Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

TYHPOID

A. Anatomi Fisiologi Pencernaan


a. Anatomi pencernaan

Gambar 1.Anatomi pencernaan


Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam
manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi
dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung
empedu.
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan. Mulut biasanya
terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan
lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem
pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan
dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif
sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh
saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam
bau.Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari

makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.


Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah
protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan
lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari:
1. Bagian superior
Bagian yang sangat tinggi dengan hidung. Bagian superior disebut
nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak
dengan ruang gendang telinga.
2. Bagian media
Bagian yang sama tinggi dengan mulut. Bagian media disebut
orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah.
3. Bagian inferior
Bagian yang sama tinggi dengan laring. bagian inferior disebut laring
gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering

juga disebut esophagus. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Menurut histologi esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4.

Lambung
Lambung adalah ruang berbentuk kantung yang berbentuk huruf j yang
terletak antara esofagus dan korpus (badan). Pengisian lambung jika kosong
lambung memiliki volume 50 ml tetapi organ ini dapat mengembang sampai
dengan 1000 ml ketika makan. Ada dua faktor yang menjaga motilitas lambung
yaitu plastisitas yang mengacu pada kemampuan otot polos dalam
mempertahankan ketegangannya yang konstan dalam rentang waktu yang lebar.
Selanjutnya adalah relaksasi reseptif yakni proses relaksasi otot polos untuk
meningkatkan kemampuan lambung dalam mengakomodasi volume makanan.
Lambung mempunyai dua otot lingkar, yaitu otot lingkar pardia dan otot
lingkar pilorus. Otot lingkar kardia terletak di bagian atas dan berbatasan dengan
bagian bawah kerongkongan. Fungsinya adalah untuk mencegah makanan dari
lambung agar tidak kembali ke kerongkongan dan mulut. Otot lingkar pilorus
hanya terbuka apabila makanan telah tercerna di lambung.
Di dalam lambung, makanan dicerna secara kimiawi. Dinding lambung
berkontraksi, menyebabkan gerak peristaltik. Gerak peristaltik dinding lambung
mengakibatkan makanan di dalam lambung teraduk-aduk. Di bagian dinding
lambung

sebelah

dalam

terdepat

kelenjar

yang

menghasilkan

getah

lambung.Getah lambung mengandung asam lambung, serta enzim-enzim lain.


Asam lambung berfungsi sebagai pembunuh mikroorganisme dan mengaktifkan
enzim pepsinogen menjadi pepsin.Pepsin merupakan enzim yang dapat
mengubah protein menjadi molekul yang lebih kecil.

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot


berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
1. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2. Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.
3. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
Selain sel-sel penyekresi mucus yang mengelilingi seluruh permukaan
lambung, mukosa lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubula yang
penting yaitu : kelenjar oksintik (Kelenjar gastrik) dan kelenjar pilorik.
Kelenjar oksintik menyekresi asam hidroklorida, pepsinogen, dan mucus.
Kelenjar pilorik terutama menyekresi mucus untuk melindungi mukosa
pylorus dari asam lambung. Kelenjar tersebut juga menyekresi hormon
gastrin
5. Usus halus (Intestinum Minor)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding
usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Di

usus halus terdapat susunan yang sangat rapat dari kelenjar mucus campuran,
yang disebut kelenjar brunner. Kelenjar ini menyekresi mucus yang alkalis dalam
jumlah besar. Fungsi dari mucus yang disekresikan oleh kelenjar brunner adalah
untuk melindungi dinding duodenum dari pencernaan oleh getah lambung yang
sangat asam, yang keluar dari lambung. Bila sekresi usus halus dikumpulkan
tanpa serpihan sel, sekresi ini hampir tidak mengandung enzim. Enterosit
mukosa, terutama yang menutupi vili, mengandung enzim pencernaan yang
mencerna zat-zat makanan khusus ketika makanan diabsorbsi melalui epitel.
Enzim-enzim ini adalah sebagai berikut:
1. Beberapa peptidase untuk memecah peptide kecil menjadi asam
amino
2. Empat enzim sukrase, maltase, isomaltase, dam lactase untuk
memecah disakarida menjadi monosakarida.
3. Sejumlah kecil lipase intestinum untuk memecah lemak netral
menjadi gliserol dan asam lemak.
Lapisan usus halus yaitu lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan
serosa ( Sebelah Luar )Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Usus halus
dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang
berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua
belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.

Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam


jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
2) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan
usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus
halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong
dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat
dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar
Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan,
yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk
membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti "lapar" dalam
bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus,
yang berarti kosong.
3) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
6. Usus besar(Intestinum Mayor)
Usus besar atau intestinum mayor panjangnya kurang lebih 1,5m, lebarnya 56cm. lapisan lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan oto
melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah
menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feses.usus besar
terdiri dari :
1) Sekum
Dibawah sekum terdapat apendiks vermivormis yang berbentuk
separti cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6cm.

seluruhnya di tutupi oleh peritoneum mudah bergerak walaupun tidak


mempunyai mesentoriun dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada
orang yang masih hidup. Umbai cacing atau apendiks adalah organ
tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau
radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks
pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis
(infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau
dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah
ujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing
terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai
cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm.
Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa
berbeda - bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap
terletak di peritoneum. Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna
dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks
mempunyai fungsi dalam sistem limfatik. Operasi membuang umbai
cacing dikenal sebagai appendektomi.
2) Kolon assenden
Panjangnya 13cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan,
membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati melengkung ke
kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica, dilanjutkan sebagai kolon
transfersum.
3) Kolon transversum
Panjangnya kurang lebih 38cm, membujur dari kolon assenden sampai ke
kolon dessendens berada dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat
fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.
4) Kolon desendens
Panjangnya kurang lebih 25cm, terletak dibawah abdomen sebelah kiri
membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke dalam ileum
kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
5) Kolon sismoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desenden , terletak miring
dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung
bawahnya berhubungan dengan rectum.

7. Rektum
Dalan bahasa latin yaitu regere, ("meluruskan, mengatur") adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir
di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum
akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke
usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan
anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda BAB.
8. Anus
Merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian
lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar BAB), yang
merupakan fungsi utama anus.
b. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
a. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon
penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan
berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :

Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan

Pulau pankreas, menghasilkan hormon

Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan


melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas
akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah
protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan
dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat,
yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam
lambung. Enzim enzim pencernaan pankreas. Sekresi pankreas
mengandung banyak enzim untuk mencerna tiga jenis makanan utama :
protein, karbohidrat, dan lemak. Enzim-enzim pancreas yang paling penting
untuk

mencerna

protein

adalah

tripsin,

kimotripsin,

karboksipolipeptidase.ripsin dan kimotripsin memisahkan seluruh dan


sebagian protein yang dicerna menjadi peptide berbagai ukuran tetapi tidak
menyebabkan pelepasan asam-asam amino bentuk tunggal. Namun
karboksipolipeptidase ternyata memecah beberapa peptide menjadi asamasam amino bentuk tunggal, sehingga menyelesaikan pencernaan beberapa
protein menjadi bentuk asam amino. Enzim pancreas untuk mencerna
karbohidrat adalah amilase pankreas, yang akan menghidrolisis pati,
glikogen, dan sebagian besar karbohidrat lain (kecuali selulosa) untuk
membentuk sebagian besar disakarida dan beberapa trisakarida. Enzim
pancreas untuk mencerna lemak yaitu:
1. lipase pancreas, yang mampu menghidrolisis lemak netral menjadi asam
lemak dan monogliserida.
2. Kolesterol esterase, yang menyebabkan hidrolisis ester kolesterol.
3. Fosfolipase, yang memecah asam lemak dari fosfolipid.
b. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia
dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan.Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan
memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile,
yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan

hati biasanya dimulai dalam hepat atau hepatik dari kata Yunani untuk hati,
hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya
akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan
darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan
pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi
menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk
diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah
darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi
umum.
c. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung
empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena
warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang
dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari
melalui saluran empedu.Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:Membantu
pencernaan dan penyerapan lemak , bukan karena enzim dalam empedu
yang menyebabkan pencernaan lemak, tetapi karena asam empedu dalam
empedu melakukan dua hal :

Asam empedu membantu mengemulsikan partikel-partikel lemak yang


besar dalam makanan menjadi banyak partikel kecil, permukaan partikel
tersebut dapat diserang oleh enzim lipase yang disekresikan dalam getah
pancreas.

Asam empedu membantu absorbs produk akhir lemak yang telah dicerna
melalui membran mukosa intestinal. Berperan dalam pembuangan limbah
tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari
penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

B. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi

Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi


salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella
(Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC).
Thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella Thypi (Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media
Aesculapius.).
Demam thypoid ( enteric fever ) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran ( Nursalam dkk, 2005 : 152 )
Demam tifoid merupakan penyakti infeksi akut pada usus halus dengan gejala
demam satu minggu atau lebih desertai gangguan pada saluran pencernaan dengan
atau tanpa gangguan kesadaran. (Rampengan, 2007).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Deman Thypoid
adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri salmonella yang masuk
kedalam tubuh manusia dan merupakan kelompok penyakit yang mudah menular
dan dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah .
2. Epidemiologi
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik, bersifat endemis dan
merupakan masalah kesehatan di Negara berkembang seperti di Indonesia. Terutama
dari golongan masyarakat dengan standar hidup dan kebersihannya rendah
(Muliawan et al 1999) Angka kejadian demam thypoid di Indonesia masih sangat
tinggi berkisar 0,7% sampai1% menurut data Depkes tahun 1985 (Karsinah et al
1994). Makanan dan minuman yang terkontaminasi merupakan transmisi
Salmonella khususnya S. typhi carrier pada manusia adalah sumber infeksi. S. typhi
bisa berada di air, es, debu, sampah kering, dan bila masuk kedalam vehicleyang
cocok misalnya daging, kerang dan sebagainya. S. typhi akan berkembang biak
mencapai dosis infektif Maka perlu diperhatikan faktor kebersihan lingkungan,
pembuangan sampah, cara memasak air dan bahan makanan secara benar untuk
pencegahan Salmonellosis terutama demam tifoid (Karsinah et al1994).
3. Etiologi

Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan


salmonella parathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang,
gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah dan debu. Namun
bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 600 selama 15-20 menit. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, pasien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O


(berasal dari tubuh kuman).

Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigen H


(berasal dari flagel kuman).

Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan


antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan

titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar pasien menderita tifoid.
(Aru W. Sudoyo. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 2009. Ed V.Jilid III. Jakarta: interna
publishing)
4. Patofisiologi
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier. Selama masa
inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. Empat F (Finger, Files,
Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman kemakanan, susu, buah dan sayuran
yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan
penyakit. Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu food(makanan), fingers(jari tangan /kuku ), fomitus
(muntah), fly (lalat), dan melalui feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat,dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang
yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti
mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke
tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung,
sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke
usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. setelah berada dalam usus

