Disusun Oleh :
MUHAMMAD HAFIDI H
(122210101030)
TUHFATUL ULYA
(122210101038)
(122210101004)
(122210101024)
NANDA SURYANING R
(122210101032)
YASMIN
(122210101034)
MASULIATIN NASUCHA
(122210101036)
MIA RISWANI
(122210101042)
FARICHATUL IZZAH
(122210101022)
BAGIAN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I. Tujuan Praktikum
-Mahasiswa dapat memahami formulasi dan langkah-langkah pembuatan drop
paracetamol
-Mahasiswa dapat membuat drop paracetamol dengan baik dan benar
II. Dasar Teori
Parasetamol adalah metabolit aktif dari fenasetin yang bertanggungjawab akan efek
analgesiknya. Merupakan penghambat prostaglandin lemah dalam jaringan perifer dan tidak
memiliki efek inflamasi yang signifikan. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus
aminobenzen. Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H9NO2 di hitung zat yang telah dikeringkan.
Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, Parasetamol
hampir tidak memiliki sifat anti radang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis
NSAID. Parasetamol tidak menimbulkan iritasi pada lambung atau mengganggu gumpalan
darah, ginjal atau duktus arterious pada janin.
a.
Karakteristik Parasetamol
BM
Kemurnian
: 151,16
:
Paracetamol
d.
tidak
e.
Higroskopisitas
: tidak higroskopis
Terhadap Suhu
: stabil
Terhadap Cahaya
: tidak stabil
Bahan Larutan :
f.
g.
Higroskopisitas
Pada kelembapan relatif sampai 90 % (Pharmaceutical Codex)
Pka
:
9,5 pada suhu 25o C
Nama Kimia
:
N Asetil 4 aminofenol
Kelarutan (Martindale : The Ekstra Pharmacopeia 28th ed)
1 bagian Parasetamol larut dalam 70 bagian air, 20 bagian air mandidih, dalam 7
sampai 10 bagian etanol (95%), dalam 13 bagian aseton, 40 bagian gliserol dan dalam 9
bagian propolenglikol, sangat mudah larut dalam kloroform, agak sukar larut dalam eter,
larut dalam larutan alkali hidroksida membentuk larutan jenuh dalam air dengan pH 5,1
sampai 6,5.
h.
i.
j.
Titik Lebur
k.
Stabilitas
Parasetamol sangat stabil dalam aquades. Waktu paruhnya yang di dapar pada pH 6
diperkirakan 21,8 tahun; degradasi dikatalisis oleh asam dan basa dan waktu paruhnya
0,73 tahun pada pH 2 dan 2,28 tahun pada pH 9. Hasil degradasinya adalah P-amini fenol
dan asam asetat (Martindale: Ekstra Pharmacopeia 28th ed)
Dalam larutan, Parasetamol membutuhkan proteksi dari cahaya. Dalam keadaan
kering Parasetamol murni stabil pada temperatur sampai 45C. Jika hasil hidrolisis
parasetamol P aminofenol terdapat sebagai contaminan atau sebagai hasil pemaparan
Farmakologi
Parasetamol merupakan salah satu derivat aminofenol. Derivat P-aminofenol yang
lain adalah fenasetin. Asetaminofen merupakan metabolit fenasetin, parasetamol
merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama. Efek antipiretik
ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol di Indonesia lebih dikenal dengan
nama Parasetamol dan tersedia dalam obat bebas. Walaupun demikian laporan
kerusakan fatal hepar akibat overdosis akut perlu diperhatikan, efek anti inflamasi
parasetamol hampir tidak ada.
Efek Samping
Reaksi alergi terhadap derivat para-aminofenol jarang terjadi. Manisfestasinya
berupa aritema atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada
mukosa penggunaan semua jenis analgesik dosis besar secara menahun terutama
dalam kombinasi berpontensi menyebabkan nefropati analgesik.
