TYHPOID
juga disebut esophagus. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Menurut histologi esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4.
Lambung
Lambung adalah ruang berbentuk kantung yang berbentuk huruf j yang
terletak antara esofagus dan korpus (badan). Pengisian lambung jika kosong
lambung memiliki volume 50 ml tetapi organ ini dapat mengembang sampai
dengan 1000 ml ketika makan. Ada dua faktor yang menjaga motilitas lambung
yaitu plastisitas yang mengacu pada kemampuan otot polos dalam
mempertahankan ketegangannya yang konstan dalam rentang waktu yang lebar.
Selanjutnya adalah relaksasi reseptif yakni proses relaksasi otot polos untuk
meningkatkan kemampuan lambung dalam mengakomodasi volume makanan.
Lambung mempunyai dua otot lingkar, yaitu otot lingkar pardia dan otot
lingkar pilorus. Otot lingkar kardia terletak di bagian atas dan berbatasan dengan
bagian bawah kerongkongan. Fungsinya adalah untuk mencegah makanan dari
lambung agar tidak kembali ke kerongkongan dan mulut. Otot lingkar pilorus
hanya terbuka apabila makanan telah tercerna di lambung.
Di dalam lambung, makanan dicerna secara kimiawi. Dinding lambung
berkontraksi, menyebabkan gerak peristaltik. Gerak peristaltik dinding lambung
mengakibatkan makanan di dalam lambung teraduk-aduk. Di bagian dinding
lambung
sebelah
dalam
terdepat
kelenjar
yang
menghasilkan
getah
usus halus terdapat susunan yang sangat rapat dari kelenjar mucus campuran,
yang disebut kelenjar brunner. Kelenjar ini menyekresi mucus yang alkalis dalam
jumlah besar. Fungsi dari mucus yang disekresikan oleh kelenjar brunner adalah
untuk melindungi dinding duodenum dari pencernaan oleh getah lambung yang
sangat asam, yang keluar dari lambung. Bila sekresi usus halus dikumpulkan
tanpa serpihan sel, sekresi ini hampir tidak mengandung enzim. Enterosit
mukosa, terutama yang menutupi vili, mengandung enzim pencernaan yang
mencerna zat-zat makanan khusus ketika makanan diabsorbsi melalui epitel.
Enzim-enzim ini adalah sebagai berikut:
1. Beberapa peptidase untuk memecah peptide kecil menjadi asam
amino
2. Empat enzim sukrase, maltase, isomaltase, dam lactase untuk
memecah disakarida menjadi monosakarida.
3. Sejumlah kecil lipase intestinum untuk memecah lemak netral
menjadi gliserol dan asam lemak.
Lapisan usus halus yaitu lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan
serosa ( Sebelah Luar )Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Usus halus
dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang
berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua
belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
7. Rektum
Dalan bahasa latin yaitu regere, ("meluruskan, mengatur") adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir
di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum
akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke
usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan
anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda BAB.
8. Anus
Merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian
lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar BAB), yang
merupakan fungsi utama anus.
b. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
a. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon
penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan
berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
mencerna
protein
adalah
tripsin,
kimotripsin,
hati biasanya dimulai dalam hepat atau hepatik dari kata Yunani untuk hati,
hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya
akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan
darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan
pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi
menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk
diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah
darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi
umum.
c. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung
empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena
warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang
dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari
melalui saluran empedu.Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:Membantu
pencernaan dan penyerapan lemak , bukan karena enzim dalam empedu
yang menyebabkan pencernaan lemak, tetapi karena asam empedu dalam
empedu melakukan dua hal :
Asam empedu membantu absorbs produk akhir lemak yang telah dicerna
melalui membran mukosa intestinal. Berperan dalam pembuangan limbah
tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari
penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar pasien menderita tifoid.
(Aru W. Sudoyo. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 2009. Ed V.Jilid III. Jakarta: interna
publishing)
4. Patofisiologi
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier. Selama masa
inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. Empat F (Finger, Files,
Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman kemakanan, susu, buah dan sayuran
yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan
penyakit. Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu food(makanan), fingers(jari tangan /kuku ), fomitus
(muntah), fly (lalat), dan melalui feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat,dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang
yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti
mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke
tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung,
sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke
usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. setelah berada dalam usus
halus mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama plak peyer) dan
jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis
setempat kuman lewat pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju
organ retikuloendotelial sistem (RES) terutama hati dan limpa. Di tempat ini kuman
difagosit oleh sel-sel fagosit retikuloendotelial sistem (RES) dan kuman yang tidak
difagosit berkembang biak.
Pada akhir masa inkubasi 5-9 hari kuman kembali masuk ke darah menyebar
ke seluruh tubuh (bakteremia sekunder) dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh
terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan
kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi usus.
