Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perawat merupakan aspek penting dalam pembangunan kesehatan Perawat merupakan
salah satu tenaga kesehatan yang diatur dalam PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan. Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan
untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu dan kiat yang
dimilikinya dalam batas-batas kewenangan yang dimilikinya.

(PPNI, 1999 ; Chitty,

1997). Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di
luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat
pada pasal 1 ayat 1). Bahkan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, tenaga perawat
merupakan jenis tenaga kesehatan terbesar yang dalam kesehariannya selalu berhubungan
langsung dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.
Namun di dalam menjalankan tugasnya tak jarang perawat bersinggungan dengan masalah
hukum. Bahkan profesi perawat sangat rentan dengan kasus hukum seperti gugatan malpraktik
sebagai akibat kesalahan yang dilakukannya dalam pelayanan kesehatan. Terlebih lagi bahwa
perawat bukan lagi sekedar tenaga kesehatan yang pasif.
Dalam praktik keperawatan, fungsi perawat terdiri dari tiga yakni, pertama : fungsi
independen adalah fungsi mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Dalam fungsi ini
tindakan perawat tidak membutuhkan perintah dokter, kedua : fungsi interdependen adalah
fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang saling bergantungan. Tindakan perawat yang
berdasarkan pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim kesehatan. Ketiga : fungsi dependen
adalah fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau intruski dari perawat
lain. Di sini perawat bertindak membantu dokter dalam memberikan pelayanan medik,
memberikan pelayanan pengobatan, dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter yang
seharusnya dilakukan oleh dokter seperti pemasangan infus, pemberian obat, melakukan suntikan
dan sebagainya.

Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang mungkin
meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik profesional. Kemajuan dalam
bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan dalam peningkatan
perhatian terhadap etik. Standard perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh
asosiasi keperawatan internasional, nasional, dan negera bagian atau provinsi. Perawat harus
mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan
keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki
tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai advokat klien.
Keperawatan sebagai suatu profesi harus memiliki suatu landasan dan lindungan yang
jelas. Para perawat harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan praktik
keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan
profesional yang mereka lakukan. Secara umum terdapat dua alasan terhadap pentingnya para
perawat tahu tentang hukum yang mengatur praktiknya. Alasan pertama untuk memberikan
kepastian bahwa keputusan dan tindakan perawat yang dilakukan konsisten dengan prinsipprinsip hukum. Kedua, untuk melindungi perawat dari liabilitas.
Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang tugas perawat dan masalah dalam prinsip
etik keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


Guna untuk menyamakan persepsi antara penulis dengan pembaca dengan demikian akan
membuat makalah ini lebih bermanfaat oleh sebab itu penulis akan mengkhususkan makalah ini
kedalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.

Bagaimana prinsip-prinsip keperawatan ?

2.

Bagaimana tujuan dan fungsi etik keperawatan ?

3.

Bagaimana tugas perawat dalam melakukan atau menegakkan prinsip-prinsip etik ?

4.

Bagaimana masalah-masalah dalam etika keperawatan ?

1.3 Manfaat Penulisan


Dengan selesainya penulisan makalah ini penulis mempunyai sedikit harapan pada masa
yang akan datang semogamakalah ini mudah mudahan bermanfaat sebagai berikut :

1.

Menambah ilmu pengetahuan penulis khususnya tugas perawat dalam menegakkan

prinsip etik serta masalah dalam etika keperawatan


2.

Dapat menjadi masukan bagi penulis sendiri dan para pembaca

1.4 Tujuan Penulisan


1.

Mampu menjelaskan tugas perawat dalam menegakkan prinsip etik

2.

Mampu menjelaskan fungsi perawat

3.

Mampu menjelaskan masalah dalam etika keperaawatan

4.

Memenuhi tugas kelompok mata kuliah etika dan hokum keperawatan

BAB II
PEMBAHASAN

2.2

Kode Etik Keperawatan anestesi


Kode etik profesi merupakan pernyataan yang komprehensif dari bentuk tugas dan

pelayanan dari profesi yang memberi tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan praktek
dibidang profesinya, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga, masyarakat dan teman
sejawat, profesi dan diri sendiri. Sedangkan Kode etik keperawatan anestesi merupakan daftar
prilaku atau bentuk pedoman/panduan etik prilaku profesi keperawatan anestesi secara
professional. dengan tujuan utama adanya kode etik adalah memberikan perlindungan bagi
pelaku dan penerima praktek keperawatan anestesi.
Kode etik profesi disusun dan disyahkan oleh organisasi profesinya sendiri yang akan
membina anggota profesinya baik secara nasional maupun internasional. Konsep etik yang
merupakan panduan profesi merupakan tanggung jawab dari anggota untuk melaksanakannya.
Profesi keperawatan anestesi sebagai salah satu profesi yang professional dan mempunyai nilainilai/prinsip moral dalam melakukan prakteknya maka kode etik sangatlah diperlukan. Perawat
anestesi sebagai anggota profesi hendaknya dapat menjalankan kode etik yang telah dibuat
dengan sebaik-baiknya dengan tetap memegang teguh dan selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral
profesionalnya.
Etika keperawatan memberikan keputusan tentang tindakan yang diharapkan benar-benar
tepat atau bermoral. Etika keperawatan sebagai pedoman menumbuhkan tanggung jawab atau
kewajiban bagi anggotanya tentang hak-hak yang diharapkan oleh orang lain. Anggota profesi
mempunyai pengetahuan atau ketrampilan khusus yang dipergunakan untuk membuat keputusan
yang mempengaruhi orang lain.
Etika

profesi

keperawatan

anestesi

merupakan practice

discipline dan

sebagai

implimentasinya diwujudkan dalam asuhan praktek keperawatan. Perawat anestesi harus


membiasakan diri untuk sepenuhnya menerapkan kode etik yang ada sebagai gambaran tanggung
jawabnya dalam praktik keperawatan.

2.2.1. Tujuan dan Fungsi Kode etik keperawatan


Secara umum menurut Kozier (1992). dikatakan bahwa tujuan kode etik profesi
keperawatan adalah meningkatkan praktek keperawatan dengan moral dan kualitas dan
menggambarkan tanggung jawab, akontabilitas serta mempersiapkan petunjuk bagi anggotannya.
Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur prilaku moral dalam keperawatan.
Dalam menyusun alat pengukur ini keputusan diambil berdasarkan kode etik sebagai standar
yang mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat (Suhaemi, 2002). Adanya penggunaan
kode etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan dapat meletakkan kerangka berfikir
perawat untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab kepada masyarakat anggota tim
kesehatan lain dan kepada profesi.
Tujuan pokok rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik keperawatan, merupakan
standar etika perawat, yaitu:
a.

Menjelaskan dan menerapkan tanggung jawab kepada pasien, lembaga dan masyarakat

b.

Membantu tenaga/perawat dalam menentukan apa yang harus diperbuat dalam menghadapi

dilema etik dalam praktek keperawatan.


c.

Memberikan kesempatan profesi keperawatan menjaga reputasi atau nama dan fungsi

profesi keperawatan.
d.

Mencerminkan/membayangkan pengharapan moral dari komunitas.

e.

Merupakan dasar untuk menjaga prilaku dan integrasi.


Sesuai tujuan tersebut diatas, perawat diberi kesempatan untuk dapat mengembangkan

etika profesi secara terus menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru dan
mampu menurunkan etika profesi keperawatan kepada perawat-perawat muda. Disamping
maksud tersebut, penting dalam meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat
dapat memahami dan menyenangi profesinya.
Beberapa tujuan dan fungsi kode etik keperawatan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa fungsi kode etik keperawatan, adalah:
1)

Memberikan panduan pembuatan keputusan tentang masalah etik keperawatan.

2)

Dapat menghubungkan dengan nilai yang dapat diterapkan dan dipertimbangkan

3)

Merupakan cara mengevaluasi diri profesi perawat

4)

Menjadi landasan untuk menginisiasi umpan balik sejawat

5)

Menginformasikan kepada calon perawat tentang nilai dan standar profesi keperawatan

6)

Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai moral.


