PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dua alat ukur listrik yang cukup penting peranannya akan dibahas dalam
modul ini. Kedua alat ukur itu adalah alat ukur arus listrik dan alat ukur tegangan
listrik. Alat ukur arus listrik biasa disebut amperemeter dan alat ukur tegangan listrik
disebut voltmeter.
Terdapat pembedaaan yang mencolok dalam penggunaan kedua alat ukur ini.
Amperemeter dipasang seri terhadap sumber tegangan, sedangkan voltmeter dipasang
paralel terhadap sumber tegangan.
Sekarang ini kedua alat ukur tersebut sudah terintegrasikan ke dalam satu alat
diberi nama multimeter, karena kemampuanya unutk mengukur beberapa besaran
listrik. Selain kedua besaran di atas, multimeter juga dapat digunakan untuk mengukur
besarnya hambatan. Hambatan dalam pada amperemeter dan voltmeter bisa diukur.
Untuk itu akan dibahas mengenai pengukuran hambatan dalam voltmeter dan
amperemeter.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengukur hambatan dalam amperemeter ?
2. Bagaimana cara mengukur hambatan dalam voltmeter ?
3. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini anda diharapkan mampu :
1. Mengukur hambatan dalam amperemeter.
2. Mengukur hambatan dalam voltmeter.
4. Hipotesis
1. Untuk mengukur hambatan dalam ampermeter rangkaian volmeter dan
amperemeter disusun secara paralel
2. Untuk mengukur hambatan dalam voltmeter rangkaian voltmeter dan hambatan
disusun secara paralel
BAB II
LANDASAN TEORI
Jika suatu kawat penghantar diberi beda tegangan pada ujung-ujungnya dan diukur
arus yang melewati penghantar tersebut, maka menurut Hukum Ohm akan dipenuhi
persamaan : V = I R (1) dengan V merupakan beda tegangan, I adalah arus yang lewat pada
penghantar dan R hambatan dari penghantar. Persamaan (1) menunjukkan bahwa Hukum
Ohm berlaku jika hubungan antara V dan I adalah linier. Arus listrik dapat diukur dengan
menggunakan Ampermeter. Rangkaian dasar dari
gambar (1) :
DC yang mempunyai
Dengan :
Rm
Rs
Rv
Im
Is
sebuah hambatan beban yang kemudian diberi arus dari sebuah ggl dan kemudian diukur
tegangannya seperti pada gambar 8.11. cara kedua serupa dengan cara pertama, tetapi
volmeter pada cara pertama itu diganti dengan sebuah hambatan yang sudah diketahui
nilainya, seperti pada gambar 8.12.
Untuk rangkaian pada gambar 8.11, nilai hambatan dalam amperemeter dapat dicari dengan
persamaan,
RA=
V
I
Dengan V adalah tegangan yang terbaca pada voltmeter, dan i adalah kuat arus yang terbaca
pada amperemeter.
Untuk rangkaian pada 8.12, nilai hambatan dalam amperemeter dapat dicari dengan
persamaan,
RA=
I 1I 2
R
I2
Dengan
i1
adalah kuat arus yang terbaca pada amperemeter sebelum R dipasang dan
i2
Hambatan dalam sebuah voltmeter dapat diukur dengan dua cara. Cara pertama
adalah dengan menganggap atau memperlakukan voltmeter sebagai sebuah hambatan beban
yang kemudian diberi arus dari sebuah ggl dan kemudian diukur kuat arusnya seperti pada
gambar 8.13. cara kedua serupa dengan cara pertama, tetapi amperemeter pada cara pertama
itu diganti dengan sebuah hambatan yang sudah diketahui nilainya, seperti pada gambar 8.14.
Untuk rangkaian pada gambar 8.13, nilai hambatan dalam voltmeter dapat dicari dengan
persamaan,
RV =
V
I
Dengan V adalah tegangan yang terbaca pada voltmeter, dan i adalah kuat arus yang terbaca
pada amperemeter.
Untuk rangkaian pada 8.14, nilai hambatan dalam voltmeter dapat dicari dengan persamaan,
RA=
V 1 V 2
R
V
Dengan
dan
V2
V1
BAB III
METODOLOGI EKSPERIMEN
\
3. Gambar Percobaan
Gambar 8.11
Gambar 8.13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
V
I
I (A)
.
1
2
3
4
5
30.10-3
33.10-3
35.10-3
37.10-3
39.10-3
V (volt)
28.10-3
30.10-3
32.10-3
34.10-3
36.10-3
RA ()
0,93
0,90
0,91
0,91
0,92
Gambar 8.12
RA=
No
I 1I 2
R dimana R=47
I2
I1 (A)
.
1
2
3
4
5
30.10-3
33.10-3
35.10-3
37.10-3
40.10-3
I2 (A)
28.10-3
31.10-3
32.10-3
34.10-3
37.10-3
RA ()
3,357
3,032
4,406
4,147
3,811
Gambar 8.13
RV =
No
.
V
I
I (A)
V (volt)
RA ()
9.10-6
14.10-6
18.10-6
24.10-6
30.10-6
1
2
3
4
5
0,2
0,4
0,5
0,7
0,8
22222,2
28571,4
27777,7
29166,6
26666,6
Gambar 8.14
Rv =
No
.
1
2
3
4
5
V 1V 2
R dimana R=10 k =10000
V2
V1 (A)
0,3
0,5
0,6
0,8
0,9
V2 (A)
0,2
0,4
0,4
0,6
0,7
RA ()
5000
2500
5000
3333,3
2857,2
2. Pembahasan
V
I
I 1I 2
R
I2
Seharusnya nilai RA pada cara 1 dan 2 menghasilkan nilai yang sama, tapi
disini berbeda selisih sekitar 2,500-an . Kesalahan hasil data tersebut adalah karena
hambatan tetap R yang harus digunakan tidak disertakan dalam buku panduan
praktikum. Sehingga yang kami gunakan adalah hambatan tetap 47 . Untuk nilai RA
pada kedua cara tersebut agar tidak terlalu selisih jauh, hambatan tetap yang
diperlukan adalah 0,22 . Tapi hambatan tetap yang tersedia di KIT Listrik dan
Magnet hanya 47 , 100 , 10 k, dan 470 k. Kami tidak menemukan 0,22 .
RV =
V
I
Rv =
V 1V 2
R
V2
Seharusnya nilai RV pada cara 1 dan 2 menghasilkan nilai yang sama, tapi
disini berbeda selisih sekitar 18000-an . Kesalahan hasil data tersebut adalah karena
hambatan tetap R yang harus digunakan tidak disertakan dalam buku panduan
praktikum. Sehingga yang kami gunakan adalah hambatan tetap 10 k. Untuk nilai
RV pada kedua cara tersebut agar tidak terlalu selisih jauh, hambatan tetap yang
diperlukan adalah 47 k. Tapi hambatan tetap yang tersedia di KIT Listrik dan
Magnet hanya 47 , 100 , 10 k, dan 470 k. Kami tidak menemukan 47 k.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan
analisa
data
dan
pembahasan,
dapat
disimpulkan
bahwa
pertama
adalah
pengukuran
langsung
dengan
menggunakan
I I
V
atau R = 1 2 R
I
I2
A
V V 2
V
atau R = 1
R
I
V
V
2. Saran
Sebelum melaksanakan percobaan, hendaknya mahasiswa mempelajari dan
memahami konsep dan prinsip dari bahan praktikum.