Anda di halaman 1dari 21

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karsinoma endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan
angka kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju. Selama tahun 2005,
diperkirakan di Amerika terdapat sekitar 40.880 kasus baru dengan sekitar
7.100 kematian

terjadi

karena

karsinoma

endometrium.

Karsinoma

endometrium paling sering terdiagnosis pada usia pasca menopause, dimana


75% kasus terjadi pada wanita usia pasca menopause. Meskipun demikian
sekitar 20% kasus terdiagnosis pada saat premenopause. Karsinoma
endometrium uterus telah mengalami peningkatan angka kejadian di
Indonesia, sebagian karena penderita hidup lebih lama dan pelaporan lebih
akurat. Sekitar 32.000 kasus di perkirakan akan terjadi setiap tahunnya
dengan 5900 kematian. Sepertiga wanita dengan perdarahan pascamenopause
mempunyai kanker uterus. Usia rata-rata adalah 61 dan kebanyakan pasien
setidaknya berusia 55 tahun (Anwar, 2011).
Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor risiko yang berkaitan
dengan karsinoma endometrium yaitu hormon replacement theraphy, terapi
tamoxifen, obesitas, wanita pasca menopause, nulipara atau dengan paritas
rendah, dan keadaan anovulasi. Hal-hal tersebut berkaitan dengan keadaan
upopposed estrogen yang meningkatkan risiko terjadinya karsinoma
endometrium. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan terhadap
estrogen atau meningkatkan kadar progesteron, seperti penggunaann
kontrasepsi oral dan merokok, merupakan faktor yang bersifat protektif.
Karsinoma endometrium stadium awal memiliki prognosis yang cukup baik.
Karsinoma endometrium terdiagnosis saat masih terlokalisir memiliki
survival rate lima tahunnya mencapai 96%, dan menurun sampai ke 44%
pada stadium lanjut (Anwar, 2011).

B. Tujuan
Untuk

mengetahui

lebih

dalam

tentang

penyakit

Karsinoma

Endometrium yang meliputi :


1

1.
2.
3.
4.

Mengetahui pengertian Karsinoma endometrium


Mengetahui etiologi dari Karsinoma endometrium
Mengetahui patogenesis dan patofisiologi dari Karsinoma endometrium
Mengetahui penetapan diagnosis dini serta tata laksana Karsinoma
endometrium

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Karsinoma endometrium adalah tumor ganas yang muncul dari sel-sel
epitel primer lapisan endometrium. Umumnya dengan differensiasi glandular
dan berpotensi mengenai miometrium dan menyebar jauh. 75% tumor ganas
endometrium adalah adenokarsinoma, sisanya ialah karsinoma epidermoid
atau

karsinoma

tipe

sel

squamous

(5-10%),

adenoakantoma

dan

adenosquamous (30%), sarkoma uterin (1-5%) (Barlin, 2010).


Secara biologis dan histologis, karsinoma endometrium adalah jenis
neoplasma yang memiliki dua model patogenesis. Karsinoma endometrium
tipe 1 dengan estrogen dependen dan mempunyai prognosis lebih baik dan
untuk karsinoma endometrium tipe 2 non- estrogen dependen yang lebih
agresif dan berprognosis lebih buruk (Simpson, 2014).
B. Etiologi
Kebanyakan kasus karsinoma endometrium (80%) dihubungkan dengan
endometrium terpapar stimulasi estrogen secara kronis (hormonal) dari
sumber endogen dan eksogen lain. Kanker yang dihubungkan dengan
estrogen (estrogen dependen) cenderung untuk mengalami hiperplasia dan
berdiferensiasi lebih baik dan secara umum punya prognosis baik. Sementara
itu, tipe karsinoma endometrium yang tidak bergantung pada estrogen (non
estrogen dependen) berkembang dengan non hiperplasia dan berdiferensiasi
jelek dan lebih agresif. Banyak kasus karsinoma endometrium yang
dilaporkan pada wanita tanpa faktor resiko yang sudah diketahui seperti
mereka dengan gangguan hormonal. Beberapa studi menunjukan bahwa
sindroma ovarium polikistik dan resistensi insulin yang merupakan
komponen dari sindrom metabolik dapat berperan dalam patogenesis
karsinoma endometrium (Barlin, 2010).
C. Epidemiologi
Karsinoma endometrium adalah kejadian keganasan tertinggi keenam
yang paling sering terjadi yang terjadi pada wanita di seluruh dunia. Dari
290.000 kasus baru yang dilaporkan pada 2008, terhitung 5% dari semua

