FISIKOKIMIA II
PENGENALAN IDENTIFIKASI SENYAWA-SENYAWA
GOLONGAN ALKALOID DAN BASA NITROGEN,
SULFONAMIDA, BARBITURAT DAN ANTIBIOTIKA
Disusun Oleh :
Jimmy Chan Wei Kit
260110132003
(Svehla, 1989)
b. Papaverin HCl
\
(Svehla, 1989)
c. Efedrin HCl
(Svehla, 1989)
(Svehla, 1989)
b. Sulfamerazin
(Fessenden, 1997)
b. Barbital
(Fessenden, 1997)
IV. Golongan Antibiotika
a. Amoksisilin
(Fessenden, 1997)
b. Kloramfenikol
(Fessenden, 1997)
c. Tetrasiklin
(Fessenden, 1997)
V. TEORI DASAR
Alkaloid merupakan suatu basa organik yang mengandung unsur
nitrogen (N) pada umumnya berasal dari tanaman, yang mempunyai efek
fisiologis kuat pada manusia. Kegunaan senyawa alkaloid dalam bidang
farmakologi adalah untuk memacu sistem saraf, menaikkan tekanan darah
dan melawan infeksi mikrobial (Clark, J, 2007)
Reaksi identifikasi alkaloid menggunakan metode yang tercantum
dalam Materia Medika Indonesia Edisi V. Identifikasi dengan kromatografi
lapis tipis menggunakan eluen etil asetat: metanol: air (16:1:2), noda
diamati menggunakan sinar UV 254nm kemudia dilakukan deteksi bercak
dengan menyemprotkan pereaksi dragendorf. Bercak yang menandakan
adanya alkaloid adalah warna jingga (Clarke, 1986).
Basa nitrogen terdiri dari dua jenis yaitu basa purin dan pirimidin.
Basa purin terdiri dari adenin (A) dan guanin (G) sedangkan pirimidin
terdiri dari sitokin (C) dan timin (T). Satu asam nukleat terdiri dari satu
molekul gula ribose, satu basa nitrogen dan adanya fosfat (Fessenden, R.J,
1997)
VI.
5.1 Alat
a. Kaca arloji
b. Kaca objek
c. Pelat tetes
d. Pembakar Bunsen
e. Penangas air
f. Penjepit kayu
g. Pipet tetes
h. Spatel
i. Tabung reaksi
j. Tisu
5.2 Bahan
5.2.1 Reagensia
a. Asam salisilat
b. Asam sulfat
c. Aquabrom
d. Aquadest
e. Fujiwara
f. Koppayi-Zwikker
g. Larutan Br2 0,8 %
h. Larutan CuSO4
i. Larutan Kalium Ferisianida 5%
j. NaOH
k. Pereaksi Lieberman
l. Pereaksi Mandelin
m. Pereaksi Marquis
n. p-DAB
o. Vanillin
5.2.2
Sampel
a.
1. Efedrin
2. Heksamin
3. Kinin HCl
4. Papaverin HCl
b. Golongan barbiturat dan sulfonamide
1. Barbital
2. Luminal
3. Sulfamerazin
c. Golongan antibiotika
1. Amoksisilin
2. Kloramfenikol
3. Tetrasiklin
VII.
Perlakuan
Hasil
1.
2.
b. Papaverin HCl
No. Perlakuan
NoNo
1.
2.
Hasil
larutan
coklat
kehitaman.
3.
lalu
diamati
dibawah
mikroskop.
c. Efedrin
No. Perlakuan
1.
No
Hasil
perubahan warna
2.
CuSO4
dan
perubahan warna
NaOH
3.
sejumlah
sampel
kristal
seperti
warna
jingga
dilarutkan kotak.
Hasil
2.
Sejumlah
sampel
dilarutkan
3.
4.
Sejumlah sampel ditaruh pada plat tetes Larutan merah muda pucat,
kemudian diberi pereaksi Koppayi- reagensia Koppayi-Zwikker
Zwikker. Perubahan warna yang terjadi lama kelamaan menguap.
diamati.
5.
hingga
aseton
menguap.
dan
diperiksa
di
bawah
b. Sulfamerazin
No. Perlakuan
1.
Hasil
warna
jingga
2.
Sejumlah
sampel
dilarutkan
3.
4.
Sejumlah sampel ditaruh pada plat tetes Larutan merah muda pucat,
kemudian diberi pereaksi Koppayi- reagensia Koppayi-Zwikker
Zwikker. Perubahan warna yang terjadi lama kelamaan menguap.
diamati.
5.
hingga
aseton
menguap.
dan
diperiksa
di
bawah
mikroskop.
c. Luminal
No. Perlakuan
No
1.
Hasil
tidak
larut,
lama
2.
3.
warna
menjadi
kuning jingga
kristal
seperti
hingga
aseton
menguap.
dan
diperiksa
di
bawah
mikroskop.
d. Barbital
No. Perlakuan
1.
