PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Piutang usaha dapat dikatakan sebagai pendapatan yang akan di dapatkan
perusahaan di masa yang akan datang baik piutang dari penjualan ataupun kegiatan
lain. Walaupun piutang adalah pendapatan yang belum diterima saat itu, piutang
mempengaruhi asset lancar perusahaan.
Dengan begini suatu perusahaan dapat memanipulasi piutang usaha nya
tersebut agar laporan asset lancar nya terlihat baik. Bukti yang tepat akan diperoleh
dari pengujian atas rincian saldo berdasarkan tujuan per tujuan.
Contoh : auditor harus mengevaluasi potensi terjadinya kecurangan dan
mempertimbangkan risiko inheren yang mungkin saja bervariasi menurut
tujuannnya. Auditor juga harus mempertimbangkan hasil pengujian substantive atas
penjualan dan penerimaan kas.
1.2 Identifikasi Masalah
a) Mengapa pengujian siklus penjualan dan penagihan piutang usaha sangat
penting untuk di audit?
b) Apakah tujuan pengujian siklus penjualan dan penagihan piutang usaha
tersebut?
c) Bagaimana langkah langkah pengujian tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pengujian Dalam Siklus Penjualan dan Penagihan
Bukti yang tepat akan diperoleh dari pengujian atas rincian saldo berdasarkan
tujuan per tujuan. Contoh : auditor harus mengevaluasi potensi terjadinya kecurangan
dan mempertimbangkan risiko inheren yang mungkin saja bervariasi menurut
tujuannnya. Auditor juga harus mempertimbangkan hasil pengujian substantive atas
penjualan dan penerimaan kas.
Dalam merancang pengujian, auditor harus memenuhi masing-masing dari
delapan tujuan audit. Jika diterapkan secara khusus pada piutang usaha, hal tersebut
disebut sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha sebagai
berikut:
1. Piutang usaha dalam neraca saldo harus sama dengan jumlah file induk
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Melaksanakan
Pengujian
Pengendalian
dan
dicapai mengenai setiap factor yang tercantum. Tugas menhubungkan factor yang
direncanakan sangatlah kompleks karena pengukuran factor bersifat tidak jelas.
Bukti audit yang direncanakan adalah kebalikan dari risiko deteksi yang
direncanakan. Setelah memutuskan bukti yang direncanakan bagi tujuan tertentu
adalah tinggi, sedang, rendah, kemudian auditor harus memutuskan prosedur audit
yang sesuai, ukuran sampel, item yang dipilih, dan penetapan waktu.
2.2.7 Konfirmasi Piutang Usaha
Konfirmasi Piutang Usaha adalah konsep yang terus berulang dalam
pembahasan kita mengenai perancangan pengujian atas rincian saldo piutang usaha.
Intinya lebih menekankan pada konfirmasi itu disini, seolah-olah sebagai bukti yang
bisa diandalkan. Tujuannya adalah untuk memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan,
serta pisah batas.
Standar auditing mengharuskan konfirmasi piutang usaha dalam situasi yang
normal. SAS 67 (AU 330) menyediakan 3 pengecualian terhadap keharusan
menggunakan konfirmasi :
1.
Piutang usaha tidak material. Hal ini sudah umum bagi perusahaan
tertentu seperti toko diskon yang terutama melakukan penjualan secara
2.
3.
diandalkan.
Gabungan tingkat risiko inheren dan resiko pengendalian rendah dan
bukti substantif lainnya dapat diakumulasi untuk menyediakan bukti
yang mencukupi.
Dalam melakukan prosedur konfirmasi, pertama auditor harus memutuskan
Auditor senior, menyiapkan kertas kerja perencanaan bukti sebagai alat bantu
untuk membantunya memutuskan luas pengujian atas rincian saldo yang
direncanakan. Sumber setiap baris adalah sebagai berikut:
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan nya adalah mengacu pada pertanyaan rumusan masalah. Pertama
mengapa pengujian terhadap siklus penjualan dan penagihan piutang usaha penting
karena
auditor
harus
mengevaluasi
potensi
terjadinya
kecurangan
dan
10
DAFTAR PUSTAKA
Tuanakotta, Theodorus M. 2013. Auditing Berbasis ISA (International Standards on
Auditing). Salemba Empat.
http://www.eduauditing.blogspot.com