Sedangkan kode etik keperawatan di Indonesia yng dikeluarkan oleh organisasi profesi

(PPNI) telah diatur lima pokok etik, yaitu: hubungan perawat dan pasien, perawat dan praktek,
perawat dan masyarakat, perawat dan teman sejawat, perawat dan profesi. Kelima pokok etik
keperawatan yang ada merupakan bentuk kode etik yang telah mejadi panduan dari semua
perawat Indonesia untuk menjalankan profesinya
2.2.2 Konsep Moral dalam praktek keperawatan
Praktek keperawatan menurut Henderson dalam bukunya tentang teori keperawatan, yaitu
segala sesuatu yang dilakukan perawat dalam mengatasi masalah keperawatan dengan
menggunakan metode ilmiah, bila membicarakan praktek keperawatan tidak lepas dari fenomena
keperawatan dan hubungan pasien dan perawat.
Fenomena keperawatan merupakan penyimpangan/tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia (bio, psiko, social dan spiritual), mulai dari tingkat individu untuk sampai pada tingkat
masyarakat yang juga tercermin pada tingkat system organ fungsional sampai subseluler
(Henderson, 1978, lih, Ann Mariner, 2003). Asuhan keperawatan merupakan bentuk dari praktek
keperawatan, dimana asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan praktek
keperawatan yang diberikan pada pasein dengan menggunakan proses keperawatan berpedoman
pada standar keperawatan, dilandasi etika dan etiket keperawatan (Kozier, 1991). Asuhan
keperawatan ditujukan untuk memandirikan pasien, (Orem, 1956,lih, Ann Mariner, 2003).
Keperawatan merupakan Bentuk asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan
masyarakat berdasarkan ilmu dan seni dan menpunyai hubungan perawat dan pasien sebagai
hubungan professional (Kozier, 1991). Hubungan professional yang dimaksud adalah hubungan
terapeutik antara perawat pasien yang dilandasi oleh rasa percaya, empati, cinta, otonomi, dan
didahulu adanya kontrak yang jelas dengan tujuan membantu pasien dalam proses penyembuhan
dari sakit (Kozier,1991).
a.

Prinsip-prinsip etik keperawatan

1)

Menghargai otonomi (facilitate autonomy)


Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan hidup individu.

Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap pilihannya sendiri.
Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan untuk menentukan

keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri. Bagian dari apa yang didiperlukan dalam
ide terhadap respect terhadap seseorang, menurut prinsip ini adalah menerima pilihan individu
tanpa memperhatikan apakah pilihan seperti itu adalah kepentingannya. (Curtin, 2002).
Permasalahan dari penerapan prinsip ini adalah adanya variasi kemampuan otonomi pasien yang
dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, usia, penyakit, lingkungan Rumah SAkit,
ekonomi, tersedianya informsi dan lain-lain (Priharjo, 1995). Contoh: Kebebasan pasien untuk
memilih pengobatan dan siapa yang berhak mengobatinya sesuai dengan yang diinginkan .
2)

Kebebasan (freedom)
Prilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau paksaan pihak

lain (Facione et all, 1991).Bahwa siapapun bebas menentukan pilihan yang menurut
pandangannya sesuatu yang terbaik.
Contoh : Klien mempunyai hak untuk menerima atau menolak asuhan keperawatan yang
diberikan.
3)

Kebenaran (Veracity)

Melakukan kegiatan/tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang tidak bertentangan
(tepat, lengkap). Prinsip kejujuran menurut Veatch dan Fry (1987) didefinisikan sebagai
menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Suatu kewajiban untuk mengatakan yang
sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain. Kebenaran merupakan hal yang
fundamental dalam membangun hubungan saling percaya dengan pasien. Perawat sering tidak
memberitahukan kejadian sebenarnya pada pasien yang memang sakit parah. Namun dari hasil
penelitian pada pasien dalam keadaan terminal menjelaskan bahwa pasien ingin diberitahu
tentang kondisinya secara jujur (Veatch, 1978).
Contoh : Tindakan pemasangan infus harus dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku dimana
klien dirawat.
4)

Keadilan (Justice)
Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991). Merupakan suatu

prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu mendapat tindakan yang
sama mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Prinsip
dari keadilan menurut beauchamp dan childress adalah mereka uang sederajat harus
diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat,
sesuai dengan kebutuhan mereka.

Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka menurut prinsip ini harus
mendapatkan sumber-sumber yang besar pula, sebagai contoh: Tindakan keperawatan yang
dilakukan seorang perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai SAK
5)

Tidak Membahayakan (Nonmaleficence)


Tindakan/ prilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau membahayakan orang lain.

