Program Studi Manajemen
Program Studi Manajemen
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERDEKA SURABAYA
2013
PERTE POKOK BAHASAN
MUAN
1
Pengertian Audit
manajemen
Tujuan Audit
manajemen
Manfaat Audit
Manajemen
Tahapan Audit
Manajemen
Konsep Audit
Manajemen
Pengendalian Intern
Audit
Hubungan Sistem
Pengendalian Intern
dengan Audit
Manajemen
Hubungan antar
manusia dalam
manajemen audit
Hubungan kerjasama
antara manajemen dan
eksternal audit
4,5
BAB IV: Audit Manajemen Kinerja
Manajerial
6,7
BAB V : Audit Manajemen Sumber
Daya manusia (SDM)
Hubungan kerjasama
antara manajemen
auditor dengan auditee
komunikasi
manajemen audit
Audit Kinerja
Manajerial
Pengertian Sistem,
Pengendalian,
Manajemen.
Sistem Pengendalian
Manajemen
Hakeket Pengendalian
Manajemen
Lingkungan
Pengendalian
Proses Pengendalian
Manajemen
Pengendalian Tugas
Batasan Pengendalian
Manajemen
Pengetian Audit
Sumber Daya Manusia
UJIAN
TENGAH
10,11
BAB VII : Audit Manajemen Fungsi
Pemasaran
Audit Atas
Pengurangan SDM
SEMESTER
Audit Laporan
Keuangan.
Fungsi Manajemen
keuangan
Kegiatan Fungsi
Keuangan
Prosedur
Pengendalian Fungsi
Keuangan
Audit Manajemen
Pemasaran
Bentuk Audit
Pemasaran Pemasaran
Tahapan-tahapan Audit
Pemasaran
BAB
12 VIII : Audit Manajemen Fungsi
Pembelian
13
BAB IX : Audit Manajemen Fungsi
Manufaktur Manufaktur
14,15
BAB X : Audit Manajemen Terhadap
Kepastian Mutu
Proses Manajemen
Pemasaran
Audit Lingkungan
Pemasaran
Audit Strategi
Pemasaran
Funsi Pembelian
Tujuan Pembelian
Pengertian Audit
Manufaktur
Pelaksanaan audit
manufacturing
Alasan Melakukan
Audit Mutu
Manfaat Audit
Manajemen Mutu
UJIAN
AKHIR
SEMESTER
DAFTAR PUSTAKA :
BAB I
DASAR-DASAR AUDIT
1.1
1.2
1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
penelitian akan diubah sesuai dengan tujuan perencanaan dan mengevaluasi keadaan
lingkup tertentu. e.
Laporan
Dari hasil pengujian dan pemeriksaan yang dijelaskan dilaksanakan, kemudian dibuat
laporan hasil audit secara menyeluruh yang merupakan kesimpulan atas pemeriksaan
yang dilakukan.
BAB II
PENGELOLAAN AUDIT
2.1
1.
2.
3.
1.
Otoritas ( wewenang)
Setiap transaksi harus mendapat otoritasi semestinya berdasarkan struktur dan
kebijakan perusahaan. Dalam keadaan atau masalah-masalah tertentu sangat mungkin
diperlukan otorisasi khusus.
2.
Pencatatan
Pencatatan atas transaksi harus dilaksanakan sebagaimana mestinya dan pada waktu
yang tepat dengan uraian yang wajar. Transaksi yang dicatat adalah transaksi yang
benarbenar terjadi dan lengkap.
3.
Perlindungan
Harta fisik berwujud tidak boleh berada di bawah pengawasan/ penjagaan dari mereka
yang bertanggung jawab. Dalam hal ini Pengendalian Intern memperkecil resiko
terjadinya kecurangan oleh karyawan atau manajemen sekalipun.
4.
Rekonsiliasi
Rekonsiliasi secara kontinu dan periodik antar pencatatan dengan harta fisik harus
dilakukan misalnya mencocokkan jumlah persediaan barang antara kartu persediaan
dengan persediaan fisik di gudang.
5.
Penilaian
Harus dibuat ketentuan agar memberikan kepastian bahwa seluruh harta perusahaan
dicatat berdasarkan nilai yang wajar. Tidak boleh terjadi over maupun undervalved atas
harta tersebut.
2.3
Audit manajemen atas piutang dilihat apakah piutang yang jatuh tempo telah ditagih.
Pemeriksaan selanjutnya adalah kebijakan prosedur pembentukan piutang ragu-ragu
dan dikaitkan dengan kerugian piutang tak tertagih. Oleh karena itu, harus dilakukan
pula audit atas penerimaan kas hasil penagihan piutang. Harus dilaksanakan
pemeriksaan atas pengendalian intern terhadap fungsi penerimaan penagihan piutang.
Program Manjemen Audit Atas Fungsi Penjualan Terdapat 4 kriteria alat yang
pemeriksaan manajemen terhadap penjualan, piutang usaha serta penagihan yaitu :
1.
Tujuan
Tujuan penjualan harus ditetapkan oleh bagian penjualan yang didukung oleh bagian
pemasaran keberhasilan usaha penjualan dievaluasi dengan membandingkan target
penjualan dengan hasisesungguhnya yang dicapai. Apabila ada perbedaan maka
segera dicari penyebab pembeda untuk menjadi rekomendasi langkah selanjutnya bagi
manajemen.
2.
Perencanaan
Perencanaan yang memadai harus disusun dengan strategi tujuan adalah membuat
suatu program administrasi yang mendukung keberhasilan penjualan. Selain itu disusun
strategi penjualan berikutnya yaitu menciptakan dan mempertahankan jaringan
distribusi dan terakhir kebijakan penjualan efektif. Setiap upaya pencapaian strategi
harus dibuat rencana yang mendukung.
3.
Pengorganisasian
Setiap fungsi penjualan harus terorganisir dengan baik karena penjualan adalah tingkat
pekerjaan terutama. Bagian penjualan harus memiliki pegawai yang cakap dan
komunikatif seta keahlian khusus dalam menjual produk.
4.
Pengawasan
Pengawasan harus menjamin ramalan penjualan dapat berjalan efektif dan mendukung
fungsi bagian lain serta perusahaan secara keseluruhan. Pengawasan harus memberi
keyakinan manajemen mampu mengontrol hasil penjualan dan memastikan adanya
suatu studi pasar untuk memenangkan persaingan pasar.
BAB III
PERILAKU AUDITOR DALAM PELAKSANAAN AUDIT MANAJEMEN
3.1
1.
1.
Perlu kita fahami bahwa hubungan yang terjadi antara internal auditor dengan
auditee-nya adalah hubungan kerja biasa. Hubungannya seperti hubungan kerja antara
satu bagian dengan bagian lainnya. Hubungan ini mempunyai tujuan seperti apa yang
diinginkan dalam suatu perusahaan adalah menciptakan perusahaan yang sehat dan
berkembang secara wajar. Walaupun dari pihak auditee terdapat perbedaan sudut
pandang tapi pada hakekatnya tujuannya adalah sama.
Karena posisi Internal Auditor adalah Staf dari Pimpinan Puncak (Dirut). Ia
tentunya diharapkan memiliki pengetahuan dalam bidang :
1.
Teknis operasional.
2.
Teknis operasional auditing.
3.
Hubungan antar manusia yang efektif.
Keberhasilan tugasnya secara konsepsional merupakan penjabaran dari apa yang
dimilikinya itu.
Dengan demikian keberhasilan pelaksanaan tugasnya akan sangat dipengaruhi
oleh :
Kemampuan mengolah masukan yang diperolehnya menjadi satu keluaran yang
bermakna
2.
Cara/metode/prosedur yang digunakan dalam pelaksanaan tugasnya.
3.
Proses interaksi kerjasama yang terjadi antara dirinya dengan kelompok.
Jika diperhatikan faktor ke 3 itu, maka hubungan yang terjadi memang menjadi
ikut berperan. Apalagi kalau diperhatikan bahwa selalu ada kesan bahwa kegiatan audit
seringkali disalah artikan sebagai kegiatan untuk mencari kesalahan. Hal tersebut harus
selalu dicoba untuk disingkirkan dan diganti dengan pengertian yang lebih positif. Ini
hanya bisa dibina jika terdapat kerjasama yang efektif antara kedua pihak atau dapat
dihindarkan timbulnya konflik yang merugikan.
Dengan demikian pembinaan hubungan antar auditor dengan auditee harus
didasarkan pada sasaran kepentingan bersama dalam posisi mereka sebagai anggota
organisasi. Perbedaan yang ada secara fungsional tidak boleh dijadikan titik tolak
mempertentangkan posisi dalam kegiatan mencapai sasaran tersebut. Hal ini dalam
pelaksanaannya memang sulit, karena pemahaman dari para pihak baik auditor
maupun auditee yang sering kali punya persepsi yang berbeda.
Tugas fungsional sedapat mungkin diusahakan hanya untuk mencari dan
menyediakan informasi secara obyektif. Khusus bagi Auditor, maka pengolahan dan
penilaian hasil harus didasarkan pada standar dan penilaian yang profesional sifatnya
dan hal ini tentunya telah diatur dalam pedoman kerja para auditor intern. Singkatnya
hubungan antara Auditor dengan Auditee-nya harus dikembangkan dalam bentuk
hubungan kerja. Pendekatan yang digunakan berorientasi pada pemecahan masalah
dan pengambilan
keputusan
atas berbagai alternatif dengan orentasi
peningkatan/perbaikan bagi organisasi bank secara menyeluruh. Menempatkan hal-hal
tersebut dalam bentuk konsep seperti yang diuraikan diatas bukanlah perkara mudah.
Perlu kematangan kedua pihak buat memahami posisinya masing-masing dalam
bentuk yang lebih konkrit.
Peranan internal auditor
Peran sebagai Problem Solver
Temuan Audit pada hakekatnya adalah problem. Internal Auditor harus mampu
menggunakan metode problem solving yang rasional sifatnya. Rangkaian proses
berfikir analisis yang standar perlu dikuasai secara mantap. Hal ini juga sangat
membantunya untuk cepat dalam mengambil kesimpulan/keputusan. Informasi yang
dikemukakan harus obyektif dan benar-benar merupakan fakta. Pengembangan
berbagai alternatif perbaikan harus mampu pula dihasilkannya dan dapat diterapkan
sesuai dengan kondisinya.Dalam kaitan ini maka sang auditor perlu memahami akar
permasalahan, serta mampu menganalisisnya, sehingga solusi yang direkomadasikan
menjadi valid. Disini auditor perlu memahami bagaimana bobot temuan yang menjadi
problem tersebut. Bagaimana intensitasnya. Dia perlu menilai siklusnya, akibatnya,
ramalan-ramalan kejadian sebagai akibat yang akan terjadi dari temuan tersebut. Jika
hal tersebut dilaksanakannya dengan baik, maka pemecahan konflik, yang tidak
mungkin dihindarkan akan dapat diselesaikan secara rasional dan memuaskan bagi
semua pihak.
2.
Peran sebagai Conflict Resolution
Temuan audit yang ada dari pelaksanaan audit bisa menjurus pada timbulnya konflik
bila seorang auditor kurang mampu untuk menyelesaikannya dengan auditee. Konflik
itu sendiri adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang
memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan. (Christ Mitchell, Thr Structur Of
International Conflict, Macmillan. London,1981, Bab 1).Dalam kaitan ini maka masalah
penyelarasan agar menjadi sejalan antara auditor dan auditee dalam mencapai visi
bank menjadi fokus utama. Penyelarasan ini berpijak pada visi keinginan semua pihak
di bank untuk melahirkan bank yang sehat dan berkembang wajar adalah yang paling
pokok.
