Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN
Trombosis merupakan penyebab kematian terbanyak di Amerika Serikat. Lebih
dari 2 juta orang meninggal setiap tahun akibat trombosis arteri atau vena atau
penyakit-penyakit yang ditimbulkannya. Di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia, trombosis menimbulkan kematian 4 kali lebih banyak dibandingkan
dengan kematian akibat kanker sebesar 550.000 per tahun. 1 Di Indonesia,
trombosis (penyakit jantung koroner dan stroke) merupakan penyebab kematian
nomor satu, lebih sering dari penyakit infeksi. Dalam jumlah yang sama dijumpai
penderita trombosis non-fatal seperti misalnya trombosis vena dalam (deep vein
trombosis), emboli paru non-fatal, trombosis serebrovaskuler, transient cerebral
ischemic attack, penyakit jantung koroner non-fatal, trombosis vaskuler retina,
dan lain-lain. 2,3
Trombus adalah pembentukan bekuan platelet atau fibrin di dalam darah
yang dapat menyumbat pembuluh vena atau arteri dan menyebabkan iskemia dan
nekrosis jaringan lokal. Trombus ini bisa terlepas dari dinding pembuluh darah
dan disebut tromboemboli. Trombosis dan tromboemboli memegang peranan
penting dalam patogenesis stroke iskemik. Lokasi trombosis sangat menentukan
jenis

gangguan yang

ditimbulkannya,

misalnya

trombosis

arteri

dapat

mengakibatkan infark jantung, stroke, maupun claudicatio intermitten, sedangkan


trombosis vena dapat menyebabkan emboli paru. Trombosis merupakan hasil
perubahan dari satu atau lebih komponen utama hemostasis yang meliputi faktor
koagulasi, protein plasma, aliran darah, permukaan vaskuler, dan konstituen
seluler, terutama platelet dan sel endotel. Trombosis arteri merupakan komplikasi
dari aterosklerosis yang terjadi karena adanya plak aterosklerosis yang pecah.2,3
Trombosis diawali dengan adanya kerusakan endotel, sehingga tampak
jaringan kolagen dibawahnya. Proses trombosis terjadi akibat adanya interaksi
antara trombosit dan dinding pembuluh darah, akibat adanya kerusakan endotel
pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang normal bersifat antitrombosis, hal
ini disebabkan karena adanya glikoprotein dan proteoglikan yang melapisi sel
endotel dan adanya prostasiklin pada endotel yang bersifat vasodilator dan inhibisi