halus mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama plak peyer) dan
jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis
setempat kuman lewat pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju
organ retikuloendotelial sistem (RES) terutama hati dan limpa. Di tempat ini kuman
difagosit oleh sel-sel fagosit retikuloendotelial sistem (RES) dan kuman yang tidak
difagosit berkembang biak.
Pada akhir masa inkubasi 5-9 hari kuman kembali masuk ke darah menyebar
ke seluruh tubuh (bakteremia sekunder) dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh
terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan
kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi usus.
Dalam masa bakteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin. Endotoksin ini
merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang
meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat
termoregulator di hipothalamus yang mengakibatkan timbulnya gejala demam.
Makrofag pada pasien akan menghasilkan substansi aktif yang disebut
monokines yang menyebabkan nekrosis seluler dan merangsang imun sistem,
instabilitas vaskuler, depresi sumsum tulang dan panas. Infiltrasi jaringan oleh
makrofag yang mengandung eritrosit, kuman, limfosist sudah berdegenerasi yang
dikenal sebagai tifoid sel. Bila sel ini beragregasi maka terbentuk nodul terutama
dalam usus halus, jaringan limfe mesemterium, limpa, hati, sumsum tulang dan
organ yang terinfeksi.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran
darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini
kemudian melepaskan kuman kedalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia,
kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.Semula disangka
demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi
berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan
merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada
patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus.
Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis
dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
5. Klasifikasi
a. Demam septik

Pada tipe demam septik ,suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pda malam hari dan turun kembali ke tingkat diatas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan yang menggigil dan berkeringat bila deman yang tinggi
tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga deman hetktik contoh
penyakit dengan gejala demam septik yaitu demam tipoid.
b. Demam remiten
Pada tipe demam remiten , suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat
dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada
demam septik.
c. Deman intermiten
Pada tipe demam intermiten , suhu badan turun ke tingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua
hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana. Contoh penyakit dengan gejala demam
intermiten adalh malaria
d. Demam kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
Contoh penyakit dengan gejala demam kontinyu yaitu leptospirosis.
e. Demam siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu pemula. Contoh penyakit dengan
gejala demam siklik yaitu DBD.
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala klinik demam thypoid : (Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998.)
Keluhan:
Nyeri kepala (frontal)
Kurang enak di perut
Nyeri tulang, persendian, dan otot
Berak-berak
Muntah
Gejala:

100%
50%
50%
50%
50%

Demam
Nyeri tekan perut
Bronkitis
Toksik
Letargik
Lidah tifus (kotor)

100%
75%
75%
60%
60%
40%

Dalam minggu pertama atau pada masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala
prodromal serupa dengan penyakit infeksi akut yaitu lesu, demam, nyeri kepala,
pusing, nyeri otot, anorexia, mual dan muntah, konstipasi atau diare, perasaan tidak
enak di perut dan batuk. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan
meningkat. Pada minggu kedua tanda dan gejala menjadi lebih jelas.

Demam.
Pada kasus khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remiktem dan suhu tidak seberapa tinggi, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat pada sore hari dan pada malam hari, pada minggu ketiga
suhu tubuh berangsur turun dan normal kembali.

Bradikardi Relatif
Terjadi penurunan nadi 2040x/menit , dimana semestinya nadi
bertambah 18 x/menit , bila suhu meningkat 1 derajat celcius

Lidah Yang Khas.


Kotor di tengah, tepi dan ujungnya merah bila dikeluarkan tampak
tremor.

Tanda Tanda Toksemia.


Kedua pipi kemerahan, muka basah sedangkan tubuh kering, apatis
dan pandangan jauh serta jari bergerak-gerak seperti meretik tanpa
disadari.

Gangguan kesadaran
Kesadaran pasien cenderung turun, tidak seberapa dalam, apatis
sampai somnolen, jarang sopor, koma atau gelisah

Relaps (kambuh)
Berulangnya gejala demam thypoid tapi berlangsung ringan dan lebih
singkat

7. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 410C, muka
kemerahan.
2. Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
3. Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran
seperti bronchitis.
4. Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
5. Sistem integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
6. Sistem gastrointestinal
Mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,
peristaltik usus meningkat.
7. Sistem muskuloskeletal
Klien tampak lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8. Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak
serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta
pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
8. Pemeriksaan Diagnostik
1.

Nilai leukosit dalam darah berkisar antara 5.000 6.000 /mm, tetapi bisa
dijumpai antara 1.200 20.000 /mm.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT


SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa
faktor :

Teknik pemeriksaan Laboratorium


Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan
yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada
saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit


Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada
waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

Vaksinasi di masa lampau


Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat
menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.

Pengobatan dengan obat anti mikroba


Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negatif.

4.

Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid. Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya
antibody terhadap kuman Salmonella typhi.
Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali
lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H >

1/60 (dalam sekali pemeriksaan) Gall kultur dengan media carr empedu
merupakan diagnosa pasti demam tifoid bila hasilnya positif, namun
demikian, bila hasil kultur negatif belum menyingkirkan kemungkinan tifoid,
karena beberapa alasan, yaitu pengaruh pemberian antibiotika, sampel yang
tidak mencukupi. Sesuai dengan kemampuan SDM dan tingkat perjalanan
penyakit demam tifoid, maka diagnosis klinis demam tifoid diklasifikasikan
atas:
1. Possible Case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan
gejala demam,gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air
besar dan hepato/splenomegali. Sindrom demam tifoid belum
lengkap. Diagnosis ini hanya dibuat pada pelayanan kesehatan dasar.
2. Probable Case telah didapatkan gejala klinis lengkap atau hampir
lengkap,

serta

didukung

oleh

gambaran

laboraorium

yang

menyokong demam tifoid (titer widal O > 1/160 atau H > 1/160 satu
kali pemeriksaan).
3. Definite Case Diagnosis pasti, ditemukan S. Thypi pada pemeriksaan
biakan atau positif S.Thypi pada pemeriksaan PCR atau terdapat
kenaikan titerWidal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari)
atau titer widal O> 1/320, H > 1/640 (pada pemeriksaan sekali)
(Widodo, D. 2007. Buku Ajar Keperawatan Dalam. Jakarta: FKUI
5. IgM dipstick test
Pengujian IgM dipstick test demam tifoid dengan mendeteksi adanya
antibodi yang dibentuk karena infeksi S. typhi dalam serum penderita.
Pemeriksaan IgM dipstick dapat menggunakan serum dengan perbandingan
1:50 dan darah 1 : 25. Selanjutnya diinkubasi 3 jam pada suhu kamar.
Kemudian dibilas dengan air biarkan kering.. Hasil dibaca jika ada warna
berarti positif dan Hasil negatif jika tidak ada warna. Interpretasi hasil 1+,
2+, 3+ atau 4+ jika positif lemah (WHO, 2003).
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Farmakologi
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit thypoid. Waktu
penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika,
seperti

ampicillin,

kloramfenikol,

trimethoprim

sulfamethoxazole,

dan

ciproloxacin sering digunakan untuk merawat demam tipoid di negara-negara


barat. Obat-obat antibiotik yaitu:
a) Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam
3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.
b) Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian kloramfenikol, diberi
ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.
Pemberian intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari.
c) Amoksisilin amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam
3-4 kali. Pemberian oral/intravena selama 21 hari.
d) Kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-3
kali pemberian, oral, selama 14 hari.
e) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 mg/kg
BB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari,
intravena, selama 5-7 hari.
f)

Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika


adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.

b. Penatalaksanaan Non-Farmakologi
a. Observasi dan pengobatan
b. Pasien harus tirah baring sampai 7 hari bebas demam atau kurang lebih dari
selam 14 hari. Tujuan tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya
komplikasi perforasi usus.
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
d.

Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah


pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan
dekubitus.

e. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi
konstipasi dan diare.
f. Diet

Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.

Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim

Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama
7 hari (Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta:
EGC).

