Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051)

PERCOBAAN 3

PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: EKSTRAKSI DAN


ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH SERTA UJI ALKALOID

Nama

: Bunga Indraswari Sekaton

NIM

: 10614047

Kelompok

:5

Tanggal Percobaan

: 17 September 2015

Asisten

: Theodorus Felix / 10512060

PROGAM STUDI BIOLOGI


LABORATORIUM KIMIA ORGANIK
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015

I. TUJUAN
1. Menentukan titik leleh senyawa kafein hasil ekstraksi
2. Menentukan nilai Rf dan masing-masing noda hasil uji kromatografi lapis
tipis

II. TEORI DASAR


Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur
untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain.
Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak
dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis.
Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur dengan sangat erat,
peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia
dalam konsentrasi yang terlalu rendah (Suparni, 2009).
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia
yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan
massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai
terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
(Medicafarma, 2010).
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat
dalam biji kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa
minuman penyegar. Kafein memiliki berat molekul 194,19 gr/mol dengan
rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6,9 (larutan kafein 1% dalam air). Secara
ilmiah, efek langsung dari kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada,
tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi
pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah
(neuroses), tidak dapat tidur (insomnia), dan denyut jantung tak beraturan
(tachycardia) (Hermanto, 2007).

Alkaloid adalah basa organik yang mengandung amina sekunder,


tersier atau siklik. Diperkirakan ada 5500 alkaloid telah diketahui, yang
merupakan golongan senyawa metabolit sekunder terbesar dari tanaman.
Tidak ada satupun definisi yang memuaskan tentang alkaloid, tetapi alkaloid
umumnya mencakup senyawa-senyawa bersifat basa yang mengandung satu
atau lebih atom nitrogen, biasanya sebagai bagian dari sistem siklik. Secara
kimia, alkaloid adalah golongan yang sangat heterogen berkisar dari
senyawa-senyawa yang sederhana seperti coniine sampai ke struktur
pentasiklik strychnine. Banyak alkaloid adalah terpenoid di alam dan
beberapa adalah steroid (Utami, 2008).
Kafein adalah senyawa yang termasuk dalam golongan alkaloid,
yaitu senyawa yang mengandung atom nitrogen dalam strukturnya dan
banyak ditemukan dalam tanaman. Uji alkaloid dapat dilakukan dengan uji
kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menentukan Rf noda yang dihasilkan,
dan dapat juga dilakukan dengan uji alkaloid yang ditandai dengan adanya
endapan berwarna jingga (Utami, 2008).
Kromatografi merupakan metode analisis campuran atau larutan
senyawa kimia dengan absorpsi memilih pada zat penyerap, zat cair
dibiarkan mengalir melalui kolom zat penyerap, misalnya kapur, alumina
dan semacamnya sehingga penyusunnya terpisah menurut bobot molekulnya,
mula-mula memang fraksi-fraksi dicirikan oleh warna-warnanya (Puspasari,
2010).
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan,
atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas).
Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen
yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda
bergerak pada laju yang berbeda. Pelaksaanan kromatografi lapis tipis
menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada
sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Gel silika (atau

alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis
seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar dalam
sinar ultraviolet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang
sesuai (Clark, 2007)
III. DATA PENGAMATAN
A. Massa Kafein dari Ekstraksi Kafein dari Teh
Ektraksi padat/cair pada 10 kantong teh didapat data:
Massa kafein
B. Titik Leleh Kafein Terukur

0.053 gr

227-238C

C. Foto KLT

Pengujian KLT dengan eluen kloroform:metanol (9:1) dan etil


asetat:metanol (3:1) pada kristal kafein

D. Jarak Noda Kafein


a) CHCl3 : CH3OH 9:1

2.35 cm

b) Et.Ac. : CH3OH 3:1

2.5 cm

4 cm

E. Jarak Tempuh Total

IV. PERHITUNGAN DAN PENGOLAHAN DATA

A. Galat titik leleh kafein


B. Rf Kafein
a) Rfa

b) Rfb

V. PEMBAHASAN

Dalam percobaan ini, kafein diperoleh setelah larutan teh hasil ekstraksi
dikristalisasi dan diperoleh kristal berbentuk jarum dan berwarna putih. Hal ini
sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kristal kafein berwarna
putih dan berbentuk jarum-jarum. Adapun titik leleh kristal kafein yang
diperoleh yaitu 227-238C. Sedangkan menurut teori titik leleh kafein yaitu
227-228C, dengan nilai galat

, perbedaan yang tidak terlalu besar ini

menandakan bahwa kristal yang diperoleh adalah kafein. Adapun selisih yang
diperoleh disebabkan karena masih terdapatnya pengotor dalam kafein,
contohnya adalah tanin, ester, dan lain-lain. Karena daun teh yang digunakan
adalah daun teh yang sudah diolah. Pada percobaa ini diperoleh massa kristal
yaitu 0.053 gr.
Untuk menguji kebenaran bahwa hasil ekstraksi berupa kafein adalah
dengan uji kromatografi lapis tipis (KLT) dan uji alkaloid (karena kafein
merupakan senyawa alkaloid). Uji kromatografi didasarkan pada prinsip
migrasi dan distribusi zat karena gaya tarik menarik antar molekul yang
bergantung pada kapilaritas plat, kepolaran senyawa dan kepolaran eluen.
Semakin polar senyawa sampel terhadap eluennya yang polar maka akan
semakin dekat noda sampel dengan titik atas, dikarenakan gaya tarik menarik
antar molekul yang kuat sehingga noda lebih lama berada pada fasa gerak yang
juga polar. Pada akhirnya diperoleh nilai Rf yang lebih besar karena jarak
nodanya lebih jauh terhadap titik awal/mendekat dengan jarak eluen daripada
nilai Rf sampel nonpolar, begitu juga sebaliknya.
Pada percobaan ini, sampel hanya diuji pada eluen kloroform-metanol
(9:1) dengan perolehan jarak noda sebesar 2.35 cm dan jarak tempuh total 4 cm
dan dari hasil perhitungan diperoleh nilai Rf sebesar

. Sedangkan nilai

Rf dengan menguji sampel dengan eluen etil asetat-metanol (3:1) didapatkan


perolehan jarak noda sebesar 2.5 cm dan jarak tempuh total 4 cm dan dari hasil
perhitungan diperoleh nilai Rf sebesar

. Jika dilihat dari referensi,

perolehan nilai Rf dengan eluen kloroform-metanol harusnya akan lebih besar

dibandingkan dengan nilai Rf pada eluen etil asetat-metanol. Hal ini


dikarenakan bahwa sampel alkaloid bersifat nonpolar sehingga memiliki nilai
Rf yang lebih besar pada eluen kloroform sebagai senyawa nonpolar
dibandingkan dengan eluen etil asetat yang memiliki sifat lebih polar.
Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada banyaknya ekstraksi yang
dilakukan. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan hasil
ekstraksi yang diperoleh adalah melakukan ekstraksi yang dilakukan berulang
kali dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit atau mengganti jenis pelarut yang
digunakan.

VI. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pengolahan data dapat ditarik sebuah


kesimpulan seperti di bawah ini:
1. Titik leleh senyawa kafein hasil ekstraksi adalah 227-238C
2. Nilai Rf Kafein pada eluen kloroform-metanol (9:1) sebesar
dengan perolehan jarak noda sebesar 2.35 cm dan jarak
tempuh total 4 cm. Sedangkan nilai Rf dengan menguji sampel
dengan eluen etil asetat-metanol (3:1) didapatkan perolehan jarak
noda sebesar 2.5 cm dan jarak tempuh total 4 cm dan dari hasil
perhitungan diperoleh nilai Rf sebesar

VI. DAFTAR PUSTAKA

Clark, Jim. 2007. Kromatografi Lapis Tipis. "http://chem-is-try.org


diakses pada tanggal 29 September 2015.
Hermanto. 2007. Kafein, Senyawa Bermamfaat atau Beracunkah?
Medicafarma. 2010. Prinsip Ekstraksi.
Posto, D., Johnson, C., Miller, M.1992. Experiments and Techniques in
Organic Chemistry. New Jersey. Prentice Hall, Inc. Halaman 56-59, 399404.
Puspasari, Dian. 2010. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Dwi Media Press, hal.
159.
Solomons, T.W. Graham., Fryhle, Craig B. 2011. Organic Chemistry Tenth
Edition. New Jersey. John Wiley & Sons, Inc. Halaman 972-973.
Utami, Nurul. 2008. Identifikasi Senyawa Alkohol dan Heksana Daun. FMIPA
UNILA, Lampung. Hal: 136.

Anda mungkin juga menyukai