kasus keganasan baru pada wanita. Penyakit ini paling banyak terjadi di
negara maju seperti Amerika, negara-negara di Eropa tengah dan Eropa timur
dan insiden lebih rendah di Afrika timur. Tingkat kejadian karsinoma
endometrium seiring pertambahan usia juga meningkat di negara-negara
berkembang (Simpson, 2014).
Di seluruh dunia, angka kejadian karsinoma endometrium seiring
pertambahan usia berkisar antara 15 per 100.000 wanita (di daerah Amerika
dan sebagian Eropa) sampai kurang dari 5 per 100.000 wanita (di daerah
Afrika dan 8 Asia). Risiko karsinoma endometrium meningkat seiring usia,
dimana kebanyakan kasus terdiagnosa setelah menopause (Simpson, 2014).
Di Indonesia, sebuah penelitian tahun 2005 mendapatkan prevalensi
karsinoma endometrium di Jakarta mencapai 7,2 kasus per tahun. Usia
penderita yang cenderung lebih muda pada penelitian tersebut jika
dibandingkan dengan penderita di negara-negara barat dan eropa (berusia >50
tahun terbanyak), kemungkinan disebabkan di indonesia pengguanaan TSH
masih sangat jarang. Pemakaian TSH menyebabkan tingginya jumlah
penderita kanker ini di negara Barat dan Eropa di era tahun 70-an (Simpson,
2014).
D. Faktor Risiko
Faktor risiko dari penyakit karsinoma endometrium adalah (Schorge JO.,
et all. 2008 ; Anwar M., et all. 2011) :
1
2
3

Faktor risiko reproduksi dan menstruasi


Usia menarche dini (<12 tahun)
Hormon
a Hormon endogen
b Hormon eksogen pascamenopause

Kontrasepsi oral
Peningkatan risiko secara bermakna terdapat pada pemakaian
kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dosis tinggi dan rendah

progestin.
Tamoksifen
Tamoksifen merupakan antiestrogen yang berkompetisi dengan
estrogen untuk menduduki reseptor. Di endometrium, tamoksifen

bertindak sebagai faktor pertumbuhan yang meningkatkan siklus


6
7
8
9
10
11
12

pembelahan sel.
Obesitas
Faktor diet
Kondisi medis
Faktor genetik
Merokok
Ras
Pendidikan dan status sosial ekonomi

Tabel 2.1. Faktor Risiko karsinoma endometrium (Schorge JO., et all. 2008).
Risk Factors for Endometrial Cancer
Factors Influencing Risk

Estimated

Relative

Riska
Obesity

25

Polycystic ovarian syndrome

>5

Long-term use of high-dose menopausal estrogens

1020

Early age of menarche

1.52

Late age of natural menopause

23

History of infertility

23

Nulliparity

Menstrual irregularities

1.5

Residency in North America or northern Europe

318

Higher level of education or income

1.52

White race

Older age

23

High cumulative doses of tamoxifen

37

History of diabetes, hypertension, or gallbladder 1.33


disease
Long-term use of high-dose combination oral 0.30.5
contraceptives
Cigarette smoking

0.5

E. Tanda dan Gejala


Keluhan utama yang dirasakan pasien karsinoma endometrium adalah
perdarahan pascamenopause bagi pasien yang telah menopause dan

perdarahan intermenstruasi bagi pasien yang belum menopause. Keluhan


keputihan merupakan keluhan yang paling banyak menyertai keluhan utama,
gejalanya bisa berupa (Schorge JO., et all. 2008 ; Anwar M., et all. 2011) :
a
b
c

Perdarahan rahim yang abnormal


Siklus menstruasi yang abnormal
Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih

d
e

mengalami menstruasi)
Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pascamenopause
Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia

diatas 40 tahun)
f Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
g Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pascamenopause)
h Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
i Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
F. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Perdarahan abnormal vagina pascamenopause bagi yang telah
menopause dan intermenstruasi yang belum menopause bisa juga bukan
perdarahan tetapi discharge abnormal seperti keputihan yang banyak
bercampur nanah atau darah dari vagina. Selain itu, gejala dapat berupa
nyeri pelvis dan terasa ada massa, serta penurunan berat badan. Riwayat
keluarga ada kemungkinan terkena karsinoma endometrium, jika terdapat
anggota keluarga yang terkena kanker ini, meskipun prosentasenya
sangat kecil. Rasa sakit saat menstruasi, rasa sakit yang parah dan terus
menerus pada perut bagian bawah, rasa sakit ini akan bertambah pada
saat berhubungan seks (Barlin, 2010).
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ginekologi (Barlin, 2010) :
a. Pembesaran uterus dan atau massa tumor di rongga panggul
b. Dilakukan pemeriksaan rektovaginal.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. USG
Sebuah USG transvaginal (TVUS) sering disukai untuk melihat
rahim. Untuk tes ini, probe TVUS (yang bekerja dengan cara yang
sama sebagai transduser USG) dimasukkan ke dalam vagina.
Gambar dari TVUS dapat digunakan untuk melihat apakah rahim
mengandung massa (tumor) atau jika endometrium lebih tebal dari
biasanya yang dapat menjadi tanda karsinoma endometrium.

Mungkin juga membantu melihat apakah kanker tumbuh ke dalam


lapisan otot rahim (miometrium). Air garam (saline) dapat
dimasukkan melalui tabung kecil ke dalam rahim sebelum USG
sehingga bisa melihat dinding rahim lebih jelas. Prosedur ini disebut
infus saline sonogram atau hysterosonogram (Wright, 2012).
b. Biopsi
Biopsi endometrium adalah tes yang paling umum dilakukan
untuk karsinoma endometrium dan sangat akurat pada wanita
menopause. Didalam prosedur tabung fleksibel sangat tipis
dimasukkan ke dalam rahim melalui serviks. Kemudian dengan
menggunakan hisap, sejumlah kecil endometrium dihapus melalui
tabung. Penyedotan mengambil sekitar satu menit atau kurang.
Ketidaknyamanan ini mirip dengan kram menstruasi dan dapat
dibantu dengan mengambil obat anti-inflamasi nonsteroid seperti
ibuprofen sebelum prosedur. Kadang-kadang mati rasa obat (bius
lokal) disuntikkan ke dalam serviks sebelum prosedur untuk
membantu mengurangi rasa sakit (Wright, 2012)..
c. Histeroskopi
Teknik ini dokter memasukkan teleskop kecil (sekitar 1/6 inci
diameter) ke dalam rahim melalui leher rahim. Rahim diisi dengan
air garam (saline). Ini memungkinkan dokter melihat dan biopsi
sesuatu yang abnormal, seperti kanker atau polip. Hal ini biasanya
dilakukan dengan menggunakan (obat mati rasa) anestesi lokal
dengan pasien terjaga (Wright, 2012).
d. Dilatasi dan kuretase
Jika sampel biopsi endometrium tidak menyediakan jaringan
yang cukup, atau jika biopsi menunjukkan kanker tetapi hasilnya
tidak pasti, dilatasi dan kuretase harus dilakukan. Dalam prosedur
rawat jalan ini, pembukaan serviks diperbesar (melebar) dan alat
khusus yang digunakan untuk mengikis jaringan dari dalam rahim.
Hal

ini

dapat

dilakukan

dengan

atau

tanpa

histeroskopi.

Prosedur ini memakan waktu sekitar satu jam dan mungkin


memerlukan anestesi umum (di mana pasien dalam kondisi tertidur)
atau sadar sedasi (diberi obat ke dalam pembuluh darah untuk

membuat pasien mengantuk) baik dengan anestesi lokal disuntikkan


ke dalam leher rahim atau tulang belakang (Wright, 2012).
G. Patogenesis
Estrogen yang berlebihan diasosiasikan dengan faktor risiko yang
berhubungan dengan karsinoma endometrium. Estrogen yang berlebihan
menyebabkan stimulasi yang terus-menerus pada endometrium yang dapat
menyebabkan hiperplasia endometrium. Wanita dengan hiperplasia tetapi
tanpa penemuan sitologik atipikal digolongkan menjadi hyperplasia simple
atau kompleks pada basis arsitektur selular yang memiliki risiko yang rendah
terkena karsinoma uterus (Sonoda Y. 2010).
Obesitas merupakan salah satu dari

