tunika adventisia menyatu dengan iaringan ikat
subepikardium, yangmengandung jaringan lemak dan arteriol dan venula
koronaria . Trunkus pulmonalis berasal dari anulus fibrosus. Dalam gambar
terlihat suatu kuspis katup semilunaris (pulmonal). Serupa dengan katup
atrioventrikularis
kaiup
semilunaris
trunkus
pulmonalis
dilapisi
oleh
endokardium. Inti iaringan ikat darianulus fibrosus meluas ke dalam bagian basal
katup semilunaris dan membentukbagian sentralnya. Miokardium ventrikel kanan
yang tebal dilapisi di bagian dalamnya oleh endokardium. Endokardium meluas
melewati katup pulmonal dan anulus fibrosus, dan menyatu dengan tunika intima
trunkus
pulmonalis.
Trunkus
pulmonalis
dilaplsl
oleh
iaringan
ikat
otot
jantung
penyempitan
arteri
koroner
dimulai
dengan
terjadinya
dari seluruh kematian. Setiap hari 2600 penduduk meninggal akibat penyakit
ini. Meskipun berbagai pertolongan mutakhir telah diupayakan, namun setiap 33
detik tetap saja seorang warga Amerika meninggal akibat penyakit ini. Dari
jumlah tersebut
476.124
Jantung
Koroner.
Kenyataan lain menunjukkan bahwa, di Inggris penyakit kardiovaskuler
membunuh satu dari dua penduduk dalam populasi, dan menyebabkan
hampir sebesar 250.000 kematian pada tahun 1998. Satu dari empat laki-laki dan
satu dari lima perempuan meninggal setiap tahun karena PJK, yang
merepresentasikan
Merupakan konsep yang salah bahwa PJK jarang terjadi pada perempuan,
faktanya tidak banyak perbedaan antara perempuan dibandingkan laki-laki
dalam insiden penyakit ini dihitung berdasarkan harapan hidup yang lebih
panjang ( Massie and Amidon, 2009).
dan mengalami rupture sehingga terjadi Sindroma Koroner Akut (SKA) (Madjid,
2007).
Perkembangan terkini menjelaskan aterosklerosis merupakan suatu proses
inflamasi/infeksi yang awalnya ditandai dengan cedera pada dinding arteri oleh
berbagai sebab (hipertensi, oksidasi, nikotin) merupakan sinyal bagi system imun
untuk melepaskan sel darah putih (terutama netrofil dan makrofag) ke daerah
permukaan. Selanjutnya makrofag akan memfagosit kolesterol LDL teroksidasi.
Proses ini merubah kolesterol LDL menjadi bentuk foamy cell yang melekat pada
sel otot polos arteri. Sejalan dengan waktu, kolesterol akan mengering dan
membentuk plaque yang keras, yang akan menimbulkan cedera berkelanjutan
pada dinding arteri. Pembentukan plaque ini akan terus berjalan dan dapat
mempersempit lumen arteri atau bahkan memblokade aliran darah. Plaque ini juga
dapat terlepas dan menyumbat arteri yang lebih kecil seperti arteri koronaria atau
arteri serebri menimbulkan penyakit IMA dan infark serebri.
Proses yang mengawali aterosklerosis telah menjadi perdebatan pada beberapa
tahun terakhir, dan beberapa hipotesis telah diajukan.
1. Hipotesis Response to Injury
Menyatakan bahwa perlukaan pada endotel menyebabkan respon inflamasi
sebagai proses perlukaan pada dinding arteri. Sebagai contoh, luka meningkatkan
adhesi endotel pada lekosit dan platelet, menghantarkan antikoagulan vaskular
lokal pada prokoagulan. Lekosit dan platelet yang terekrut kemudian melepaskan
sitokin, senyawa-senyawa vasokonstriksi, growth factor, yang merangsang respon
inflamasi yang ditandai oleh migrasi sel otot halus ke dalam intima, dan
proliferasinya membentuk suatu lesi intermediate. Komponen lain dari respon
inflamasi ini adalah rekrutmen makrofag ke dalam dinding arteri. Makrofagmakrofag tersebut mengambil LDL yang terdeposit menjadi sel busa, yang
merupakan awal lesi aterosklerosis.