(Aiken, 2003). Contoh : Bila ada klien dirawat dengan penurunan kesadaran, maka harus
dipasang side driil.
6)

Kemurahan Hati (Benefiecence)


Menyeimbangkan hal-hal yang menguntungkan dan merugikan/membahayakan dari

tindakan yang dilakukan. Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain. Merupakan prinsip
untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain/pasien. Prinsip ini sering kali sulit
diterapkan dalam praktek keperawatan. Berbagai tindakan yang dilakukan sering memberikan
dampak yang merugikan pasien, serta tidak adanya kepastian yang jelas apakah perawat
bertanggung jawab atas semua cara yang menguntungkan pasien.Contoh: Setiap perawat harus
dapat merawat dan memperlakukan klien dengan baik dan benar.
7)

Kesetiaan (fidelity)
Memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan tanggung jawab,

memenuhi janji-janji. Veatch dan Fry mendifinisikan sebagai tanggung jawab untuk tetap setia
pada suatu kesepakatan. Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi
tanggung

jawab

menjaga

janji,

mempertahankan

konfidensi

dan

memberikan

perhatian/kepedulian. Peduli kepada pasien merupakan salah satu dari prinsip ketataatan. Peduli
pada pasien merupakan komponen paling penting dari praktek keperawatan, terutama pada
pasien dalam kondisi terminal (Fry, 1991). Rasa kepedulian perawat diwujudkan dalam memberi
asuhan keperawatan dengan pendekatan individual, bersikap baik, memberikan kenyamanan dan
menunjukan kemampuan profesional
Contoh: Bila perawat sudah berjanji untuk memberikan suatu tindakan, maka tidak boleh
mengingkari janji tersebut.
8)

Kerahasiaan (Confidentiality)
Melindungi informasi yang bersifat pribadi, prinsip bahwwa perawat menghargai semua

informsi tentang pasien dan perawat menyadari bahwa pasien mempunyai hak istimewa dan
semua yang berhubungan dengan informasi pasien tidak untuk disebarluaskan secara tidak tepat

(Aiken, 2003). Contoh : Perawat tidak boleh menceritakan rahasia klien pada orang lain, kecuali
seijin klien atau seijin keluarga demi kepentingan hukum.

b.

Nilai-nilai professional yang harus diterapkan oleh perawat

1)

JUSTICE (Keadilan) : Menjaga prinsip-prinsip etik dan legal, sikap yang dapat dilihat

dari Justice, adalah: Courage (keberanian/Semangat, Integrity, Morality, Objectivity), dan


beberapa kegiatan yang berhubungan dengan justice perawat: Bertindak sebagai pembela klien,
Mengalokasikan sumber-sumber secara adil, Melaporkan tindakan yang tidak kompeten, tidak
etis, dan tidak legal secara obyektif dan berdasarkan fakta.

2)

TRUTH (kebenaran) : Kesesuaian dengan fakta dan realitas, sikap yang berhubungan

denganperawt yang dapat dilihat, yaitu: Akontabilitas, Honesty, Rationality, Inquisitiveness


(ingin tahu), kegiatan yang beruhubungan dengan sikap ini adalah: Mendokumentasikan asuhan
keperawatan secara akurat dan jujur, Mendapatkan data secara lengkap sebelum membuat suatu
keputusan, Berpartisipasi dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi masyarakat dari
informasi yang salah tentang asuhan keperawatan.

3)

AESTHETICS : Kualitas obyek, kejadian, manusia yang mengarah pada pemberian

kepuasan dengan prilaku/ sikap yang tunjukan dengan Appreciation, Creativity, Imagination,
Sensitivity, kegiatan perawat yang berhubungan dengan aesthetics: Berikan lingkungan yang
menyenangkan bagi klien, Ciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan bagi diri sendiri dan
orang lain, Penampilan diri yang dapat meningkatkan image perawat yang positif
4)

ALTRUISM : Peduli bagi kesejahteraan orang lain (keiklasan) dengan sikap yang

ditunjukan yaitu: Caring, Commitment, Compassion (kasih), Generosity (murah hati),


Perseverance

(tekun,

tabah

(sabar),

kegiatan

perawat

yang

berhubungan

dengan

Altruism:Memberikan perhatian penuh saat merawat klien, Membantu orang lain/perawat lain
dalam memberikan asuhan keperawatan bila mereka tidak dapat melakukannya, Tunjukan
kepedulian terhadap isu dan kecenderungan social yang berdampak terhadap asuhan kesehatan.

