BAB I
PENDAHULUAN
Peredaan nyeri selama persalinan merupakan masalah yang unik. Awitan persalinan
tidak dapat diduga dan mungkin diperlukan anestesi obstetri. American Academy of
Pediatrics, American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), serta American
Society of Anesthesiologists (ASA) telah menerbitkan petunjuk tentang anestesi obstetri.
Tiga hal esensial dalam meredakan nyeri obstetri adalah kemudahan, keamanan, dan
dipertahankan homeostasis janin. Wanita yang mendapat analgesia spinal atau epidural
dilakukan dengan sering mengkontrol tekanan darah, kadar anastetik, dan mengukur
oksigenasi ibu dengan oksimeter nadi. Rasa takut dan ketidaktahuan akan menambah nyeri.
Upaya untuk mengurangi ketegangan emosi dan kecemasan dapat mengurangi kebutuhan
analgesia. Upaya tersebut adalah memberikan informasi dan edukasi antenatal mengenai
proses melahirkan anak dan kehadiran pendamping (mis, suami, keluarga, dsb).
BAB II
1
PEMBAHASAN
kehamilan aterm. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh aktifitas hormon progesteron. Kadar
kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal.
Pasien dengan preeklampsia mungkin berada dalam proses menuju kegagalan fungsi ginjal
meskipun pemeriksaan laboratorium mungkin menunjukkan nilai normal.
Sistem gastrointestinal
Uterus gravid menyebabkan peningkatan tekanan intragastrik dan perubahan sudut
gastroesophageal junction, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya regurgitasi dan
aspirasi pulmonal isi lambung. Sementara itu terjadi juga peningkatan sekresi asam lambung,
penurunan tonus sfingter esophagus bawah serta perlambatan pengosongan lambung. Enzimenzim hati pada kehamilan normal sedikit meningkat.
Kadar kolinesterase plasma menurun sampai sekitar 28%, mungkin akibat hemodilusi dan
penurunan sintesis. Pada pemberian suksinilkolin dapat terjadi blokade neuromuskular untuk
waktu yang lebih lama. Lambung harus selalu dicurigai penuh berisi bahan yang berbahaya
(asam lambung, makanan) tanpa memandang kapan waktu makan terakhir.
Sistem saraf pusat
Akibat peningkatan endorphin dan progesteron pada wanita hamil, konsentrasi obat
inhalasi yang lebih rendah cukup untuk mencapai anestesia; kebutuhan halotan menurun
sampai 25%, isofluran 40%, metoksifluran 32%. Pada anestesi epidural atau intratekal
(spinal), konsentrasi anestetik lokal yang diperlukan untuk mencapai anestesi juga lebih
rendah. Hal ini karena pelebaran vena-vena epidural pada kehamilan menyebabkan ruang
subarakhnoid dan ruang epidural menjadi lebih sempit.
Faktor yang menentukan yaitu peningkatan sensitifitas serabut saraf akibat meningkatnya
kemampuan difusi zat-zat anestetik lokal pada lokasi membran reseptor (enhanced diffusion).
Transfer obat dari ibu ke janin melalui sirkulasi plasenta
Juga menjadi pertimbangan, karena obat-obatan anestesia yang umumnya merupakan
depresan, dapat juga menyebabkan depresi pada janin. Harus dianggap bahwa semua obat
dapat melintasi plasenta dan mencapai sirkulasi janin.
II.2. Teknik Anestesi
Prinsip teknik anestesi harus memenuhi kriteria:
1. Sifat anelgesi yang cukup kuat
3
Inervasi saraf di sekitar perineum berasal dari nervus pudendus. Untuk luka perineum
tingkat pertama dan kedua, cukup dilakukan infiltrasi lokal di sekitar lokasi jahitan
luka.
Bahan analgesia yang lazim dipergunakan adalah lidokain (2-3 ampul, untuk sisi kanan
dan kiri). Selanjutnya ditunggu dua menit, dan jahitan terhadap luka episiotomi dapat
dilakukan dengan aman dan tenang.
b) Blok nervus pudendus
Nervus pudendus menyarafi otot levator ani, dan otot perineum profunda serta
superfisialis. Dengan memblok saraf pudendus, akan tercapai anestesi setempat
sehingga memudahkan operator untuk melakukan reparasi terhadap perineum yang
mengalami robekan. Teknik blok saraf pudendus:
Suntikan diberikan sebanyak 10 cc dan ditunggu selama 2-5 menit sehingga efek
anestesi tercapai.