2. Hipotesis Response to Oxidation (Oxidative Modification Hypothesis)
Dikemukakan oleh Steinberg dkk pada tahun 1989, bahwa oksidasi
lipoprotein merupakan jalur yang penting dalam aterosklerosis.Disebutkan bahwa
LDL dalam bentuk natif tidak bersifat aterogenik. LDL yang termodifikasi secara
kimia mudah masuk ke makrofag melalui jalur scavenger receptor. Sel-sel
Penyakit Jantung Koroner
Page 10
bakteri yang parah, trauma fisik, atau kondisi inflamasi lainnya yang mungkin
memegang peranan penting (Madjid, 2007)
2.5 Manifestasi klinis penyakit jantung koroner
a. Angina pectoris
Angina pectoris ialah suatu sindroma klinis di mana didapatkan sakit dada
yang timbul pada waktu melakukan aktivitas karena adanya iskemik miokard.
(Taggart, 1999).
Klasifikasi klinis angina pada dasarnya dilakukan untuk mengevaluasi mekanisme
terjadinya iskemik. Pada umumnya angina pectoris dibagi menjadi 3 tipe angina
yakni :
a. Angina Pektoris Stabil (APS) : sindrom klinik yang ditandai dengan rasa
tidak enak di dada, rahang, bahu, pungggung ataupun lengan, yang biasanya
dicetuskan oleh kerja fisik atau stres emosional dan keluhan ini dapat
berkurang bila istirahat atau oleh obat nitrogliserin.
b. Angina Prinzmetal : nyeri dada disebabkan oleh spasme arteri koronaria,
sering timbul pada waktu istirahat, tidak berkaitan dengan kegiatan jasmani
dan kadang-kadang siklik (pada waktu yang sama tiap harinya).
c. Angina pektoris tidak stabil (APTS, unstable angina) : ditandai dengan nyeri
dada yang mendadak dan lebih berat, yang serangannya lebih lama (lebih dari
20 menit) dan lebih sering. Angina yang baru timbul
bulan), angina yang timbul dalam satu bulan setelah serangan infark juga
digolongkan dalam angina tak stabil. (Taggart, 1999)
b. Infark Miokard Akut (IMA)
Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti angina,
tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa penekanan yang
luar biasa pada dada. Bila pasien sebelumnya pernah mendapat serangan
angina ,maka ia tahu bahwa sesuatu yang berbeda dari serangan angina
sebelumnya sedang berlangsung. Juga, kebalikan dengan angina yang biasa,
infark miokard akut terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat , sering pada
jam-jam awal dipagi hari.
Rasa
sakitnya
adalah
diffus
dan
bersifat
mencekam,
mencekik,
terkandung
kemungkinan
akan
pengertian
dapat
mengalami
bahwa
infark
penderitanya
jantung
mempunyai
atau
kematian
secara
berlebihan
atau
harus
makan
obat-obatan
yang potensial
toksin untuk jangka waktu lama. Di lain pihak, konsekuensi fatal dapat terjadi
bila adanya PJK tidak diketahui atau bila adanya penyakit-penyakit jantung
lain yang menyebabkan angina pektoris terlewat dan tidak terdeteksi.
Cara Diagnostik
Tabel 2 memperlihatkan cara-cara diagnostik PJK yang terpenting, baik
yang saat ini ada atau yang di masa yang akan datang potensial akan
mempunyai peranan besar. Dokter harus memilih pemeriksaan apa saja yang
perlu dilakukan terhadap penderita untuk mencapai ketepatan diagnostik
yang maksimal dengan risiko dan biaya yang seminimal mungkin.
EKG istirahat
Ekokardiografi istirahat
koroner:
-
Computed Tomography
arteriografi koroner
keadaan
Treadmill test
lebih
yang
meragukan
sensitif
tes
dan
dapat
spesifik
pilihan
untuk
dilakukan
dibandingkan
mendeteksi
treadmill
test.
dengan
EKG
pasien
dengan
kemungkinan Angina Pektoris dan pemeriksaan ini sarananya yang mudah dan
Penyakit Jantung Koroner
Page 14
biayanya terjangkau.