Dalam praktiknya konflik ini bisa dilalui dengan jalan :
a. Menghindari
b. Membekukan
c. Dikonfrontasikan
Menghindari konflik, Auditor semacam ini cenderung menekan reaksi
orang
lain,
komunikasi dan juga negosiasi perlu dimiliki.
4.
Peran interviewer
Komunikasi yang akan dilakukan oleh Auditor, sering kali dalam bentuk wawancara.
Tujuannya adalah mencari fakta dan bukan opini. Karena itu internal auditor harus
faham mengenai ;Konteks dari wawancara yang dilakukan dan isi dari bahan yang ingin
dicarinya
Pola interogasi harus dihindarkan. Hal ini mungkin terjadi jika keterampilan wawancara
kurang dikuasai dan pewawancara kurang mampu menggali persoalan dengan
memotivasi auditee. Wawancara sebaiknya dimulai dengan menentukan &nb sp; posisi
kepercayaan (trust), baru kemudian diikuti dengan penetapan berbagai &nb sp; aspek
yang diperlukan dalam wawancara (positioning) dan dilanjutkan dengan &nb sp;
mengembangkan wawancara sendiri.
4.
Peran Negosiator dan Komunikator
Kedua peran ini juga dijumpai pada saat melakukan auditing. Mungkin peran
komunikator akan lebih menonjol dibanding dengan negosiator. Dalam peran
negosiator, seseorang dituntut untuk terus menerus mampu menjual posisi auditor,
program sang auditor ataupun ide-ide -nya. Karena itu kriteria dan materi yang harus
disampaikan haruslah masuk akal. Sebaiknya jangan memandang remeh orang lain,
karena keberhasilan seorang negosiator adalah jika ia berhasil menciptakan kondisi
dimana semua fihak dapat terpenuhi keinginannya. Dalam peran komunikator, posisi
auditor agak berbeda. Ingatlah bahwa sebagian besar konflik dan ketidak setujuan itu
datangnya karena saling kurang fahamnya fihak-fihak yang berkepentingan.
Komunikasi bukan barang baru bagi kita. Tetapi mendapatkan yang efektif bukanlah hal
yang mudah.
3.4
BAB IV
AUDIT MANAJEMEN KERJA MANAJERIAL
4.1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
masa lalu pada waktu mana teknologi informasi belum berkembangan seperti sekarang ini, oleh
karena itu tidak jarang seorang manajer lebih mengandalkan pengetahuan, pengalaman dan
intuisinya dalam mengambil berbagai keputusan. Audit manajemen dalam dalam bidang ini
dirasakan penting karena pada manajer diharapkan mampu memainkan paling sedikit tiga
peranan dalam penanganan dan pemanfaatan informasi yaitu :
1.
2.
3.
Karena dalam tuntutan terhadap kemampuan sebagai jurubicara organisasi yang semuanya
menunjukan bahwa informasi merupakan salah satu asset milik perusahaan yang sangat
berharga
Peranan selaku pengambil keputusan adalah upaya sadar, sistematik dan rasional guna
menjamin bahwa hal-hal yang terjadi dalam perusahaan bukan karena suatu kebetulan. Salah
satu kriteria keberhasilan para manajer memimpin suatu perusahaan ialah kemampuan dan
kecekatannya mengambil keputusan yang efektif. Demikian pentingnya kemampuan dan
kecekatan itu sampai para pakar sering menekankan bahwa inti kepemimpinan ialah
pengambilan keputusan. Karena itu perlu pemahaman yang tepat tentang berbagai bentuk
peranan yang harus dimainkan oleh kelompok manajemen selaku pengambil keputusan yang
pada dasarnya berkisar pada peranan selaku wirausahawan, peredam krisis, yang mungkin
pada mulanya timbul dalam bentuk hambatan atau ancaman baik yang datang dari luar maupun
yang bersumber dari dalam perusahaan sendiri, penentu pembagian sarana,prasarana, dana,
dan daya untuk digunakan oleh para bawahan dan perunding atas nama perusahaan. Selaku
wirausahawan para manajer harus mampu antara lain untuk :
1.
2.
3.
4.
Menghadapi tantangan eksternal yang sering menuntut perusahaan memilih strategi yang tepat
5.
Meraih keuntungan untuk sebagian dibagikan kepada pemodal dan pemilik saham sebagai
difiden dan kepada para karyawan dalam imbalan serta sebagian lagi untuk investasi
6.
Penguasaan pangsa pasar yang lebih besar berkat adanya produk yang diminati oleh para
konsumen
7.
1.
Falsafah hidupnya
2.
3.
4.
5.
Kondisi lingkungan
Dari cara berpikir demikian, fungsi-fungsi manajerial yang dibahas dan disoroti sebagai
sasaran audit ialah perencanaan, pengorganisasian, penumbuhan, dan pemeliharaan motivasi
karyawan, pengawasan dan penilaian.
Perencanaan merupakan kegiatan mental intelektual yang dilakukan oleh seseorang dengan
sadar dan sadar untuk memutuskan hal-hal yang akan dikerjakan dalam satu kurun waktu
tertentu di masa depan.
Perencanaan memerlukan organisasi. Pandangan tradisional menekankan bahwa
organisasi merupakan wadah yang menampung berbagai komponen dan aktivitas perusahaan
secara melembaga. Jika fungsi organisasi diselenggarakan berdasarkan pandangan yang
tradisional, manajemen puncak sudah dihadapkan pada tugas memahami cirri-ciri berbagai tipe
dan struktur organisasi yang sudah lama dikenal dan kemudian memilih struktur yang dianggap
paling tepat, yang menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatan dalam perusahaan yang
bersangkutan.