platelet agregasi. Pada endotel yang mengalami kerusakan, darah akan


berhubungan dengan serat-serat kolagen pembuluh darah, kemudian akan
merangsang trombosit dan agregasi trombosit dan merangsang trombosit
mengeluarkan zat-zat yang terdapat di dalam granula-granula di dalam trombosit
dan zat-zat yang berasal dari makrofag yang mengandung lemak. Akibat adanya
reseptor pada trombosit menyebabkan perlekatan trombosit dengan jaringan
kolagen pembuluh darah.2,4
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel,
defisiensi protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan
vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat serangan migrain. Setiap proses yang
menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat menyebabkan terjadinya stroke
trombotik.4
Trombosis dapat mengakibatkan efek lokal. Efek lokal tergantung dari
lokasi dan derajat sumbatan yang terjadi pada pembuluh darah. Trombosis pada
vena besar akan memberikan gejala edema pada ekstremitas yang bersangkutan.
Etiologi trombosis adalah kompleks dan bersifat multifaktorial. Meskipun ada
perbedaan antara trombosis vena dan trombosis arteri, pada beberapa hal terdapat
keadaan yang saling tumpang tindih.2,5
Ini menunjukkan bahwa trombosis memberikan dampak luar biasa pada
morbiditas, mortalitas dan biaya perawatan medik. Data epidemiologik
menunjukkan bahwa kejadian trombosis baik arteri ataupun vena semakin
meningkat dengan meningkatnya usia. Sebagian morbiditas tersebut dapat dicegah
dengan pencegahan primer dan sebagian lagi dicegah dengan pencegahan
sekunder setelah terjadinya serangan. Maka dari itu pengertian mengenai
thrombosis dan patofisiologinya sangat penting untuk diketahui dalam rangka
menyusun cara pencegahan dan pengobatan yang baik.6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi
Trombosis adalah keadaan dimana terjadi pembentukan massa bekuan
darah intravaskuler, yang berasal dari konstituen darah, pada orang yang
masih hidup. Trombosis merupakan kebalikan patologis hemostasis sebagai
pembentukan suatu bekuan darah (trombus) dalam pembuluh darah setelah
mengalami cedera yang relatif ringan. Seperti hemostasis, trombosis pun
bergantung pada dinding pembuluh darah, trombosit, dan kaskade koagulasi.
Penyebab utama pada sumbatan atau hambatan akut pembuluh darah adalah
trombosis, emboli dan trauma. Penyebab sumbatan atau hambatan arteri
menahun pada tungkai yang paling sering adalah arteriosclerosis.7
Akut adalah suatu gangguan atau penyakit yang timbulnya cepat, atau
berlangsung dalam waktu pendek, dalam kurun waktu jam, hari hingga
minggu. Pada kondisi tertentu, akut dapat diartikan penyakit yang berat dan
memerlukan penanganan secara cepat, atau penyakit yang bersifat life
saving, misalnya: akut abdomen, infark miokard akut, dan lain-lain.8
Bila terjadi trombosis, baik pada vena atau arteri maka terjadilah
keadaan darurat ini. Hal ini bisa diatasi dengan tindakan medik atau
konservatif maupun bedah.7
Dalam pengertian yang luas trombus dapat bersifat fisiologis disebut
sebagai hemostatic trombus yang berguna untuk menutup kerusakan dinding
pembuluh darah setelah cedera, dan dapat juga bersifat patologis yang
disebut sebagai pathologic trombus karena justru dapat menyumbat lumen
pembuluh darah. Pada umumnya yang dimaksud dengan trombosis ialah
pembentukan pathologic trombus dimana dalam hal ini trombosis dapat
terjadi akibat ketidakseimbangan faktor koagulasi dan faktor fibrinolitik.2,4
Trombosis dapat terjadi pada arteri, disebut sebagai trombosis arteri
(arterial trombosis), dapat juga terjadi pada vena disebut sebagai trombosis
vena (venous trombosis). Trombus arteri atau pembekuan darah di dalam
pembuluh darah arteri yang sering terbentuk pada sekitar orifisium cabang

arteri dan bifurkasio arteri, berbeda sifat dengan trombus vena. Komponen
trombus arteri sebagian besar terdiri dari platelet (trombosit) diselingi oleh
anyaman fibrin, komponen eritrositnya sangat rendah sehingga trombus
berwarna putih disebut sebagai white trombus. Penyebab utama arterial
trombosis adalah kerusakan dinding vaskuler, disfungsi endotel dan
seringkali

berkaitan

dengan

hiperlipidemia,

hipergikemia

serta

homosisteinemia. Sedangkan trombus vena sebagian besar terdiri dari sel


darah merah disela-sela anyaman fibrin, komponen trombosit sangat sedikit,
trombus berwarna merah disebut sebagai red trombus. Umumnya venous
trombosis disebabkan stasis aliran darah.9
2.2

Mekanisme Pembekuan Darah


Hemostasis normal dapat dibagi menjadi dua tahap: yaitu hemostasis
primer (primary hemostasis) dan hemostasis sekunder (secondary
hemostasis).9
Pada hemostasis primer yang berperan adalah komponen vaskuler dan
komponen trombosit. Terbentuk sumbat trombosit (platelet plug) yang
berfungsi segera menutup kerusakan dinding pembuluh darah. Konstriksi
setelah trauma merupakan reaksi instrinsik dari pembuluh darah, terutama
pada arteriole kecil dan kapiler. Vasokonstriksi setelah trauma dapat
mengurangi atau menurunkan aliran darah ke daerah luka. Sejumlah besar
dari serotonin (5-hydroxytriptamine) sebagai vasokonstriktor lokal dilepas
dari trombosit pada sumbat hemostasis primer. Thromboxane A2 (TX-A2)
yang disintesis dan dilepaskan oleh trombosit yang teraktivasi juga
menginduksi kontraksi otot polos pada konsentrasi yang amat kecil, serta
efek yang dapat membentuk suatu mekanisme hemostasis yang penting.
Berbagai vasokontriktor lain dapat terbentuk pada sumbat hemostatik,
seperti fibronepeptide B, epinephrine dan norepinephrine. Fibrinogen
Degradation Product (FDP) dapat menghambat kontraksi otot polos,
sedangkan Prostaglandin E-2, histamin, dan prostacyclin bekerja sebagai
vasodilator.9,10
Sedangkan pada hemostasis sekunder yang berperan adalah protein
pembekuan darah, juga dibantu oleh trombosit. Pada tahap ini