Dalam masa bakteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin. Endotoksin ini
merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang
meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat
termoregulator di hipothalamus yang mengakibatkan timbulnya gejala demam.
Makrofag pada pasien akan menghasilkan substansi aktif yang disebut
monokines yang menyebabkan nekrosis seluler dan merangsang imun sistem,
instabilitas vaskuler, depresi sumsum tulang dan panas. Infiltrasi jaringan oleh
makrofag yang mengandung eritrosit, kuman, limfosist sudah berdegenerasi yang
dikenal sebagai tifoid sel. Bila sel ini beragregasi maka terbentuk nodul terutama
dalam usus halus, jaringan limfe mesemterium, limpa, hati, sumsum tulang dan
organ yang terinfeksi.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran
darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini
kemudian melepaskan kuman kedalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia,
kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.Semula disangka
demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi
berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan
merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada
patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus.
Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis
dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
5. Klasifikasi
a. Demam septik
Pada tipe demam septik ,suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pda malam hari dan turun kembali ke tingkat diatas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan yang menggigil dan berkeringat bila deman yang tinggi
tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga deman hetktik contoh
penyakit dengan gejala demam septik yaitu demam tipoid.
b. Demam remiten
Pada tipe demam remiten , suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat
dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada
demam septik.
c. Deman intermiten
Pada tipe demam intermiten , suhu badan turun ke tingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua
hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana. Contoh penyakit dengan gejala demam
intermiten adalh malaria
d. Demam kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
Contoh penyakit dengan gejala demam kontinyu yaitu leptospirosis.
e. Demam siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu pemula. Contoh penyakit dengan
gejala demam siklik yaitu DBD.
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala klinik demam thypoid : (Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998.)
Keluhan:
Nyeri kepala (frontal)
Kurang enak di perut
Nyeri tulang, persendian, dan otot
Berak-berak
Muntah
Gejala:
100%
50%
50%
50%
50%
Demam
Nyeri tekan perut
Bronkitis
Toksik
Letargik
Lidah tifus (kotor)
100%
75%
75%
60%
60%
40%
Dalam minggu pertama atau pada masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala
prodromal serupa dengan penyakit infeksi akut yaitu lesu, demam, nyeri kepala,
pusing, nyeri otot, anorexia, mual dan muntah, konstipasi atau diare, perasaan tidak
enak di perut dan batuk. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan
meningkat. Pada minggu kedua tanda dan gejala menjadi lebih jelas.
Demam.
Pada kasus khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remiktem dan suhu tidak seberapa tinggi, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat pada sore hari dan pada malam hari, pada minggu ketiga
suhu tubuh berangsur turun dan normal kembali.
Bradikardi Relatif
Terjadi penurunan nadi 2040x/menit , dimana semestinya nadi
bertambah 18 x/menit , bila suhu meningkat 1 derajat celcius
Gangguan kesadaran
Kesadaran pasien cenderung turun, tidak seberapa dalam, apatis
sampai somnolen, jarang sopor, koma atau gelisah
Relaps (kambuh)
Berulangnya gejala demam thypoid tapi berlangsung ringan dan lebih
singkat
7. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 410C, muka
kemerahan.
2. Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
3. Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran
seperti bronchitis.
4. Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
5. Sistem integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
6. Sistem gastrointestinal
Mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,
peristaltik usus meningkat.
7. Sistem muskuloskeletal
Klien tampak lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8. Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak
serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta
pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
8. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Nilai leukosit dalam darah berkisar antara 5.000 6.000 /mm, tetapi bisa
dijumpai antara 1.200 20.000 /mm.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa
faktor :
4.
Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid. Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya
antibody terhadap kuman Salmonella typhi.
Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali
lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H >
1/60 (dalam sekali pemeriksaan) Gall kultur dengan media carr empedu
merupakan diagnosa pasti demam tifoid bila hasilnya positif, namun
demikian, bila hasil kultur negatif belum menyingkirkan kemungkinan tifoid,
karena beberapa alasan, yaitu pengaruh pemberian antibiotika, sampel yang
tidak mencukupi. Sesuai dengan kemampuan SDM dan tingkat perjalanan
penyakit demam tifoid, maka diagnosis klinis demam tifoid diklasifikasikan
atas:
1. Possible Case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan
gejala demam,gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air
besar dan hepato/splenomegali. Sindrom demam tifoid belum
lengkap. Diagnosis ini hanya dibuat pada pelayanan kesehatan dasar.
2. Probable Case telah didapatkan gejala klinis lengkap atau hampir
lengkap,
serta
didukung
oleh
gambaran
laboraorium
yang
menyokong demam tifoid (titer widal O > 1/160 atau H > 1/160 satu
kali pemeriksaan).
