Oleh :
Rizqina Putri
1008151821
Pembimbing :
dr. Surya Hajar, Sp.P
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik
yang progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin
memburuk secara lambat dari tahun ke tahun. Dalam perjalanan penyakit ini
terdapat fase-fase eksaserbasi akut. Berbagai faktor berperan pada perjalanan
penyakit ini, antara lain faktor resiko yaitu faktor yang menimbulkan atau
memperburuk penyakit seperti kebiasaan merokok, polusi udara, polusi
lingkungan, infeksi, genetik dan perubahan cuaca.1
Derajat obtruksi saluran nafas yang terjadi, dan identifikasi komponen
yang memugkinkan adanya reversibilitas. Tahap perjalanan penyakit dan penyakit
lain diluar paru seperti sinusitis dan faringitis kronik. Yang pada akhirnya faktorfaktor tersebut membuat perburukan makin lebih cepat terjadi. Untuk melakukan
penatalaksanaan PPOK perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut, sehingga
pengobatan PPOK menjadi lebih baik.1
Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan yang
mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang merupakan
kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan
aliran masuk dan keluar udara paru-paru.2
Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan
gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan
oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan
dalam masa observasi beberapa waktu.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) menurut Global Initiative for
Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) adalah penyakit kronik yang ditandai
oleh hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Keterbatasan aliran
udara ini berhubungan dengan respon inflamasi paru abnormal dan progresif
terhadap gas atau partikel yang berbahaya.1
Penyakit paru obstruksi kronik terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema
atau gabungan keduanya. Bronkitis kronik adalah kelainan saluran napas yang
ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal tiga bulan dalam setahun, sekurangkurangnya dua tahun berturut-turut. Sedangkan emfisema adalah suatu kelainan
anatomis paru yang ditandai dengan pelebaran bagian distal bronkiolus terminal
disertai kerusakan dinding alveoli.2
2.2 Epidemiologi
Prevalensi dan angka mortalitas PPOK terus meningkat. Di Amerika
Serikat diperkirakan terdapat 115.000 kematian pada tahun 2000. Pada tahun
2020, The Global Burden of Disease Studies memperkirakan bahwa PPOK akan
menduduki peringkat ketiga penyakit penyebab kematian dan peringkat kedua
belas penyebab penyakit dan juga sebagai peringkat keempat penyakit penting
yang menimbulkan kecacatan.1
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992,
PPOK bersama asma bronkial menduduki peringkat keenam dan merokok
merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di negara berkembang.3
Di Indonesia penyakit bronkitis kronik dan emfisema meningkat seiring
dengan meningkatnya jumlah orang yang menghisap rokok dan pesatnya
kemajuan industri. PPOK merupakan masalah kesehatan umum dan menyerang
sekitar 10% penduduk usia 40 tahun ke atas.3
2.3 Etiologi
Menurut American Thoracic Society (ATS), faktor risiko terjadinya PPOK,
yaitu :4
a. Faktor host
Spirometri normal
VEP1 < 30% prediksi atau VEP < 50% prediksi + gagal napas.
2.5 Patogenesis
Pada bronkhitis kronis perubahan awal terjadi pada saluran udara yang
kecil. Selain itu, terjadi destruksi jaringan paru disertai dilatasi rongga udara distal
(emfisema),
yang
menyebabkan
hilangnya
elastic
recoil,
hiperinflasi,
Ekspirasi PPOK
Ekspirasi sulit karena penurunan
(a) Normal
(b) PPOK
disertai
sesak
mengi,
napas
batuk
bertambah,
disertai
dengan
dan depresi.
Spirometri
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Adanya keluhan sesak napas, batuk-batuk kronis, sputum yang produktif,
faktor risiko (+), PPOK ringan dapat tanpa keluhan atau gejala, riwayat paparan
dengan faktor risiko, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat keluarga PPOK,
riwayat eksaserbasi dan perawatan di RS sebelumnya, komorbiditas, dan dampak
penyakit terhadap aktivitas.5
2. Pemeriksaan fisik : - Pernapasan pursed lips
- Takipnea
- Dada emfisematous atau barrel chest
- Tampilan fisik pink puffer atau blue bloater
- Bunyi napas vesikuler melemah
- Ekspirasi memanjang
- Ronki kering atau wheezing
- Bunyi jantung jauh5
3. Diagnosis pasti dengan uji spirometri :
- FEV1/FVC, 70%.