terjadi

deposisi fibrin pada sumbat trombosit sehingga sumbat ini menjadi lebih
kuat yang disebut sebagai stable fibrin plug.9,10
2.2.1 Faktor-faktor Koagulasi Plasma
Trombosit mengandung jumlah yang signifikan dari berbagai faktor
koagulasi yaitu fibrinogen, faktor V, von Willebrand factor, faktor XI, faktor
XIII dan High Molekular Weight Kininogen (HMWK). Beberapa dari
faktor-faktor ini disintesis dalam megakariosit, terdapat dalam agranule
dan disekresi apabila trombosit teraktifasi. Fibrinogen trombosit secara
biokimia berbeda dengan fibrinogen plasma. Fibrinogen yang terikat
dipermukaan (surface-bound fibrinogen) penting untuk agregasi trombosit
yang diinduksi oleh ADP dan mungkin terlibat dalam fungsi trombosit yang
lain.11
Apabila pembuluh darah rusak, struktur subendotelium termasuk
basement membrane, kolagen dan mikrofibril terbuka. Trombosit akan
menempel ke permukaan yang rusak untuk membentuk sumbat (platelet
plug).11
2.2.2 Adhesi Trombosit
Adhesi trombosit adalah perlekatan trombosit ke permukaan nontrombosit. Proses ini terjadi setelah trauma vaskuler, dimana trombosit
menempel terutama pada serat kolagen di subendotelium. Adhesi trombosit
sangat bergantung pada vWF, suatu protein plasma yang dihasilkan dan
disekresi oleh sel-sel endotel dan terdapat pada matriks subendotelium, dan
juga disekresi oleh trombosit yang aktif. vWF dapat berikatan ke membran
trombosit melalui tiga reseptor yang berbeda yaitu reseptor GP Ib dekat Nterminal, reseptor GP IIb-IIIa pada C-terminal, dan binding site N-terminal
ke tiga.10,11
Trombosit berikatan ke kolagen melalui vWF dan GP Ib-vWF mulamula menempel pada serat kolagen, kemudian dengan ikatan trombosit ke
vWF melalui GP Ib-IX membran trombosit. vWF disekresi oleh endotelium
pembuluh darah, dan vWF plasma dan vWF yang ada subendotelium dapat
memperantarai adhesi trombosit. Yang menarik bahwa, trombosit sirkulasi

normal tidak berinteraksi dengan vWF yang ada dalam plasma walaupun
ternyata trombosit mempunyai GP Ib-IX pada permukaannya. 11
Setelah adhesi, trombosit mengalami perubahan bentuk dari bentuk
disk menjadi bentuk yang lebih sferis dengan membentuk pseudopodia.
Pada waktu yang sama terjadi proses sekresi dimana beberapa substansi
yang aktif secara biologis yang disimpan dalam granul trombosit secara
aktif dikeluarkan dari sel-sel yang melekat.10
Zat-zat yang dilepaskan termasuk ADP, serotonin, b-TG, PF4, PDGF,
TX-A2, dan vWF. Substansi-substansi yang dilepaskan mempercepat
pembentukan plug trombosit dan berperan dalam proses perbaikan
jaringan.11
2.2.3 Agregasi Trombosit
ADP yang dilepaskan oleh trombosit merangsang perlekatan trombosit
dengan trombosit lain. Fenomena ini disebut agregasi trombosit, yang akan
meningkatkan ukuran plug pada tempat yang luka. Agregasi trombosit
diikuti dengan pelepasan isi granul yang merangsang trombosit lain untuk
beragregasi. Selain ADP berbagai agen termasuk epinefrin, kolagen,
trombin, kompleks imun dan faktor yang mengaktifasi trombosit (plateletactivating factor) dapat menyebabkan agregasi dan sekresi trombosit.12
Prostaglandin,

berperan

penting

dalam

memperantarai

reaksi

pelepasan dan agregasi. Kolagen dan epinefrin mencetuskan aktifasi dari


satu atau lebih fosfolipase yang ada dalam membran trombosit. Fosfolipase
ini kemudian menghidrolisa fosfolipid membran, melepaskan asam
arakhidonat. Asam arakhidonat dimetabolisme oleh enzim siklooksigenase
untuk membentuk prostaglandin endoperoksida yang tidak stabil, dan ini
kemudian dirubah menjadi tromboksan A2. Tromboksan A2 adalah suatu
substansi yang sangat poten yang menginduksi agregasi dan sekresi
trombosit.11,12
Fibrinogen diperlukan untuk agregasi trombosit. Fibrinogen berikatan
dengan reseptor-reseptor spesifik pada permukaan trombosit yaitu
glikoprotein IIb/IIIa (GPIIb/IIIa), dan menghubungkan trombosit dengan
trombosit lainnya. Pasien dengan kelainan kongenital dimana tidak terdapat

