FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAP
KROMATOGRAFI KOLOM, KROMATOGRAFI CAIR VAKUM, DAN MPLC
(Middle Pressure Liquid Chromatography)
EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.)
OLEH:
PUTRI SAKINAH
YAYU PERMATASARI
SILVA MALIKU
REZKY APRHODYTA
HUTRI ARDIYANTO
NAHDIAH W
N111 12 109
N111 13 004
N111 13 026
N111 13 312
N111 13 519
N111 13 521
KELOMPOK IV
GOLONGAN SENIN PAGI
ASISTEN: DIAN MEGAWATI AMIN PUTRI
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Suatu analisis kimia menjadi meragukan jika pengukuran sifat tidak
pemisahan
dimaksudkan,
senyawa
pemekatan
pengganggu,
terlebih
dahulu
isolasi
sebelum
senyawa
yang
identifikasi
dan
memperkolasi
melalui
celah-celah
fasa
diam.
Gerakan
fasa
I.2
Maksud Percobaan
I.3
Tujuan Percobaan
I.4
Prinsip Percobaan
metode
kromatografi
cair
vakum
metode
MPLC
berdasarkan
prinsip
Kromatografi adalah cara pemisahan zat khasiat dan zat lain yang ada
dalam sediaan dengan jalan penyarian berfraksi, penyerapan, atau
penukaran ion pada zat berpori, menggunakan cairan atau gas yang mengalir
(2).
Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya
menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja
berdasarkan prinsip yang sama (3).
Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau
cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase
gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari
campuran
bersama-sama.
Komponen-komponen
yang
berbeda
akan
II. 2
Kromatografi Kolom
panjang
kolom
harus
sekurang-kurangnya
10
kali
ukuran
tarik
bumi,
kolom
yang
dijalankan
dengan
tekanan, apakah
melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit hingga masuk
semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga silika gel mapat,
setelah silika gel mapat eluen dibiarkan mengalir sampai batas adsorben
kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang terebih dahulu
dilarutkan dalam eluen sampai diperoleh kelarutan yang spesifik.
Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom melalui
dinding kolom sedikit demi sedikit hingga masuk semua, dan kran dibuka
dan diatur tetesannya, serta cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang
keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi.
Pada kromatografi kolom ukuran silika 1:100 karena berdasarkan
penelitian/pengalaman itu merupakan perbandingan yang paling tepat untuk
panjang kolom dalam menghasilkan pemisahan senyawa yang baik,
mengingat pemisahan dipengaruhi oleh panjang dan diameter kolom,
semakin panjang kolom semakin baik untuk melakukan pemisahan. Pada
kromatografi cair vakum digunakan 1:10 karena kapasitas dari gelas masir
tidak mencukupi jika menggunakan perbandingan 1:100, jadi biasanya
menggunakan perbandingan 1:10, intinya pemisahan dipengaruhi oleh
panjang dan diameter dari silika, semakin panjang dan lebar diameternya,
maka pemisahan akan semakin baik. (12)
Kromatografi kolom dari larutan dibutuhkan tabung pemisah tertentu
yang diisi dengan bahan sorpsi dan juga pelarut pengembang yang berbeda.
Tabung pemisah yang diisi dengan bahan sorpsi disebut kolom pemisah.
ukuran kolom (diamter dan panjang kolom), kecepatan alir elusi membantu
mengatasi permasalahan dalam dunia bioteknologi, farmasi, klinik dan
kehidupan manusia secara umum (10).