3. Definite Case Diagnosis pasti, ditemukan S. Thypi pada pemeriksaan
biakan atau positif S.Thypi pada pemeriksaan PCR atau terdapat
kenaikan titerWidal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari)
atau titer widal O> 1/320, H > 1/640 (pada pemeriksaan sekali)
(Widodo, D. 2007. Buku Ajar Keperawatan Dalam. Jakarta: FKUI
5. IgM dipstick test
Pengujian IgM dipstick test demam tifoid dengan mendeteksi adanya
antibodi yang dibentuk karena infeksi S. typhi dalam serum penderita.
Pemeriksaan IgM dipstick dapat menggunakan serum dengan perbandingan
1:50 dan darah 1 : 25. Selanjutnya diinkubasi 3 jam pada suhu kamar.
Kemudian dibilas dengan air biarkan kering.. Hasil dibaca jika ada warna
berarti positif dan Hasil negatif jika tidak ada warna. Interpretasi hasil 1+,
2+, 3+ atau 4+ jika positif lemah (WHO, 2003).
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Farmakologi
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit thypoid. Waktu
penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika,
seperti
ampicillin,
kloramfenikol,
trimethoprim
sulfamethoxazole,
dan
b. Penatalaksanaan Non-Farmakologi
a. Observasi dan pengobatan
b. Pasien harus tirah baring sampai 7 hari bebas demam atau kurang lebih dari
selam 14 hari. Tujuan tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya
komplikasi perforasi usus.
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
d.
e. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi
konstipasi dan diare.
f. Diet
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama
7 hari (Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta:
EGC).
10. Komplikasi
1. Komplikasi intestinal: Perdarahan usus, Perporasi usus, Ilius paralitik
2. Komplikasi extra intestinal
a. Komplikasi
kardiovaskuler
kegagalan
sirkulasi
(renjatan
sepsis),
Keluhan Utama
Meliputi penyakit yang diderita atau hal yang dirasakan oleh klien saat
masuk rumah sakit atau saat pengkajian, seperti: mengeluh perut merasa mual
dan kembung ,nafsu makan menurun, panas dan demam.
mual,
muntah,
diare,perasaan
tidak
enak
diperut,pucat
kondisi
kesehatan
mempengaruhi
terhadap
hubungan
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta
nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada
auskultasi peristaltik usus meningkat.
2. Pathway
Terlampir
3. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemi berhubungan dengan invasi kuman ke dalam usus halus
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (peradangan pada usus )
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan factor
biologis
4. Konstipasi berhungan dengan penurunan absorbi pada usus
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring lama
4. Intervensi
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Hipertemi Setelah diberikan n
Diagnosa Kep.
1.
berhubungan
dengan
asuhan keperawatan
invasi selama ... x ... jam
tubuh kembali
normal dengan
kriteria hasil :
-Suhu tubuh normal
(36-37C)
- Turgor kulit elastis
-
Intervensi
1.
Observasi
terutama
Rasional
TTV
suhu
1. Pada
pasien
secara
tiba-tiba khususnya
suhu tubuh
2. Terjadi
dilatasi
pembuluh
putih
4. Anjurkan klien
darah
sehingga
panas
untuk memakai
tubuh
dapat
menurun
dan menyerap
keringat.
5. Kolaborasi
3. Peningkatan
suhu
tubuh
mengakibatkan
dengan dokter
penguapan
tentang pemberian
meningkat
obat-obatan
sehingga
antipiretik
diimbangi
tubuh
perlu
dengan
gerah
dan
mempercepat
proses
pertukaran
udara disekitarnya
5. Untuk menurunkan
panas
dan
pengembalian suhu
2.
Nyeri
akut Setelah
diberikan
berhubungan dengan tindakan
agens
cedera keperawatan selama
x
jam
biologis (Peradangan
diharapkan
nyeri
pada usus )
berkurang
dengan
criteria
kriteria
hasil :
1. Melaporkan nyeri
berkurang
2. Klien
tampak
tampak rileks
3. Tanda-tanda vital
dalam
batas
normal
TD
:
120/80mmHg
- RR : 1624x/menit
- S : 36-37C
N
:
60100x/menit
normal.
1. Kaji skala nyeri, 1. Sebagai indikator
karakteristik,dan
dalam melakukan
lamanya nyeri
intervensi
2. Observasi Tandaselanjutnya
dan
tanda vital
untuk mengetahui
3. Berikan
posisi
sejauh mana nyeri
yang nyaman
dipersepsikan.
4. Ajarkan
tehnik 2. Deteksi
dini
relaksasi
nafas
terhadap
dalam
perkembangan
5. Pertahankan
kesehatan pasien
istirahat
dengan 3. Posisi yang nyaman
posisi semi fowler
akan membuat klien
6. Kolaborasi dengan
lebih
rileks
dokter
dalam
sehingga
pemberian
merelaksasikan
analgetik
otot-otot.
