Pembimbing:
Dr dr Yuda Turana, SpS
Disusun oleh:
Lydia Agustina (2014-061-008 )
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat
menyelesaikan referat yang berjudul Gangguan Keseimbangan pada Lansia.
Penulisan karya tulis studi pustaka ini bertujuan untuk memberikan suatu gambaran tentang gangguan
keseimbangan yang dapat terjadi pada lansia. Gangguan keseimbangan merupakan salah satu penyakit
yang sering diderita oleh lansia dan meningkatkan morbiditas seperti jatuh pada lansia.
Pada kesempatan ini, saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr dr Yuda Turana, SpS selaku
pembimbing pada penulisan referat ini.
Tentunya saya sadar masih banyak kekurangan dalam karya tulis yang saya susun ini. Oleh karena itu
kritik, saran, dan masukan bagi kemajuan karya tulis saya ini sangat dihargai. Saya terbuka bagi kritik dan
saran yang sifatnya membangun, demi penyempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi
ii
1.Pendahuluan
2. Tinjauan Pustaka
10
11
11
12
2.2.2. Presinkop 19
2.2.3. Disekuilibrium
21
26
27
29
30
30
Daftar Pustaka
31
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
24
Gangguan keseimbangan merupakan gangguan yang sering terjadi pada pasien lansia dan
berkontribusi terhadap risiko jatuh dan cidera pada pasien lansia. 1 Sebanyak tujuh belas persen
penyebab jatuh pada pasien lansia diakibatkan adanya gangguan keseimbangan. 2
Keseimbangan adalah keadaan untuk mempertahankan ekuilibrium baik statis maupun
dinamis ketika tubuh diletakan dalam berbagai posisi. Keseimbangan adalah sebuah bagian
penting dari pergerakan tubuh dalam menjaga tubuh tetap stabil sehingga tubuh tidak jatuh
walaupun tubuh berubah posisi. Kesimbangan memerlukan input dari sistem visual, vestibular,
dan sistem proprioseptif. Input tersebut akan diolah di otak. Otak akan mengolah informasi dari
sistem sensoris tersebetu dan memberikan output motorik untuk menjaga keseimbangan tubuh. 3,4
Lansia rentan terkena penyakit-penyakit yang mengenai penyakit degeneratif pada sistem
visual, proprioseptif, dan vestibular. Lansia juga mengalami penurunan fungsi pada kekutan, otot,
stabilitas sendi, dan kesehatan kaki yang berfungsi sebagai sitem motorik yang menjaga
kesimbangan. Penurunan fungsi otak sebagi pusat pengatu keseimbangan juga ditemukan pada
lansia.5
Gangguan keseimbangan menimbulkan morbiditas yang tinggi pada lansia.
Untuk
mengurangi morbiditas jatu pada pasien lansia, harus dilakukan skrining mengenai gangguan
keseimbangan pada lansia, sehingga diperlukan pengetahuan yang memadai mengengai gangguan
keseimbangan pada lansia.
1.2.
PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana menegakkan diagnosis dan menentukan tatalaksana gangguan keseimbangan
pada lansia?
1.3.
1.
TUJUAN PENULISAN
Mengetahui anatomi dan fisiologi alat keseimbangan tubuh.
2. Mengetahui penyebab gangguan keseimbangan pada lansia.
3. Mengetahui evaluasi klinis gangguan keseimbangan pada lansia.
4. Mengetahui tatalaksana gangguan keseimbangan pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
proprioseptif (somatosensori), dan sistem visual serta integrasinya di batang otak dan
serebelum.3,4
penunjang. Makula berada vertikal pada sakular dan horizontal pada utrikulus
saat kepala dalam keadaan tegak. Membran labirin berisi cairan endolimfatik
yang menyerupai cairan intraselular (berhubungan dengan duktus koklea) dan
dikelilingi oleh perilimfatik dalam tulang labirin (berhubungan dengan skala
vestibule dan skala timpani koklea).3,6,7
mempertahankan
kesimbangan
dan
gaze
dengan
vestibular sentral bila perlu. Pada kedua tempat tempat tersebut, input sensorik
vestibular diproses dengan input somatosensorik dan visual.7,8,9
terjadi di sekitar dan member informasi langsung ke otak, kemudian otak memeri
informasi agar sistem musculoskeletal dapat bekerja secara sinergis untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh.10
2.2.