Sebagian besar prinsip pemisahan kromatografi kolom didasarkan pada
afinitas kepolaran analit dengan fase diam, sedangkan fase gerak selalu
memiliki kepolaran yang berbeda dengan fase diam. Pada sebagian besar
kromatografi kolom menggunakan fase diam yang bersifat polar dengan fase
gerak yang non-polar dengan begitu waktu retensi akan menjadi lebih
singkat. Semakin cepat pergerakan fase gerak akan meminimalkan waktu
yang diperlukan untuk bergerak di sepanjang kolom. Laju aliran kolom dapat
ditingkatkan dengan memperluas aliran eluent di dalam kolom dengan
mengisi fase diam pada bagian bawah atau dikurangi dengan mengontrol
keran. Laju aliran yang lebih baik dapat dicapai dengan menggunakan pompa
atau dengan menggunakan gas dengan kompresi (misalnya udara, nitrogen,
argon) untuk mendorong pelarut melalui kolom. Kolomnya (tabung gelas)
diisi dengan bahan seperti alumina, silika gel atau pati yang dicampur dengan
adsorben, dan pastanya diisikan kedalam kolom. Larutan sampel kemudian
diisikan kedalam kolom dari atas sehingga sampel diasorbsi oleh adsorben.
Kemudian pelarut (fasa mobil; pembawa) ditambahkan tetes demi tetes dari
atas kolom. Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah
(fasa mobil) dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorben (fasa stationer).
Selama perjalanan turun, zat terlarut akan mengalami proses adsorpsi dan
zat
terlarut
akan
terpisahkan
membentuk
beberapa
detektor
dalam
berbagai
konsentrasi,
detektor
harus
plot
komponen
dalam
suatu
campuran
dengan
metode
dapat dipakai sebagai data awal untuk menghasilkan jenis obat baru, atau
dapat pula dipakai untuk mengontrol kondisi obat tersebut sehingga bisa
bertahan lama.
Dalam bidang klinik, teknik ini sangat bermanfaat terutama dalam
menginvestigasi fluida badan seperti air liur. Dari air liur seorang pasien,
dokter dapat mengetahui jenis penyakit yang sedang diderita pasien tersebut.
Seorang perokok dapat diketahui apakah dia termasuk perokok berat atau
ringan hanya dengan mengetahui konsentrasi CN- (sianida) dari sampel air
liurnya. Demikian halnya air kencing, darah dan fluida badan lainnya bisa
memberikan data yang akurat dan cepat sehingga keberadaan suatu
penyakit dalam tubuh manusia dapat dideteksi secara dini dan cepat.
Sekarang ini, deteksi senyawa oksalat dalam air kencing menjadi
sangat penting terutama bagi pasien kidney stones (batu ginjal). Banyak
metode analisis seperti spektrofotometri, manganometri, atau lainnya, akan
tetapi semuanya membutuhkan kerja ekstra dan waktu yang cukup lama
untuk mendapatkan hasil analisis dibandingkan dengan teknik kromatografi.
Dengan alasan-alasan inilah, kromatografi kemudian menjadi pilihan utama
dalam.
Pada metode kromatografi kolom mempunyai keuntungan dan kerugian,
yaitu (14):
Keuntungan:
1. Dapat digunakan untuk analisis dan aplikasi preparatif
kering
dalam
keadaan
vakum
agar
diperoleh
kerapatan
maksimum. Alat yang digunakan terdiri dari corong G-3, sumbat karet,
pengisap yang dihubungkan dengan pompa vakum serta wadah penampung
fraksi. Walaupun KCV memerlukan jumlah sampel yang lebih banyak dari
pada kromatografi lapis tipis (KLT), KCV tetap ekonomis dalam sisi biaya (9).
Pelarut
Heksana
Heksana-etil
2
3
asetat
Etil asetat
Etil asetat-
Komposisi
100
Volume (ml)
100
50:50
100
100
100
75:25
100
50:50
100
25:75
100
metanol
Etil asetat5
metanol
Etil asetat6
metanol
7
Metanol
100
100
Tabel 1. Urutan pelarut yang digunakan dalam Kromatografi Cair Vakum
Salah
satu
cara
pemisahan
adalah
kromatografi
cair
vakum,
ekstrak
ditampung
dalam
wadah
terpisah
sehingga
fase diam yang tingkat kehalusannya seperti yang umumnya dipakai dalam
kromatografi lapis tipis (70-230 mesh) (11).
