PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan gejala psikotik yang
persisten, seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama sama dengan
masalah suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode
campuran.9 Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang
ditandai dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala
gangguan afektif.1
Statistik umum gangguan ini yaitu kira kira 0,2 % di Amerika Serikat
dari populasi umum dan sampai sebanyak 9 % orang dirawat di rumah sakit
karena gangguan ini. Gangguan skizoafektif diperkirakan terjadi lebih sering
daripada gangguan bipolar.9
Prevalensi pada pria lebih rendah daripada wanita. Onset umur pada
wanita lebih besar dari pada pria, pada usia tua gangguan skizoafektif tipe
depresif lebih sering sedangkan untuk usia muda lebih sering gangguan
skizoafektif tipe bipolar. Laki laki dengan gangguan skizoafektif
kemungkinan menunjukkan perilaku antisosial.9
Beberapa data menunjukkan bahwa gangguan skizofrenia dan
gangguan afektif mungkin berhubungan secara genetik. Ada peningkatan
resiko terjadinya gangguan skizofrenia diantara keluarga dengan gangguan
skizoafektif.10
Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik
gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam
episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian
dalam beberapa hari.2 Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada
episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe
manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang
menonjol.2 Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 SEJARAH
Di tahun 1913 george H. Kirby dan pada tahun 1921 august hoch
keduanya menggambarkan pasien dengan ciri campuran skizofrenia dan
gangguan afektif (mood). Karena pasiennya tidak mengalami perjalanan
demensia prekoks yang memburuk, kirby dan hoch mengklasifikasikan
mereka di dalam kelompok psokosis manik-depresif emil kraepelin.2
Ditahun 1933 jacob kasanin memperkenalkan istilah gangguan
skizoafektif untuk suatu gangguan dengan gejala skizofrenik dan gejala
gangguan mood yang bermakna. Pasien dengan gangguan ini juga ditandai
oleh onset gejala yang tiba-tiba, sering kali pada masa remajanya. Pasien
cenderung memiliki tingkat fungsi premorbid yang baik, dan sering kali suatu
stressor yang spesifik mendahului onset gejala. Riwayat keluarga pasien
sering kali terdapat suatu gangguan mood. Karena konsep skizofrenia yang
luas dari eugen bleurer telah menghilangkan konsep skizofrenia yang sempit
dari kraepelin, kasanin percaya bahwa pasien memiliki suatu jenis
skizofrenia. Dari tahun 1933 sampai kira-kira tahun 1970, pasien yang
gejalanya mirip dengan gejala pasien-pasien kasanin secara bervariasi
diklasifikasikan menderita gangguan skizoafektif, skizofrenia atipikal,
skizofrenia dengan prognosis baik, skizofrenia dalam remisi, dan psikosis
sikloid istilah yang menekankan suatu hubungan dengan skizofrenia.2
Di sekitar 1970 dua kumpulan data menyebabkan suatu pergeseran
dari memandang gangguan skizoafektif sebagai suatu penyakit skizofrenik
menjadi suatu gangguan mood. Pertama, lithium carbonate(eskalith) terbukti
merupakan terapi yang efektif dan spesifik untuk gangguan bipolar dan
beberapa kasus gangguan skizoafektif. Kedua, penelitian di Amerika Serikat
dan Inggris yang diterbitkan di tahun 1968 oleh John Copper dan teman
sejawatnya menunjukan bahwa variasi dalam jumlah pasien yang
diklasifikasikan sebagai skizofrenik di Amerika Serikat dan Inggris adalah
sebagai akibat dari penekanan yang berlebihan di Amerika Serikat tentang
adanya gejala psikotik sebagai kriteria diagnostik untuk skizofrenia.2
2.3 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari
1 persen, kemungkinan dalam rentang 0,5 sampai 0,8 persen. Namun, angka
tersebut adalah angka perkiraan, karena di dalam praktik klinis diagnosis
gangguan skizoafektif sering kali digunakan jika klinisi tidak yakin akan
diagnosis. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki
dibandingkan para wanita; khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk
wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada
skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan
menunjukkan perilaku antisosial dan memiliki pendataran atau
ketidaksesuaian afek yang nyata.
Onset umur pada wanita lebih besar dari pada pria, pada usia tua
gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering sedangkan untuk usia muda
lebih sering gangguan skizoafektif tipe bipolar.9
pikirannya
tersiar
keluar
sehingga
orang
lain
atau
umum
mengetahuinya;
b) delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau delusion of passivitiy = waham
tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari
luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh /
anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus).
delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
c) Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien
pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.
Afek depresif
Gejala lainnya:
-
Tidur terganggu.