fibrinogen

(afibrinogenemia)

atau

GPIIb/IIIa

(Glanzmanns

Thrombasthemia), masa perdarahannya memanjang oleh karena kegagalan


agregasi trombosit.12

Gambar 1. Tahap pembentukan platelet plug


2.3

Hemostasis
Hemostasis adalah suatu sistem dalam tubuh manusia yang terdiri dari
komponen seluler dan protein yang sangat terintegrasi. Fungsi utama
hemostasis adalah menjaga keenceran darah sehingga darah dapat mengalir
dalam sirkulasi dengan baik, serta membentuk trombus sementara atau
disebut juga hemostatic trombus pada dinding pembuluh darah yang
mengalami kerusakan. Hemostasis terdiri dari enam komponen utama,
yaitu: platelet, endotel vaskuler, procoagulant plasma protein factors,
natural

anticoagulant

proteins,

protein

fibrinolitik

dan

protein

antifibrinolitik. Semua komponen ini harus tersedia dalam jumlah cukup,

dengan fungsi yang baik serta tempat yang tepat untuk dapat menjalankan
faal hemostasis dengan baik.9
2.4

Faktor Resiko Trombosis


Faktor resiko timbulnya trombosis adalah sebagai berikut:13
1. Defisiensi Anto trombin III, protein C, protein S dan alfa 1 anti tripsin
Pada kelainan tersebut di atas, faktor-faktor pembekuan yang aktif tidak
dinetralisir sehingga kecendrungan terjadinya trombosis meningkat.
2. Tindakan operatif
Faktor resiko yang potensial terhadap timbulnya trombosis adalah
operasi dan trauma pada bagian panggul dan tungkai bawah. Pada
operasi di daerah panggul, 54% penderita mengalami trombosis vena,
sedangkan pada operasi di daerah abdomen terjadinya trombosis vena
sekitar 10%-14%.
Beberapa faktor yang mempermudah timbulnya trombosis vena
pada tindakan operatif, adalah sebagai berikut :
a.

Terlepasnya plasminogen jaringan ke dalam sirkulasi darah karena


trauma pada waktu di operasi.

b.

Statis aliran darah karena immobilisasi selama periode preperatif,


operatif dan post operatif.

c.

Menurunnya aktifitas fibrinolitik, terutama 24 jam pertama sesudah


operasi.

d.

Operasi di daerah tungkai menimbulkan kerusakan vena secara


langsung di daerah tersebut.

3. Kehamilan dan persalinan


Selama trimester ketiga kehamilan terjadi penurunan aktifitas
fibrinolitik, statis vena karena bendungan dan peningkatan faktor
pembekuan VII, VIII dan IX. Pada permulaan proses persalinan terjadi
pelepasan plasenta yang menimbulkan lepasnya plasminogen jaringan ke
dalam sirkulasi darah, sehingga terjadi peningkatkan koagulasi darah.
4.

Infark miokard dan payah jantung


Pada infark miokard penyebabnya adalah dua komponen yaitu
kerusakan jaringan yang melepaskan plasminogen yang mengaktifkan

proses pembekuan darah dan adanya statis aliran darah karena istirahat
total.
Trombosis vena yang mudah terjadi pada payah jantung adalah
sebagai akibat statis aliran darah yang terjadi karena adanya bendungan
dan proses immobilisasi pada pengobatan payah jantung.
5. Immobilisasi yang lama dan paralisis ekstremitas.
Immobilisasi yang lama akan menimbulkan statis aliran darah yang
mempermudah timbulnya trombosis vena.
6. Obat-obatan konstraseptis oral
Hormon estrogen yang ada dalam pil kontraseptis menimbulkan
dilatasi vena, menurunnya aktifitas anti trombin III dan proses
fibrinolitik dan meningkatnya faktor pembekuan darah. Keadaan ini
akan mempermudah terjadinya trombosis vena.
7. Obesitas dan varices
Obesitas dan varices dapat menimbulkan statis aliran darah dan
penurunan aktifitas fibriolitik yang mempermudah terjadinya trombosis
vena.
8. Proses keganasan
Pada jaringan yang berdegenerasi maligna di temukan tissue
thrombo plastin-like activity dan factor X activiting yang mengakibatkan
aktifitas koagulasi meningkat. Proses keganasan juga menimbulkan
menurunnya aktifitas fibriolitik dan infiltrasi ke dinding vena. Keadaan
ini memudahkan terjadinya trombosis. Tindakan operasi terhadap
penderita tumor ganas menimbulkan keadaan trombosis 2-3 kali lipat
dibandingkan penderita biasa.
Faktor risiko trombosis dapat dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu 14
a. Situational risk factor
Situational risk factors menunjukkan keadaan klinis yang jelas dan
transien yang disertai peningkatan risiko trombosis selama keadaan tersebut
atau sesaat setelah keadaan tersebut. Contohnya adalah: operasi,
immobilisasi