5)

EQUALITY (Persamaan) : Mempunyai hak, dan status yang sama, sikap yang dapt

ditunjukan oleh perawat yaitu: Acceptance (menerima), Fairness (adil/tidak diskriminatif),


Tolerance, Assertiveness, kegiatan perawat yang berhubungan dengan equality: Memberikan
nursing care berdasarkan kebutuhan klien, tanpa membeda-bedakan klien, Berinteraksi dengan
tenaga kesehatan/teman sejawat dengan cara yang tidak diskriminatif.

6)

FREEDOM (Kebebasan) : Kapasitas untuk menentukan pilihan, sikap yang dapat

ditunjukan oleh perawat yaitu: Confidence, Hope, Independence, Openness, Self direction, Self
Disciplin, kegiatan yang berhubungan dengan Freedom: Hargai hak klien untuk menolak terapi,
Mendukung hak teman sejawat untuk memberikan saran perbaikan rencana asuhan keperawatan,
Mendukung diskusi terbuka bila terdapat isu controversial terkait profesi keperawatan.

7)

HUMAN DIGNITY (Menghargai martabat manusia) : menghargai martabat manusia

dan keunikan martabat manusia dan keunikan individu, sikap yang dapat ditunjukan oleh
perawat, yaitu: Empathy, Kindness, Respect full, Trust, Consideration, kegiatan yang
berhubungan dengan sikap Human dignity: Melindungi hak individu untuk privacy,
Menyapa/memperlakukan orang lain sesuai dengan keinginan mereka untuk diperlakukan,
Menjaga kerahasiaan klien dan teman sejawat.

2.3 Tugas Perawat dalam Melakukan Prinsip-prinsip Etik


1) Care Giver
Perawat harus :

a) Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan
klien berdasarkan kebutuhan significant dari klien.
b) Perawat menggunakan Nursing Process untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mulai
dari masalah fisik (fisiologis) sampai masalah-nasalah psikologis
c) Peran utamanya adalah memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat sesuai diagnosa masalah yang terjadi mulai dari masalah yang
bersifat sederhana sampai yang kompleks.
2)

Sebagai advokat klien (Client Advocate)


Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk membantu klien dan keluarga

dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan
informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya.
Selain itu perawat harus mempertahankan dan melindungi hak-hak klien. Hal ini harus
dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak
petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien,
leh karena itu perawat harus membela hak-hak klien.
3)

Sebagai konselor (Conselor)

a) Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap
keadaan sehat sakitnya.
b) Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan Dasar dalam merencanakan metoda untuk
meningkatkan kemampuan adaptasinya.
c) Konseling diberikan kepada idividu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan
dengan pengalaman yang lalu.
d) Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat
(perubahan pola interaksi)
4)

Sebagai Pendidik (Educator)

a) Peran ini dapat dilakukan kepada klien, keluarga, team kesehatan lain, baik secara spontan (sat
interaksi) maupun formal (disiapkan).
b) Tugas perawat adalah membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam upaya meningkatkan
kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan yang spesifik.
c) Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam NCP.

5)

Sebagai coordinator (Coordinator)


Peran perawat adalah mengarahkan, merencanakan, mengorganisasikan pelayanan dari

semua anggota team kesehatan. Karena klien menerima pelayanan dari banyak profesioanl,
misal; pemenuhan nutrisi. Aspek yang harus diperhatikan adalah; jenisnya, jumlah, komposisi,
persiapan, pengelolaan, cara memberikan, monitoring, motivasi, dedukasi dan sebagainya.
6)

Collaborator
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya

mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap


pelayanan yang dipelukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian dan keterampilan dari
bebagai profesional pemberi pelayanan kesehatan.
7)

Consultan
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien terhadap informasi

tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan perawatan adalah
sumber informasi ang berkaitan dengan kondisi spesifik klien.
8)

Change Agent
Element ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam

berhubungan denan klien dan cara pemberian keperawatan kepada klien.


Menurut Lokakarya Nasional tentang keperawatan tahun 1983, peran perawat untuk di
Indonesia disepakati sebagai :
1)

Pelaksana Keperawatan
Perawat bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan keperawatan dari yang

sederhana sampai yang kompleks kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat. Ini
adalah merupakan peran utama dari perawat, dimana perawat dapat memberikan asuha
keperawatan yang profesional, menerapkan ilmu/teori, prinsip, konsep dan menguji
kebenarannya dalam situasi yang nyata, apakah krieria profesi dapat ditampilkan dan sesuai
dengan harapan penerima jasa keperawatan.
2)

Pengelola (Administrator)
Sebagai administrator bukan berarti perawat harus berperan dalam kegiatan administratif

secara umum. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan kesekatan
tetap bersatu dengan profesi lain dalam pelayanan kesehatan. Setiap tenaga kesehatan adalah
anggota potensial dalam kelompoknya dan dapat mengatur, merancanankan,melaksanakan dan

menilai tindakan yang diberikan , mengingat perawat merupakan anggota profesional yang
paling lama bertemu dengan klien, maka perawat harus merencanakan, melaksanakan, dan
mengatur berbagai alternatif terapi yang harus diterima oleh klien. Tugas ini menuntut adanya
kemampuan managerial yang handal dari perawat.

3)

Pendidik
Perawat bertanggungjawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan

kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainnya. Salah satu aspek yang perlu
diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku
merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawt harus bisa berperan sebagai
pendidik bagi individu, keluarga, kelompo dan masyarakat.
4)

Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (inovator) dalam ilmu keperawatan

karena ia memiliki kreatifitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap ragsangan dari lingkungannya.
Kegiatan ini dapat diperoleh melalui penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan
evaluasi, mengukur kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas
tindakan yang telah diberikan.
Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu
yang baru berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan,
memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat
perlu melakukan penelitian dalam rangka; mengembangkan ilmu keperawatan dan meningkatkan
praktek profesi keperawatan.

2.4

Fungsi Perawat
Merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya atau tugasnya.

Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. Ada tiga jenis fungsi
perawat dalam melaksanaan perannya, yaitu;
1.

Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan
fisiologis.

2.

Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan dari perawat lain.
Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh
perawat spesialis kepada perawat umum.

3.

Fungsi Interdependen
Fungsi ini berupa kerja tim, sifatnya saling ketergantungan baik dalam keperawatan
maupun kesehatan.

Masalah-masalah dalam Etika Keperawatan


Setelah beberapa definisi, dan teori yang berkaitan dengan etika, hak perawat, hak pasien
dan kewajiban dari pelaku asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan, masalah etik
menimbulkan konflik antara kebutuhan pasien dengan harapan perawat. Masalah eika
keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika kesehatan, yang lebih dikenal dengan
istilah etika biomedis atau bioetis (Suhaemi, 2002).
Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul banyak sekali, seperti berkata tidak
jujur (bohong), abortus, menghentikan pengobatan, penghentian pemberian makanan dan cairan,

euthanasia, transplantasi organ serta beberpa permasalahan etik yang langsung berkaitan dengan
praktek keperawatan, seperti: evaluasi diri dan kelompok, tanggung jawab terhadap peralatan
dan barang, memberikan rekomendasi pasien pad dokter, menghadapi asuhan keperawatan yang
buruk, masalah peran merawat dan mengobati (Prihardjo, 1995).
Disini akan dibahas sekilas beberapa hal yang berikaitan dengan masalah etik yang
berkaitan lansung pada praktik keperawatan.
1.

Konflik etik antara teman sejawat


Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian kesejahteraan pasien.

Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien, maka perawat harus mampu
mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan yang buruk dan tidak bijak, serta berupaya untuk
mengubah keadaan tersebut. Kondisi inilah yang sering sering kali menimbulkan konflik antara
perawat sebagai pelaku asuhan keperawatan dan juga terhadap teman sejawat. Dilain pihak
perawat harus menjaga nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang
melakukan pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan dengan bijaksana.
2.

Menghadapi penolakan pasien terhadap Tindakan keperawatan atau pengobatan


Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk pengobatan

sebagai alternative tindakan. Dan berkembangnya tehnologi yang memungkinkan orang untuk
mencari jalan sesuai dengan kondisinya. Penolakan pasien menerima pengobatan dapat saja
terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh
cepat, keuangan, social dan lain-lain. Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan
keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien, pasien berhak memilih,
menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan dirinnya, yang perlu
dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak terjadi konflik sehingga
menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.

3.