risiko

terkena

karsinoma

endometrium. Perkembangan kanker pada wanita obese dipercaya dimediasi


oleh estrogen endogen melalui konversi androstenedione menjadi estrogen
oleh enzim aromatase pada jaringan lemak. Menarche awal dan menopause
terlambat keduanya merupakan faktor risiko karsinoma endometrium
terutama sejak memanjangnya paparan estrogen pada endometrium (Sonoda
Y. 2010 ; Schorge JO, et all. 2008).
Dua puluh persen wanita dengan karsinoma endometrium adalah
premenopause, lima persennya kurang dari 40 tahun. Kebanyakan wanita
muda dengan karsinoma endometrial adalah obese atau memiliki kadar
estrogen endogen yang tinggi karena mereka mengalami anovulasi kronik,
seperti polycystic ovarian syndrome. Adapun kadar serum estrogen dan
progesteron meningkat menjelang kehamilan, progesteron adalah hormon
pada kehamilan yang predominan. Kehamilan melindungi dari karsinoma
endometrium dengan menginterupsi stimulasi endometrium berlanjut oleh
estrogen. Nulliparitas merupakan faktor risiko karsinoma endometrium
(Sonoda Y. 2010 ; Anwar M., et all. 2011).
Tamoxifen adalah antiestrogen sintetik (estrogen antagonis) yang
digunakan pada terapi karsinoma mammae. Di samping itu, tamoxifen juga
memiliki efek estrogenik (agonis) pada endometrium dan meningkatkan
risiko karsinoma endometrium (Sonoda Y. 2010).

Gambar 2.1. Patogenesis Karsinoma Endometrium I (Sonoda Y. 2010).

Gambar 2.2. Patogenesis Karsinoma Endometrium II (Sonoda Y. 2010).


Sebelum menopause
Persisten

Setelah menopause
adenokarsinoma

feminizing tumor ovarium

Anovulasi

hiperplasi stroma ovarium


Produksi kel. Adrenal

Sindroma Stein

karsinoma

penyimpanan dalam jaringan lemak

Leventhal

in situ

kerusakan hati

Perubahan ova

terapi estrogen

rium lainnya

hyperplasia

Terapi estrogen

adenomat
Hyperplasia gld.

Hyperplasia adenomat

Kistik

adenokar
sinoma

Regresi
Folikel

kembali

regresif

Persisten

normal

hyperplasia

tetap

ca insitu

Gambar 2.3. Hubungan Estrogen dengan Kejadian Karsinoma endometrium


(Sonoda Y. 2010).
H. Patofisiologi
Hubungan patogenesis berkembangnya hiperplasia endometrium menjadi
suatu karsinoma endometrium dipengaruhi oleh aktivitas paparan estrogen
yang mengakibatkan proliferasi yang tidak terkontrol. Aktivitas proliferasi
tersebut seharusnya dikendalikan oleh mekanisme apoptosis (kematian sel
yang terprogram) yang mempunyai peranan dalam proses karsinogenesis.
Proses tersebut tidak hanya dijelaskan secara sederhana dengan adanya
peningkatan stimulasi pertumbuhan sel tetapi juga disebabkan oleh hilangnya
faktor supresi dan pengendali proliferasi sel serta perubahan pada proses
apoptosis yang sampai saat ini masih belum jelas. Hal tersebut ditunjukkan
dari penelitian Kurman dkk, dengan selain didapatkan progresi juga terdapat
regresi dari hiperplasia non-atipik simpleks sebanyak 80% dan kompleks
sebesar 79% (Kokawa, 2011).
Beberapa penelitian mengenai peranan efek stimulasi estrogen terhadap
pengendalian pertumbuhan endometrium menjadi suatu lesi prakanker telah
diteliti melalui pemeriksaan immunohistokimia. Didapatkan bahwa reseptor
hormon steroid seks yaitu reseptor estrogen dan progesteron memegang
peranan utama pada pengaturan proses apoptosis endometrium, yaitu ditandai

10

dengan terdapat perubahan bentuk dan ukuran pada sel kelenjar dan stroma
endometrium selama siklus menstruasi (Nunobiki, 2013).
Kadar estrogen yang tinggi tanpa diimbangi progesteron dapat ditemukan
pada beberapa kondisi seperti : anovulasi dalam jangka waktu yang lama,
mengkonsumsi estrogen dalam waktu lama, tumor penghasil estrogen,
malfungsi tiroid, dan penyakit hepar (Koplajar, 2012).
Karsinoma endometrium mungkin berasal di area minoris (misalnya,
sebuah polip endometrium) atau multifokal difus. Pertumbuhan awal dari
tumor

dicirikan oleh pola eksofitik yang menyebar. Pertumbuhan tumor

ditandai dengan kerapuhan dan perdarahan spontan, bahkan pada tahap awal.
Kemudian pertumbuhan tumor ditandai oleh invasi miometrium dan
pertumbuhan menuju leher rahim. Empat rute penyebaran terjadi di luar
rahim (Koplajar, 2012) :
1 Langsung
Penyebaran adenokarsinoma endometrium biasanya lambat terutama
pada yang differensiasi baik. Penyebarannya ke arah permukaan kavum
uteri dan endoserviks. Dari kavum uteri menuju ke stroma endometrium
ke miomterium ke ligamentum latum dan organ sekitarnya. Jika telah
mengenai
2

endoserviks,

penyebaran

selanjutnya

seperti

pada

adenokarsinoma serviks.
Melalui kelenjar limfe
Penyebarannya melalui kelenjar limfe ovarium akan sampai ke para
aorta dan melalui kelenjar limfe uterus akan menuju ke kelenjar iliaka
interna, eksterna, dan iliaka komunis serta melalui kelenjar limfe
ligamentum rotundum akan sampai ke kelenjar limfe inguinal dan

femoral.
Melalui aliran darah
Biasanya proses

penyebarannya

sangat

lambat

dan

tempat

metastasisnya adalah paru, hati dan otak.


Intrperitoneal atau melalui tuba.
I. Gambaran Histopatologi
Sembilan puluh persen tumor ganas endometrium/ korpus uterus adalah
4

adenokarsinoma. Sisanya ialah karsinoma epidermoid, adenoakantoma,


sarkoma, dan karsino-sarkoma (Schorge JO, et all. 2008).
1. Endometrioid Adenokarsinoma
Tipe histologi karsinoma endometrium yang paling sering ditemui
adalah

endometrioid

adenokarsinoma

(75%

dari

total

kasus).
11

Karakteristik tumor ini adalah terdapat kelenjar yang mirip dengan


endometrium normal. Hiperplasia endometrium berhubungan dengan
tumor grade rendah dan jarang menginvasi endometrium. Apabila
kelenjar berkurang dan digantikan sel yang padat, tumor diklasifikasikan
sebagai grade yang lebih tinggi. Apabila terdapat endometrium yang
atrofik, sering dihubungkan dengan grade tinggi dan sering bermetastasis
(Schorge JO, et all. 2008).

Gambar 2.4. Endometrioid adenokarsinoma yang berasal dari hiperplasia


endometrium (Schorge JO, et all. 2008).

Gambar 2.5. Gambaran makroskopis polyploid endometrioid


adenokarsinoma (Schorge JO, et all. 2008).
2. Serous Karsinoma
5-10% karsinoma endoetrium adalah tipe serous karsinoma. Serous
karsinonma adalah tumortipe II yang sangat agresif dan berasal dari
endometrium yang atrofik. Tipe ini biasanya terdapat pada wanita berusia
lanjut. Terdapat pola pertumbuhan papiler yang kompleks ditandai

12

dengan nuklear atipik. Sering disebut uterine papillary serous carcinoma


(UPSC), secara histologis menyerupai kanker ovarium epitelial, dan
terdapat psammoma bodies pada 30 persen pasien (Schorge JO, et all.
2008).

Gambar 2.6. Gambaran histologik uterine papillary serous carcinoma


(UPSC) (Schorge JO, et all. 2008).
Biasanya, tumor eksofitik dengan penampakan papiler muncul dari
uterus yang kecil dan atrofik. Terkadang, tumor ini dibatasi polip dan
tidak

menyebar. UPSC

berpotensi

menginvsi

miometrium

dan

menginvasi kelenjar. UPSC dan kanker ovarium epitel dapat dibedakan


lewat pembedahan. Seperti kanker ovarium, tumor ini juga mengsekresi
CA125, pengukuran serum ini juga dapat digunakan sebagai monitor
postoperasi. UPSC adalah tipe sel yang agresif (Schorge JO, et all. 2008).

Gambar 2.7. Gambaran makroskopis UPSC (Schorge JO, et all. 2008).


3. Clear Cell Carcinoma
Kurang dari 5 % karsinoma endometrium adalah tipe clear cell
carcinoma. Penampakan mikroskopik didominasi oleh sel padat, kistik,

13

tubular atau papiler. Biasanya merupakan gabungan dari 2 atau 3 tipe


tersebut. Endometrial clear cell adenocarcinoma adalah serupa dengan
jenis clear cell yang terdapat di ovarium, vagina, dan serviks. Tidak ada
karakteristik khusus, namun seperti UPSC, cenderung ganas, dan invasif.
Pasien biasanya terdiagnosis saat penyakitnya sudah lanjut dan
prognosisnya buruk (Schorge JO, et all. 2008).

Gambar 2.8. Clear cell carcinoma tipe solid (Schorge JO, et all. 2008).

Gambar 2.9. Clear cell carcinoma tipe papiler (Schorge JO, et all. 2008).
1. Mucinous Karsinoma
Sekitar 1 sampai 2 persen karsinoma endometrium adalah tipe
mucinous. Sebagian besar endometrioid adenokarsinoma mempunyai
komponen fokal.

Umumnya, tumor mucinous mempunyai gambaran

glandular dengan sel yang kolumnar dan stratifikasi minimal. Hampir


semua adalah stadium 1 dan grade 1 dengan prognosis yang baik. Karena
epitelium endoservikal menyatu dengan segmen bawah uterus, diagnosis
masih sulit dibedakan dengan adenokarsinoma yang primer. Oleh sebab

14

itu, dibutuhkan imuno-staining, selain ini MRI juga dapat digunakan


untuk membedakan asal tumor (Schorge JO, et all. 2008).

Gambar 2.10. Gambaran histologi mucinous karsinoma (Schorge JO, et


all. 2008).

2. Karsinoma Campuran
Karsinoma endometrium dapat berupa kombinasi dari dua atau lebih
tipe histologik. Karsinoma campuran, terdiri dari paling tidak dua tipe
dengan masing masing tipe minimal melingkupi 10 % dari seluruh
tumor. Kecuali tipe serous dan clear cell, kombinasi lain biasanya tidak
signifikan. Karsinoma campuran biasanya merupakan campuran antara
karsinoma endometrium tipe I dan tipe II (Schorge JO, et all. 2008).
3. Undifferentiated Carcinoma
Pada 1-2 % karsinoma endometrium, tidak ada bukti adanya
diferensiasi glandular, sarkomatous, atau squamous. Tumor yang tidak
berdeferensiasi

ini

mempunyai

karakteristik

proliferasi

epitel

monotonous, ukurannya medium tumbuh dari sel yang padat dan tidak
mempunyai pola yang spesifik. Prognosisnya lebih buruk dari
endometrioid adenokarsinoma diferensiasi buruk (Schorge JO, et all.
2008).

J. Penatalaksanaan
1. Terapi Lama
a Surgery (bedah)

15

Terapi bedah terdiri dari histerektomi yang sering bersamaan


dengan salpingo-ooforektomi (Simpson, 2014) :
1 Pengobatan utama untuk karsinoma endometrium adalah operasi
untuk mengangkat rahim dan leher rahim disebut histerektomi.
Ketika rahim tersebut diangkat melalui sayatan di perut, disebut
histerektomi abdominal sederhana atau total. Jika rahim tersebut
diangkat melalui vagina, dikenal sebagai histerektomi vaginal.
Melepaskan ovarium dan tuba falopii, sebuah bilateral salpingoooforektomi (BSO), sebenarnya bukan bagian dari histerektomi.
Untuk karsinoma endometrium, mengangkat rahim tetapi untuk
ovarium atau saluran tuba jarang direkomendasikan, tetapi dapat
dipertimbangkan pada wanita yang premenopause. Ketika
karsinoma endometrium telah menyebar ke leher rahim atau
daerah sekitar leher rahim (disebut parametrium), histerektomi
radikal dilakukan. Dalam operasi ini, seluruh rahim, jaringan
sebelah uterus (parametrium dan ligamen uterosakral), bagian
atas vagina (sebelah serviks) semua diangkat. Kedua saluran
tuba dan ovarium diangkat diwaktu yang sama. Operasi ini
paling sering dilakukan melalui sayatan di perut, tetapi bisa juga
lewat vagina dengan laparoskopi.
2 Salpingo-ooforektomi bilateral
Prosedur ini mengangkat kedua tuba falopii dan ovarium ada
saat yang sama rahim dihapus (baik dengan histerektomi
sederhana atau radikal). Prosedur ini dilakukan jika wanita siap
untuk menopouse. Jika wanita kurang dari 45 tahun maka
3

didiskusikan dahulu terhadap dokter bedah.


Operasi kelenjar getah bening
Dilakukan diseksi kelenjar getah bening pelvici dan para aortici.
Operasi ini menghilangkan kelenjar getah bening dari panggul
dan daerah sebelah aorta untuk melihat apakah mereka
mengandung sel-sel kanker yang telah menyebar dari tumor
endometrium. Hal ini disebut diseksi kelenjar getah bening
sebagian atau semua. Prosedur ini biasanya dilakukan pada saat
yang sama dengan histerektomi (Simpson, 2014).

