PERCOBAAN 3
Nama
NIM
: 10614047
Kelompok
:5
Tanggal Percobaan
: 17 September 2015
Asisten
I. TUJUAN
1. Menentukan titik leleh senyawa kafein hasil ekstraksi
2. Menentukan nilai Rf dan masing-masing noda hasil uji kromatografi lapis
tipis
alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis
seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar dalam
sinar ultraviolet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang
sesuai (Clark, 2007)
III. DATA PENGAMATAN
A. Massa Kafein dari Ekstraksi Kafein dari Teh
Ektraksi padat/cair pada 10 kantong teh didapat data:
Massa kafein
B. Titik Leleh Kafein Terukur
0.053 gr
227-238C
C. Foto KLT
2.35 cm
2.5 cm
4 cm
b) Rfb
V. PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini, kafein diperoleh setelah larutan teh hasil ekstraksi
dikristalisasi dan diperoleh kristal berbentuk jarum dan berwarna putih. Hal ini
sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kristal kafein berwarna
putih dan berbentuk jarum-jarum. Adapun titik leleh kristal kafein yang
diperoleh yaitu 227-238C. Sedangkan menurut teori titik leleh kafein yaitu
227-228C, dengan nilai galat
menandakan bahwa kristal yang diperoleh adalah kafein. Adapun selisih yang
diperoleh disebabkan karena masih terdapatnya pengotor dalam kafein,
contohnya adalah tanin, ester, dan lain-lain. Karena daun teh yang digunakan
adalah daun teh yang sudah diolah. Pada percobaa ini diperoleh massa kristal
yaitu 0.053 gr.
Untuk menguji kebenaran bahwa hasil ekstraksi berupa kafein adalah
dengan uji kromatografi lapis tipis (KLT) dan uji alkaloid (karena kafein
merupakan senyawa alkaloid). Uji kromatografi didasarkan pada prinsip
migrasi dan distribusi zat karena gaya tarik menarik antar molekul yang
bergantung pada kapilaritas plat, kepolaran senyawa dan kepolaran eluen.
Semakin polar senyawa sampel terhadap eluennya yang polar maka akan
semakin dekat noda sampel dengan titik atas, dikarenakan gaya tarik menarik
antar molekul yang kuat sehingga noda lebih lama berada pada fasa gerak yang
juga polar. Pada akhirnya diperoleh nilai Rf yang lebih besar karena jarak
nodanya lebih jauh terhadap titik awal/mendekat dengan jarak eluen daripada
nilai Rf sampel nonpolar, begitu juga sebaliknya.
Pada percobaan ini, sampel hanya diuji pada eluen kloroform-metanol
(9:1) dengan perolehan jarak noda sebesar 2.35 cm dan jarak tempuh total 4 cm
dan dari hasil perhitungan diperoleh nilai Rf sebesar
. Sedangkan nilai
VI. KESIMPULAN