Masalah antara peran merawat dan mengobati


Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah memberikan

asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai factor sering kali peran ini menjadai kabur
dengan peran mengobati. Masalah antara peran sebagai perawat yang memberikan asuhan
keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang melakuka pengobatan banyak terjadi di

Indonesia, terutama oleh perawat yang ada didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung tombak
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dari hasil penelitian, Sciortio (1992) menyatakan
bahwa pertentangan antara peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan sering timbul
dan ini bukan saja masalah Nasional seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi di Negara-negara
lain.Walaupun tidak diketahui oleh pemerintah, pertentangan ini mempunyai implikasi besar.
Antara pengetahuan perawat yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang kurang dan
juga kurang aturan-aturan yang jelas sebagai bentuk perlindungan hukum para pelaku asuhan
keperawatan hal inisemakin tidak jelas penyelesaiannya.
4.

Berkata Jujur atau Tidak jujur


Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali perawat tidak merasa

bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yang dilakukan perawat adalah benar (jujur)
sesuai kaedah asuhan keperawatan.
Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal, saat perawat ditanya oleh pasien
berkaitan dengan kondisinya, perawat sering menjawab tidak apa-apa ibu/bapak, bapak/ibu
akan baik, suntikan ini tidak sakit. Dengan bermaksud untuk menyenangkan pasien karena
tidak mau pasiennya sedih karena kondisinya dan tidak mau pasien takut akan suntikan yang
diberikan, tetapi didalam kondisi tersebut perawat telah mengalami dilema etik. Bila perawat
berkata jujur akan membuat sedih dan menurunkan motivasi pasien dan bila berkata tidak jujur,
perawat melanggar hak pasien.
5.

Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang


Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang berarti mencuri

barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada pasien yang sudah meninggal dan setalah pasien
meninggal ada barang-barang berupa obat-obatan sisa yang belum dipakai pasien, perawat
dengan seenaknya membereskan obat-obatan tersebut dan memasukan dalam inventarisasi
ruangan tanpa seijin keluarga pasien. Hal ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan
tersebut tidak ada artinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi
keluarga kemungkinan hal itu lain. Yang penting pada kondisi ini adalah komunikasi dan
informai yang jelas terhadap keluarga pasien dan ijin dari keluarga pasien itu merupakan hal
yang sangat penting, Karena walaupun bagaimana keluarga harus tahu secara pasti untuk apa
obat itu diambil.

Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan orang lain bahwa menggambil
barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan tidak dibenarkan karena setiap tenaga
kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap peralatan dan barang din tempat kerja.
Selain itu, Menurut Bandman (1990) menjelaskan bahwa masalah etika keperawatan
pada dasarnya terdiri atas lima jenis. Kelima masalah tersebut akan diuraikan dalam rangka
perawat mempertimbangkan prinsip etika yang bertentangan.
Lima masalah dasar etika keperawatan yang berhubungan dengan pertimbangan prinsip
etika yg bertentangan, yaitu :

1.

Kuantitas versus kualitas hidup


Contoh: Seorang ibu meminta perawat untuk melepas semua selang yg diapsang pada
anaknya yg telah koma delapan hari. Keadaan seperti ini, perawat menghadapi masalah
posisinya dalam menentukankeputusan secara moral.

2.

Kebebasan versus penanganan dan pencegahan bahaya


Contoh adalah seorang klien berusia lanjut yang menolak untuk mengenakan sabuk
pengaman waktu berjalan, ia ingin berjalan dengan bebas. Pada situasi ini perawat menghadapi
masalah

upaya

menjaga

keselamatan

klien

yang

bertentangan

dengan

kebebasan klien.

3. Berkata jujur versus berkata bohong


Contoh: seorang perawat yg mendapati teman kerjanya menggunakan narkotika.
Dalam posisi ini perawat tersebut berada dalam pilihan apakah akan mengatakan hal ini secara
terbuka

atau

diam

karena

melaporkan pada orang lain.

diancam

akan

dibuka

rahasia

yg

dimilikinya

bila

4. Keinginan terhadap pengetahuan yang bertentangan dengan falsafah agama, politik,


ekonomi dan ideologi
a. Beberapa masalah yang dapat diangkat sebagai contoh seorang klien memilih
ke dukun daripada ke dokter.
b. Kampanye anti rokok demi keselamatan bertentangan dengan kebijakan
ekonomi
c. Alokasi dana untuk kepentingan militer lebih besar daripada untuk kepentingan kesehatan