Hasil
warna
merah
2.
hingga
aseton
menguap.
dan
diperiksa
mikroskop.
c. Golongan Antibiotika
a. Amoksisilin/Ampisilin
di
bawah
kristal
persegi
No. Perlakuan
1.
Hasil
bau
dan
seperti
warnanya
2.
Fluoresensi
asam
yang
sulfat berfluorosensi
berwarna
3.
terbentuk
kristal,
terdapat
bentuk
ditunggu
hingga
aseton
menguap. hablur.
dan
diperiksa
di
bawah
mikroskop.
b. Kloramfenikol
No. Perlakuan
Hasil
1.
dengan
reagensia
Nessler.
2.
hingga
aseton
menguap.
dan
diperiksa
di
bawah
mikroskop.
c. Tertrasiklin
No. Perlakuan
1.
Hasil
larutan
kental
2.
dengan
pereaksi
Marquis. kecoklatan.
3.
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini telah dilakukan pengidentifikasian
beberapa senyawa yang termasuk dalam golongan alkaloid dan basa
nitrogen, sulfonamida, barbiturat dan antibiotika. Identifikasi senyawa
ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pereaksi yang dapat
memberikan perubahan warna dan dengan adanya perubahan warna ini
menjelaskan bahwa sampel dapat bereaksi dengan pereaksi yang
diberikan. Reaksi warna merupakan suatu bentuk pengidentifikasian
suatu zat secara kualitatif. Oleh karena itu, hasil yang didapat adalah
merupakan identifikasi senyawa yang merupakan sifat-sifat dari senyawa
yang diindetifikasi itu sendiri.
Pada percobaan pertama, dilakukan reaksi-reaksi pendahuluan
terhadap golongan alkaloid dan basa nitrogen, dimana alkaloid sendiri
merupakan suatu senyawa yang mengandung basa nitrogen dan
memiliki gugus
(Hg2Cl2)
yang
telah
dilarutkan
dalam
air
dengan
diamati di
antara
logam
berat, yaitu merkuri (Hg) dengan gugus amina dimana gugus amina
memiliki pasangan elektron bebas sehingga dapat menempati orbital
kosong pada logam berat dan hal ini menyebabkan terbentuknya
endapan.
(struktur papaverin)
Hasil yang didapatkan dengan penambahan reagen pereaksi
Lieberman telah memberikan hasil yang positif yaitu dengan adanya
perubahan warna coklat kehitamanan. Hal ini sesuai literature (Clark.J,
2007).
Identifikasi
selanjutnya
dilakukan
dengan
sejumlah sampel
karena terjadi reaksi antara anhidrid asam asetat beserta asam sulfat
pekat dengan gugus isokuinolin yang terdapat pada papaverin HCl
dengan bantuan pemanasan. Fluoresensi ini terjadi karena lepasnya
salah satu gugus O-CH3 dan atom O dari gugus O-CH3 yang lain
sehingga terbentuk senyawa papaverin baru yang dapat berflouresensi.
Pada percobaan yang dilakukan tidak sesuai dengan literature, warna
yang terbentuk adalah bening dan tidak menimbulkan flourosensi.
Alasannya adalah karena tidak dilakukan penambahan anhidrida asam
asetat serta pemanasan sehingga zat reagen yang ditambahkan tidak
bereaksi dengan baik dengan sampel.
Pada reaksi kristal sublimat papaverin HCl, papaverin HCl
diletakkan di atas kaca objek, kemudian ditambahkan beberapa
tetes sublimat (Hg2Cl2), kemudian kristal yang terbentuk diamati di
bawah mikroskop,
dilakukan
uji
terhadap
efedrin
HCl.
Secara
(Struktur Efedrin)
Ion logam tembaga(II) memiliki elektron yang tidak berpasangan
pada orbital d dan diharapkan dapat membentuk kompleks spin tinggi.
Ligan efedrin memiliki gugus amina dimana terdapat atom nitrogen
dengan pasangan elektron bebas sehingga dapat mengisi orbital
kosong ion logam dan terjadi ikatan kovalen koordinasi (Martak,
2010). Dengan demikian, pembentukan senyawa kompleks [cu(II)-2-]
diharapkan dapat meningkatkan interaksi sehingga diperoleh sifat
feromagnetik. Warna yang dihasilkan diduga karena adanya reaksi
pembentukan kompleks antara logam Cu dengan gugus amina dan
gugus hidroksi pada efedrin. CuSO4 akan memutuskan ikatan antara =O
menghasilkan
warna
ungu
pada
larutan.
Hal
ini
Kristal
efedrin
yang
terbentuk
ini
disebabkan
oleh
amina
memiliki
pasangan
elektron
bebas sehingga dapat menempati orbital kosong pada logam berat dan
hal ini menyebabkan terbentuknya endapan.
Golongan sulfonamida terdiri dari senyawa-senyawa yang memiliki
gugus fungsi sulfonamida -S(=O)2-NR2, sebuah gugus sulfonat yang
berikatan dengan amina. Beberapa sulfonamida diturunkan dari
asam sulfonat dengan menggantikan gugus hidroksil dengan gugus
amina.