berkepanjangan,

pemakaian

kontraseptif

oral

(oral

10

contraceptive), terapi ganti hormon (hormone replacement therapy),


kehamilan, kemoterapi kanker, dan heparin-induced thrombocytopenia.
b. Inherited risk factors (inherited thrombophilia)
Inherited risk factors menunjukkan adanya mutasi genetik atau
polimorfisme yang menyebabkan defisiensi antikoagulan alamiah (protein
C, protein S atau AT), akumulasi faktor prokoagulan (prothrombin
G20210A, atau enzim methyltetrahydrofoalte reductase), atau faktor
koagulan yang resisten terhadap inaktivasi antikoagulan alamiah (faktor V
Leiden). Semua keadaan ini menyebabkan terganggunya mekanisme
regulasi koagulasi normal yang menghasilkan lebih banyak thrombin yang
mengakibatkan peningkatan risiko trombosis.
c. Acquired risk factors (acquired thrombophilia)
Acquired risk factors timbul sebagai akibat kelainan medik atau
kelainan hematologik non-familial yang mengganggu hemostasis normal
atau reologi darah. Contohnya adalah kanker, inflammatory bowel disease,
sindroma

nefrotik,

vaskulitis,

sindroma

antiposfolipid,

kelainan

mieloproliferatif, paroxysmal nocturnal hemoglobinuria. Berbeda dengan


situational risk factor yang bersifat transien, acquired risk factors
disebabkan oleh penyakit atau proses yang bersifat ireversibel dan menetap
2.5 Patofisiologi Trombosis
Trombosis dapat diartikan sebagai terganggunya aliran darah karena
adanya oklusi lokal pada pembuluh darah. Trombus merupakan massa
selular yang menjadi satu oleh jaringan fibrin. Trombus diawali dengan
adanya kerusakan endotel, sehingga tampak jaringan kolagen dibawahnya.
Berdasarkan Triad of Virchow, terdapat tiga faktor yang berperan dalam
patogenesis terjadinya trombosis pada arteri atau vena yaitu:15
a. Kelainan dinding pembuluh darah (vascular injury)
Kerusakan pembuluh darah dapat berperan pada pembentukan trombosis
vena, melalui :
1. Trauma langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan.

11

2. Aktifitasi sel endotel oleh cytokines yang dilepaskan sebagai akibat


kerusakan jaringan dan proses peradangan.
Permukaan pembuluh darah yang menghadap ke lumen dilapisi
oleh sel endotel. Endotel yang utuh bersifat non-trombogenetik karena
sel endotel menghasilkan beberapa substansi seperti prostaglandin
(PG12), proteoglikan, aktivator plasminogen dan trombomodulin, yang
dapat mencegah terbentuknya trombin.13,15
Proses trombosis terjadi akibat adanya kerusakan endotel
pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang normal bersifat
antitrombosis, hal ini disebabkan karena adanya glikoprotein dan
proteoglikan yang melapisi sel endotel dan adanya prostasiklin. Apabila
endotel mengalami kerusakan, maka jaringan subendotel akan terpapar.
Keadaan ini akan menyebabkan sistem pembekuan darah diaktifkan dan
trombosit akan melekat pada jaringan subendotel terutama serat kolagen,
membran basalis dan mikrofibril. Trombosit yang melekat ini akan
melepaskan adenosin difosfat dan tromboksan A2 yang akan
merangsang trombosit lain yang masih beredar untuk berubah bentuk
dan saling melekat.16
Kerusakan sel endotel sendiri juga akan mengaktifkan sistem
pembekuan darah. Endotel tidak perlu dikikis atau dilukai secara fisik
untuk menimbulkan trombosis. Setiap terjadi gangguan dalam
keseimbangan efek protrombosis dan antitrombosis yang dinamis dapat
mempengaruhi peristiwa pembekuan lokal. Oleh karena itu disfungsi
endotel yang bermakna dapat terjadi karena tekanan hemodinamis pada
hipertensi, aliran turbulen pada katup yang terdapat jaringan parut, atau
endotoksin bakteri. Tanpa memperhatikan penyebab, hilangnya endotel
secara fisik mengakibatkan pajanan kolagen subendotel (dan aktivator
trombosit lain), perlekatan trombosit, pelepasan faktor jaringan, dan
deplesi PGI2 dan PA lokal. Endotel yang mengalami disfungsi dapat
menghasilkan faktor prokoagulasi dalam jumlah yang lebih besar
(misalnya molekul adhesi untuk mengikat trombosit, faktor jaringan,