10. Komplikasi
1. Komplikasi intestinal: Perdarahan usus, Perporasi usus, Ilius paralitik
2. Komplikasi extra intestinal
a. Komplikasi

kardiovaskuler

kegagalan

sirkulasi

(renjatan

sepsis),

miokarditis, trombosis, tromboplebitis.


b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia
hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis
perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
11. Prognosis
Umumnya prognosis demam tifoid pada anak baik asal penderita cepat mendapat
pengobatan. Prognosa menjadi buruk bila terdapat gejala klinis yang berat, seperti :
Hiperpireksia atau febris kontinua,Kesadaran menurun,Malnutrisi, Terdapat
kompliksi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis, bronkopneumonie.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a) Identitas Klien
Di identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan , pekerjaan ,
alamat , status pernikahan pasien. Dan penanggung jawab pasien meliputi nama,
umur, jenis kelamin,agama, pendidikan ,pekerjaan , alamat , status pernikahan
pasien dan hubungan dengan pasien.
b) Riwayat Kesehatan pasien

Keluhan Utama
Meliputi penyakit yang diderita atau hal yang dirasakan oleh klien saat
masuk rumah sakit atau saat pengkajian, seperti: mengeluh perut merasa mual
dan kembung ,nafsu makan menurun, panas dan demam.

Riwayat kesehatan sekarang


Penyakit yang diderita oleh klien saat masuk rumah sakit, seperti demam,
anorexia,

mual,

muntah,

diare,perasaan

tidak

enak

diperut,pucat

(anemi),nyeri kepala pusing, nyeri otot,lidah tipoid (kotor),gangguan


kesadaran berupa somnolen sampai koma.

Riwayat kesehatan dahulu


Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita oleh klien sebelumnya
seperti apakah pernah dulu mengalami penyakit typoid.

Riwayat kesehatan keluarga


Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita oleh angggota keluarga
klien apakah ada keluarga yang pernah mengalami typoid .

Pengkajian 11 fungsional gordon


1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah
dalam kesehatan.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Pada pasien typhoid biasanya mengalami mual muntah, penurunan nafsu
makan selama sakit,lidah kotor,dan rasa pahit waktu makan sehingga
dapat mempengaruhi status nutrisi tubuh .
3) Pola eliminasi
Biasanya pada penderita typoid mengalami kontipasi dan diare .
4) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pasien yang menderita typoid pola tidurnya akan terganggu
dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah
pada waktu tidur.
5) Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pasien yang menderita typoid akan terganggu aktivitasnya
akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan
gerak akibat penyakitnya.
6) Pola peran dan hubungan
Adanya

kondisi

kesehatan

mempengaruhi

terhadap

hubungan

interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan


perannya selama sakit.
7) Pola kognitif dan perceptual
Biasanya pada penderita typoid mengalami perubahan kondisi kesehatan
dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam
merawat diri.
8) Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya pasien yang menderita typoid mengalami adanya perubahan


didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
penyakitnya.
9) Pola seksual dan reproduksi
Biasanya pada pasien typoid pada pola reproduksi dan seksual pada
pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi perubahan.
10) Pola koping dan toleransi stress
Biasanya stress timbul apabila seorang tidak efektif dalam mengatasi
masalh penyakitnya.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Timbulnya distress dalam spiritual pada pasien ,maka pasien akan
menjadi cemas dan takut akan kematian ,serta kebiasaan ibadahnya akan
terganggu .
c). Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 410C, muka
kemerahan.
2. Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
3. Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran
seperti bronchitis.
4. Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
5. Sistem integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
6. Sistem gastrointestinal
Mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,
peristaltik usus meningkat.
7. Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8. Sistem abdomen

Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta
nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada
auskultasi peristaltik usus meningkat.
2. Pathway
Terlampir
3. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemi berhubungan dengan invasi kuman ke dalam usus halus
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (peradangan pada usus )
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan factor
biologis
4. Konstipasi berhungan dengan penurunan absorbi pada usus
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring lama

4. Intervensi
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Hipertemi Setelah diberikan n

Diagnosa Kep.
1.

berhubungan
dengan

asuhan keperawatan
invasi selama ... x ... jam

kuman ke dalam diharapkan suhu


usus halus

tubuh kembali
normal dengan
kriteria hasil :
-Suhu tubuh normal
(36-37C)
- Turgor kulit elastis
-

Intervensi
1.

Observasi
terutama

Rasional
TTV
suhu

tubuh tiap 2 jam


2. Kompres air
hangat
3. Anjurkan klien

1. Pada

pasien

thypoid ,TTV dapat


meningkat

secara

tiba-tiba khususnya
suhu tubuh
2. Terjadi

dilatasi

banyak minum air

pembuluh

putih

dan pori-pori kulit

4. Anjurkan klien

darah

sehingga

panas

untuk memakai

tubuh

dapat

pakaian yang tipis

menurun

dan menyerap
keringat.
5. Kolaborasi

3. Peningkatan

suhu

tubuh
mengakibatkan

dengan dokter

penguapan

tentang pemberian

meningkat

obat-obatan

sehingga

antipiretik

diimbangi

tubuh
perlu
dengan

asupan cairan yang


banyak.
4. Dapat mengurangi
rasa

gerah

dan

mempercepat
proses

pertukaran

udara disekitarnya
5. Untuk menurunkan
panas

dan

pengembalian suhu
2.

Nyeri

akut Setelah
diberikan
berhubungan dengan tindakan
agens
cedera keperawatan selama

x
jam
biologis (Peradangan
diharapkan
nyeri
pada usus )
berkurang
dengan
criteria
kriteria
hasil :
1. Melaporkan nyeri
berkurang
2. Klien
tampak
tampak rileks
3. Tanda-tanda vital
dalam
batas
normal
TD
:
120/80mmHg
- RR : 1624x/menit
- S : 36-37C
N
:
60100x/menit

normal.
1. Kaji skala nyeri, 1. Sebagai indikator
karakteristik,dan
dalam melakukan
lamanya nyeri
intervensi
2. Observasi Tandaselanjutnya
dan
tanda vital
untuk mengetahui
3. Berikan
posisi
sejauh mana nyeri
yang nyaman
dipersepsikan.
4. Ajarkan
tehnik 2. Deteksi
dini
relaksasi
nafas
terhadap
dalam
perkembangan
5. Pertahankan
kesehatan pasien
istirahat
dengan 3. Posisi yang nyaman
posisi semi fowler
akan membuat klien
6. Kolaborasi dengan
lebih
rileks
dokter
dalam
sehingga
pemberian
merelaksasikan
analgetik
otot-otot.
4. Tehnik nafas dalam
dapat merelaksasi
otot-otot sehingga
mengurangi nyeri
5. Menghilangkan

6.

3.Ketidakseimbanga

Setelah
diberikan
n nutrisi kurang dari tindakan
kebutuhan
tubuh keperawatan selama

x
jam
berhubungan dengan
diharapkan
factor biologis
kebutuhan
nutrisi
terpenuhi
dengan
kriteria hasil :
- Menunjukkan
peningkatan nafsu
makan
- Mempertahankan/
meningkatkan
berat badan
- Mual,muntah
berkurang

1.berikan
yang

makanan 1.
tidak

merangsang

saluran

cerna,

sajikan

dan

dalam keadaan hangat


2. Monitor dan
catat
makanan
yang
dihabiskan
pasien
3.Kaji kemampuan
makan klien
4.Berikan makanan
dalam porsi kecil
tapi sering
5. Beri nutrisi
dengan diet lunak,
tinggi kalori tinggi
protein
6.Kolaborasi
berikan antiemetik,
antasida
sesuai
indikasi

2.

3.

4.

5.