Toksisitas Akut
Akibat dosis toksik yang paling sering ialah nekrosis hati. Nekrosis tubuh renalis
serta koma hipoglikemik dapat juga terjadi hepatotoksisitas dapat terjadi pada
pemberian dosis tunggal 10-15 mg (200-250 mg/kg BB) parasetamol. Gejala pada
hari pertama keracunan akut parasetamol belum mencerminkan bahaya yang
mengancam. Anoreksia, mual dan muntah serta sakit perut terjadi dalam 24 jam
pertama dan dapat berlangsung selama seminggu atau lebih. Gangguan hepar dapat
terjadi pada hari kedua, dengan gajala peningkatan aktivitas serum transminase, laktat
dehidrogenase, kadar bilirubin serum serta pemanjangan masa protobin. Aktivitas
alkali fosfatase dan kadar albumin serum tetap normal. Kerusakan hati dapat
mengakibatkan ensefalopati, koma dan kematian. Kerusakan hati yang tidak berat
pulih dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Kerusakan ini tidak hanya disebabkan oleh Parasetamol, tetapi juga oleh radikal
bebas, metabolit yang sangat reaktif yang berikatan secara kovalen dengan
makromolekul vital sel hati. Karena itu hepatotoksisitas Parasetamol meningkat pada
pasien yang juga mendapat barbiturat. Antikonvulsi lain atau pada alkoholik yang
kronis. Kerusakan yang timbul berupa nekrosis sentrilobularis. Kerusakan akut ini
biasanya diobati secara simtomatik dan suportif, tetapi pemberian senyawa sulfhidril
tampaknya dapat bermanfaat, yaitu dengan memperbaiki cadangan glutation hati. Nasetilsistein cukup efektif bila diberikan peroral 24 jam setelah minum dosis toksik
Parasetamol.
Farmakodinamik
Efek analgesik Parasetamol dan fenasetin serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan
suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti
salisilat.
Efek anti inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol dan fenasetin
tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat
biosintesis PG yang lemah. Efek iritasi, erosi dan pendarahan lambung tidak terlihat
pada kedua obat ini., demikian juga gangguan pernafasan dan keseimbangan asam
basa.
(Farmakologi FK UI, edisi 5 hal. 238)
Farmakokinetik
Parasetamol dan fenasetin diabsorbsi cepat dan sempurna melaui saluran cerna.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan masa paruh
plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25%
Parasetamol dan 30% fenasetin berikatan dengan protein plasma. Kedua obat ini di
metabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian asetaminofen (80%) di konjugasi
dengan asam glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain itu
kedua obat ini di ekskresi melalui ginjal, sebagian kecil parasetamol (3%) dan
sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
(Farmakologi dan Terapi, FK UI, ed 5 hal 238)
Indikasi
Di Indonesia penggunaan Parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik telah
menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik lainnya, Parasetamol sebaiknya
tidak di berikan terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan nefropati. Jika dosis
terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Karena
hampir tidak mengiritasi lambung, Parasetamol sering di kombinasi dengan AINS
untuk analgesik.
(Farmakologi dan Teraoi, FK UI, ed 5 hal 238)
Kontra Indikasi
Penggunaan Parasetamol tidak diperkenalkan pada penderita yang hipersensitif
terhadap asetaminofen dan penderita yang mempunyai gangguan fungsi hati.
Skema
Rancangan Formula
Parasetamol hanya memiliki satu bentuk sehingga tidak ada pilihan lain dari parasetamol
Paracetamol
Tidak
Berbau
Penyimpanan
dalam wadah
tertutup rapat
dan botol gelap
Pengaroma
dan perasa
Rasa Pahit
pemanis
Agak Sukar
Larut
Media
Air
Pengawet
Penambahan
cosolvent untuk
meningkatkan
kelarutan
paracetamol
Produk referen I
1. Merk obat
: Praxion
2. Pabrik
: Pharos
3. Komposisi
: Paracetamol micronized
4. Indikasi
: Meredakan demam karena flu dan sesudah imunisasi,
meredakan nyeri misalnya, sakit kepala dan sakit gigi.
5. Dosis
3-4 kali sehari.
: Anak 1-2 tahun: 0,6-1,2 ml. Anak < 1 tahun: 0,6 ml, diberikan
6. Pemerian obat
7. Kontra indikasi
8. Efek samping
9. Interaks obat
10. Kemasan
Produk referen II
1. Merk obat
: Naprex
2. Pabrik
3. Komposisi
: Paracetamol
4. Indikasi
5. Dosis
: Anak 1-2 tahun: 0,6-1,2 ml. Anak < 1 tahun: 0,6 ml, diberikan
3-4 kali sehari pada interval 4-6 jam.