Corong Buchner yang berisi fase diam ini digunakan dalam kondisi
vakum/bertekanan, yang berakibat pada kemampuan yang dihasilkan oleh
kromatografi cair vakum akan sama dengan kromatografi gravitasi namun
diperlukan
waktu
yang
lebih
singkat.
Cara
asli
yang
Vakum
Cair
mempunyai
keuntungan
yang
utama
Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil disbanding dengan
kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak
lebih lambat (10-100l/menit).
Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal
jika digabung dengan spektrometer massa.
II.4
pemisahan
dan
meningkatkan
reprodusibilitas
pemisahan;
tidak bisa menahan tekanan melebihi 20 bar. Kolom juga bervariasi dalam
penjang dan diameternya (i.d.), ukuran kolom ini digambarkan sebagai
volume pengisian. Volume pengisian ini berkisar antara 63 ml (9 mm (i.d.)
x 100 mm) sampai 15000 ml (105 mm i.d. x 1760 mm). Pemilihan dimensi
kolum bergantung pada jumlah sampel yang akan dipisahkan, dengan
kisaran antara 0,1 g dengan kolom paling kecil hingga 100 g dengan
kolom yang besar.
4 Detektor dan Rekorder
Monitoring pemisahan MPLC dapat dilakukan dengan KLT dari fraksi yang
terkumpulkan. Deteksi secara online juga rutin digunakan dengan detektor
panjang gelombang tunggal
untuk tujuan analisis dan fungsinya tidak memberi manfaat besar dalah
pemisahan preparatif. Akomodasi untuk laju aliran tinggi merupakan
prasyarat untuk detektor kromatografi preparatif.
5 Kolektor Fraksi
Pengumpulan
otomatis
dari
fraksi
dapat
dilakukan
dengan
Uraian Bahan
1.
: Etil asetat
Nama Lain
: Etil asetat
RM
: CH3CO.O.C2H5
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
2. n-Heksana (1)
Nama resmi
Nama lain
RM/BM
Pemerian
: HEXAMINUM
: Heksamina
: C6H12N4 / 140,19
: hablur mengkilap, tidak berwarna atau serbuk
hablur putih, tidak berbau, rasa membakar dan
manis kemudian agak pahit. Jika di panaskan
Penyimpanan
Kegunaan
BAB III
METODE KERJA
III. 1
III.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah kolom, statif,
botol vial, botol coklat, gelas ukur, dan pipet tetes.
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan ekstrak jambu biji yang tidak larut heksan (non
polar), kapas, silica, n-heksan, etil asetat dan kapas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
No
Eluen
1
Heksan : Etil asetat = 10:1
2
Heksan : Etil asetat = 8:1
3
Heksan : Etil asetat = 6:1
4
Heksan : Etil asetat = 4:1
5
Heksan : Etil asetat = 1:3
6
Heksan : Etil asetat = 1:3
7
Heksan : Etil asetat = 1:4
8
Heksan : Etil asetat = 1:6
LABORATORIUM FITOKIMIA
9FAKULTAS
Heksan
: Etil asetat = 1:8
FARMASI
10UNIVERSITAS
Heksan HASANUDDIN
: Etil asetat = 1:10
11
Etil asetat 100%
Jumlah (ml)
Warna fraksi
50 ml
Kekuningan
50 ml
Kekuningan
50 ml
Kekuningan
50 ml
Kekuningan
50 ml
Bening
50 ml
Bening
50 ml
Kehijauan
50
ml
Kehijauan
LABORATORIUM FITOKIMIA
50
ml
Kehijauan
FAKULTAS FARMASI
50
ml
Kekuningan
UNIVERSITAS HASANUDDIN
50 ml
Bening
Penimbangan silika
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan pemisahan komponen senyawa pada
sampel ekstrak daun jambu biji (P. guajava) dengan menggunakan
kromatografi kolom. Alat dan bahan disiapkan, kemudian ditimbang silika
sebanyak 100 gram. Silika kemudian disuspensikan dengan n-heksan, lalu
dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding sembari dimampatkan agar tidak
ada gelembung udara dan keran kolom dibuka. Setelah silika mencapai dua
per tiga dari tinggi kolom, dimasukkan kertas saring ke dalam kolom, lalu
dimasukkan sampel yang telah diserbukkan sebelumnya dengan silika.
