Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi
dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur
terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local.
Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian,
penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara
segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2001).
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan
pada bayi dan infant. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi
yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan
fibula.(Yuliani 2010). Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi
neonatal adalah sekitar 1 kasus per1.000. Kejadian tahunan pada pasien dengan anemia sel
sabit

adalah

sekitar 0,36%.

Insiden osteomielitis vertebral

adalah sekitar

2,4 kasus

per 100.000 penduduk. Kejadian tertinggi pada Negara berkembang. Tingkat mortalitas
osteomielitis adalah rendah, kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang
mendasari. (Randall, 2011)
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam
makalah ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis.
C. TUJUAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan osteomielitis.


Untuk mengetahui penyebab osteomielitis.
Untuk mengetahui patofisiologi dari osteomielitis
Untuk mengetahui jenis-jenis dari osteomielitis
Untuk mengetahui manifestasi klinis pada pasien yang mengalami osteomielitis.
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bagi klien dengan osteomielitis.
Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada klien yang mengalami
osteomielitis.

8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan klien yang mengalami osteomielitis.

BAB II

PEMBAHASAN
A. DEFENISI
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan dari pada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Smeltzer, Suzanne
C, 2002).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2000).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari
darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka
atau reduksi (osteomielitis eksogen) (Corwin, 2001).
B. ETIOLOGI
Adapun penyebab penyebab osteomielitis ini adalah:
1. Bakteri
Menurut

Joyce

&

Hawks

(2005),

penyebab

osteomyelitis

adalah Staphylococcus aureus(70%-80%), selain itu juga bisa disebabkan


oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia,
2000) yaitu:
1. Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari
fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi
terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain
ke tulang.
Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan
lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan

panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di


mana terdapat trauma.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka,
cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda
yang tercemar yang menembus tulang.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan
lunak Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah
beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang
mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di
kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus
yang terinfeksi).
Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya
awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis
kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitis
kronis akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Luka
tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan
intramuskular dapat menyebabkan osteomyelitis eksogen. Osteomyelitis akut biasanya
disebabkan oleh bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya
buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita
artritis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, menjalani pembedahan ortopedi,
mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.
C. KLASIFIKASI OSTEOMIELITIS
1. Osteomielitis menurut penyebarannya terbagi menjadi 2 yaitu ;
a. Osteomyelitis primer penyebarannya secara hematogen

dimana

mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi
darah.
b. Osteomyelitis Sekunder terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya
akibat dari bisul, luka, fraktur, dan sebagainya (Mansjoer, 2000).
2. Osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas ;

a. Osteomyelitis akut
Nyeri daerah lesi
Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
Pembengkakan lokal
Kemerahan
Suhu raba hangat
Gangguan fungsi
Lab = anemia, leukositosis
b. Osteomyelitis kronis
Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
Gejala-gejala umum tidak ada
Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
Lab = LED meningkat
D. PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus,
Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin,
nosokomial, gram negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama
(akut fulminan stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau
infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen
dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada
tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan
tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke
bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali
bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering
harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar.
Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak.
Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun

tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap
rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe
kronis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Infeksi dibawa oleh darah
Biasanya awitannya mendadak.
Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam
tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum).
2. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
3. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung
Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
4. Osteomyelitis kronik
Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami
periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endapan darah.
2. Pemeriksaan titer antibodianti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas.
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi
oleh bakteri Salmonella.
4. Pemeriksaan Biopsi tulang.
5. Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.

G. PENATALAKSANAAN
Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan
mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit
beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Kultur
darah, swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih
antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu pathogen.
Begitu spesimen kultur diperoleh dimulai terapi antibiotika intravena, dengan asumsi
bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap peningkatan semi sintetik atau
sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut
menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu
sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus-menerus tinggi.
Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah
diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol antibiotika dapat
diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika
oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibioka, tulang yang terkena
harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diirigasi
secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Terapi antibiotika dilanjutkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah.
Dilakukan sequestrektomi (pangangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat
mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk menjalankan
rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan
kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang
permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang
tampon agar dapat diisi oleh jaringan grunulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari.
Dapat dipasang drainase berpenghisap untuk mengontrol hematoma dan membuang debris.
Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi
samping dangan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan grafit tulang kanselus untuk
merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer

tulang berpembuluh darah atau flap otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya
namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan
asupan darah, perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang
dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, yang kemudian memerlukan
stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk
mencegah terjadinya patah tulang (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
H. PENCEGAHAN
Pencegahan Osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi fokal dapat
menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat
mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatikan terhadap lingkungan
operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat
pembedahan dan Selama 24 sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik
perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan
potensial terjadinya osteomielitis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan
Identifikasi awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritema, demam
atau keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam.
Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera,
infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya.
Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan
operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-faktor tersebut adalah sumber
potensial terjadinya infeksi.
2. Pemeriksaan fisik

Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila
dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik
menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah,
bengkak, nyeri, maupun eritema.
3. Riwayat psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh,
takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu
mengkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga,
pekerjaan atau sekolah.
4. Pemeriksaan diagnostic
Hasil laboratorium menunjukkan adanya leukositosis dan laju endap darah
meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya
osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi
tulang atau MRI.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan osteomielitis
adalah :
1.
2.
3.
4.

Nyeri b/d inflamasi dan pembengkakan.