6. Pemerian obat
7. Kontra indikasi
8. Efek samping
9. Kemasan
: Sanmol
2. Pabrik
3. Komposisi
: Paracetamol
4. Indikasi
: Meringankan sakit kepala, sakit gigi dan menurunkan demam
yang menyertai influenza dan setelah imunisasi
5. Dosis
6. Pemerian obat
pada
paracetamol,
8. Efek samping
9. Kemasan
: Drop 15 ml.
penderita
dengan
Paracetamol
Efek Utama
Efek Samping
-Analgesik
-Antipiretik
-Gangguan
pencernaan
-Hiper
sensitifitas
-Kelainan
darah
-Hepatotoksik
-Mual,
muntah,
anorexia
Karakteristik
Fisik
-Larut dalam
air mendidih
dan
dalam
NaOH 1N dan
mudah
larut
dalam etanol
Dalam
1:70
dengan
air
1:40
dengan
gliserol
1:9
dengan
propilen glikol
1:7
dengan
etanol 95%
(FI III : 37)
-Bentuk
Serbuk hablur,
putih,
tidak
berbau,
rasa
seperti pahit
-Tahan
pemananasan
-Mudah
terbasahi
Karakteristik
Kimia
Sifat Lain
-Stabil pada
pH 3,8 6,1
-pKa 9,5
-Tidak
mudah
teroksidasi
-Titik leleh
169-172oC
-Berat Jenis
1,21 1,23
Konstanta
dielektrik
27,5 %
(Bhavani
et
al,
2012)
: Paracetamol
Bahan aktif paracetamol memiliki sedikit efek
samping dibandingkan dengan analgesik
lainnya (misalkan asetosal yang dapat
menimbulkan iritasi pada lambung).
: Drop
Paracetamol merupakan bahan obat yang
memiliki rasa pahit, maka diharapkan apabila
dibuat dalam sediaan drop dapat memperbaiki
rasa
pahit
tersebut.
Sehingga
dapat
mempermudah pemberiaan kepada anak anak
dan bayi. Bentukan drop juga dapat diubah
diubah dosisnya sesuai kebutuhan.
0 bulan 3 bulan = 30 mg 60 mg
3 bulan 1 tahun = 60 mg 120 mg
Volume takaran pipet
= 4,8 ml 9,6 ml
3hari
= 3(4,8 ml 9,6 ml)
= 14,4 ml 28, 8 ml
Kemasan terkecil = 15 ml
d. Dipilih kemasan terkecil 15 ml karena lebih efektif dan efisien untuk semua konsumen
yang dituju dan karena penimbangan jumlah pemakaian (untuk 3 hari). Dibuat dalam jumlah
60 ml karena memperhitungkan stabilitas bahan aktif pada saat penyimpanan.
V. JENIS DAN CONTOH BAHAN TAMBAHAN DALAM FORMULA
PELARUT
Bahan
Propilenglikol
Pemerian
Jernih,
Kelarutan
ADI
Dapat larut 25mg/kgBB
(HPE, 625)
reagents
seperti pada
KMnO4
20C
berwarna,
kloroform,
mineral
Jernih, tidak Dapat
(HPE, 301)
dan
1,0-1,5g/kg
dengan
kental,
dan methanol
mikroskopis,
serta alkohol
(0,6
kali sukrosa)
nitrat Bj:1,260g/cm
berwarna,
manis
Bismuth
air,
suhu
warna
gliserin, 20C
Rentang
dapat
meledak
pemakaian
juga mencampur
pelarut
widding agent,
organik, untuk
kontaminasi,
formulasi
berwarna
parenteral
semakin gelap.