- Uji bronkodilator (saat diagnosis ditegakkan) : FEV1 pasca bronkodilator,
80% prediksi.5
4. Laboratorium
- Rutin
4. Nutrisi
-
Terapi Farmakologis5
1. Bronkodilator
-
3 golongan :
Antikolinergik
ipratropium
bromide,
oksitroprium
bromide
2. Steroid, pada :
-
PPOK dengan FEV1 < 50% prediksi (stadium IIB dan III)
Eksaserbasi akut.
Antioksidan : N-asetil-sistein
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah :9
a. Gagal napas
- Gagal napas kronik
Hasil analisis gas darah PO2 < 60 mmHg, PCO2 > 60 mmHg, dan pH normal,
penatalaksanaan :
Bronkodilator adekuat.
Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu tidur.
Antioksidan
Demam
Kesadaran menurun
b. Infeksi berulang
Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan
terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Pada
kondisi kronik ini imunitas menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya
kadar limfosit darah.
c. Kor pulmonal
Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50%, dapat disertai
gagal jantung kanan.
2.10 Prognosis
Prognosis PPOK bergantung pada umur dan gejala klinis waktu berobat.
Pada pasien yang berumur <50 tahun dan datang dengan keluhan sesak nafas yang
ringan, 5 tahun kemudian akan terlihat ada perbaikan. Tetapi bila pasien itu datang
dengan sesak nafas sedang, maka 5 tahun kemudian 42% pasien akan sesak lebih
berat dan meninggal. Pada pasien yang berumur > 50 tahun dengan sesak nafas
ringan, 5 tahun kemudian 50% pasien akan lebih berat atau meninggal.10
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Identitas pasien :
Nama
: Tn. D
Umur
: 80 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Status
: Menikah
Masuk RS
: 08 Juli 2014
Sejak 1 hari SMRS pasien mengeluhkan sesak napas dan batuk yang
semakin berat. Pasien dibawa ke IGD RSUD Arifin Achmad dan mulai
dirawat inap. Demam tidak ada, penurunan berat badan yang signifikan
selama pasien sesak dan batuk tidak ada, nafsu makan tidak menurun.
BAB dan BAK normal.
Riwayat DM (+)
Hipertensi (-)
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama seperti
pasien
Dahulu pasien bekerja sebagai pedagang keliling dan telah berhenti sejak
10 tahun yang lalu
Riwayat merokok (+), sejak usia 15 tahun sebanyak 7 bungkus perhari dan
berhenti merokok 3 tahun yang lalu
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
HR
RR
Suhu
BB
TB
IMT
Mulut
Leher
Paru :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
: Perut datar, simetris kiri dan kanan. Venektasi (-). Distensi (-)
Auskutasi
Palpasi
: Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Perkusi
:Timpani
Ekstremitas :
Teraba hangat (+), CRT < 2, Edema (-).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
-Darah rutin (08 juli 2014)
Hb
:11,9 gr/dl
Ht
: 36,8%
Leukosit
: 13.600/mm3
Trombosit
:217.000/mm3
: 183 mg/dl
Ureum
: 39 mg/dl
Kreatinin
: 0.63 mg/dl
AST
: 18 IU/L
ALT
: 18 U/L
ALB
: 3.06 g/dl
Pulmo : Gambaran hiperlusen di kedua lapangan paru, sela iga mendatar, dada
emfisematous, diafragma letak rendah
Kesan : PPOK
RESUME :
Tn. D, 80 tahun masuk ke RSUD AA tanggal 08 Juli 2014 dengan keluhan
sesak nafas yang makin memberat sejak 1 hari SMRS. Dari anamnesis didapatkan
keluhan sesak mulai dirasakan sejak 8 tahun yang lalu disertai batuk hilang
timbul, disertai atau tanpa dahak. Kadang dahak berwarna hijau dan putih.