Degenerasi yang terjadi pada sitem kesimbangan akan bertambah hebat jika disertai
dengan penyakit kronis seperti diabetes mellitus atau arterisosklerosis serebrovaskular.
2.2.1. Vertigo
Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan
sekitarnya. Terdapat dua jenis vertigo:
1. Vertigo vestibular
menimbulkan sensasi berputar, timbul episodic,
diprovokasi gerakan kepala, dan dapat disertai rasa mual muntah.
2. Vertigo non-vestibular menimbulkan rasa melayang, goyang, berlangsung
konstan, tidak disertai mual muntah, serangan disebabkan gerakan objek
visual sekitar seperti tempat keramaian, atau lalu lintas macet. Penyebab
vertigo non-vestibular antara lain polineuropati, mielopati, artrosis servikal,
trauma
leher, hipotensi
ortostatik,
hiperventilasi,
tension
headache,
BPPV
BPPV merupakan salah satu penyebab vertigo tersering. Prevelansi
vertigo meningkat setiap yahunnya berkaian dengan meningkatnya usia sebesar
tujuh kali pada seseorang yang berusia 60 tahun.
BPPV terjadi saat otokonia terperangkap dalam endolimfe labirin
vestibular termasuk kanalis vestibularis. Sebagian besar penyebabnya adalah
idiopatik. BPPV dapat pula terjadi pasca trauma, pasca labirintitis virus,
Terdapat dua hipotesis yang menerangkan patofisiologi BPPV yaitu
hipotesis kupulolitiasis dan hipotesis kanlitiasis. Hipotesis kupulolitiasis
menjelaskan bahwa terdapat debris yang berisi kalsium karbonat yang berasal dari
bergerak
dan
menstimulasi
ampula
dalam
kanal,
sehingga
menyebabkan vertigo.
Gambaran klinis yang muncul adalah vertigo timbul mendadak pada
perubahan posisi seperti miring pada satu sisi saat berbaring, bangkit dari tidur,
membungkuk, menunduk, atau menengadah. Serangan berlangsung singkat 10-30
detik. Bisa disertai mual muntah. Setelah rasa berputar menghilang, pasien merasa
melayang dan diikuti disekuilbrium selama beberaoa hari sampai minggu.13
Diagnosis :
1. Anamnesis : vertigo terasa berputar, timbul mendadak pada perubahan posisi
kepala atau badan, lamanya <30 detik, dapat disertai mual dan muntah
2. Pemeriksaan fisik : pada yang idiopatik tidak ditemukan kelainan, sedangkan
yang simptomatik dapat ditemukan kelainan neurologi fokal/sistemik
3. Tes Dix Hallpike
b. Manuver Semont
Meniere disease
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
KCl
Antihistamin
2. Diet
Hidrasi
antihipertensi,
diuretik,
narkotik,
sedatif,
neuroleptik,
antiparkinson
3. Neurologis: sroke, Parkinsons disease, tumor, depresi, demensita, neuropati
perifer, simpatomimektomi
pada
pemberian
fludrokortison
yaitu
hipokalemia,
edema,
memperberat gejala penyakit jantung kongestif. Obat lain yang dapat diberikan
yaitu midodrin. Midodrin merupakan agonis -adrenergik. Dosis awal dapat
diberikan 2,5 mg pada pagi hari dapat ditingkatkan hingga 5 mg pada pagi hari
dan diberikan 2,5-5 mg pada sore hari. Dosis dapat disesuaikan dengan tekanan
darah dan aktivitas pasien.
Hiperventilasi juga dapat menyebabkan gejala presinkop. Hiperventilasi
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah otak dan menyebabkan gejala
presinkop. Hiperventilasi banyak terjadi pada kasus ansietas. 14,15,16
2.2.3. Disekuilibrium
Pada gejala imbalance atau disekuilibrium, pasein merasa goyah dan tidak
stabil sehingga pasien merasakan sensasi takut jatuh. Gejala ini disebabkan
gangguan pada sistem sensoris dan motorik dalam menjaga postur. Penyebab
paling sering adalah deficit multisensoris. Hal ini ditandai dengan penurunan
ketajam sistem sensoris pada beberapa sistem seperti sensitivitas proprioseptif
pada sendi kaki, ditambah dengan penurunan sensitivitas sitem vestibular. Gejala
bertambah para apabila visual pasien dihambat. Gejala bertambah baik bila pasien
mendapatkan support dari benda lain seperti tongkat sehingga menggantikan
hilangnya sensasi pada kaki dengan sensitivitas pada tangan. Polineuropati
merupakan penyebab paling sering pada kondisi ini, terutama neuropati diabetik
Pasien dengan penyakit Parkinson atau penyakit serebelum mengalami gejala
disekuilibrium akibat gangguan motorik. Gangguan koordinasi pada penyakit ini
menyebabkan pasien kesulitan dalam berjalan. Penyakit lain yang perlu
diperhatikan adalah stroke atau transient ischemic attack, serta penyakit pada
muskuloskeletal.16,17
2.2.3.1.