Ekstrak sampel yang digunakan yaitu ekstrak hasil partisi metode ECP yaitu
ekstrak tidak larut heksan, karena senyawa yang ingin diisolasi adalah
senyawa flavanoid yang sifatnya semi polar sampai polar .
Setelah itu, dimasukkan eluen mulai dari yang paling non polar, dan
ditampung hasil fraksi yang dihasilkan dalam vial yang telah dikalibrasi 5 ml.
Dimasukkan eluen atau campuran eluen berikutnya dari yang kurang polar
hingga yang paling polar. Ditampung hasilnya dalam vial.
Eluen yang digunakan adalah heksan:etil asetat = 10:1, heksan:etil =
8:1, heksan:etil asetat = 6:1, heksan:etil asetat = 4:1, heksan:etil asetat = 1:3,
heksan:etil asetat = 1:4, heksan:etil asetat = 1:6, heksan:etil asetat = 1:8,
heksan:etil asetat = 1:10, dan etil asetat 100% masing-masing sebanyak 50
ml. Elusi yang dilakukan pada kromatografi kolom dilakukan dari eluen non
polar ke eluen polar, agar pemisahan yang terjadi dapat menghasilkan
pemisahan senyawa yang baik, dimana ketika eluen polar yang terlebih
dahulu dilewatkan, maka senyawa yang sifatnya polar maupun non polar
akan ikut terelusi, karena kemampuan yang dimiliki oleh pelarut polar dapat
melarutkan senyawa yang sifatnya polar dan non polar sehingga pemisahan
tidak terjadi, berbeda ketika eluen non polar yang dilewatkan terlebih dahulu,
kemampuan eluen non polar hanya dapat melarutkan/mengelusi senyawa
non polar. Hasil partisi yang tertampung adalah 68 vial dengan berbagai
variasi warna yaitu bening, kekuningan, dan kehijauan.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari kromatografi kolom yang dilakukan dengan menggunakan ekstrak
daun jambu biji (Psidium guajava) di dapatkan hasil fraksi sebanyak 68 vial
dengan berbagai variasi warna yaitu bening, kekuningan, dan kehijauan.
VI.2 Saran
Semoga komunikasi antar praktikan dan asisten bisa lebih terjaga
sehingga segala hal yang berkaitan dengan praktikum dapat berjalan dengan
baik dan tidak terjadi kesalahpahaman.
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Departemen Kesehatan RI.
1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.
2. Ibnu Gholib Gandjar. Abdul Rahman. 2008. Kimia Farmasi Analisis.
Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
3. Roy J. Gritter, James M. Bobbit, Arthur E. S., 1991. Pengantar
Kromatografi. Penerbit ITB: Bandung.
4. J. B. Harbone. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan. Penerbit ITB: Bandung.
5. K. Hostettmann, M. Hostettmann, A. Marston. 1995. Cara Kromatografi
Preparatif. Penerbit ITB: Bandung.
Kromatografi
Cepat
Sebagai
Cara
Polar
Ekstrak
Etanol
Rimpang
Temu
Mangga.
Universitas
Roy
J. Gritter,
James M.
Bobbit, Arthur
E. S.,
1991.
University
of
Lausanne,
Lausanne,
Switzerland:
A.
LAMPIRAN
Skema Kerja
Kromatografi Cair Vakum
Penyiapan Ekstrak
Ekstrak ditimbang
B.
Proses Partisi
Disiapkan gelas masir dan erlenmeyer
Ditampung dimangkok
Diuapkan
Kromatografi Kolom
Penyiapan Ekstrak
Ekstrak ditimbang
Proses Partisi
Dirangkai alat kolom
Ditampung di vial
Diuapkan