12

PAI, dll) dan faktor antikoagulan dalam jumlah yang lebih kecil
(trombomodulin, PGI2, t-PA).16
b. Gangguan aliran darah (gangguan rheologi).
Turbulensi turut berperan pada trombosis arteri dan trombosis
cardiac dengan menyebabkan cedera atau disfungsi endotel. Stasis
merupakan faktor utama dalam pembentukan trombus vena. Aliran darah
pada vena cenderung lambat, bahkan dapat terjadi statis terutama pada
daerah-daerah yang mengalami immobilisasi dalam waktu yang cukup
lama. Statis vena merupakan predisposisi untuk terjadinya trombosis
lokal karena dapat menimbulkan gangguan mekanisme pembersih
terhadap aktifitas faktor pembekuan darah sehingga memudahkan
terbentuknya trombin.15
Aliran darah normal adalah laminar sedemikian rupa sehingga
unsur trombosit mengalir pada bagian sentral dari lumen pembuluh
darah, yang terpisah dari endotel oleh suatu zona jernih plasma yang
bergerak lebih lambat. Oleh karena itu, stasis atau turbulensi akan
mengganggu aliran laminar dan melekatkan trombosit pada endotel,
mencegah pengenceran faktor pembekuan yang teraktivasi oleh darah
segar yang terus mengalir, menunda aliran masuk inhibitor faktor
pembekuan

dan

memungkinkan

pembentukan

trombus

dan

meningkatkan aktivasi sel endotel, mempengaruhi pembentukan


trombosis lokal, perlekatan leukosit, serta efek endotel lain.15
c. Kelainan konstituen darah (hypercoagulable state)
Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan dalam sistem
pembekuan darah dan sistem fibrinolisis. Kecenderungan terjadinya
trombosis, apabila aktivitas pembekuan darah meningkat atau aktivitas
fibrinolisis menurun.15
Trombosis vena banyak terjadi pada kasus-kasus dengan aktifitas
pembekuan darah meningkat, seperti pada hiperkoagulasi, defisiensi Anti
trombin III, defisiensi protein C, defisiensi protein S dan kelainan
plasminogen.15

13

Hiperkoagulabilitas kurang bisa ditentukan secara tegas seperti


pada setiap perubahan pada jalur pembekuan yang memudahkan
terjadinya trombosis. Gangguan ini dapat dibagi menjadi gangguan
primer (genetik) dan sekunder (didapat). Pada Hiperkoagulabilitas
primer, diantaranya akibat mutasi faktor V, mutasi protrombin, defisensi
antitrombin III, dan defisiensi protein C atau S. Sedangkan pada
hiperkoagulabilitas sekunder dibagi menjadi:
(a)

Risiko tinggi trombosis akibat tirah baring atau immobilisasi lama,


infark miokard, kerusakan jaringan (pembedahan, fraktur, luka
bakar), kanker, katup jantung prostese, disseminated intravascular
coagulation, dan antikoagulan lupus.

(b)

Risiko rendah trombosis akibat fibrilasi atrium, kardiomiopati,


sindrom nefrotik, keadaan hiperesterogen, penggunaan kontrasepsi
oral, anemia sel sabit dan merokok.

Pada trombosis arteri ketiga faktor tersebut memegang peranan


penting, tetapi pada trombosis vena, trombosis dapat terjadi pada dinding
pembuluh darah yang masih intak, berarti yang berperanan penting adalah
faktor aliran darah (stasis) dan keadaan hiperkoagulabilitas.16

Gambar 2. Anatomi pembuluh darah

14

Gambar 3. Plak aterosklerosis

Gambar 4. Aliran darah yang terganggu oleh karena adanya plak


Trombosis arteri sering terbentuk di sekitar orifisim cabang arteri dan
bifurkasio arteri. Di tempat ini terdapat turbulensi aliran darah sehingga
terjadi perubahan ateromatosa dan kerusakan endotel. Pembuluh darah yang
terganggu atau

tidak utuh merupakan faktor risiko trombosis. Pada

trombosis arteri, proses dimulai dari endotel yang mengalami kerusakan


dimana terjadi aktivasi trombosit yang menyebabkan adhesi dan agregasi
trombosit pada dinding pembuluh darah. Maka terjadilah trombus dengan
komponen utamanya adalah trombosit yang diikat oleh serat-serat fibrin dan
beberapa sel darah merah, maka trombus ini berwarna agak keputihan,
disebut sebagai white thrombus.9,14
Sedangkan pada trombosis vena komponen utamanya adalah fibrin
dengan banyak sel darah merah sehingga trombus ini disebut sebagai red
thrombus. Perbedaan jenis trombus ini ditentukan oleh perbedaan kecepatan
aliran darah (shear rate) pada arteri dan vena. Pada arteri dijumpai high
shear rate sedangkan pada vena low shear rate. Trombus putih daya

15

kohesinya lebih kuat sehingga tidak mudah terlepas, sedangkan trombus


merah lebih friable sehingga lebih mudah lepas sebagai emboli.16
Lumen pembuluh darah akan menyempit yang dikarenakan oleh
karena terganggunya dinding pembuluh darah karena adanya formasi
bekuan darah. Penyebab paling sering dari trombosis adalah aterosklerosis.
Aterosklerosis adalah radang pada pembuluh darah yang disebabkan
penumpukan plak ateromatosa. Proses peradangan yang terjadi pada dinding
pembuluh darah terjadi dalam beberapa fase. Pada fase awal terjadi
disfungsi endotel dengan degradasi ikatan dan struktur mosaik, sehingga
memungkinkan senyawa yng terdapat di dalam plasma seperti LDL untuk
mengendap pada ruang subendotel akibat peningkatan permeabilitas.
Endapan tersebut dengan perlahan akan mengecilkan penampang pembuluh
darah. Selanjutnya platelet juga dapat menempel pada celah-celah plak
tersebut dan membentuk suatu gumpalan yang nantinya akan menjadi asal
mula terjadinya trombus.9,11
Keberadaan makrofag pada arteri intima memiliki peran yang sangat
vital bagi perkembangan aterosklerosis, dengan sekresi beragam sitokin
yang mempercepat patogenesis. Hasil studi menyebutkan bahwa guratan
aterosklerosis adalah fatty streak

yang terdiri dari foam cell,

sejenis

makrofag yang kaya akan lipid. Plak ini nantinya akan berkembang menjadi
plak fibrous yang tertutup otot halus dan kolagen.11

16

BAB III
RINGKASAN

Trombosis adalah keadaan dimana terjadi pembentukan massa bekuan darah


intravaskuler, yang berasal dari konstituen darah, pada orang yang masih hidup.
Pembentukan suatu bekuan darah (trombus) dalam pembuluh darah ini terjadi
setelah mengalami cedera yang relatif ringan. Pembentukan trombus berhubungan
erat dengan hemostasis dalam tubuh.
Hemostasis normal dapat dibagi menjadi dua tahap: yaitu hemostasis
primer (primary hemostasis) dan hemostasis sekunder (secondary hemostasis).
Pada hemostasis primer yang berperan adalah komponen vaskuler dan komponen
trombosit. Pada tahap ini terbentuk sumbat trombosit (platelet plug) yang
berfungsi segera menutup kerusakan dinding pembuluh darah. Sedangkan pada
hemostasis sekunder yang berperan adalah protein pembekuan darah, juga dibantu
oleh trombosit. Tahap ini terjadi deposisi fibrin pada sumbat trombosit sehingga
sumbat ini menjadi lebih kuat yang disebut sebagai stable fibrin plug.
Penyebab tersering yang menyebabkan terjadinya trombus adalah
aterosklerosis. Berdasarkan Triad of Virchow, terdapat tiga faktor yang berperan
dalam patogenesis terjadinya trombosis pada arteri atau vena yaitu: Kelainan
dinding pembuluh darah (vascular injury) yang dapat terjadi karena trauma atau
aktivasi sel endotel oleh sitokin yang dilepaskan sebagai akibat kerusakan
jaringan dan proses peradangan. Kemudian Gangguan aliran darah dimana
terjadinya stasis atau turbulensi akan mengganggu aliran laminar dan melekatkan
trombosit pada endotel, sehingga memungkinkan pembentukan trombus dan
kelainan konstituen darah (hypercoagulable state) dimana kecenderungan
terjadinya trombosis, apabila aktivitas pembekuan darah meningkat atau aktifitas
fibrinolisis menurun. Pada trombosis arteri, proses dimulai dari endotel yang
mengalami kerusakan dimana terjadi aktivasi trombosit yang menyebabkan adhesi
dan agregasi trombosit pada dinding pembuluh darah. Trombus ini berwarna
keputihan (white thrombus) sedangkan pada trombosis vena komponen utamanya
adalah fibrin dengan banyak sel darah merah sehingga trombus ini disebut sebagai
red trombus.