4. Tehnik nafas dalam
dapat merelaksasi
otot-otot sehingga
mengurangi nyeri
5. Menghilangkan
6.
3.Ketidakseimbanga
Setelah
diberikan
n nutrisi kurang dari tindakan
kebutuhan
tubuh keperawatan selama
x
jam
berhubungan dengan
diharapkan
factor biologis
kebutuhan
nutrisi
terpenuhi
dengan
kriteria hasil :
- Menunjukkan
peningkatan nafsu
makan
- Mempertahankan/
meningkatkan
berat badan
- Mual,muntah
berkurang
1.berikan
yang
makanan 1.
tidak
merangsang
saluran
cerna,
sajikan
dan
2.
3.
4.
5.
6.
tegangan abdomen
yang
bertambah
dengan
posisi
terlentang
Dengan
obat
analgetik
akan
menekan
atau
mengurangi
rasa
nyeri
Untuk menimbulkan
selera pasien dan
mengembalikan
status nutrisi
Untuk mengetahui
keseimbangan
haluaran
dan
masukan
Untuk mengetahui
perubahan
nutrisi
klien dan sebagai
indikator intervensi
selanjutnya
Memenuhi
kebutuhan
nutrisi
dengan
meminimalkan rasa
mual dan muntah
Memenuhi
kebutuhan
nutrisi
adekuat
mengatasi
mual/muntah,
menurunkan asam
lambung yang dapat
memicu
mual/muntah
4.
Konstipasi Setelah
diberikan
berhungan dengan tindakan
penurunan absorbi keperawatan selama
x
jam
pada usus
diharapkan
konstipasi
bisa
berkurang
dengan
kriteria hasil :
klien
akan
melaporkan
penurunan
frekuensi defakasi,
konsistensi
kembali normal.
Klien
akan
mampumengidentif
ikasi/menghindari
faktor pemberat.
1. Observasi
dan
catat
ferkuensi
defakasi,
karekteristik,
jumlah dan faktor
pencetus.
2. Buang
feses
dengan cepat dan
berikan pengharum
ruangan.
3. Identifikasi
makanan/cairan
yang mencetuskan
diare.
4. Kolaborasi dengan
tim medis
x
jam
diharapkan
akktivitas
dapat
ditoleransi dengan
kriteria hasil :
- Pasien mengatakan
tidak lemah
- Tampak rileks
1.Kaji
1. Membantu
membedakan
penyakit
individu
dan
mengkaji
beratnya episode.
2. Menurunkan bau tak
sedap
untuk
menghindari
rasa
malu klien
3. Menghindari iritan
dan
meningkatkan
istirahat usus.
4.Menurunkan
motalitas/peristaltik GI
dan menurunkan sekresi
digestif
untuk
menghilangkan
kram
dan diare.
kemampuan 1.
pasien
dalam
memenuhi kebutuhan
sehari-hari
2.
3.
3. Ajarkan pasien
teknik relaksasi nafas
dalam
4. Anjurkan keluarga 4.
pasien
tindakan
-tindakan
untuk
menghemat energy
5. Berikan lingkungan
yang tenang
5.
Untuk mengetahui
tingkat kemampuan
pasien
Agar
kebutuhan
pasien
dapat
terpenuhi
Nafas dalam dan
terkontrol
meningkatkan rasa
nyaman
Mengurangi
kelelahan
dan
kelemahan,
membantu
keseimbangan
suplai
dan
kebutuhan oksigen
Menurunkan
rangsangan
yang
berlebih
dan
meningkatkan
istirahat
5. Implementasi
Implementasi
dilaksanakan
sesuai
dengan
yang
telah
direncanakan
sebelumnya yaitu pada bagian intervensi dan juga harus di sesuaikan dengan
keadaan pasien.
6. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan yang dilakukan
dengan format SOAP
Keterangan :
S
: Subjektif adalah informasi yang didapatdari pasien
O : Objektif adalah informasi yang didapatkan berdasarkan pengamatan
A : Aseesment (Pengkajian) adalah analisa dari masalah pasien
P
DAFTAR PUSTAKA
Aru W. Sudoyo.(2009) Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed V.Jilid III. Jakarta: Interna Publishing
Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Depkes RI, Jakarta
Nugroho, Susilo, (2011). Pengobatan Demam Tifoid. Yogyakarta: Nuha Medika
Mansjoer, Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.
Simanjuntak, C. H, (2009). Demam Tifoid, Epidemiologi dan Perkembangan Penelitian. Cermin
Dunia Kedokteran No. 83.)
Sjamsuhidayat. (1998). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta.
Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. (2012). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI)
Widodo, D. (2007). Buku Ajar Keperawatan Dalam. Jakarta: FKUI