16

Terapi radiasi
1 Brachytherapy
Sumber radiasi ditempatkan ke dalam silinder dan dimasukkan
ke dalam vagina. Panjang silinder dapat bervariasi, tetapi bagian
atas vagina selalu diobati. Dengan metode ini, radiasi terutama
mempengaruhi daerah vagina dalam kontak dengan silinder.
Struktur di dekatnya seperti kandung kemih dan rektum
mendapatkan paparan radiasi kurang. Efek samping yang paling
umum adalah perubahan pada lapisan vagina.

Ada 2 jenis

brachytherapy digunakan untuk karsinoma endometrium, low


dose rate (LDR) dan high dose rate tinggi (HDR). Dalam LDR
brachytherapy, perangkat radiasi biasanya dibiarkan di tempat
selama sekitar 1 sampai 4 hari. Pasien harus tetap bergerak
untuk menjaga sumber radiasi dari pergerakan terapi dan harus
menginap di rumah sakit sedangkan HDR brachytherapy,
radiasi yang lebih intens. Setiap dosis membutuhkan waktu yang
sangat singkat biasanya kurang dari satu jam), dan pasien bisa
pulang hari yang sama. untuk endometrium kanker, HDR
brachytherapy sering diberikan mingguan atau bahkan harian
c

selama minimal 3 dosis (Simpson, 2014).


Kemoterapi
Penggunaan obat melawan kanker diberikan ke intravena atau
melalui oral. pengobatan berpotensi berguna untuk kanker yang telah
menyebar ke luar endometrium. Penggunaan obatnya dapat dalam
bentuk kombinasi atau tunggal. Kemoterapi sering diberikan dalam
periode pengobatan, diikuti dengan periode istirahat. Obat yang
digunakan sebagai pilihan yaitu taxol, carboplatin, doxorubicin,
cisplatin. Kombinasi yang paling umum yaitu taxol dengan

carboplatin dan doxorubicin dengan cisplatin (Simpson, 2014).


2. Terapi Baru
Menurut American Cancer Society, 2015 ada beberapa terapi baru
untuk karsinoma endometrium adalah :
a

Target Terapi

17

Penelitian

sekarang

menjelaskan

lebih

banyak

tentang

perubahan gen dan protein dalam sel-sel kanker, mereka telah


mampu mengembangkan obat baru yang secara khusus menargetkan
perubahan ini. Target kerja obat

yang berbeda dari kemoterapi

standar (kemo) memiliki efek samping yang berbeda. Beberapa


terapi target yang sedang diteliti untuk mengobati karsinoma
endometrium adalah temsirolimus, brivanib, dan gefitinib.
b

Terapi Hormon
Meskipun terapi hormon karsinoma endometrium yang sering
adalah progestin, obat-obatan yang mempengaruhi estrogen juga
dapat membantu. Sebuah studi baru-baru melihat menggunakan
fulvestrant, sebuah obat yang menghalangi reseptor estrogen.

Operasi
Biopsi kelenjar getah bening. Mungkin Terapi ini sudah lama
digunakan pada kanker jenis lain seperti kanker payudara, tapi ini
merupaka terapi baru pada karsinoma endometrium.

K. Komplikasi
Karsinoma endometrium dapat menyebabkan rekurensi dan menjadi
karsinoma sekunder dan juga bermetastasis melalui pembuluh limfe. Berikut
komplikasinya yaitu kanker payudara, kanker kolon, kanker rectum, kanker
jaringan lunak, kanker usus halus, kanker vagina, myeloid leukimia (AML)
dan kanker vesica urinaria. Paling sering adalah kanker kolon dan kanker
payudara (Wright, 2012).
L. Prognosis
Sejumlah faktor prognosa dibawah ini digunakan untuk menilai
kekambuhan dan keberhasilan pengobatan penyakitnya (Schorge JO, et all.
2008) :
1 Umur penderita
Secara umum penderita karsinoma endometrium yang berusia muda
lebih baik prognosanya dari penderita berusia tua. Dari beberapa
penelitian didapatkan angka ketahanan hidup 5 tahun penderita yang
berusia > 70 tahun sebesar 60,9 % dan penderita yang berusia < 50 tahun

18

sebesar 92,1 %. Dan didapati juga kekambuhan penyakitnya sebesar 33%


pada usia > 75 tahun, 12 % pada usia 50 - 75 tahun dan tidak dijumpai
pada penderita yang berusia < 50 tahun. Angka ketahanan hidup
penderita berusia tua berhubungan dengan peningkatan penyebaran
tumor ke luar uterus dan peningkatan kekambuhannya berhubungan
dengan tingginya angka kejadian tumor grade 3 atau jenis histologi tumor
2

yang sangat ganas.


