Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN
Oleh
Kelompok 8
Imroatul hasanah
(131710101116)
(131710101004)
Umi hanik
(131710101016)
Yanuar rizaldi
(131710101110)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buah dan sayur merupakan jenis pangan yang mudah rusak karena
kandungan airnya yang cukup tinggi sehingga memungkinkan bakteri dan
mikroba lain tumbuh di dalamnya dan hal ini bisa menurunkan mutu pangan.
Penurunan mutu tersebut disebabkan karena sayur dan buah setelah dipetik masih
melakukan proses metabolisme dan aktivitas respirasi. Jaringan pada buah dan
sayur yang telah dipetik aktif melakukan respirasi yang bertujuan untuk
mempertahankan hidupnya dengan cara merombak pati menjadi gula . Pada
proses tersebut, dihasilkan air secara terus menerus sehingga mengakibatkan
kelayuan saat penyimpanan karena praktis tidak ada suplai air lagi. Salah satu cara
untuk memperpanjang masa simpan buah dan sayur adalah dengan penyimpanan
pada suhu rendah agar aktivitas mikroba, enzim, maupun respirasi dapat dihambat
(Zulkarnaen 2009).
Mutu simpan buah sangat erat kaitannya dengan proses respirasi dan
transpirasi selama penanganan dan penyimpanan di mana akan menyebabkan
susut pasca panen seperti susut fisik yang diukur dengan berat; susut kualitas
karena perubahan wujud (kenampakan), cita rasa, warna atau tekstur yang
menyebabkan bahan pangan kurang disukai konsumen; susut nilai gizi yang
berpengaruh terhadap kualitas buah. Mutu simpan buah akan lebih bertahan lama
jika laju respirasi rendah dan transpirasi dapat dicegah dengan meningkatkan
kelembaban relatif, menurunkan suhu udara. Pada umumnya komoditas yang
mempunyai umur simpan pendek mempunyai laju respirasi tinggi atau peka
terhadap suhu rendah (Tranggono 1990).
Prinsip dasar penyimpanan pada suhu rendah adalah untuk menghambat
pertumbuhan mikroba, dan menghambat reaksi-reaksi enzimatis, kimiawi dan
biokimiawi. Penyimpanan pada suhu rendah dapat menghambat kerusakan
makanan, antara lain kerusakan fisiologis, kerusakan enzimatis maupun kerusakan
mikrobiologis. Pada pengawetan dengan suhu rendah dibedakan antara
pendinginan dan pembekuan. Pendinginan dan pembekuan merupakan salah satu
cara pengawetan yang tertua. Pendinginan atau refrigerasi ialah penyimpanan
dengan suhu rata-rata yang digunakan masih di atas titik beku bahan. Kisaran
suhu yang digunakan biasanya antara 1C sampai + 4C. Pada suhu tersebut,
pertumbuhan bakteri dan proses biokimia akan terhambat. Pendinginan biasanya
akan mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa minggu,
tergantung kepada jenis bahan pangannya. Oleh karena itu praktikum perlu
adanya pengetahuan dan praktikum mengenai suhu rendah untuk mengawetkan
bahan pangan.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui penyimpanan yang tepat sesuai dengan karakteristik bahan.
2. Mengetahui suhu optimum penyimpanan bahan pangan
vitamin dan mineral. Vitamin yang ada terdiri atas vitamin C, vitamin B, vitamin
E dan provitamin A (karoten), sedangkan mineral yang ada mencakup Ca, Mg, P,
K, Na, Fe, sulfur dan klorin (Rahmat, 1994). Selain vitamin dan mineral, tomat
juga mengandung pigmen pemberi warna merah yang terdeteksi didominasi oleh
likopen. Pigmen likopen berpeluang diproduksi dari tomat afkiran, sebab selain
proses produksinya relatif lebih sederhana dibandingkan dengan komponen kimia
lainnya, juga bernilai ekonomi tinggi dan mempunyai kegunaan yang sangat luas
terutama untuk kesehatan manusia. Tomat segar mengandung likopen antara 3 dan
5 ppm, sedangkan konsentrat likopen dari pasta tomat mengandung 50 % likopen
(Wenli et al., 2001).
2.3.2 Kentang
Kentang mempunyai sifat menjalar, batangnya berbentuk segi empat,
panjangnya bisa mencapai 50 - 120 cm, dan tidak berkayu. Batang dan daun
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilisima (Tjitrosoepomo, 2005).
2.3.4 Wortel
Dalam sistem tumbuh-tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai
berikut:
Devisio :spermatopyhita
Sub devisio : angiospermae
Kelas : dicotyledon
Ordo : umbelliferalses
Family : umbelliferae
Species : Daucus carota L. (Cahyono, 2002 dalam (pohan, 2008)).
Wortel merupakan tanaman sayuran umbi semusim, bernemtuk semak yang
dapat tumbuh sepanjang tahun, baik pada musim hujan maupun kemarau.
Batangnya pendek dan berakar tunggang yang fungsinya berubah menjadi bulat
dan memanjang. Warna umbi kuning kemrerah-merahan, mempunyai karoten A
yang sangat tinggi, umbi wortel juga mengandung vitamin B, vitamin C, dan
mineral (setiawan, 1995 dalam (pohan, 2008).
Cahyono (2002) dalam (Rini, 2010) mengatakan bahwa pada awalnya hanya
dikenal beberapa varietas wortel, namun dengan berkembangnya peradaban
manusia dan teknologi. Varietas varietas wortel terbagi menjadi 3 kelompok
yang didasarkan pada bentuk umbi, yaitu tipe imperator, chantenay dan nantes.