Pada keadaan tertentu, sulit menginterpretasi hasil treadmill seperti pada
pasien dengan kelainan EKG istirahat a.l.: LBBB, kelainan repolarisasi, LVH
dsb.
Pemeriksaan alternatif lain yang dapat dilakukan adalah ekokardiografi
dan teknik
non-invasif
koroner, Computed
penentuan
Tomography,
kalsifikasi
Magnetic
koroner
dan
Resonanse
anatomi
Arteriography,
dengan sensitifitas dan spesifitas yang lebih tinggi. Di samping itu tes ini juga
cocok untuk pasien yang tidak dapat melakukan excercise, di mana
dapat dilakukan
uji
latih
dengan
menggunakan
obat
dipyridamole
Upaya
yang
dilakukan
adalah
bagaimana
mengurangi
terjadinya trombotik akut dan disfungsi ventrikel kiri. Tujuan ini dapat
dicapai dengan modifikasi gaya hidup ataupun intervensi farmakologik
yang akan (i) mengurang progresif plak (ii) menstabilkan plak, dengan
mengurangi inflamasi dan memperbaiki fungsi endotel, dan akhirnya (iii)
mencegah trombosis bila terjadi disfungsi endotel atau pecahnya plak.
Obat
yang
digunakan:
Obat
Antitrombotik:
aspirin
dosis
rendah,
dan
alergi.
gastrointestinal
dan
lebih
antagonis
ADP dan
diindikasikan pada
menghambat
penderita
agregasi
dengan
trombosit.
resistensi
atau
primer
maupun
prevensi
sekunder.
Berbagai
studi
telah
umumnya
disarankan,
karena
nitrat
memiliki
efek
venodilator sehingga preload miokard dan volume akhir bilik kiri dapat
menurun sehingga dengan demikian konsumsi oksigen miokard juga akan
menurun.
Nitrat
juga
melebarkan
pembuluh
darah
normal
dan yang
target
denyut
penggunaan
Rekomendasi
pengobatan
untuk
memperbaiki
prognosis
pasien
dengan
Aspirin
75
mg
per
hari
pada
semua
pasien
tanpa
disebabkan
aterosklerotik
koroner
yaitu
tindakan
revaskularisasi
revaskularisasi
adalah
meningkatkan
survival
ataupun
umum,
pasien
yang
memiliki
indikasi
untuk
dilakukan
adalah
kandidat
yang
potensial
untuk
dilakukan
tindakan
pembedahan
lebih
baik
jika
dilakukan
dibanding
dengan
Tindakan PCI
Pada
mulanya
tindakan
percutaneous
transluminal
angioplasty
hanya dilakukan pada satu pembuluh darah saja, sekarang ini telah berkembang
lebih pesat baik oleh karena pengalaman, peralatan terutama stent dan obatobat penunjang. Pada pasien dengan PJK stabil dengan anatomi koroner
yang sesuai maka PCI dapat dilakukan pada satu atau lebih pembuluh
darah (multi-vessel) dengan baik (PCI sukses). Risiko kematian oleh tindakan
ini berkisar 0.3-1%. Tindakan PCI pada pasien PJK stabil dibandingkan
dengan obat medis, tidaklah menambah survival dan hal ini berbeda dibanding
CABG.
stent
dapat
mengurangi
restenosis
dan
ulangan
PCI dibandingkan dengan tindakan balloon angioplasty. Saat ini telah tersedia
stent dilapisi obat (drug-eluting stent = DES) seperti serolimus, paclitaxel dll.
Dibandingkan
mengurangi
dengan
bare-metal
restenosis.