<30%,
pemanis pada
elixir
<20%,
sebagai
pemanis pada
konsentrasi
<20%, sebagai
pengawet pada
konsentrasi
PEG 400
Larutan
(FI IV, 511;
kentan
Excipient 6th,
berwarna
517)
kuning lemah
atau
<20%
Bj:1,15-
air,
1,21g/cm
etanol, dalam
pada
hidrokarbon
25C
praktis tidak
larut
dalam
eter
Jernih, tidak Sangat
sedikit larut
dalam
dwivalen
methanol
trivalent
dalam
suasana
asam
kuat
basa
berwarna,
mudah larut
tidak berbau,
dalam
air,
dan
dan
kuat
Pelarut terpilih
Alasan
suhu
tidak aromatik,
berwarna
Sorbitol
alam
Bahan
Pemerian
Saccharin Na Serbuk
(HPE,418-
kristal
419)
berwarna
kelarutan
ADI
inkompaktibilitas Ket. lain
Dalam etanol 2,5mg/kgBB
pH:
6,6
yg 95%=1:50
Dalam
putih, tidak
berbau/bau
dalam 10%
larutan
propilenglikol=
25mg/100ml
1:33
obat minum
Gliserin
lemah
Jernih, tidak Dapat campur 1,0-
(HPE, 301)
berwarna,
tidak
mineral
berbau,
alkohol
serta
Bismuth nitrat
Dosis oral=
Jika
dicampur
1dengan oxidizing
1,5g/kgBB
agent
kontaminasi
higroskopis,
Sukrosa
(HPE, 744)
15-
semakin gelap
manis
Serbuk
Sangat mudah
kristal,
tidak
sukar
berwarna/
dalam etanol
larut
serbuk
kristal
putih, tidak
berbau, dan
rasa manis
Propilenglikol Jernih,
(HPE, 625)
Dapat
larut 25mg/kgBB
aseton,
1,038g/cm
berbau,
kloroform,
pada
tidak
etanol
20C
berwarna,
gliserin,
sedikit
tidak
95%,
suhu
air,
dengan minyak
dan mineral
Pemanis terpilih
Alasan
PEWARNA
Bahan
Pemerian
Kelarutan
Amaranth
Serbuk
Latur
coklat
air 1:5
ADI
dalam
centrimide
hampir
tidak berbau
dengan rasa
saline
Serbuk
Red
merah
Larut
dalam
tidak
berbau,
tidak
berwarna,
tidak manis
Tetrazine
(HPE,
1981)
dan asin
Serbuk
Inkompaktibilitas
dengan
kemerahan,
Allura
Inkompaktibilitas
Larut
baik
Ket. lain
(1:26)
Air 35C (1:5)
Air 80C (1:5)
Pewarna terpilih
Alasan
::PENGAWET
Bahan
Metil
Pemerian
Kelarutan
ADI
Kristal tidak Pada
suhu
Inkompaktibilitas
Aktivitas
paraben,
berwarna,
Nipagin
(HPE,
serbuk
antimikroba
dalam
Turun
dengan
larutan
adanya surfaktan
dengan
466)
kristalin,ber
20C
Gliserin (1:60)
Air (1:4000)
Propilenglikol
Ket. Lain
pH 3-6
pembaw
a aqua
Rentang
pemakai
an
terbakar
0,015%Propil
paraben,
Nipasol
(HPE,
526)
suhu 10
BB
mg/kg Magnesium
Alumunium
silikat
Magnesium
trisilikat
Besi oksida
0,2%
pH 4-8
Rentang
pemakai
an
0,01%0,02%
(1:39)
Etanol (1:1,1)
Sangat larut
dalam aseton
Larut
bebas
dalam alcohol
Na-
Kristal
benzoate
(HPE,
granul putih,
662)
sangat
higroskopik,
amorf
eter
Air (1:8)
5 mg/kgBB
Etanol
95%
(1:75)
Etanol
90%
(1:50)
Air
100%
Gelatin
Garan Ca
Garam Ferri
pH 2-5
Rentang
pemakai
an
0,02%-
(1:1,4)
Pengawet terpilih
Alasan
0,5%
::DAPAR
Bahan
Sodium
Pemerian
Kelarutan
ADI
Kristal putih Sangat larut
dalam air
Praktis tidak
larut
Na2HPO4.
dalam
etanol 95%
2H2O
(HPE,
Inkompaktibilitas
Dengan
Ket. Lain
alkaloidannpyri,
kloralhydrat
pyrogallol
asetat,
lead
kalsium
glotorat,
693)
berinteraksi
diantara kalsium
Asam
sitrat
(HPE,
185)
eter
effervescent,
potassium tartart
alkali asetat dan
sulfide,
juga
dengan
bahan
pereduksi
Jika dikombinasi
memiliki
rasa
dan phosphase
Dengan
dengan
asam
berat
kuat
logam
akan
menimbulkan
Sodium
TIdak
berwarna
atau
dalam
putih, 95%
agak
deliquesuent
Kristal
tidak
etanol
ledakan
Garam
asam pH 4,1-9
5% w/v
alumunium,kalsiu
larutan
m, magnesium
aqua
(25C)
BJ=
156,01
Dapar terpilih : -
Alasan
VI.