Kerugian :
1. Hipotensi akibat vasodilatasi (blok simpatis)
2. Waktu mula kerja (time of onset) lebih lama
3. Kemungkinan terjadi sakit kepala pasca punksi. (Post Dural Punction Headache/
PDPH)
4. Untuk persalinan per vaginam, stimulus nyeri dan kontraksi dapat menurun, sehingga
kemajuan persalinan dapat menjadi lebih lambat.
Kontraindikasi :
a) Pasien menolak
b) Insufisiensi utero-plasenta
c) Syok hipovolemik
d) Infeksi / inflamasi / tumor pada lokasi injeksi
e) Sepsis
f) Gangguan pembekuan
g) Kelainan SSP tertentu
Teknik :
Pasang line infus dengan diameter besar, berikan 500-1000 cc cairan kristaloid (Ringer
Laktat).
Epidural : posisi pasien lateral dekubitus atau duduk membungkuk, dilakukan punksi
antara vertebra L2-L5 (umumnya L3-L4) dengan jarum/trokard. Ruang epidural dicapai
dengan perasaan hilangnya tahanan pada saat jarum menembus ligamentum flavum.
Spinal / subaraknoid : posisi lateral dekubitus atau duduk, dilakukan punksi antara L3L4 (di daerah cauda equina medulla spinalis), dengan jarum / trokard. Setelah
menembus ligamentum flavum (hilang tahanan), tusukan diteruskan sampai menembus
selaput duramater, mencapai ruangan subaraknoid. Identifikasi adalah dengan keluarnya
cairan cerebrospinal, jika stylet ditarik perlahan-lahan.
Keberhasilan anestesi diuji dengan tes sensorik pada daerah operasi, menggunakan jarum
halus atau kapas.
Jika dipakai kateter untuk anestesi, dilakukan fiksasi. Daerah punksi ditutup dengan kasa
dan plester.
Tindakan anestesi umum digunakan untuk persalinan per abdominam / sectio cesarea.
Indikasi :
1. Gawat janin.
2. Ada kontraindikasi atau keberatan terhadap anestesia regional.
3. Diperlukan keadaan relaksasi uterus.
Keuntungan :
1. Induksi cepat.
2. Pengendalian jalan napas dan pernapasan optimal.
3. Risiko hipotensi dan instabilitas kardiovaskular lebih rendah.
Kerugian :
1. Risiko aspirasi pada ibu lebih besar.
2. Dapat terjadi depresi janin akibat pengaruh obat.
3. Hiperventilasi pada ibu dapat menyebabkan terjadinya hipoksemia dan asidosis pada janin.
4. Kesulitan melakukan intubasi tetap merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas
maternal.
Teknik :
1. Pasang line infus dengan diameter besar, antasida diberikan 15-30 menit sebelum operasi,
observasi tanda vital, pasien diposisikan dengan uterus digeser / dimiringkan ke kiri.
2. Dilakukan preoksigenasi dengan O2 100% selama 3 menit, atau pasien diminta melakukan
pernapasan dalam sebanyak 5 sampai 10 kali.
3. Setelah regio abdomen dibersihkan dan dipersiapkan, dan operator siap, dilakukan rapidsequence induction dengan propofol 2 2.5 mg/kgBB atau ketamine 1-2mg/kg dan 1,5
mg/kgBB suksinilkolin.
4. Dilakukan penekanan krikoid, dilakukan intubasi, dan balon pipa endotrakeal
dikembangkan. Dialirkan ventilasi dengan tekanan positif.
5. O2-N2O 50%-50% diberikan melalui inhalasi, dan suksinilkolin diinjeksikan melalui
infus. Dapat juga ditambahkan inhalasi 1.0% sevofluran, 0.75% isofluran, atau 0.5% halotan,
sampai janin dilahirkan, untuk mencegah ibu bangun.