Audit kinerja manajerial dengan kepemimpinan sebagai objeknya ialah rumus yang
mengatakan bahwa produktivitas suatu organisasi termasuk organisasi bisnis terwujud karna
penggabungan kepemimpinan yang efektif dan pelaksanaan semua kegiatan operasional
dengan efisien, efektivitas kepemimpinan tercermin dalam berbagai hal seperti:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
tentang kepemimpinan, karena konsep-konsep yang terdapat dalam teori itulah yang dijadikan
sebagai bahan pembanding.
Teori kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1.
2.
Teori dengan sorotan perhatian yang ditunjukkan pada perilaku dan gaya
3.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
yang diperlukan jika kinerja sesungguhnya berbeda secara signifikan dengan apa yang
telah direncanakan sebelumnya.
Suatu organisasi juga harus dikendalikan jalannya. Hal ini dilakukan untuk menjamin
aktivitas yang dilakukan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan organisasi. Suatu
sistem pengendalian memiliki beberapa elemen yang memungkinkan pengendalian
berjalan baik. Elemen-elemen tersebut adalah :
Sensor/detektor yakni suatu alat untuk mengidentifikasi apa yang sedang terjadi dalam
suatu proses.
Assesor yakni suatu alat untuk menentukan ketepatan. Biasanya ukurannya dengan
membandingkan kenyataan dan standar yang telah ditetapkan.
Efektor yakni alat yang digunakan untuk mengubah sesuatu yang diperoleh dari
assessor.
Jaringan Komunikasi yakni alat yang mengirim informasi antara detektor dan assesor
dan antara assesor dan efektor.
4.2.3 Manajemen
Salah
satu
pengertian
manajemen
adalah
proses
perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian pekerjaan anggota organisasi seta
pengendalian sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Proses
pengendalian manajemen dalam hal ini adalah proses yang menjamin anggota satu unit
usaha melakukan apa yang telah menjadikan strategi perusahaan.
Kegiatan yang dilakukan pada suatu organisasi biasanya meliputi :
Merencanakan apa yang akan dicapai oleh perusahaan.
Mengkoordinasikan kegiatan pada masing-masing bagian.
Mengkomunikasikan informasi yang ada.
Mengevaluasi informasi.
Memutuskan apa yang akan dilakukan..
Mempengaruhi orang dalam organisasi tersebut untuk mengerjakan sesuai dengan
yang digariskan.
Pengendalian manajemen dalam hal ini tidak berarti bahwa setiap
tindakan/kegiatan harus sama dengan rencana. Pada prosesnya bisa saja berubah
karena perbedaan waktu antara rencana dan kegiatan. Tujuan pengendalian
manajemen adalah menjamin bahwa strategi yang dijalankan sesuai dengan tujuan
organisasi yang akan dituju. Jika apabila seorang manajer menemukan cara yang lebih
baik dalam operasi sehari-harinya, pengendalian manajemen seharusnya tidak
melarang manajer tersebut melakukan dengan cara yang menurut dia benar.
4.3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Lingkungan Pengendalian
Pengendalian manajemen merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Berikut ini diuraikan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pengendalian manajemen yang meliputi perilaku organisasi dan pusat-pusat
pertanggungjawaban.
Perilaku Organisasi.
Proses pengendalian manajemen mempengaruhi terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Beberapa karakteristik organisasi yang mempengaruhi proses tersebut,
terutama berkaitan dengan perilaku anggota dalam suatu organisasi. Suatu organisasi
mempunyai tujuan dan fungsi pengendalian manajemen adalah mendorong anggota
organisasi mencapai tujuan. Disinilah perlunya faktor keselarasan tujuan masingmasing anggota organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi. Struktur organisasi
mempengaruhi bentuk sistem pengendalian manajemen yang akan diterapkan. Perilaku
organisasi juga berkaitan dengan motivasi, kemampuan individu itu sendiri dan
pemahaman tentang perilaku yang diperlukan dalam mencapai prestasi yang tinggi.
Pusat Pertanggung jawaban.
Suatu organisasi dibagi menjadi beberapa pusat pertanggungjawaban. Adanya pusat
pertanggungjawaban adalah untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan manajemen
puncak. Secara garis besar, pusat pertanggungjawaban dibagi menjadi empat yaitu :
Pusat Biaya.
Pusat biaya dalah pusat pertanggungjawaban dimana biaya diukur dalam unit moneter
namun outputnya tidak diukur dalam unit moneter.
Pusat Pendapatan.
Pusat pendapatan merupakan pusat pertanggungjawaban dimana output-nya diukur
dalam unit moneter tetapi tidak dihubungkan dengan inputnya.
Pusat Laba.
Apabila suatu pestasi keuangan pusat pertanggungjawaban diukur dengan dasar laba,
maka pusat pertanggungjawaban tersebut disebut pusat laba.
Pusat investasi.
Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur
atas dasar perbandingan antara laba dengan investasi yang digunakan.
1.
2.
3.
4.
4.6.1
BAB V
AUDIT MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
5.1 Pengetian Audit Sumber Daya Manusia
Audit Sumber Daya Manusia merupakan penilaian dan analisis yang konfrehensif
terhadap program-progam SDM. Audit SDM menekankan penilaian (evaluasi) terhadap
berbagai aktivitas SDM yang terjadi dalam perusahaan dalam rangka memastikan
apakah aktivitas akivitas tersebut telah berjalan secara ekonomis, efisien dan efektif
dalam mencapai tujuannya dan memberikan rekomendasi perbaikan atas berbagai
kekurangan yang terjadi pada aktiviatas SDM yang diaudit untuk meningkatkan kinerja
dari program/aktvitas tersebut. Dari hasila audit dapat diketahui apakah kebutuhan
potensial SDM perusahaan telah terpenuhi atau tidak dan berbagai hal dalam aktivitas
SDM yan masih bisa ditingkatkan kinerjanya.