6.

tegangan abdomen
yang
bertambah
dengan
posisi
terlentang
Dengan
obat
analgetik
akan
menekan
atau
mengurangi
rasa
nyeri
Untuk menimbulkan
selera pasien dan
mengembalikan
status nutrisi
Untuk mengetahui
keseimbangan
haluaran
dan
masukan
Untuk mengetahui
perubahan
nutrisi
klien dan sebagai
indikator intervensi
selanjutnya
Memenuhi
kebutuhan
nutrisi
dengan
meminimalkan rasa
mual dan muntah
Memenuhi
kebutuhan
nutrisi
adekuat
mengatasi
mual/muntah,
menurunkan asam
lambung yang dapat
memicu
mual/muntah

4.

Konstipasi Setelah
diberikan
berhungan dengan tindakan
penurunan absorbi keperawatan selama

x
jam
pada usus
diharapkan
konstipasi
bisa
berkurang
dengan
kriteria hasil :
klien
akan
melaporkan
penurunan
frekuensi defakasi,
konsistensi
kembali normal.
Klien
akan
mampumengidentif
ikasi/menghindari
faktor pemberat.

1. Observasi
dan
catat
ferkuensi
defakasi,
karekteristik,
jumlah dan faktor
pencetus.
2. Buang
feses
dengan cepat dan
berikan pengharum
ruangan.
3. Identifikasi
makanan/cairan
yang mencetuskan
diare.
4. Kolaborasi dengan
tim medis

5.Intoleransi aktifitas Setelah


diberikan
berhubungan dengan tindakan
keperawatan selama
tirah baring lama

x
jam
diharapkan
akktivitas
dapat
ditoleransi dengan
kriteria hasil :
- Pasien mengatakan
tidak lemah
- Tampak rileks

1.Kaji

1. Membantu
membedakan
penyakit
individu
dan
mengkaji
beratnya episode.
2. Menurunkan bau tak
sedap
untuk
menghindari
rasa
malu klien
3. Menghindari iritan
dan
meningkatkan
istirahat usus.
4.Menurunkan
motalitas/peristaltik GI
dan menurunkan sekresi
digestif
untuk
menghilangkan
kram
dan diare.

kemampuan 1.

pasien

dalam

memenuhi kebutuhan
sehari-hari

2.

2. Bantu pasien dalam


melakukan aktivitas

3.

3. Ajarkan pasien
teknik relaksasi nafas
dalam
4. Anjurkan keluarga 4.
pasien
tindakan
-tindakan
untuk
menghemat energy
5. Berikan lingkungan
yang tenang
5.

Untuk mengetahui
tingkat kemampuan
pasien
Agar
kebutuhan
pasien
dapat
terpenuhi
Nafas dalam dan
terkontrol
meningkatkan rasa
nyaman
Mengurangi
kelelahan
dan
kelemahan,
membantu
keseimbangan
suplai
dan
kebutuhan oksigen
Menurunkan
rangsangan
yang
berlebih
dan

meningkatkan
istirahat

5. Implementasi
Implementasi

dilaksanakan

sesuai

dengan

yang

telah

direncanakan

sebelumnya yaitu pada bagian intervensi dan juga harus di sesuaikan dengan
keadaan pasien.
6. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan yang dilakukan
dengan format SOAP
Keterangan :
S
: Subjektif adalah informasi yang didapatdari pasien
O : Objektif adalah informasi yang didapatkan berdasarkan pengamatan
A : Aseesment (Pengkajian) adalah analisa dari masalah pasien
P

: Planing of action adalah rencana tindakan yang akan diambil

DAFTAR PUSTAKA
Aru W. Sudoyo.(2009) Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed V.Jilid III. Jakarta: Interna Publishing
Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Depkes RI, Jakarta
Nugroho, Susilo, (2011). Pengobatan Demam Tifoid. Yogyakarta: Nuha Medika
Mansjoer, Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.
Simanjuntak, C. H, (2009). Demam Tifoid, Epidemiologi dan Perkembangan Penelitian. Cermin
Dunia Kedokteran No. 83.)
Sjamsuhidayat. (1998). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta.
Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. (2012). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI)
Widodo, D. (2007). Buku Ajar Keperawatan Dalam. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai