BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kementerian Kesehatan dalam RAPBN tahun 2014 mendapat alokasi
anggaran sebesar Rp44.859 miliar. Jumlah ini lebih tinggi Rp8.266,9 miliar atau
22,6 persen bila dibandingkan dengan pagu APBNP tahun 2013 sebesar
Rp36.592,2 miliar. Alokasi tersebut akan dimanfaatkan untuk melaksanakan
berbagai program, antara lain: Program pembinaan upaya kesehatan, Program
pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan (PPSDMK),
Program bina gizi dan kesehatan ibu dan anak, Program pengendalian penyakit
dan penyehatan lingkungan; dan Program kefarmasian dan alat kesehatan.
Pemerintah juga mengalokasikan anggaran bidang kesehatan dalam rangka
pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) kesehatan sebesar
Rp19.932,5 miliar diperuntukkan bagi kelompok penerima bantuan iuran (PBI)
untuk pembayaran premi sebesar Rp19.225 per orang per bulan untuk 86,4 juta
jiwa selama 12 bulan. Alokasi anggaran tersebut merupakan bagian dari anggaran
Kementerian Kesehatan dalam RAPBN tahun 2014.
Konsepsi Visi Indonesia Sehat 2015, pada prinsipnya sudah melakukan
pendekatan desentralisasi dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
sebuah paradigma yang yang sejalan dengan kewenangan daerah otonom untuk
menentukan arah dan model pembangunan di wilayahnya.
Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang
peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam
rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu
negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses (equitable
access to health care) dan pelayanan yang berkualitas (assured quality). Oleh
karena itu reformasi kebijakan kesehatan di suatu negara seyogyanya
memberikan fokus penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk
dan
berdaya-guna,
untuk
menjamin
terselenggaranya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(operational
cost)
yang
harus
disediakan
untuk
berlebihan
member
layanan
kesehatan
dengan
tujuan
2. Health Insurance
Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang dilakukan oleh
pihak ketiga atau pihak asuransi setelah pencari layanan kesehatan berobat.
Sistem health insurance ini dapat berupa system kapitasi dan system
Diagnose Related Group (DRG system).
Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa pelayanan
kesehatan dimana PPK menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta
untuk pelayanan yang telah ditentukkan per periode waktu. Pembayaran
bagi PPK dengan system kapitasi adalah pembayaran yang dilakukan oleh
suatu lembaga kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan dengan
pembayaran di muka sejumlah dana sebesar perkalian anggota dengan
satuan biaya (unit cost) tertentu. Salah satu lembaga di Indonesia adalah
Badan
Penyelenggara
JPKM
(Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan
lemah dalam pembayaran. Hal inilah yang masih menjadi pekerjaan rumah
bagi sistem kesehatan Indonesia.
Memang harus kita akui, bahwa tidak ada sistem kesehatan terutama
dalam pembiayaan pelayanan kesehatan yang sempurna, setiap sistem yang
ada pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun
sistem pembayaran pelayanan kesehatan ini harus bergerak dengan
pengawasan dan aturan dalam suatu sistem kesehatan yang komprehensif,
yang dapat mengurangi dampak buruk bagi pemberi dan pencari pelayanan
kesehatan sehingga dapat terwujud sistem yang lebih efektif dan efisien
bagi pelayanan kesehatan di Indonesia
2.3 Pembiayaan Kesehatan pada Tingkat Primer
Pembiayaan Kesehatan pada tingkat primer (Puskesmas) Demi
terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan
masyarakat
yang
menjadi
tanggungjawab
Puskesmas,
untuk
seterusnya
kabupaten/kota.
Puskesmas
diberikan
dibahas
bersama
kesempatan
DPRD
mengajukan
membiayai
upaya
kesehatan
perorangan
yang
dimanfaatkannya, dan besar biaya (retribusi) ditentukan oleh masingmasing pemerintah daerah. Seluruh pendapatan Puskesmas disetor
secara berkala ke kas negara melalui dinas kesehatan kabupaten/kota.
Total dana retribusi dari Puskesmas ini kemudian menjadi bagian dari
sejumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Selain dari retribusi yang
dipungut dari kantong pasien sebagai pemanfaat layanan, Puskesmas
juga menerima dana dari berbagai sumber antara lain, seperti: PT
Askes, Jampersal, Jamkesmas, Jamsostek, dll. Dengan diberlakukannya
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada tahun 2014, diharapkan
akan terjadi perubahan pada sistem pembiayaan Puskesmas. Melalui
SJSN pemerintah hanya akan bertanggungjawab untuk pemenuhan
pembiayaan upaya kesehatan masyarakat (UKM) sementara upaya
kesehatan perorangan (UKP) dibiayai oleh SJSN sebagai trust fund.