10
6. Obat inhalasi dihentikan setelah tali pusat dijepit, karena obat-obat tersebut dapat
menyebabkan atonia uteri.
7. setelah melahirkan bayi dan plasenta, 20 IU oksitosin didrip IV dan 0,2 mg methergin IM/
dalam 100 ml normal salin di drip perlahan.
8. Setelah itu, untuk maintenance anestesi digunakan teknik balans (N2O/narkotik/relaksan),
atau jika ada hipertensi, anestetik inhalasi yang kuat juga dapat digunakan dengan konsentrasi
rendah.
9. Ekstubasi dilakukan setelah pasien sadar.
Dosis pentotal
Dosis pentotal yang dianjurkan adalah 5 mg/kg BB dalam larutan 2,5% dengan pH 10.8,
tetapi sebaiknya hanya diberikan 50-75 mg.
Keuntungan pentotal
Cepat menimbulkan rasa mengantuk (sedasi) dan tidur (hipnotik).
Termasuk obat anestesia ringan dan kerjanya cepat.
Tidak terdapat delirium
Cepat pulih tanpa iritasi pada mukosa saluran napas.
Komplikasi pentotal
Kontraindikasi pentotal
Pentotal merupakan kontraindikasi pada pasien-pasien yang disertai keadaan berikut:
Gangguan pernafasan
Gangguan fungsi hati dan ginjal
Anemia
Alergi terhadap pentotal
Apabila dilakukan anestesi intravena menggunakan pentotal, sebaiknya pasien dirawat
inap karena efek pentotal masih dijumpai dalam waktu 24 jam, dan hal ini
membahayakan bila pasien sedang dalam perjalanan.
b) Ketamin
Ketamin termasuk golongan non barbiturat dengan aktivitas rapid setting general
anaesthesia, dan diperkenalkan oleh Domine dan Carses pada tahun 1965.
Sifat ketamin :
o Efek analgetiknya kuat
o Efek hipnotiknya ringan
12
Dosis ketamin
Dosis ketamin yang dianjurkan adalah 1-2 mg/kg BB, dengan lama kerja sekitar 10-15
menit. Dosis ketamin yang dipakai untuk tindakan D & K (dilatasi dan kuretase) atau
untuk reparasi luka episiotomi cukup 0,5 1 mg/Kg BB.
Indikasi anestesi ketamin
Pada opersasi obstetri dan ginekologi yang ringan dan singkat
Induksi anastesia umum
Bila ahli anastesia tidak ada, sedangkan dokter memerlukan tindakan anastesia yang
ringan dan singkat.
Kontra indikasi anastesia ketamin (ketalar)
Dekompensasi kordis
Kelainan jiwa
14
BAB III
KESIMPULAN
Perubahan fisiologis kehamilan akan mempengaruhi teknik anestesi yang akan
digunakan. Risiko yang mungkin timbul pada saat penatalaksanaan anestesi adalah seperti
adanya gangguan pengosongan lambung, terkadang sulit dilakukan intubasi, kebutuhan
oksigen meningkat, dan pada sebagian ibu hamil posisi terletang (supine) dapat menyebabkan
hipotensi (supine aortocaval syndrome) sehingga janin akan mengalami hipoksia/asfiksia.
Teknik anestesi local (infiltrasi) jarang dilakukan, terkadang setelah bayi lahir
dilanjutkan dengan pemberian pentotal dan N2O/O2 namun analgesi sering tidak memadai
serta pengaruh toksik obat lebih besar. Anestesi regional (spinal atau epidural) dengan teknik
yang sederhana, cepat, ibu tetap sadar, bahaya aspirasi minimal, namun sering menimbulkan
mual muntah sewaktu pembedahan, bahaya hipotensi lebih besar, serta timbul sakit kepala
pasca bedah. Anestesi umum dengan teknik yang cepat, baik bagi ibu yang takut, serba
terkendali dan bahaya hipotensi tidak ada, namun kerugian yang ditimbulkan kemungkinan
aspirasi lebih besar, pengaturan jalan napas sering mengalami kesulitan, serta kemungkinan
depresi pada janin lebih besar.
15