PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang
sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin, yang kemudian dikeluarkan
dari tubuh. Tetapi pada kondisi tertentu karena adanya gangguan pada ginjal, fungsi
tersebut akan berubah. Gagal ginjal kronik biasanya terjadi secara perlahan-lahan
sehingga biasanya diketahui setelah jatuh dalam kondisi parah. Gagal ginjal kronik
tidak dapat disembuhkan. Gagal ginjal kronik dapat terjadi pada semua umur dan
semua tingkat sosial ekonomi. Pada penderita gagal ginjal kronik, kemungkinan
terjadinya kematian sebesar 85 %.
Melihat kondisi seperti tersebut di atas, maka perawat harus dapat mendeteksi
secara dini tanda dan gejala klien dengan gagal ginjal kronik. Sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensip pada klien dengan gagal ginjal
kronik.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana gambaran perawatan pada penyakit gagal ginjal kronik?
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien gagal ginjal kronik
b. Mampu membuat analisa data pada pasien gagal ginjal kronik
c. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik.
d. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik.
e. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik.
f. Mampu membuat evaluasi pada pasien gagal ginjal kronik
D. MANFAAT
1. Secara umum
a. Menambah wawasan, pengetahuan penulis dan pembaca di bidang
kesehatan khususnya gagal ginjal kronik.
b. Memberikan informasi mengenai masalah keperawatan pada pasien
dengangagal ginjal kronik dan penatalaksanaan masalah keperawatan.
c. Meningkatkan ketrampilan penulis dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien Gagal ginjal kronik.
1
2. Secara khusus
a. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa
dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta
upaya pencegahan penyakit gagal ginjal kronik agar terciptanya kesehatan
masyarakat yang lebih baik.
b. Bagi Pembaca
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan
fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
Penyakit gagal ginjal kronis bersifat progresif dan irreversible dimana terjadi
uremia
karena
kegagalan
tubuh
untuk
mempertahankan
metabolisme
dan
Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat
dibagi dalam 2 kelompok :
1. Penyakit parenkim ginjal
a. Penyakit ginjal primer: Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal polikistik, Tbc
ginjal
b. Penyakit ginjal sekunder: Nefritis lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal,
Poliarteritis nodasa, Sclerosis sistemik progresif, Gout, DM
2. Penyakit ginjal obstruktif: Pembesaran prostat, batu saluran kemih, refluks ureter.
Secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan infeksi yang berulang
dan nefron yang memburuk, obstruksi saluran kemih, destruksi pembuluh darah
3
akibat diabetes dan hipertensi yang lama, scar pada jaringan dan trauma langsung
pada ginjal.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369) :
a. Gejala dini: lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut: anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau
sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan,
pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain: Hipertensi, (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin aldosteron),
gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia,
mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran,
tidak mampu berkonsentrasi).
3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Kardiovaskuler : Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner,
perikarditis pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital friction rub
pericardial, pembesaran vena leher
b. Integumen : Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar
c. Pulmoner : Krekels, sputum kental dan liat, nafas dangkal, pernafasan
kussmaul
d. Gastrointestinal : Nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan mulut,
anoreksia, mual, muntah, konstipasi dan diare, perdarahan saluran cerna
e. Neurologi : Kelemahan dan keletihan, konfusi/ perubahan tingkat kesadaran,
disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki.
f. Muskuloskeletal : Kram otot, kekuatan otot hilang,kelemahan pada tungkai
Fraktur tulang, Foot drop
g. Reproduktif : Amenore, Atrofi testekuler
D. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
4
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat
diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang
rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau
lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner &
Suddarth, 2001 : 1448).
Klasifikasi gagal ginjal kronik dibagi menjadi 5 stadium :
1. Stadium 1, bila kadar gula tidak terkontrol, maka glukosa akan dikeluarkan lewat
ginjal secara berlebihan. Keadaan ini membuat ginjal hipertrofi dan hiperfiltrasi.
Pasien akan mengalami poliuria. Perubahan ini diyakini dapat menyebabkan
glomerulusklerosis fokal, terdiri dari penebalan difus matriks mesangeal dengan
bahan eosinofilik disertai penebalan membran basalin kapiler.
2. Stadium 2, insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood
Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
3. Stadium 3, glomerulus dan tubulus sudah mengalami beberapa kerusakan. Tanda
khas stadium ini adalah mikroalbuminuria yang menetap, dan terjadi hipertensi.
4. Stadium 4, ditandai dengan proteinuria dan penurunan GFR. Retinopati dan
hipertensi hampir selalu ditemui.
5. Stadium 5, adalah stadium akhir, ditandai dengan peningkatan BUN dan kreatinin
plasma disebabkan oleh penurunan GFR yang cepat.
E. PATHWAY
ETIOLOGI
GFR
Adaptasi
Nefron hipertropi
Adaptasi
solut, reabsorpsi
Urine isoosmotis
Oliguri
Keseimbangan cairan
solut
elektrolit dipertahankan
Ketidakseimbangan dlm
cadangan ginjal
Uremia
Insufisiensi ginjal
Penumpukan kristal
Gagal ginjal
urea di kulit
Pruritus
Eritropoetin di ginjal
SDM
Angiotensin
Retensi Na+
Intoleransi aktivitas
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara
lain:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan
protein dan immunoglobulin)
b. Pemeriksaan UrinWarna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein,
sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT2.
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan
gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate
4. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi
dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada,
pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen
G. PENCEGAHAN
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan
sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal.
Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian
terhadap peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan
pemeriksaan urinalisis.
Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi
insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan
masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu
mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001).
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah dan urin
8
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
a. Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :
1) Airway
a) Lidah jatuh kebelakang
b) Benda asing/ darah pada rongga mulut
c) Adanya sekret
Pada klien CKD biasanya Pasien penurunan kesadaran, sulit bernafas,
nampak sesak, ada sedikit secret, tidak ada muntahan di rongga mulut,
9
3) Circulation
a) TD meningkat
b) Nadi kuat
c) Disritmia
d) Adanya peningkatan JVP
e) Terdapat edema pada ekstremitas bahkan anasarka
f) Capillary refill > 3 detik
g) Akral dingin
h) Cenderung adanya perdarahan terutama pada lambung
Pada klien CKD biasanya KU lemah. Nadi 120x permenit, TD 260/160.
Akral dingin warna kulit pucat, piting edema 2mm. Nadi terasa lemah dan
cepat. Tidak ada indikasi pendarahan
4) Disability
Pengkajian sekunder
a. Pemeriksaan fisik
10
seimbang
: bunyi nafas paru
perkembangan
dada
Jantung
I
: dada simetris
A : S1 S2 takikardi
P : nadi perifer teraba lebih jelas
P : redup
Abdomen
I
: datar
A
: timpani
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme pengaturan tubuh.
2.
Kerusakan integritas kulit b/d pruritis.
3.
Ketidakimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
4.
Intoleransi aktivias b/d ketidakmampuan tubuh memenuhi metabolisme otot
dan rangka.
12
13
NO
1.
DX
TUJUAN
KRITERIA HASIL
Kelebihan
Setelah
volume cairan
dilakukan
b/d gangguan
tindakan
mekanisme
keperawatan
jelas
JVP tidak nampak
Intake dan output
pengaturan
segera,
tubuh.
kelebihan
perifer
volume cairan
teratasi.
seimbang
Tidak
ada
edema
INTERVENSI
1. Memantau keadaan umum klien
R/ mengetahui masalah
2. Monitor status hidrasi, mukosa, tekanan darah dan laborat
R/ Melihat penyebab edema
3. Pasang Dc sesuai ukuran
R/ Memudahkan eliminasi dan balance cairan
4. Berikan diuretik sesuai advice dokter
R/ mengurangi cairan berlebih
5. Monitor mukosa, turgor kulit, crt
R/ mengetahui status pasien terhadap cairan
6. monitor input dan output cairan
R/ sebagai balance cairan.
14
TTD
2.
Kerusakan
Setelah
integritas kulit
dilakukan
b/d pruritis
tindakan
M Mempertahankan kulit
keperawatan
integritas kulit
dapat terjaga
utuh
Menunjukan perilaku /
teknik untuk mencegah
kerusakan kulit
15
Ketidakimbangan Setelah
Adanya peningkatan
nutrisi kurang
dilakukan
berat
dari kebutuhan
tindakan
dengan tujuan.
tubuh b/d
keperawatan
anoreksia
klien
mengalami
kestabilan BB
Berat
badan
sesuai
badan
ideal
malnutrisi
masukan makanan
16
Intoleransi
Setelah
Berpartisipasi dalam
aktivias b/d
dilakukan
ketidakmampuan
tindakan
disertai peningkatan
tubuh memenuhi
keperawatan
metabolisme otot
kilen
dan RR
dan rangka.
mengalami
penurunan
intoleransi
aktivitas.
Mampu melakukan
aktivitas sehari hari
(ADLs) secara mandiri
Energy Management
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas
2. Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap
keterbatasan
3. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
6. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
1. Kolaborasikan
dengan
Tenaga
Rehabilitasi
Medik
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa definisi mengenai osigenasi maka dapat dirumuskan
gangguan pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi harus dilakukan
tindakan secara lebih intensif.
B. Saran
1. Persiapan diri sebaik mungkin sebelum melaksanakan tindakan asuhan
keperawatan.
2. Bagi mahasiswa diharapkan bisa melaksakan tindakan asuhan keperawatan sesuai
prosedur yang ada.
19
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC.
http://askep-ebook.blogspot.com/2009/04/ckd-chronic-kidney-disease.html
http://www.scribd.com/doc/14558331/Laporan-Pendahuluan-Chronic-Kidney-DiseaseCKD.
20