Terkadang terdengar suara nafas ngik pada saat pasien sesak. Demam tidak ada,
penurunan berat badan yang signifikan selama pasien sesak dan batuk tidak ada,
nafsu makan tidak menurun. Riwayat merokok (+), sejak usia 15 tahun sebanyak
7 bungkus perhari dan berhenti merokok 3 tahun yang lalu dan pernah konsumsi
alkohol 20 tahun yang lalu. Riwayat asma (-), TB (+).
Dari pemeriksaan fisik umum didapatkan TD 150/100 mmHg, HR 88 x/i,
RR 30 x/i, suhu 36,5oC. Tampak pursed-lip breathing (+). Pada pemeriksaan fisik
paru didapatkan terdapat penggunaan otot bantu pernapasan, vokal fremitus
melemah di basal paru dekstra, sonor diseluruh lapangan paru sinistra dan pekak
di paru dekstra juga ditemukan vesikuler (+/+) melemah, ronki (+/+) pada basal
paru dan heezing (+/+)
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan leukositosis, rongent PPOK,
karsinoma pulmonal, pelebaran dan dilatasi ventrikel kiri. Ejection Fraktion 55 %.
DAFTAR MASALAH
1. PPOK EKSASERBASI AKUT
2. KARSINOMA PULMONAL
3. CHF
DIAGNOSIS
PPOK Eksaserbasi Akut Sedang + Karsinoma Pulmonal Dekstra + CHF.
RENCANA PEMERIKSAAN
1. Spirometri
2. AGD
3. Bronkoskopi + Patologi anatomi
RENCANA PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
-
Tidak merokok
O2 3L/menit
Farmakologi
-
IVFD NaCl 0,9% + bolus aminofilin 350 mg. Kemudian drip aminofilin 35
mg/jam.
Salbutamol 2 x 2 mg
Ambroxol 3 x 30 mg
GG 3 x 100 mg
FOLLOW UP
07 Juli 2014
S
08 Juli 2014
S
: sesak napas (+) mulai berkurang, batuk dan dahak sulit dikeluarkan.
PEMBAHASAN
Keluhan sesak nafas pada pasien dapat disebabkan kelainan pada paru dan
jantung. Pada pasien ini ditegakkan diagnosis PPOK karena adanya keluhan sesak
nafas yang bertambah berat seiring berjalannya waktu (progresif dan kronik).
Sesak napas dirasakan terutama saat beraktivitas. Gejala sesak nafas sudah sering
dirasakan pasien berulang-ulang dalam 1 tahun terakhir dan sering batuk yang
hilang timbul yang disertai atau tanpa dahak. Setiap batuk kronik berdahak dapat
mengidentifikasikan PPOK. Pasien ini mengalami PPOK dengan eksaserbasi akut
karena adanya keluhan sesak nafas yang bertambah dan batuk dengan produksi
sputum namun sulit untuk dikeluarkan. Dimana berdasarkan tipe dari gejala
eksaserbasi akut pasien ini diklasifikasikan tipe sedang karena memenuhi 2 gejala
tersebut. Pasien memiliki riwayat merokok 1-2 bungkus/hari sejak usia 13 tahun
dan berhenti sejak 1 tahun yang lalu. Didapatkan indeks Brinkman (IB) = 736
yang termasuk dalam kategori berat (berat 600) dimana merokok pada dasarnya
merupakan faktor pemicu PPOK terbanyak (95% kasus) dinegara berkembang.
Batuk yang disertai dengan peningkatan jumlah sputum merupakan salah satu
proses dari adanya bronkitis kronis pada pasien. Fakor etiologi peradangan
bronkus ini bisa diakibatkan oleh terpajannya paru dengan asap rokok yang lama
dan juga paparan dari polusi udara.
Merokok faktor risiko yang dapat menyebabkan suatu proses hipertrofi
kelenjar mukus
bronkial
sehingga
menyebabkan batuk produktif. Pada bronkitis kronis (batuk produktif > 3 bulan
atau selama lebih dari 2 tahun) perubahan awal terjadi pada saluran udara yang
kecil, selain itu terjadi destruksi jaringan paru disertai dilatasi rongga udara
(emfisema),
yang
menyebakan
hilangnya
elastic
recoil,
hiperinflasi,
jantung
ditegakkan
berdasarkan
kriteria
framigham
dan
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mansjoer A, Triyanti K,
10.