Jenis histologi
Kira-kira 10 % karsinoma endometrium adalah bukan jenis
endometrioid dan didapati peningkatan kekambuhan dan penyebarannya.
Sebesar 92 % angka ketahanan hidup penderita yang mempunyai jenis

histologinya endomethoid.
Differensiasi histologi
Didapati kekambuhan penyakitnya sebesar 7,7 % pada tumor grade
1, tumor grade 2 sebesar 10,5 % dan 36,1 % pada tumor grade 3. Dan
angka keberhasilan 5 tahun pada grade 1 sebesar 92 %, grade 2 sebesar

86 % dan pada grade 3 adalah 64%.


lnvasi ke miometrium
Umumnya angka ketahanan hidup 5 tahun penderita yang mengidap
tumor yang hanya invasi ke permukaan saja sebesar 80-90 % dan 60 %

pada tumor yang invasinya lebih dalam.


Sitologi peritoneum
Beberapa penelitian didapati angka kekambuhan yang tinggi pada

sitologi peritoneumnya positif.


Metastase kelenjar limfe
Penderita yang didapati metastase kelenjar limfe paraaorta
mempunyai angka kekambuhan 6 kali dibanding tanpa metastase kelenjar

limfe.
Metastase adneksa
8
Reseptor hormon
9
Ukuran tumor
10 Lymph vascular space invasion
7

19

III.

KESIMPULAN

Karsinoma endometrium adalah tumor ganas yang muncul dari sel-sel epitel
primer lapisan endometrium dan merupakan salah satu kanker ginekologi

dengan angka kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju.


Gambaran histopatologi karsinoma endometrium yang paling sering ditemui
adalah endometrioid adenokarsinoma di mana karakteristik tumor ini adalah

terdapat kelenjar yang mirip dengan endometrium normal.


Karsinoma endometrium dapat menyebabkan rekurensi dan menjadi

karsinoma sekunder dan juga bermetastasis melalui pembuluh limfe.


Karsinoma endometrium dihubungkan dengan endometrium terpapar
stimulasi estrogen secara kronis (hormonal) dari sumber endogen dan
eksogen lain.

20

DAFTAR PUSTAKA

Anwar M., et all. 2011. Ilmu Kandungan edisi 3. Tridasa Printer : Jakarta
Barlin JN, Puri I, Bristow RE. 2010. Cytoreductive surgery for advanced or
recurrent endometrial cancer: a meta-analysis, Gynecol Oncol, Vol.118(1) :
14-18.
Kokawa K, Shikone T, Nakano R. 2011. Apoptosis in the human uterine
endometrium during the menstrual cycle, J Clin Endocrinol Metab, Vol.
81 : 4144-47.
Koplajar M. 2012.

Uterine

Cancer

for

Laymen

http://www.cancerlinks.org/Endometrial/index.html

and

Student.

(diakses 16 Oktober

2015).
Nunobiki O, Taniguchi E, Ishii A, Tang W, Utsunomiya H, Nakamura Y, et al.
2013. Significance of hormone receptor status and tumor vessels in normal,
hyperplastic and neoplastic endometrium, Pathol Int, Vol. 53 : 846-52.
Schorge JO, et al. Endometrial Cancer. 2009. Dalam: Schorge JO, Schaffer JI,
Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG. Williams
Gynecology. USA:McGraw-Hill.
Simpson AN, Feigenberg T, Clarke BA, et al. 2014. Fertility sparing treatment
of complex atypical hyperplasia and low grade endometrial cancer using
oral progestin, Gynecol Oncol, Vol. 133(2):229-233.
Sonoda Y. 2010. Screening and the Prevention of Gynecologic Cancer :
Endometrial Cancer. Best bractice and research clin obstet and gynecol.
vol. 20 (2).
Wright JD, Barrena Medel NI, Sehouli J, Fujiwara K, Herzog TJ. 2012.
Contemporary management of endometrial cancer,

Lancet, Vol.

379(9823) : 1352-1360.

21

Anda mungkin juga menyukai