Pada praktikum ini, senyawa-senyawa golongan sulfonamida yang
akan diidentifikasi adalah sulfanilamid dan sulfamerazin. Kedua-dua
senyawa ini diidentifikasi dengan beberapa reaksi, antara lain dengan
reaksi pDAB, reaksi dengan tembaga sulfat (CuSO4), reaksi dengan
reagen Koppayi Zwikker, dan reaksi pembentukkan kristal. Meskipun
demikian, senyawa-senyawa golongan sulfa ini tidak memiliki reaksi
yang spesifik dan cenderung menghasilkan hasil positif semu. Oleh
karena itu, untuk senyawa-senyawa golongan sulfa, harus dilakukan
reaksi kristal.
Prinsip utama yang dipakai dalam reaksi p-DAB pada golongan ini
adalah
adanya
pengkopelan
dengan
reagensia
p-DAB
yang
Untuk
senyawa
sulfanilamid,
reaksi
dengan
pDAB-HCl
akan
(struktur sulfanilamid)
(struktur sulfamerazin).
Selanjutnya, sulfanilamid dan sulfamerazin di identifikasi dengan
mereaksikannya dengan tembaga sulfat (CuSO4). Setelah reaksi, hasil
yang didapat dari reaksi antara sulfanilamid
adalah sedikit larut dan menghasilkan warna larutan menjadi biru muda
sedangkan reaksi antara sulfamerazin dengan tembaga sulfat dalam
menghasilkan warna larutan menjadi biru muda terdapat sulfamerazin
yang tidak larut. Reagen tembaga sulfat merupakan reaksi yang spesifik
untuk senyawa yang memiliki cincin heterosiklik, dimana pada cincin
tersebut juga terdapat unsur-unsur selain unsur karbon (C) dan hidrogen
(H). Hal ini dimiliki oleh sulfanilamid dan sulfamerazin.
Selanjutnya, dilakukan reaksi dengan reagen Vanilin sulfat. Reagen
vanilin sulfat dibuat dengan mencampurkan 1 g vanilin dalam 20 ml
asam sulfat, dilarutkan dan panaskan jika diperlukan. Reaksi vanilin
sulfat akan memberikan hasil positif karena senyawa sulfa tersebut
mengalami reaksi oksidasi dan menimbulkan warna yang berbeda pada
senyawa tersebut. Hasil reaksi antara sulfanilamid dengan vanilin sulfat
adalah orange sedangkan reaksi antara sulfamerazin dengan vanilin
sulfat menghasilkan warna kuning cerah terdapat endapan. Fungsi asam
sulfat pada reaksi ini adalah sebagai katalis reaksi yang mempercepat
jalannya reaksi. Perubahan warna dapat terjadi pada reaksi antara
senyawa golongan sulfonamida dan vanilin sulfat akibat terjadinya
reaksi oksidasi pada senyawa golongan sulfonamida.
Hal ini
(Struktur sulfanilamid)
(Struktur sulfamerazin)
adalah
berwarna
ungu
Namun
Namun
menumpuknya
hasil
hasil
pengamatan
yang
dilihat
tidak
begitu
bagus
menggunakan
karena
mikroskop.
penambahan
asam
sulfat,
dan
reaksi
Kemudian
kristal
dan
dipanaskan.
Sampel
Kloramfenikol
terakhir
yaitu
dengan
tetrasiklin
sedangkan dalam percobaan coklat pekat. Hal ini terjadi karena serbuk
tetrasiklin yang ditambahkan dengan asam sulfat (H2S04), bukan yang
pekat dan juga jumlahnya terlalu sedikit sehingga warna ungu yang
seharusnya terbentuk hanya sedikit. Warna yang dihasilkan ini
dikarenakan adanya pertukaran antara gugus hidrogen pada tetrasiklin
dengan gugus sulfat pada asam sulfat (H2S04), hal ini disebut pula
sebagai reaksi hidrolisis asam.
IX. KESIMPULAN
Identifikasi
senyawa
alkaloid,
basa
nitrogen,
sulfonamida,
identifikasi
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
reagensia p-DAB, CuSO4, vanilin dan asam sulfat, kopayyi zwikker, dan
reaksi
kristal.
menggunakan
Golongan barbiturat
pereaksi
asam
dapat
diidentifikasi
sulfat+-naftol,
dengan
Kopayyi-Zwikker,
DAFTAR PUSTAKA
Clark, J. 2007. Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid. Tersedia online di :
http://chem-is-try/identifikasi-senyawa-golongan-alkaloid/html
(Diakses pada 04 Oktober 2015)
Clarke. 1986. Clarkes Isolation and Identification of Drugs. London : He
Pharmacetical Drugs
Fessenden, R.J. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Bina Aksara. Jakarta
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi II. Salemba Medika.
Jakarta
Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta :
PT.
Kalman Medika Pustaka
Zulfikar.
2011.
Kristalisasi.
Tersedia
online
di
http://chem-is-
try/materikimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia/dan-analisiskristalisasi/.
(Diakses pada 04 Oktober 2015)