8
Untuk
depresif
dari
ketiga
tingkat
keparahan
B.
yang
berlebihan
dalam
aktivitas
yang
D.
E.
2.6 DIAGNOSIS
Konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik
skizofrenia maupun gangguan mood, beberapa evolusi dalam kriteria
diagnostik untuk gangguan skizoafektif mencerminkan perubahan yang telah
terjadi di dalam kriteria diagnostik untuk kedua kondisi lain.
Kriteria diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif (Tabel 1) adalah
bahwa pasien telah memenuhi kriteria diagnostik untuk episode depresif berat
atau episode manik yang bersama-sama dengan ditemukannya kriteria
diagnostik untuk fase aktif dari skizofrenia. Disamping itu, pasien harus
memiliki waham atau halusinasi selama sekurangnya dua minggu tanpa
adanya gejala gangguan mood yang menonjol. Gejala gangguan mood juga
harus ditemukan untuk sebagian besar periode psikotik aktif dan residual.
Pada intinya, kriteria dituliskan untuk membantu klinisi menghindari
mendiagnosis suatu gangguan mood dengan ciri psikotik sebagai suatu
gangguan skizoafektif.
Tabel 1. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV)
Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif
A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu.
10
Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode
campuran dengan gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.
Catatan: Episode depresif berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi.
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.
C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian
bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.
D. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat
yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
Sebutkan tipe:
Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau
suatu manik atau suatu episode campuran dan episode depresif berat)
Tipe depresif: jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat.
Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Ed. 4. Hak cipta
American Psychiatric Association. Washington. 1994.
11
atau depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia
tersebut atau masa lalu. Dengan demikian, klinisi boleh menunda diagnosis
psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling akut telah terkendali.2
Perbedaan antara gangguan skizoafektif, gangguan bipolar dan
depresi pasca skizofrenia.2
2.9 TERAPI
14
15
tersebut. Perlu diberikan regimen obat yang mungkin lebih rumit, dengan
banyak obat, dan pendidikan psikofarmakologis.
16
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan gejala psikotik yang
persisten, seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama sama dengan
masalah suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode
campuran. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki
dibandingkan para wanita; khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk
wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada
skizofrenia. Teori etiologi mengenai gangguan skizoafektif mencakup kausa
genetik dan lingkungan. Tanda dan gejala klinis gangguan skizoafektif adalah
termasuk semua tanda dan gejala skizofrenia, episode manik, dan gangguan
depresif. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala2
definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol
pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, dalam
episode yang sama. Sebagian diantara pasien gangguan skizoafektif
mengalami episode skizoafektif berulang, baik yang tipe manik, depresif atau
campuran keduanya. Terapi dilakukan dengan melibatkan keluarga,
pengembangan skill sosial dan berfokus pada rehabilitasi kognitif. Pada
farmakoterapi, digunakan kombinasi anti psikotik dengan anti depresan bila
memenuhi kriteria diagnostik gangguan skizoafektif tipe depresif. Sedangkan
apabila gangguan skizoafektif tipe manik terapi kombinasi yang diberikan
adalah antara anti psokotik dengan mood stabilizer. Sebagai suatu kelompok,
pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di pertengahan
antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan
gangguan mood. Gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih
buruk daripada pasien dengan gangguan depresif ataupun dengan gangguan
bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan
skizofrenia.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Maramis, W.S. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Presss :
Surabaya. 1994.
2. Kaplan, I. H. and Sadock, J. B. Sinopsis Psikiatri Ilmu Perilaku Psikiatri
Klinis, Edisi Ketujuh. Binarupa Aksara Publisher: Jakarta. 2010.
3. Hawari, D. Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Dana Bhakti Prima
Yasa: Yogyakarta. 1997.
4. Nugroho, W. Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta. 2000.
5. Beck, C. M., Rawlins, R. P., and Williams, S. R. Mental Health Psychiatric
Nursing A Holistic, Life Cycle Approach. The CV. Mosby Company:
ST.Louis. 2002.
6. Setiabudi, T. Catatan Psikiatri. Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti:
Jakarta. 2007.
7. American Psychiatric Association. Diagnosis dan Statistical Manual of
Mental disorders (DSM IV TM). American Psychological Association (APA):
Washington DC. 1996.
8. Yosep, I. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama Maramis: Bandung. 2007.
9. Melissa Conrad Stppler. 2013. Schizoaffective disorder.
http://www.medicinenet.com.
10. Jibson MD. 2011. Schizophrenia: Clinical presentation, epidemiology, and
pathophysiology. http://www.uptodate.com.
11. Ken Duckworth, M.D., and Jacob L. Freedman, M.D. 2012. Schizoaffective
disorder.
18