:-
Fungsi
Bahan aktif
Kadar
% digunakan
Jumlah 15mL
750mg
Propilen glikol
Pelarut
15% 30%
23%
3,45mL
Glyserin
Pelarut
< 50%
40%
6mL
PEG 400
Pelarut
20%
3mL
Saccharosa
Pemanis
5mg
Saccharin
Pemanis
3mg
Essense Anggur
Perasa
1 tetes
Aquadest
0.02%
Ad 15mL
= 3,31 tahun
Jadi masa kadaluwarsa parasetamol kurang lebih 3,31 tahun dari tanggal pembuatan.
Koefisien Dan Tetapan Dielektrik
Konstanta Dielektrik:
Aquadest
=
78,5
Etanol
=
PEG
=
Gliserin
=
Propilenglikol =
24
12,5
43
32
Tetapan Dielektrik
( 12,5 x 20 )+ ( 43 x 40 ) + ( 32 x 23 ) +(17 x 78,5)
KD
=
100
Fungsi
Kadar
% digunakan
Jumlah
15mL
750mg
Parasetamol
Bahan aktif
Propilen glikol
Pelarut
15% 30%
23%
3,45mL
Glyserin
Pelarut
< 50
40%
6mL
PEG 400
Pelarut
20%
3mL
NaH2PO4. 2H2O
Dapar
269,42mg
Na2HPO4. 2H20
Dapar
19,60mg
Saccharosa
Pemanis
5mg
Saccharin
Pemanis
Essense Anggur
Perasa
0.02%
3mg
1 tetes
Aquadest
Ad 15mL
Perhitungan ADI =
1
Umur
0 3 bulan
ADI ( 25 mg /kg.BB )
76,25 mg 141,25 mg
3 bulan 1 tahun
5,65 kg 7,85 kg
141,25 mg 196,25 mg
Kesimpulan = melebihi batas ADI, namun diperbolehkan karena tidak digunakan seharihari.
2
Umur
0 3 bulan
3 bulan 1 tahun
BB (kg)
3,05 kg 5,65 kg
5,65 kg 7,85 kg
ADI (1,0-1,5g/kg.BB )
3,05g-4,575g/5,65g-8,475g
5,65g-8,475g/7,85g-11,775 g
Umur
0 3 bulan
3 bulan 1 tahun
BB (kg)
3,05 kg 5,65 kg
5,65 kg 7,85 kg
ADI (10mg//kg.BB )
30,5mg-56,5mg
56,5mg-78,5mg
VII. METODE
Alat :
1. Timbangan
2. Gelas beker
3. Batang pengaduk
4. Pipet tetes
5. Kertas perkamen
6. Gelas ukur
Bahan :
1. Paracetamol
2. Propilen glikol
3. Gliserin
4. PEG 400
5. Sukrosa
6. Saccharin Na
7. Essense anggur
8. aquadest
Prosedur pembuatan
1. Melarutkan pewarna dan perasa anggur
Meneteskan sebanyak 7 tetes pewarna dan perasa anggur kedalam gelas beaker
2. Melarutkan Saccharin Na
Menimbang saccharin Na sebanyak 12 ml, kemudian masukkan mortir, gerus ad halus, masukkan ke dalam
Mengukur propilen glikol di gelas ukur sebanyak 13,8 ml dan tambahkan kedalam mortir b
Agar lebih mudah, tuangkan campuran paracetamol dan propilen glikol kedala
Mengukur gliserin di gelas ukur sebanyak 24 ml, masukkan kedalam gelas beker berisi campuran paraceta
Mengukur PEG 400 dalam gelas ukur sebanyak 12 ml , tuangkan kedalam campuran (paracetamol, propile
Panaskan campuran (paracetamol, propilen glikol ,gliserin dan PEG 400) dengan menggunaka
Menambahkan pewarna sekligus perasa anggur beberapa tetes, ad warna dan rasa sesuai den
Memasukkan ke dalam botol 15 ml, beri label dan masukkan ke dalam kemasan sekunder y
Mengukur propilen glikol di gelas ukur sebanyak 115 ml dan tambahkan kedalam mortir b
Agar lebih mudah, tuangkan campuran paracetamol dan propilen glikol kedala
Mengukur gliserin di gelas ukur sebanyak 200 ml, masukkan kedalam gelas beker berisi campuran paracet
Mengukur PEG 400 dalam gelas ukur sebanyak 100 ml , tuangkan kedalam campuran (paracetamol, prop
Panaskan campuran (paracetamol, propilen glikol ,gliserin dan PEG 400) dengan menggunak
Menambahkan pewarna sekligus perasa anggur beberapa tetes, ad warna dan rasa sesuai de
Prosedur evaluasi
Warna
2. Uji berat jenis
Alat
: Piknometer
Cara kerja :
Menimbang piknometer kosong ditimbang analitik
Mengisi piknometer dengan air hingga penuh, kemudian timbang piknometer berisi air
Menimbang air dalam piknometer, kemudian isi dengan larutan drop dan lakukan penimbangan (replikasi 3
Setelah menimbang, menghitung BJ masing-masing dan kemudian dirata-rata cari standart deviasinya
3.
Penetapan pH
Alat
: kertas ukur pH
Cara kerja :
Mencelupkan kertas ukur pH
Kemudian kertas ukur pH akan menunjukkan berapa nilai pH sediaan
pH sediaan = 6
4. Viskositas
Alat
: viskometer
Cara kerja :
Masukkan spindle yang telah terhubung dengan alat viskometer
Hidupkan alat, dan tunggu beberapa menit hingga putaran spindle berhenti
Melihat pada skala iskometer, dan akan diketahui viskositas dari sirup paracetamol
C. PROSEDUR EVALUASI
a. Organoleptis
-Bau
Rasa
Warna
Larutan
: Anggur
: Anggur
: Ungu
: Jernih
Timbang seksama 1,5 gram, tambahkan 100ml air dan 20ml natrium
hidroksida 0,1 N, encerkan dengan air secukupnya hingga 20ml. Pada 5,0 ml
tambahkan 9,5 ml natrium hidroksida 0,1 N, encerkan dengan air secukupnya
hingga 100ml. ukur serapan -1cm larutan pada maksimum lebih kurang
257nm; A(1%,1cm) pada maksimum lebih kurang 257nm adalah 715.
c. pH
-
Ambil pH meter
Ukur sebanyak kurang lebih 50ml larutan drop dalam beaker glass kecil
d. Bobot Jenis
-
rendam piknometer dalam air es, hingga suhu mencapai 20 derajat celcius,
kemudian ditimbang.
Isi alat piknometer dengan aquadest, kemudian rendam dalam air es hingga
suhu mencapai 20 derajat celcius , kemudian timbang.
Keringkan alat piknometer, kemudian isi dengan larutan yang ingin di uji, dan
rendam di air es hingga suhu mencapai 20 derajat celcius
e. Viskositas
-
Masukkan zat uji kedalam viskotester sebanyak wadah yang ada pada alat
viskotester
f. Uji Mikrobiologi
- Menggunakan medium bakteri. Bakteri pada sediaan oral: Salmonella, E.coli,
Staphylococcus, Pseudomonas aeruginosa.
PEMBAHASAN
Pada praktikum pembuatan sediaan drop parasetamol, langkah awal yang kami
lakukan adalah memilih bahan aktif yaitu parasetamol dan bahan tambahan yaitu pelarut,
pengawet, pemanis, pewarna dan perasa. Kemudian dari bahan-bahan tersebut kami mencari
sifat fisika-kimianya serta rentangnya agar dapat berfungsi sebagai pelarut, pengawet maupun
pemanis untuk sediaan obat. Setelah itu kami menentukan salah satu bahan yang kiranya
paling baik untuk digunakan dalam membuat sediaan drop parasetamol. Di mulai dari bahan
aktif parasetamol, kami mulai menghitung dosis parasetamol per hari (sendok takar) yang
disesuaikan dengan dosis dalam literatur. Setelah itu, kami menentukan kemasan terkecil
sediaan berdasarkan dosis sediaan yang ingin kami buat, didapatkan kemasan terkecilnya
15ml. Dari dosis yang sudah di dapat, kami memperkirakan berapa banyak drop yang bisa
dibuat untuk waktu terapi 3 hari dengan penggunaan bahan yang efektif dan efisien serta
untuk memaksimalkan stabilitas sediaan. Selanjutnya kami menentukan kadar pelarut yang
dapat melarutkan parasetamol. Untuk mengetahui kelarutan parasetamol dalam formulasi,
ada dua cara yaitu :
1. Menggunakan data kelarutan parasetamol yang terdapat pada literatur.
2. Menghitung konstanta dielektrik dan membandingkannya dengan formulasi dasar.
Dalam pembuatan formulasi, kami menghitung konstanta dielektrik dari pelarut yang
akan digunakan dan diperoleh konstanta dielektrik yaitu sebesar ? sedangkan nilai konstanta
dielektrik formula baku adalah 31. Nilai konstanta dielektrik akan mempengaruhi kelarutan
sediaan yang akan di buat. Semakin dekat nilai konstanta dielektrik sediaan yang ingin di
buat dengan nilai konstanta dielektrik formula baku akan semakin baik kelarutannya.
Kami memilih formula yang akan di buat dengan mempertimbangkan nilai konstanta
dielektrik (kelarutan) yang paling mendekati formula baku dan perbedaan penggunaan
kosolven dari masing-masing formulasi. Dalam pembuatan sediaan ada dua cara dalam
melarutkan bahan aktif parasetamol yaitu :
Cara 1 : Dengan mencampurkan seluruh pelarutnya terlebih dahulu kemudian bahan
aktifnya (Parasetamol) dimasukkan dalam pelarut campuran tersebut. Kemudian
ditambahkan bahan-bahan lainnya.
Cara 2 : Dengan melarutkan bahan aktif ke dalam pelarut yang mempunyai kelarutan
paling besar. Kemudian ditambahkan pelarut yang mempunyai kelarutan lebih rendah dari
pelarut yang pertama. Dan seterusnya.
Dari dua cara melarutkan bahan aktif parasetamol diatas, kami memilih cara 2 karena di
anggap paling efektif untuk di buat sediaan. Dari hasil percobaan, terdapat perbedaan yang
signifikan dalam kelarutan sediaan dengan cara 1 dan 2. Pada kedua cara pembuatan sediaan
tersebut hasil dari kelarutan parasetamol berbeda. parasetamol dapat larut secara sempurna
dengan menggunakan cara 2. Perbedaan hasil yang sangat terlihat yaitu pada pembuatan
engan cara 2 hasilnya lebih larut dan viskositas lebih tinggi.
Setelah diperoleh cara pembuatan yang sesuai selanjutnya kami memproduksi 1 batch
sebanyak 500 ml. Kemudian kami melakukan evaluasi sediaan meliputi organoleptis (bau,
warna dan rasa), uji pH, uji bobot jenis dan uji viskositas. Dari hasil tersebut, pada uji
organoleptis sudah memenuhi persyaratan, pada uji pH diperoleh hasil pH 6, uji bobot jenis
diperoleh bobot jenis drop parasetamol sebesar ? dan uji viskositas diperoleh hasil ?. Dari
hasil ini dapat diketahui bahwa drop paracetamol yang dibuat telah memenuhi persyaratan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan pembahasan dapat disimpulan bahwa :
Pembuatan drop parasetamol yang baik dapat dilakukan dengan cara melarutkan bahan
aktif ke dalam pelarut yang mempunyai kelarutan paling besar. Kemudian ditambahkan
pelarut yang mempunyai kelarutan lebih rendah dari pelarut yang pertama. Dan seterusnya
Dari hasil formulasi yang kita buat diperoleh data sebagai berikut :
a. Organoleptis
o Warna : ungu
o Rasa : manis agak pahit
o Bau
: Anggur
b. Berat Jenis = ?
c. pH rata-rata = 6
d. Viskositas = ?
Sediaan sirup Parasetamol yang dihasilkan tidak memenuhi kriteria karena sediaan kami
mengalami pengendapan sedangkan persyaratan sirup harus jernih.
Saran
1.
Untuk mengatasi pengendapan yang timbul seperti yang telah kami lakukan,
hendaknya konsentrasi pelarut yang akan di gunakan di buat lebih tinggi agar tidak terjadi
larutan jenuh dan agar semua parasetamol yang dinuat larut.
2.
DAFTAR PUSTAKA