5.2 Kerangka Kerja Audit SDM
Kerangka kerja audit SDM menghubungkan pengeolaan SDM dengan tujuan
bisnis perusahaan secara keseluruhan. Dalam hubungan ini audit menilai dukungan
SDM terhadap pencapaian tujuan perusahaan, komitmen perusahaan dalam
memberdayakan, dan melibatkan SDM, serta mengidentifikasi permasalahan yang
terjadi dalam hubungan tersebut dan merekomenasikan langkah-langkah perbaikan
yang diperlukan. Berdasarkan rekomendasi dari hasil audit, peerusahaan melakukan
perubahan dan mengevaluasi perubahan-perubahan dari hasil audit.
4.3 Tujuan Audit SDM
Ada beberapa hal yang ingin dicapai melalui audit SDM yang merupakan tujuan
dilakukannya audit tersebut, yaitu:
1.
Menilai efektivitas dari fungsi SDM
2.
Menilai apakah program/aktivitas SDM telah berjalan secara ekonomis, efektif dan
efisisen.
3.
Memastikan ketaatan berbagai program/aktivitas SDM terhadap ketentuan hokum,
peraturan dan kebijakan yang berlaku di perusahaan.
4. Mengidentifikasi berbagai hal yang masih dapat ditingkatkan terhadap aktivitas SDM
dalam menunjang kontribusinya terhadap perusahaan.
5.
Merumuskan beberapa langkah perbaikan yang tepat untuk meningkatkan
ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas berbagai program/aktivitas SDM
4.4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
1.
2.
3.
1.
2.
a.
b.
c.
e.
f.
g.
h.
3.
4.7
Audit Atas Pengelolaan SDM
Pelatihan Dan Pengembangan Karyawan Pelatihan dan pengembangan karyawan
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan SDM dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya. Pelatihan menekankan pada peningkatan keterampilan dan
kemampuan SDM dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya saat ini,
sedangkan pengembangan SDM lebih menekankan pada peningkatan kinerja SDM di
masa yang akan datang.
2.
Perencanaan Dan Pengembangan Karier Karier adalah seluruh pekerjaan yang dimiliki
atau yang dilakukan oleh individu selama hidupnya. Pengembangan karier seorang
karyawan menunjukkan semakin meningkatnya kemempuan karyawan tersebut dalam
memegang tugas, wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar dalam
pekerjaannya. Untuk dapat memegang tanggung jawab yang lebih besar seorang
karyawan harus mempunyai kamampuan yang memedai. Program perencanaan dan
pengembangan karier karyawan harus memperhatikan tiga kepentingan pokok agar
program ini dapat berjaan secara efektif. Ketiga hal tesebut adalah:
1. Perencanaan dan pengembangan karier harus terintegrasi dengan perencanaan SDM.
2. Perencanaan dan pengembangan karier harus diikuti dengan evaluasi yang memadai.
3. Kebutuhan karyawan.
3.
Penilaian Kinerja Penilaian kerja karyawan pada dasarnya adalah menghubungkan
kinerja karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan standar
1.
4.
5.
6.
5.8
keberhasilan yang telah ditetapkan untuk tugas dan tanggung jawab tersebut. Hasil
penilaian kinerja karyawan dapat mencerminkan sebagian dari kinerja perusahaan.
Konpensasi Dan Balas Jasa Kompensasi adalah sesuatu yang diterima karyawan
sebagai pengganti (imbalan) atas kontribusi yang telah diberikan karyawan kepada
perusahaan. Hal ini merupakan salah satu bentuk pelaksanaan fungsi manajemen SDM
yang berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan individual atas jasa,
keahlian atau pekerja, dan kesetian karyawan kepadca bisnis perusahaan.
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja mengacu kepada
kodisi fisiologis-fisik dan psiologis karyawan yang di akibatkan oleh linngkungan dan
fasilitas kerja yang di sediakan perusahaan . perusahaan yang melaksanakan dengan
baik program keselamatan dan kesehatan kerja secara signifikan dapat mencegah
berbagai akibat dalam bentuk penyakit, cedera atau meninggal karena pengelolaan
keselamatan kerja yang kurang baik.
Kepuasan Kerja Karyawan Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbedabeda sesuai dengan system nilai yang berlaku pada dirinya. Semakin tinggi penilaian
terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinnggi
pula kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Jika kepuasan kerja merupakan
gambarab evaluasi seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas
atau tidak puas dalam bekerja, beberapa teori mengenai mengenai kepuasan kerja
yang telah cukup dikenal antara lain:
a. Teori ketidak puasan
b. Teori keadilan
c. Teori dua factor.
BAB VI
AUDIT MANAJEMEN FUNGSI LAPORAN KEUANGAN
6.1
3.
4.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
Pelaksanaan Pengujian
Audit Tahap ini disebut juga tahap pekerjaan lapangan. Tujuannya adalah untuk
memperoleh bukti auditing tentang efektivitas struktur pengendalian intern klien dan
kewajaran laporan keuangan klien. Tahap ini harus mengacu pada standar pekerjaan
lapangan.
Pelaporan Audit.
Tahap ini harus mengacu pada standar pelaporan. Dua langkah penting yang dilakukan
adalah menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik
kesimpulan serta menerbitkan laporan audit yang melampiri laporan keuangan yang
diterbitkan klien.