Neuropati diabetik
Neuropati diabetik merupakan komplikasi paling sering dari penderita
diabetes mellitus yang ditandai dengan adanya disfungsi dari saraf perifer
penderita diabetes setelah eksklusi dari penyebab lainnya. Gejala yang dapat
timbul antara lain:
Sensoris: dapat berupa gejala negatif atau positif dan bersifat difus atau fokal,
biasanya onset bersifat bertahap dan memiliki distribusi stocking and glove
pinprick, getar, reflex tendon dalam, tes kekuatan otot dan atrofi otot. Pulsasi
arteri dorsalis pedis dan tibia posterior, tes Tinel juga perlu diperiksa.
Gangguan keseimbangan pada pasien neuropati diabetik disebabkan oleh
gangguan sensasi pada kaki penderita. Pasien kehilangan sensasi proprioseptif
sehingga pasien mengalami gejala disekuilibrium. Gangguan otonom pada pasien
ini juga dapat menimbulkan gejala presinkop.
Manajemen pada neuropati diabetik terutama memelihara kesehatan kaki
pasien dan mengontrol kadar gula darah. Obat-obatan yang digunakan untuk
mengontrol nyeri pada neuropati diabetik antara lain pregabalin, gabapentin, asam
valproat, tramadol.18
2.2.3.2.
Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson adalah bagian dari parkinsonism yang secara patologi
ditandai dengan adanya degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra
pars compakta yang disertai dengn adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy
bodies). Parkinsonism adalah suatu sindroma yang ditandai dengan adanya tremor
waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya reflex postural akibat
penurunan kadar dopamine dengan berbagai macam sebab.19
Pada penyakit Parkinson terdapat berkurangnya neuron di substansia nigra
pars kompakta yang memberikan inervasi dopaminergik ke striatum akibatnya
terjadi penurunan kadar dopamine.
gangguan pada kedua sisi sehingga pasien mengalami kesulitan saat berjalan dengan
langkah besar. Pasien cenderung berjalan dengan langkah kecil cepat bahkan hingga
kesulitan untuk berhenti ketka berjalan. Terdapa pula freezing episode pada penyakit
stadium lanjut di mana pasien merasa kesulitan untuk mengambil langkah sama sekali.
Selain itu terdapat gangguan keseimbangan di mana pasien mengalami kesulitan dalam
mengambil penyesuain postural korektif yang mencegah pasien dari jatuh. Berjalan
dengan menggunakan tongkat atau walker dapat membantu pasien dengan gejala
tersebut.19
Gejala-gejala lain:
dan defekasi.
Gangguan sensibilitas: nyeri dan kejang otot, parestesia
Okular: bleparospasme.
Gangguan mental/emosional.
2.3.
Dopaminergik
o Levodopa
o Agonis dopamine: bromokriptin, pramipeksol. Ropinirol
o MAO-B inhibitor: entacapone, tolcapone
o NMDA receptor antagonist: amantadine
Antikolinergik: triheksifenidil
disekuilibrium.
Pola gejala: akut, rekuren, kontinu, posisinal
Gejala lain yang berhubungan: ketulian, tinnitus, nausea, berkeringat
Obat-obatan yang dikonsumsi
Penyakit lain yang diderita
Level aktivitas dan pengaruh gejala dizziness pada aktivitas sehari-hari.
Pemeriksaan fisik disesuaikan dengan hasil anamnesis. Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan
pada pasien dengan gejala gangguan keseimbangan antara lain: 16,17
Tekanan darah pada posisi supinasi dan berdiri setelah 1 dan 3 menit.
Dix-Hallpike maneuver
Hiperventilasi
Pemeriksaan kardiologis
Pemeriksaan telinga dan tes pendengaran
Pemeriksaan neurologis
o Gejala sekuele stroke atau gejala Parkinson
o Pemeriksaan sensoris termasuk pemeriksaan sensasi vibrasi dan posisi
sendi
o Pemeriksaan sebelar (past ponting, intention tremor, serta gangguan
gerak)
o Test Romberg
o Assesment gait
Pemeriksaan penunjang disesuaikan dengan penemuan pada anamnesis dan pemeriksaan fisk.
Pemeriksaaan penunjang yang mungkin diperlukan:
2.4.
Penyebab
Vertigo
BPPV
Terapi
Meclizine, 25-50 mg oral tiap 4-6 jam.
Maneuver Epley
Rehabilitasi vestibular
Restriksi garam dan/atau diuretik
Betahistin 48 mg/hari
Intratimpanik streoid
Terapi operasi kantung endolimfe
Penyakit Meniere
Presinkop
Hipotensi ortostatik
Disekuilibrium
Neuropati diabetik
Penyakit Parkinson
2.5.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah asesmen terhadap faktor risiko jatuh.
Asesmen meliputi anamnesis mengenai masalah medis yang dimiliki pasien, riwayat jatuh
pada pasien, evaluasi obat-obatan yang dikonsumsi pasien, pemeriksaan mata, pemeriksaan
keseimbangan, fungsi ekstremitas bawah, pemeriksaan neurologis yang meliputi kekuatan
otot dan status mental, beserta pemeriksaan kardiologis. Pemeriksaan lain dapat meliputi
activity daily living dan lingkungan tempat tinggal pasien. Reduksi risiko dilakukan sesuai
dengan hasil asesmen risiko.20
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa intervensi olahraga dapat memperbaiki
beberapa faktor risiko dari jatuh seperti kelemahan otot, gangguan keseimbangan, dan
gangguan gait. Program olahraga dapat dilakukan secara grup atau individual. Program
mencakup kombinasi latihan untuk meningkatkan fleksibilitas, kekuatan, keseimbangan,
dan kondisi aerobic tertentu. Taichi merupakan salah satu olahraga yang direkomendasikan
untuj meningkatkan keseimbangan.20 Penelitian Morrison dkk menyetakan bahwa latihan
pada pasien lansia dengan DM tipe II dapat menurunkan prevelensi jatuh. 21 Penelitan
Hirsch dkk juga menyatakan bahwa terdapat peningkatan kekuatan otot dan keseimbangan
pada pasien Parkinson
tinggi.22 Peneltian Wolf dkk menyatakan latihan Taichi dapat menurunkan angka kejadian
jatuh pada lansia.23
Asesmen lingkungan tempat tinggal pasien bertujuan untuk mengidenftikasi dan
mengeliminasi lingkungan yang berpotensi membahayakan seperti pencahayaan yang
buruk, clutter, dan karpet licin, serta meningkatakan kondisi yang aman bagi lansia seperti
pemasangan grab bar, meninggikan dudukan toilet, menurunkan tinggi ranjang.20
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.
Kesimpulan
Lansia rentan mengalami gangguan keseimbangan. Gangguan keseimbangan
sering menyebabkan morbiditas jatuh pada lansia. Pada lansia terjadi penurunan fungsi
organ-organ keseimbangan baik pada sistem vestibular, visual, somatosensori, maupun
muskuloskeletal. Pasien juga rentan terkena penyakit degenerative yang mengenai organorgan pengatur keseimbangan tersebut. Secara umum, manifestasi klini gangguan
keseimbangan dibagi menjadi tiga yaitu vertigo, presinkop, dan disekuilibrium. Vertigo
pada lansia dapat merupakan manifestasi klinis pada penyakit BPPV, penyakit Meniere,
atau stroke batang otak. Presinkop dapat merupakan manifestasi klini dari hipotensi
ortostatik. Sedangkan disekuilibrium merupakan gejala dari Penyakit Parkinson dan
polineuropati diabetikum. Dizziness merupakan gejala yang tidak bisa diukur secara
objektif, sehingga anamnesis dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat diperlukan.
Diagnosis akan lebih terarah setelah menntukan apakah gejala gangguan keseimbangan
yang dimaksud vertigo, presinkop, atau disekuilibrium. Penanganan gangguan
keseimbangan disesuaikan dengan diagnosis penyakit tersebut.
3.2.
Saran
Pada pasien lansia yang sering mengalami jatuh harus dipikirkan apakah pasien tersebut
mengalami gangguan keseimbangan. Prevensi jatuh dapat dilakukan dengan asesmen
terhadap faktor risiko jatuh, intervensi olahraga pada lansia, serta mengeliminasi faktor
lingkungan yang meningkatkan risiko jatuh. Pasien lansia sering merupakan pasien
dengan polifarmasi sehingga perlu evaluasi lebih lanjut apakah obat-obatan yang
dikonsumsi dapat menyebabkan gangguan keseimbangan.
Daftar pustaka
1. Noll RD. Management of falls and balance disorder in elderly. J Am Osteopath Assoc.
2013; 113 (1):17-22
2. Rubenstein LZ. Falls in older people: epidemiology, risk factors and strategies for
prevention. Age and Ageing 2006; 35-S2: ii37ii41
3. Simon RP, Aminoff MJ, Greenberg DA. Disorders of equilibrium. In: Clinical Neurology,
7th ed. McGraw-Hill.2009;95-125
4. Baehr M, Frotscher M, Duus topical diagnosis in neurology,4 th ed. Thieme, Stuttgart.
2005;184-94
5. Shupper C, Horak F. Age-related dizziness and imbalance. Vestibular Disorders
Association
[Internet].
2015
[cited
12
September
2015].
Available
from:
http://vestibular.org/node/10
6. Purves D, Augustine GJ, Fitzpatrick D, Hall WC, Lamantia AS, McNamara Jo et all. Th
vestibular system, In: Neuroscience,3th ed. Sinauer Associates, Inc. Sunderland.2004;31534
7. Hain TC, Helminski JO. Anatomy and physiology of the normal vestibular system. In:
Herman SJ. Vestibular Rehabilitation, 3rd ed. F. A. Davis Company, Philadelphia. 2007;218
8. Bear MF, Connors BW, Paradiso MA, The audiotory and vestibular systems. In:
Neuroscience Exporing The Brain, 3rd ed. Lippincott Williams & Wilkins,
Baltimore.2007;343-85
9. McCollum G, Hanes DA. Symmetries of the central vestibular systems: forming
movements for gravity and a three-dimensional world. Neuro-Otology Department,
Legacy Central Research, Oregon. Symmetry. 2010;1554-58
10. Tortora G, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. Hoboken, N.J.: John
Wiley; 2009.
11. Dietrich M. Dizziness. Neurologist. 2004;10:154-64
12. Kenhal DR. Somesthetic sensitivity in young and elderly human. J Gerontol 1986;
41:737-41
13. Kelompok Studi Vertigo. Pedoman Tatalaksana Vertigo. PERDOSSI. 2012
14. Cohen J, Fadul C, Jenkyn L, Ward T. Chapter 14: Evaluation of the Dizzy Patient
[Internet]. 2015 [cited 12 September 2015]. Available from:
https://www.dartmouth.edu/~dons/part_2/chapter_14.html
15. Clay J. Evaluation and Management of Orthostatic Hypotension - American Family
Physician [Internet]. Aafp.org. 2015 [cited 12 September 2015]. Available from:
http://www.aafp.org/afp/2011/0901/p527.html#sec-3
16. Duthie E, Katz P, Malone M. Practice of geriatrics. Philadelphia: Saunders/Elsevier;
2007.
17. Dickerson R. Dizziness: A Diagnostic Approach - American Family Physician [Internet].
Aafp.org. 2015 [cited 12 September 2015]. Available from:
http://www.aafp.org/afp/2010/0815/p361.html
18. Quann D. Diabetic Neuropathy: Practice Essentials, Background, Anatomy [Internet].
2015 [cited 12 September 2015]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1170337-overview
19. Kelompok Studi Movement Disorder. Buku Panduan Tatalaksana Penyakit Parkinson dan
Gangguan Gerak Lainnya. PERDOSSI. 2013
20. Rubenstein L, Josephson K. Falls and Their Prevention in Elderly People: What Does
the Evidence Show?. Medical Clinics of North America. 2006;90(5):807-824.
21. Morrison S, Colberg S, Mariano M, Parson H, Vinik A. Balance Training Reduces Falls
Risk in Older Individuals With Type 2 Diabetes. Diabetes Care. 2010;33(4):748-750.
22. Hirsch M, Toole T, Maitland C, Rider R. The effects of balance training and highintensity resistance training on persons with idiopathic Parkinsons disease. Archives of
Physical Medicine and Rehabilitation. 2003;84(8):1109-1117.
23. Wolf S, Barnhart H, Kutner N, McNeely E, Coogler C, Xu T. Reducing Frailty and Falls
in Older Persons: An Investigation of Tai Chi and Computerized Balance Training.
Journal of the American Geriatrics Society. 1996;44(5):489-497.