17

DAFTAR PUSTAKA
1. Thiruma V Arumugam Biswas, M. Sen, S. Simmons, J. Etiology and Risk
Factors of Ischemic Stroke in Indian-American Patients from a Hospitalbased Registry in NewJersey, USA. Neurology Asie. 2009; 14(2): 81-86.
2. Setiabudy, RD., 2007, Patofisiologi Trombosis. Dalam : Rahajuningsih D
Setiabudy (editor). Hemostasis dan Trombosis, Edisi ketiga, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.
3. Janice L, Hinkle, Mary MK. Acute Ischemic Stroke Review. J Neurosci Nurs.
2007;39:285-293, 310.
4. Furie B, Furie BC. Mechanisms of

Trombus Formation. New England

Journal of Medicine. 2008;359:938-49.


5. Dahlan M. Trombosis Arterial Tungkai Akut. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI;2007.
6. McPhee, Stephen J. dan William F. Ganong, 2010 , Patofisiologi Penyakit:
Pengantar Menuju Kedokteran Klinis, EGC, Jakarta.
7. Jan, S. Trombosis of Cerebral Vein and Sinuses. N Engl J Med. 2005;
352:1791-8.
8. Guyton, AC. Hall, JE. Aliran Darah Serebral, Cairan Serebrospinal, dan
Metabolisme Otak. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11.
Penerbit BukuKedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hlm: 801-808.
9. Caverley DC, Maness LJ. Platelet function in hemostasis and thrombosis. In:
Greer JP, Foerster J, Lukens JN, Rodgers GM, Paraskevas F, Glader B,
editors. Winstrobes Clinical Hematology. 11th ed. Philadelphia: LippincottWilliams & Wilkins; 2001.p.651-76.
10. Aillaud MF, Pignol F, Alessi MC, Harle JR, Escande M, Mongin M, JuhanVague I. Increase in plasma concentration of plasminogen activator inhibitor,
fibrinogen, von Willebrand factor, factor VIII:C and in erythrocyte
sedimentation rate with age. Thromb Haemost 1986;55:330-2.

18

11. Bauer KA, Rosenberg RD. Control of coagulant reaction. In : Beutler E,


Lictman MA, Coller BS, Kipps TJ, Eds. Williams Hematology.5th ed. New
York : McGraw-Hill, 1995 : 1139 251.
12. Hale LP, Owen J. Thrombotic and hemorrhagic disorders. In: Hazzard WR,
Blass JP, Ettinger, Halter JB, Ouslander JG (editors). Principles of Geriatric
Medicine and Gerontology. 4th ed. New York: Mc Graw Hill; 1999.p.933-47.
13. Hadjiev, DI. Mineva, PP. Vukov, MI. Multiple Modifiable Risk Factors for
FirstIschemic Stroke: a Population-based Epidemiological Study. European
Journal of Neurology. 2003; 10: 577-582.
14. Trent MW, John T, Sung CT, Christopher GS, Sthepen MT. Pathophysiology,
treatment, animal and cellular models of human ischemic stroke. Molecular
Neurodegeneration. 2011; 6:11.
15. Makin, A, and Silverman SH, 2002, Peripheral Vascular Disease and
Virchows Triad for Thrombogenesis, Q J Med ; 95: 199-210.
16. Hillman RS, Ault KA. Hematology in clinical practice. 3rd ed. New York: Mc
Graw Hill; 2002.

19

https://www.youtube.com/watch?v=cy3a__OOa2M

https://www.youtube.com/watch?v=R8JMfbYW2p4

https://www.youtube.com/watch?v=urO88e1Dcc8

Anda mungkin juga menyukai