Dalam setiap tahap audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor
independen harus ditetapkan standar auditing. Standar auditing merupakan suatu
kaidah agar mutu auditing dapat dicapai sebagaimana mestinya. Secara lengkap,
seperti yang tercantum di dalam Standar Profesional Akuntan Publik, PSA No. 01
(IAI,2001:150.1) menyatakan bahwa standar auditing yang telah ditetapkan dan
disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut:
1.
Standar Umum
Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis cukup sebagai auditor.
Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
Dalam pelaksanaan audit dan penyusuna laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2.
Standar Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan.
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat ataas laporan keuangan auditan.
3.
Standar Pelaporan
Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip akuntansi tidak
secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterpkan dalam periode
sebelumnya.
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan audit.
Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam semua hal yang mana auditor dikaitkan dengan laporan keuangan,
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika
1.
2.
3.
4.
5.
6.
ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya. Tahap akhir dari audit laporan
keuangan adalah tahap pelaporan audit. Pada tahap ini seorang auditor akan
memberikan pendapatnya atas laporan keuangan yang telah diauditnya.
Menurut Halim (2001:63) dalam Sovie (2005), ada enam jenis pendapat yang
dapat diberikan oleh auditor, yaitu:
Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) Pendapat ini dapat diberikan
auditor apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan dengan standar auditing,
panyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan
tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan.
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan Pendapat ini
dapat diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan dengan standar
auditing, panyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum, tetapi terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa
penjelasan.
Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) Menurut SA 508
paragraf 20 (IAI, 2001: 508.11), jenis pendapat ini diberikan apabila:
a. Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup
audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi
yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak mempengaruhi laporan
keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan
yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi.
Pendapat tidak wajar (adverse opinion) Pendapat ini menyatakan bahwa laporan
keuangan tidak menyajikan secar wajar posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus menjelaskan alasan
pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan
pendapat diberikan terhadap laporan keuangan.
Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion atau no opinion)
Pernyataan ini layak diberikan, apabila ada pembatasan lingkup audit yang sangat
material baik oleh klien maupun karena kondisi tertentu dan auditor tidak independen
terhadap klien.
Pendapat tidak penuh (piecemeal opinion) Pendapat ini sebenarnya bukan merupakan
suatu jeni pendapat tersendiri. Pendapat tidak penuh adalah pendapat atas unsur
tertentu dalam laporan keuangan. Pendapat ini tidak boleh dinyatakan jika auditor
menyatakan tidakmemberikan pendapat atau ia menyatakan pendapat tida wajar atas
laporan keuangan secara keseluruhan.
Pelaporan Keuangan Bagi Perusahaan Publik Sebelum tahun 2003, berdasarkan
lampiran keputusan ketua BAPEPAM Nomor Keputusan 80/PM/1996 dalam Widiyanti
(2003) tentang penyampaian laporan keuangan berkala, maka setiap emiten dan
perusahaan publik yang pernyataan pendaftarannya telah efektif wajib menyampaikan
laporan keuangan berkala dan laporan auditor independen kepada BAPEPAM
selambat-lambatnya 120 hari setelah tanggal laporan tahunan perusahaan. Namun
sejak tanggal 30 September 2003, BAPEPAM merevisi peraturan tersebut, dengan
dikeluarkannya lampiran surat keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Keputusan
36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan
laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada BAPEPAM
selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan
tahunan (Sovie, 2005).
Setiap emiten dan perusahaan publik yang pernyataan pendaftarannya telah
menjadi efektif wajib menyampaikan laporan keuangan berkala kepada BAPEPAM
sebanyak 4 (empat) eksemplar, sekurang-kurangnya 1 (satu) dalam bentuk asli.
Laporan keuangan yang harus disampaikan ke BAPEPAM terdiri dari neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan,
dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan jika dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan jenis
industrinya.
6.2 Fungsi Manajemen keuangan
Fungsi keuangan bertujuan untuk mengatur pencarian sumber sumber dana
yang dibutuhkan bagi perusahaan dan kemudian mengatur penggunaan dari dana yang
telah diperolehnya itu. Sumber dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai
sumber, baik sumber dana intern yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri
maupun sumber dana ekstern yang berasal dari luar perusahaan. Dalam buku
Manajemen audit yang ditulis oleh Hamilton (1986:40) menyatakan bahwa dalam
perusahaan skala besar ataupun kecil, fungsi keuangan adalah sebagai alat utama
dalam proses pembentukan keputusan dengan alasan :
1.
Bagian keuangan memberikan petunjuk yang berarti untuk meningkatkan siasat
keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang.
2. Pengarahan dan dukungan dapat diberikan oleh bagian keuangan dalam menghasilkan
pendapatan bersih dan pengambilan modal selama periode berjalan.
6.3
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
BAB VII
AUDIT MANAJEMEN PEMASARAN
7.1
Selain itu juga memudahkan pencapaian tujuan, siasat, dan sistem pemasaran yang
disesuaikan secara optimal dengan lingkungan pemasaran; sekarang maupun masa
mendatang; sebagai strategic control dan sekaligus merupakan alat penilai
keberhasilan pemasaran (marketing effectiveness rating instrument) yang akan
menggambarkan keberhasilan pemasaran secara menyeluruh.
Pengertian Audit Pemasaran adalah pengumpulan serta pengevaluasian buktibukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi
tersebut dengan Kriteriakriteria yang telah ditetapkan (Alvin A.Arens et al., 2003).
Sebelum mengetahui pengertian Audit Pemasaran, terlebih dahulu penulis jelaskan
pengertian dari Audit. Pada dasarnya, Audit merupakan suatu alat perusahaan agar
dapat mengerti bagaimana perusahaan berhubungan dengan lingkungan tempat
perusahaan beroperasi. Audit merupakan alat perusahaan untuk mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahannya sebagaimana mereka berhubungan dengan peluang dan
ancaman (Amin Widjaja Tunggal, 2003).
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2003) Audit Pemasaran merupakan sejumlah cara
titik mulai yang benar untuk proses perencanaan pemasaran strategist, karena melalui
audit, strategist sampai pada suatu tolak ukur baik dari peluang dan ancaman
lingkungan ataupun kemampuan pemasaran organisasi.
Tujuan dan Manfaat Audit Pemasaran Menurut (IBK Bayangkara, 2008), tujuan
utama dari audit pemasaran adalah untuk mengidentifikasi ancaman-ancaman
pemasaran yang dihadapi perusahaan dan merencanakan perbaikan yang diperlukan
untuk mengeleminasi ancaman tersebut. Sedangkan manfaat yang diperoleh dari audit
ini, hasil audit dapat memberikan gambaran yang objektif tentang kinerja pemasaran
perusahaan dan berbagai kekurangan yang terjadi dalam pengelolaan upaya
pemasaran yang masih memerlukan perbaikan.
7.2
2.
Audit internal berkaitan dengan variabel yang dapat dikendalikan yang bertujuan untuk
menilai sumber daya organisasi bagaimana mereka berhubungan dengan lingkungan
dan berhadapan dengan sumber daya dari pesaing.
7.4
1.
2.
3.
1.
2.
BAB VIII
AUDIT MANAJEMEN FUNGSI PEMBELIAN
8.1 Funsi Pembelian
Fungsi pembelian sering dianggap fungsi yang paling penting dan berpengaruh
pada unit-unit operasi yang ada di perusahaan. Pada banyak perusahaan, fungsi
pembelian merupakan awal dari sebuah proses bisnis. Dengan tujuan memenuhi
permintaan pelanggan, perusahaan harus membeli barang-barang kebutuhan dan
bahan baku yang diminta, untuk mengumpulkan atau memproduksi produkproduk
perusahaan. Ini adalah proses dalam mendapatkan barang-barang, bahan baku,
komponen dan layanan yang merupakan tugas utana dn tanggung jawab departemen
pembelian. Dalam sebuah perusahaan dimana terdapat sistem pembelian yang efektif
pembelian material dapat menghemat biaya bagi perusahaan.
8.2
Tujuan Pembelian
Tujuan utama dalam audit manajemen fungsi pembelian adalah untuk
menentukan efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam membelanjakan sumber daya
keuangan mereka. Pada beberapa perusahaan sedang, pembelian utama dilakukan
oleh masing-masing departemen. Sebagai contohnya, fungsi kontrol persediaan
membeli bahan-bahan kebutuhan dan bahan baku untuk memenuhi permintaan
pelanggan langsung dari pemasok Sebuah audit manajemen dilakukan karena terdapat
tanda-tanda bahaya yang ditemukan di perusahaan. Sebagai contoh, manajemen
tingkat atas seharusnya menyadari adanya peningkatan biaya dalam proses bisnis,
meskipun tak satupun kompetitor mengalami pengurangan yang sama pada marjin
laba. Tanda-tanda bahaya tersebut mungkin mengindikasikan bahwa perusahaan
mengalami ketidakefisienan biaya dalam aktivitas pembeliannya sehari-hari Proses
audit manajemen menggambarkan bahwa fungsi pembelian dapat dimanfaatkan oleh
perusahaan yang benar-benar memiliki fungsi pembelian (departemen pembelian).
Asumsinya, bahwa semua peerusahaan, tidak peduli sebesar apa, seharusnya memiliki
departemen pembelian (atau seseorang) yang terpusat dan independen untuk
mengontrol pengeluaran perusahaan
8.3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
Tersedianya peralatan dan bahan pendukung produksi lainnya yang diperlukan agar
standar mutu dan ketepatan penggunaan dapat tercapai
Pengadaan bahan mentah, bahan baku, suku cadang, bahan lainnya, dan aneka jasa
yang diperlukan harus dilaksanakan dengan biaya yang serendah mungkin
Pelaksanaan sistem pengawasan yang digunakan untuk memastikan bahwa nilai dan
biaya pengadaan telah sesuai, dengan terus-menerus melakukan pengurangan biaya
pembelian.
Komunikasi yang baik dengan pihak manajemen puncak dalam bentuk informasi yang
paling akurat mengenai bahan dan aneka jasa yang dibutuhkan perusahaan.
Terwujudnya kerja sama dari unit kerja atau unit fungsional lain dalam perusahaan
untuk menjalankan fungsi pembelian dengan baik.
Siklus normal fungsi pembelian meliputi berikut ini
Penentuan kebutuhan, melalui Skedul Produksi Manufaktur, Penentuan Penggantian
Persediaan (Inventory Replenishment Requirement), Penentuan Pembelian secara
Khusus (Specialized Purchase Requirements), dan Kebutuhan Operasional Sehari-hari
Otorisasi pembelian, yang dimulai dengan penerbitan Permintaan Barang (Purchase
Requisition) atau Perintah Kerja (Work Order) sampai penerbitan Pesanan Pembelian
(Purchase Order).
3.
Prosedur tindak lanjut pemesanan.
4.
Penyelesaian proses pengiriman.
5.
Penyelesaian keuangan.
Terdapat 4 sasaran audit manajemen pada fungsi pembelian, yaitu berikut :
1.
Sasaran strategik fungsi pembelian.
2.
Perencanaan operasional/induk
3.
Tipe dan struktur organisasi pembelian.
4.
Mekanisme pengendalian pembelian
8.5
1.
2.
BAB IX
AUDIT MANAJEMEN FUNGSI MANUFAKTUR
9.1
daricakupan audit manufacturing ini adalah meliputi standar criteria yang digunakan,
yaitu jumlah, mutu atau spesifikasi, waktu dan biaya serta data yang tersedia.
BAB X
AUDIT MANAJEMEN TERHADAP KEPASTIAN MUTU
10.1 Pengertian Audit Mutu
Pengertian audit mutu dapat dijumpai dalam Panduan Audit Sitem Manajemen
Mutu SNI 19-19011-2002. Dalam panduan tersebut, audit mutu didefinisikan sebagai
proses sistematik, independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan
mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai sejauhmana kriteria audit
dipenuhi (BSN, 2002). Audit Sistem Mutu biasanya dilakukan untuk menentukan tingkat
kesesuaian aktivitas organisasi terhadap standar Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2000 yang telah ditentukan serta efektivitas dari penerapan system tersebut.
10.2
Secara rinci tujuan umum dari audit mutu yaitu (Willy Susilo,2000) :
Untuk memperoleh prioritas permasalahan yang tengah dihadapi organisasi
Untuk merencanakan pengembangan usaha Untuk memenuhi persyaratan suatu sistem
manajemen yang digunakan sebagai acuan
Untuk memenuhi persyaratan regulasi ataupun persyaratan kontrak dengan (misalnya)
pelanggan
Untuk mengevaluasi terhadap pemasok
5.
Untuk menemukan adanya potensi resiko kegiatan organisasi
Sedangkan tujuan audit mutu secara khusus adalah untuk memberikan umpan
balik tentang kinerja organisasi yang diuraikan sebagai berikut (Iskandar
Indranata,2006):
1.
Mengarahkan pencapaian sasaran memberikan sense of urgency
2.
Menemukan peluang perbaikan
3.
Memastikan apakah sistem diterapkan secara efektif
4.
Mendeteksi penyimpangan-penyimpangan terthadap kebijakan mutu sedini
mungkin
10.3
1.
a.
b.
c.
g.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
3.
4.
7.
8.
BAB XI
PENYUSUNAN LAPORAN HASIL AUDIT
11.1
DAFTAR PUSTAKA
Aeker, D., Kumar, V., & Day, G., 2001, Marketing Reaserch. 7th Edition, John Willey and
Sons Inc., New York, NY. Alvin A.Arens et al., 2003, Auditing dan Pelayanan
Verifikasi : Pendekatan Terpadu, Edisi 9, Jilid 1, Jakarta : PT. INDEKS Kelompok
Gramedia.
Amin Widjaja Tunggal, 2003, Audit Manajemen Kontemporer, Edisi revisi, Jakarta :
Penerbit Harvarindo.
David, F.R., 2002, Manajemen Strategis. Edisi Bahasa Indonesia, PT Perhallindo, Jakarta.
Erita Dwi Cahyani, 2005, Audit Pemasaran Berdasarkan Strategic Marketing Plus 2000
CV. Morinda House Bogor, SINERGI Kajian Bisnis dan Manajemen, Hal : 1-29
IBK Bayangkara, 2008, Audit Manajemen : Prosedur dan Implementasi, Penerbit Salemba
empat.
Kotler, P., 2000, Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium, PT. Perhalindo, Jakarta.
McDonald, M., 2002, How Come Your Marketing Plans Arent Working : Kunci Sukses
Perencanaan Pemasaran. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Philip Kotler et al, 2004, Manajemen Pemasaran : Perspektif Asia, Edisi 3, Jilid 1, Penerbit
PT. INDEKS Kelompok Gramedia.
Trisno Musanto, 2004, Faktor-faktor Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan :
Studi Kasus pada CV. Sarana Media Advertising Surabaya, Jurnal Manajemen &
Kewirausahaan, Vol. 6, No. 2:123-136.
Wilson Arafat, 2005, The Real Power of Marketing Audit, Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia.
Agoes, Sukrisno. (2004). Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Akuntan Publik. Edisi
Ketiga. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Audit Finansial, Audit Manajemen, Dan Sistem Pengendalian Intern
Arens, Alvin. A., Randal J. Elder, and Mark S. Beasley. (2003). Auditing
and assurance services: An Integrated approach (9th edition). Upper Saddle River,
New Jersey: Pearson Education, Inc.
Hamilton, Alexander. (1986). Management Audit : Maximizing Your Company Efficiency
and Effectiveness. Alexander Hamilton Institute.
Willingham, John. J, Carmichael, Douglas.R, and Schaller, Carol.A. (1996). Auditing
Concepts and Methods: a guide to current theory and practice
http://ngeblogwebid.blogspot.com/2009/12/konsep-dasar-dan-lingkup-audit.html
masodah.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/.../audit+manajemen.ppt
Bayangkara, IBK. Manajemen Audit Prosedur dan Implementasi. Salemba Empat. 2010
Hamilton, Alexander,Ph.D.Manajemen Auditing, meningkatkan efektivitas dan efisiensi,
penerbit Modern Business New York,1986.
B.Sawyer, Lawrence.Audit Internal Sawyer, penerbit Salemba Empat,2003.
http://audit-proses-pembelian-dan-pengeluaran.html 2006-2-00796-AK-Abstrak
http://AUDIT MANAJEMEN FUNGSI PEMBELIAN _ Thi's Blog.html
http://menarailmuku.blogspot.com/2012/09/audit-manajemen.html
http://www.kajianpustaka.com/2013/03/audit-manajemen.html#ixzz2U09eipnn
Follow us: @kajianpustaka on Twitter | KajianPustaka on Facebook
http://acong-private.blogspot.com/2012/02/perilaku-dalam-manajemen-audit.html
http://idtesis.blogspot.com/2008/03/audit-kinerja-pada-organisasi-sektor.html
http://www.scribd.com/doc/43621082/Audit-Kinerja-Manajerial
.
http://spm99.blogspot.com/2009/11/hakekat-sistem-pengendalian-.html
http://lintongnababan.wordpress.com/2008/08/28/sistem-pengendalian-manajemen/
http://endovus.blogspot.com/2011/12/makalah-audit-manajemen-keuangan.html