Kerusakan mobilitas b/d nyeri
Gangguan intergritas kulit b/d efek pembedahan ; imobilisasi.
Resiko terhadap penyebaran infeksi b/d pembentukan abses tulang, kerusakan
kulit

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
dan ketidaknyamanan berkurang, serta tidak terjadi kekambuhan nyeri dan komplikasi
Kriteria hasil :

Tidak ada nyeri, klien tampak rileks, tidak ada mengerang dan perilaku
melindungi bagian yang nyeri, frekuensi pernapasan 12-24 per menit, suhu klien
dalam batas normal (36C-37C) dan tidak adanya komplikasi.
Intervensi :
a. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
b. Tinggikan ekstermitas yang mengalami nyeri
c. Hindari penggunaan sprei atau bantal plastic dibawah ekstermitas yang
mengalami nyeri
d. Evaluasi keluhan nyeri atau ketidak nyamanan. Perhatikan lokasi dan
karakteristik, termasuk intensitas (skala nyeri 1-10). Perhatikan petunjuk
nyeri perubahan pada tanda vital dan emosi atau perilaku.
e. Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan infeksi
pada tulang.
f. Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif atau akfif
g. Beri alternative tindakan kenyamanan seperti pijatan, punggung atau
perubahan posisi.
h. Dorong menggunakan tehnik managemen stress, seperti relaksasi progresif,
latihan napas dalam, imajinasi visualisasi, dan sentuhan terapeutik.
i. Selidiki adanya keluhan nyeri yang tak biasa atau tiba-tiba, lokasi progresif
atau buruk tidak hilang dengan analgesik.
j. Jelaskan prosedur sebelum melakukan tindakan keperawatan.
k. Lakukan kompres dingin 24-48 jam pertama dan sesuai kebutuhan.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan mobilitas fisik
yaitu klien mampu beradaptasi dan mempertahankan mobilitas fungsionalnya
Kriteria hasil :
Meningkatkan atau mempertahankan mobilitas, mempertahankan posisi
fungsional, meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit dan mengkompensasikan
bagian tubuh.
Intervensi :
a. Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan adalah cedera atau pengobatan dan
perhatikan persepsi pasien terhadap mobilisasi
b. Bantu atau dorong perawatan diri atau keberihan diri (mandi,mencukur)
c. Awasi tekanan darah klien dengan melakukan aktivitas fisik, perhatikan
keluhan pusing

d. Tempatkan dalam posisi terlentang atau posisi nyaman dan ubah posisi secara
periodic
e. Awasi kebiasaan eliminasi dan berikan ketentuan defekasi rutin
f. Berikan atau bantu mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat sesegera
mungkin
g. Konsul dengan ahli terapi fisik atau rehabilitasi spesialis
h. Rujuk ke perawat spesialis psikiatrik klinik atau ahli terapi sesuai indikasi
3. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah
gangguan infeksi kulit teratasi dan kembali dalam batas normal.
Kriteria hasil :
Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk
mencegah kerusakan kulit, memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.

Intervensi :
a. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan dan
perubahan warna kulit
b. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan
c. Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit sesuai
indikasi
d. Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan dengan alcohol
atau bedak dengan jumlah sedikit berat
e. Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau lepaskan
gips, dan dukung bantal setelah pemasangan
f. Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada akhir dan
bawah beban atau gips.
4. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang,
kerusakan kulit
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka diharapkan
penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak terjadinya infeksi yang
berkelanjutan.
Kriteria hasil :

Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan
demam dan juga tidak terjadinya infeksi yang berkepanjangan
Intervensi :
a. Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas
b. Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau
adanya edema atau eritema atau drainase atau bau tidak sedap
c. Berikan perawatan luka
d. Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit kecoklatan
bau drainase yang tidak enak atau asam
e. Kaji tonus otot, reflek tendon
f. Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal atau
enterna ekstermitas cedera
D. EVALUASI
Hasil yang diharapkan :
1. Mengalami Peredaan Nyeri
Melaporkan berkurangnya nyeri
Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
Tidak mengalami ketidaknyamanan bila bergerak
2. Peningkatan mobilitas fisik
Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri
Mempertahankan fungsi penuh ektremitas yang sehat
Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
3. Tidak adanya infeksi
Memakai antibiotika sesuai resep
Suhu badan normal
Tidak ada pembengkakan
Tidak ada pus
Angka leukosit dan laju endap darah kembali normal
Biakan darah negative
4. Mematuhi rencana terapeutik
Memakai antibiotika sesuai resep
Melindungi tulang yang lemah
Memperlihatkan perawatan luka yang benar
Melaporkan bila ada masalah segera
Makan diet seimbang dengan tinggi protein, vitamin C dan D
Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjut
Melaporkan peningkatan kekuatan

Tidak

melaporkan

peningkatan

suhu

badan

atau

kekambuhan

nyeri,

pembengkakan, atau gejala lain di tempat tersebut (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi
dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur
terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau
penyuntikan intramusculus dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut
biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur, dan mikro-organisme lain.
Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local.
Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian,
penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara
segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi.
B. SARAN
Dalam suatu penerapan asuhan keperawatan pada klien osteomielitis diperlukan
pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat. Sebagai mahasiswa keperawatan kita
harus lebih meningkatkan pengetahuan tentang osteomielitis dan memberikan informasi atau
health education dengan benar mengenai osteomielitis kepada masyarakat umum terutama
pasien yang menderita osteomielitis.

Anda mungkin juga menyukai