5. Terapi ilmiah konvensional versus terapi tidak ilmiah dan coba-coba


Hampir semua suku bangsa di Indonesia memiliki praktek terapi konvensional yang masih
dianggap sebagai tindakan yang dapat dipercaya. Secara ilmiah tindakan tersebut sulit dibuktikan
kebenarannya, namun sebagian masyarakat mempercayainya.
MASALAH LEGAL DALAM KEPERAWATAN
Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga negara. Setiap
orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum untuk menanggung denda atau
hukuman penjara. Beberapa situasi yang perlu dihindari seorang perawat :
a. Kelalaian
Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan cara tidak
melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak melakukan tugas dengan
hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.
b. Pencurian
Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena mencuri. Jika
anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak berharga sekalipun dapat
dianggap sebagai pencurian.
c. Fitnah

Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan orang tersebut,
anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda menyatakan secara verbal atau
tertulis.

d. False imprisonment
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran hukum
atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan mengancam akan
melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga termasuk dalam false imprisonment.
Penyokong dan restrein harus digunakan sesuai dengan perintah dokter.
e. Penyerangan dan pemukulan
Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh orang lain atau
bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti secara nyata menyentuh orang lain
tanpa ijin.Perawatan yang kita berikan selalu atas ijin pasien atau informed consent. Ini berarti
pasien harus mengetahui dan menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita lakukan.
f. Pelanggaran privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya. Pelanggaran
terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah tindakan yang melawan hukum.
g. Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda terikat secara
hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat untuk tidak
melakukan sesuatu yang membahayakan pasien.Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang
tua dan anak-anaklah yang paling rentan. Biasanya, pemberi layanan atau keluargalah yang
bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa seseorang
menganiaya ornag lain yang lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa puas
bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan berawal dari perasaan
frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu menjaga keamanan dan keselamatan
pasiennya

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Keperawatan sebagai suatu profesi bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas
pelayanan/asuhan keperawatan yang diberikan. Oleh sebab itu pemberian pelayanan/asuhan
keperawatan harus berdasarkan pada landasan hukum dan etika keperawatan. Menjadi seorang
perawat merupakan suatu pilihan hidup bahkan merupakan suatu cita-cita bagi sebagian orang.
Namun, adapula orang yang menjadi perawat karena suatu keterpaksaan atau kebetulan, bahkan
menjadikan profesi perawat sebagai alternatif terakhir dalam menentukan pilihan hidupnya.
Terlepas dari semua itu, perawat merupakan suatu profesi yang mulia. Setiap tindakan dan
intervensi yang tepat yang dilakukan oleh seorang perawat, akan sangat berharga bagi nyawa
orang lain. Seorang perawat juga mengemban fungsi dan TUGAS yang sangat penting dalam
memberikan asuhan keperawatan secara holistik kepada klien.
Pelayanan keperawatan didefinisikan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada masyarakat, keluarga, kelompok khusus, individu, dan sebagainya, pada setiap
tingkat, sepanjang siklus kehidupan pasien. Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap
prilaku yang dapat dipertanggung jawabkan, etik bicara tentang hal yang benar dan hal yang
salah dan didalam etik terdapat nilai-nilai moral yang merupakan dasar dari prilaku manusia
(niat). Prinsip-prinsip moral telah banyak diuraikan dalam teori termasuk didalamnya bagaimana
nilai-nilai moral di dalam profesi keperawatan. Penerapan nilai moral professional sangat penting
dan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi dan harus dilaksanakan dalam praktek keperawatan.

3.2

SARAN

Sebagai seorang tenaga medis / kesehatan ( perawat pada khususnya ) haruslah memiliki etik
keperawatan yang tidak hanya dimiliki tetapi dihayati dan diterapkan dalam menjalankan tugastugas untuk melakssanakan asuhan keperawatan terhadap klien / pasien. Pasien tidak hanya
dijadikan klien namun juga dijadikan parner aktif dalam pemberian / peningkatan derajat
kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ismani, N. 2001. Etika keperawatan. Jakarta: Widya Medika

Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius.

(1995), Kode Etik Keperawatan di Indonesia, PPNI, Jakarta

(1993), Standar Profesi Keperawatan, PPNI, Jakarta

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (1999, 2000). Kode Etik Keperawatan, lambing dan
Panji PPNI dan Ikrar Perawat Indonesia, Jakarta: PPNI

Anda mungkin juga menyukai