Studi
stents,
RAVEL
pemakaian
menunjukkan
DES
restenosis
dapat
dapat
PJK
stabil
dan
mengalami
komplikasi
serangan
jantung
menghentikan
serangan
infark
jantung
akut
karena
dan menurunkan
stabil
pengobatan
medis
dapat
diberikan
sebagai
alternatif
PCI
dan
studi
ACIP
(The
Asymptomatic
Cardiac
Ischaemia
Pilot)
didapatkan pada pasien dengan risiko tinggi mempunyai hasil yang lebih baik
dengan revaskularisasi.
Dari berbagai studi (ACME,RITA-2 trial) disebutkan bahwa PCI lebih
baik dalam memperbaiki kualitas hidup penderita dibanding obat medis. Pada
AVERT study, 341 pasien PJK stabil, fungsi ventrikel kiri normal, angina
kelas I atau II dibandingkan PCI dengan pengobatan medis atorvastatin 80 mg
per hari. Dari hasil ini didapatkan bahwa pada pasien PJK stabil dan risiko
rendah, pengobatan medis termasuk obat penurun lemak secara agressive
mungkin
sama
efektif
dengan
PCI
dalam
hal
pengurangan kejadian
dikatakan
bahwa
tindakan
invasif
dilakukan
pada
pasien
dengan risiko tinggi ataupun yang tidak terkontrol baik dengan obat
medis, sedangkan farmakoterapi saja pada pasien PJK stabil dengan risiko rendah
(Madjid, 2007)
2.8 Pencegahan penyakit jantung koroner
Tidak ada motto kuno yang lebih baik dari Mencegah lebih baik daripada
mengobati.
Ini
mempunyai
faktor
berlaku
risiko
untuk
siapapun,
yang
tinggi.
terlebih
Prioritas
pada
orang
pencegahan
yang
terutama
dilakukan pada:
a. Pasien
dengan
PJK,
penyakit
arteri
perifer,
dan
aterosklerosis
cerebrovaskular.
b. Pasien yang tanpa gejala namun tergolong risiko tinggi karena:
-
usia
lebih
dari
60
tahun)
untuk
mendapat
penyakit
dan penelitian untuk hal ini terus berlanjut. Dari hasil studi prospektif jangka
panjang
menunjukkan
bahwa
orang
dengan
faktor
risiko
rendah
mempunyai risiko yang lebih kecil untuk terkena PJK dan stroke.
ACC/AHA
merekomendasikan
petunjuk
untuk
pencegahan
penyakit kardiovaskular yang ditentukan dari faktor risiko yang ada. Usahausaha intervensi dengan cara nonfarmakologik dan farmakologik dan berbagai uji
klinis menunjukkan hal yang bermanfaat.
-
Prevensi sekunder pada individu yang sudah terbukti menderita PJK, adalah
upaya untuk mencegah agar PJK itu tidak berulang lagi (lihat Tabel 5).
Prevensi sekunder ini sangat perlu mengingat:
-
untuk
mendapat
sakit
jantung
lagi,
lebih
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan
oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan
darah ke otot jantung. Karena sumbatan ini, terjadi ketidakseimbangan antara
masukan dan kebutuhan oksigen
otot
jantung
seperti
diabetes
melitus,
hipertensi,
darah
koroner
sehingga terbentuknya
yang
normal
akan
mengalami kerusakan
plak
suatu
diagnosis
yang
menyeluruh,
tidaklah
selalu seorang
koroner
tanpa
PJK
yaitu:
pengobatan
farmakologis,
tindakan
intervensi
bila ada riwayat keluarga dengan PJK. Seluruh orang dewasa usia di atas 40
tahun harus mengetahui faktor risiko dan prediksi besarnya risiko PJK dalam 10
tahun dengan tujuan menurunkan faktor risiko sebesar-besarnya. Pasien diabetes
atau risiko 10 tahun > 20% dianggap sama pasien PJK (risiko PJK equivalen).
DAFTAR PUSTAKA
Penyakit Jantung Koroner
Page 24
Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Massie BM and Amidon TM. 2009. Heart: coronary heart disease. In: Current
Medical Diagnosis & Treatment. McGraw-Hill: Lange Medical Books.
Abdul Madjid. 2007. Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan,
dan Pengobatan Terkini. Medan: Universitas Sumatera Utara (USU)