10
11
12
pelayanan
yang
diberikan,
melainkan
hanya
dengan
13
14
Kebanyakan
dari
pengambilan
keputusan
menganggap
15
ini
sulit
diwujudkan,
penyebab
utamanya
ialah
karena
16
a. Tingkat Inflasi
Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat
inflasi yang terjadi di masyarakat. Demikianlah apabila terjadi kenaikan
harga di masyrakat, maka secara otomatis biaya infestasi dan juga biaya
operasional pelayanan kesahatan akan meningkat pula. Ambil contoh di
Amerika Serikat misalnya, sebagai akibat inflasi yang terjadi sepanjang
periode januari 1973- juli 1974, maka setiap rumah sakit di Negara
tersebut harus mengeluarkan biaya tambahan sebesar 15% lebih tinggi
untuk pembelian bahan makanan dan 17% lebih tinggi untuk pembelian
bahan bakar. Bertamahnya pengeluaran yang seperti ini, tentu akan
besar pengaruhnya terhadap peningkatan biaya kesehatan secara
keseluruhan.
b. Tingkat Permintaan
Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat
permintaan yang ditemukan di masyarakat.Untuk bidang kesehatan
peningkatan permintaan tersebut dipengaruhi setidak-tidaknya oleh dua
factor. Pertama, karena meningkatnya kuantitas penduduk yang
memerlukan pelayanan kesehatan, yang karena jumlah orangnya lebih
banyak menyababakan biaya yang harus disediakan dan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan akan lebih baik pula. Kedua,
karena meningkatnya kualitas penduduk, yang karena pendidikan dan
penghasilannya lebih baik, membutuhkan pelayanan kesehatan yang
lebih baik pula. Kedua keadaan yang seperti ini, tentu akan besar
pengaruh pada peningkatan biaya kesehatan.
c. Kemajuan Ilmu dan Teknologi
Meningkatnya
biaya
kesehatan
sangat
dipengaruhi
oleh
17
biaya
kesehatan
sangat
dipengaruhi
oleh
perubahan pola pelayanan kesehataan. Pada saat ini sebagai akibat dari
perkembangan spesialisasi dan subspesialisasi menyebabakan pelayanan
kesehatan tekotak-kotak (fragmented health services) dan satu sama lain
tidak berhubungan. Akibatnya tidak mengherankan jika kemudian sering
dilakukan pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang yang pada
18
akhirnya akan membebani pasien. Lebih dari pada itu sebagai akibat
banyak dipergunakan para spesialis dan subspesialis menyebabakan hari
perawatan
juga
akan
meningkat.
Penelitian
yang
dilakukan
akibat
makin
seringnya
tuntutan
hukum
atas
dokter
menyebabkan premi yang harus dibayar oleh dokter dari tahun ke tahun
tampaknya semakin meningkat. Menurut penelitian AMA Law
Departemant(1958) jumlah uang yang beredar untuk asuransi profesi
pada tahun 1958 tidak kurang dari US$ 45 sampai US$ 50 juta setahun.
Pada tahap-tahap selanjutnya, sejalan dengan makin sering diajukannya
tuntutan hukum atas dokter, maka jumlah premi yang harus dibayar
tampak makin meningkat. Altman (1975) memperkirakan setiap Rumah
Sakit di Amerika Serikat pada tahun 1975 harus mengeluarkan biaya
asuransi tidak kurang dari US$ 850 per tahun per tempat tidur yang
dimilikinya. Kedua, melakukan pemeriksaan yang berlebihan oleh
Rubin ( 1973) dilaporkan pemeriksaan yang berlebihan ini telah
19
20
BAB III
KESIMPULAN
21
menjadi dua, yakni biaya pelayanan kedokteran dan biaya pelayanan kesehatan
masyarakat. Syarat pokok pembiayaan kesehatan adalah jumlah, penyebaran dan
pemanfaatan. Sedangkan fungsi pembiayaan kesehatan adalah penggalian dana,
pengalokasian dana dan pembelanjaan. Masalah pokok pembiayaan kesehatan antara
lain seperti kurangnya dana yang tersedia, penyebaran dana yang tidak sesuai,
pemanfaatan dana yang tidak tepat, pengelolaan dana yang belum sempurna serta
biaya kesehatan yang makin meningkat. Sedangkan upaya penyelesaian yang dapat
ditempuh seperti meningkatkan jumlah dana, memperbaiki penyebaran, pemanfaatan
dan pengelolaan dana, serta mengendalikan biaya kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
22