2.3.5 Sawi
2.3.6 Daging sapi
Daging sapi merupakan salah satu bahan makanan bergizi tinggi yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein asal ternak, karena daging sapi
dan
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme,
mencegah
terjadinya reaksi-reaksi kimia dan mencegah hilangnya kadar air daging sapi.
Beberapa bakteri yang umumnya menimbulkan kerusakan pada daging
diantaranya adalah Pseudomonas, Achromobacter, Streptococcus, Bacillus dan
Micrococcus. Sedangkan bakteri penyebab keracunan makanan yang sering
ditularkan melalui daging antara lain : Clostridium perfrinens, Salmonella,
staphylococcus aureus, dan Escherichia coli. Prinsip dari pengemasan vakum
adalah pengeluaran udara, khususnya oksigen dari produk yang dikemas sehingga
dapat memperpanjang masa simpan produk. Pengemasan vakum juga dapat
memperpanjang
masa
simpan
karena
dapat
menghambat
pertumbuhan
(cooling)
dan
pernbekuan
(freezing).
Pendinginan
adalah
mutu penyimpanan yang baik selama 12 bulan pada suhu -18OC, akan tahan
simpan masing-masing hanya 6 bulan atau 3 bulan pada suhu -150C atau -120 C.
Perbedaan yang lain antara pendinginan dan pembekuan adalah dalam hal
Perbedaan yang lain antara pendinginan dan pembekuan adalah dalam hal
pengaruhnya terhadap aktivitas mikroba dalam bahan pangan. Penggunaan suhu
rendah dalam pengawetan bahan tidak dapat menyebabkan kematian mikroba
sehingga bila bahan pangan dikeluarkan dari tempat penyimpanan dan dibiarkan
mencair kembali (thawing) pertumbuhan mikroba pembusuk dapat berjalan
dengan cepat.
Penggunaan suhu rendah terutama untuk beberapa hasil pertanian tertentu
perlu mendapat perhatian kerena kerusakan fisiologis dapat lebih cepat terjadi
terutama justru pada suhu rendah, misalnya kerusakan akibat proses pendinginan
(chilling injuries) dan kerusakan proses peipbekuan (freezing injuries).
2.4 Kerusakan-kerusakan akibat penyimpanan pada suhu rendah
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
1. Freezer
2. Kulkas
3.1.2
Bahan
1. Wortel
3.2 Skema Kerja
Wortel
disimpan
Freezer 14 hari
Cooling 14 hari
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
Pada praktikum mengenai suhu rendah hal pertama yang dilakukan adalah
menyiapkan wortel untuk disimpan pada 3 suhu yang berbeda. Suhu untuk wortel
1 adalah suhu pada freezer, wortel ke 2 pada suhu cooling dan suhu ke 3 pada
suhu ruang. Perlakuan berbeda ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil
penyimpanan pada suhu yang berbeda. Penyimpanan wortel 1 dan 2 dilakukan
selama 14 hari sedangkan wortel 3 selama 3 hari. Perbedaan penyimpanan ini
dilakukan karena pada suhu rendah wortel akan lebih lama penyimpanannya
dibandingkan dengan suhu ruang. Hal ini terjadi karena pada suhu rendah kerja
enzim pada buah wortel tidak aktif.
4.2 Analisis Data
Dari praktikum yang dilakukan bentuk yang dimiliki oleh wortel yang
disimpan pada freezer mengkerut sedangkan wortel pada kulkas dan suhu ruang
tidak mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena pada suhu <0oC akan pecahnya
sel jaringan pada wortel yang disebabkan oleh kristal es yang besar. Sehingga
menyebabkan wortel menjadi mengkerut karena kandungan air yang keluar dari
wortel tersebut.
Pengukuran warna yang dimiliki oleh wortel yang disimpan pada suhu
freezer berwarna berwarna orange terang. Pada suhu cooling tidak terjadi
perubahan warna namun pada suhu ruang mengalami penurunan warna. Hal ini
karena dengan pecahnya wortel maka senyawa kimia yang dimiliki oleh wortel
keluar sehingga mengurangi zat warna wortel. Selain itu, pada saat pengukuran
kristal es pada wortel mencair sehingga menyebabkan warna yang dimiliki orange
terang. Wortel pada suhu cooling tidak terjadi perubahan. Hal ini terjadi karena
pada suhu cooling proses metabolisme dapat dihambat secara optimum.
Sedangkan wortel yang disimpan pada suhu ruang mengalami penurunan warna
hal ini terjadi karena proses metabolisme yang dapat berjalan secara optimum.
Pengukuran tekstur yang dimiliki oleh wortel pada freezer mengalami
penurunan sedangkan pada suhu cooling dan suhu ruang tidak mengalami
perubahan. Hal ini terjadi karena kristal es merusak sel-sel jaringan pada wortel.
Selain itu, pada saat pengamatan kristal es mencair karena pengamatan yang lama
dilakukan sehingga kadar air akan meningkat dan menyebabkan tekstur menjadi
lunak.
Menurut segi aroma, wortel pada freezer memiliki aroma yang tidak enak
sedangkan pada cooling dan suhu ruang aroma tetap dapat dipertahankan. Hal ini
dapat terjadi karena dengan rusaknya jaringan maka pada saat pengamatan kristal
es mencair dan menyebabkan mikroorganisme dapat rumbuh pada wortel
sehingga menyebabkan aroma yang tidak enak. Selain itu, pada proses
penyimpanan terdapat beberapa bahan yang disimpan pada tempat yang sama
yang sehingga berpengaruh pada aroma wortel.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran